Anda di halaman 1dari 35

Lapkas

TETANUS
NEONATORUM
OLEH :

L/O/G/O

VONALIA NURUL ANNISA


Pembimbing: dr. H. Sukardi, Sp. A

LAPORAN KASUS
I.Identitas penderita
Nama penderita
Jenis Kelamin
Tanggal lahir
Umur
Anak ke
Tanggal masuk RS
No.MR
Agama

: By. A
: Laki-Laki
: 17 Juni 2013
: 7 hari
:3
: 24 Juni 2013
: 04.85.32
: Islam

Identitas orang tua/wali


Ayah :
Nama
Pendidikan
Alamat
:Lhoksukon

: Tn. A
:SMA

ANAMNESIS
Kiriman dari
: IGD
Dengan diagnosa
: Tetanus neonatorum
Aloanamnesa dengan
: Ayah kandung
penderita
Tanggal/ jam
: 24 Juni 2013/ 15.00
WIB
Keluhan utama
: Kejang
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien berumur 7 hari dibawa orangtua ke
IGD pada tanggal 24 juni 2013 pukul 15.00
WIB dengan keluhan kejang tiba-tiba lebih
kurang selama 4 jam sebelum masuk rumah

Satu hari sebelumnya pasien menangis terus menerus dan tidak


mau minum ASI. Kemudian terjadi kekakuan pada rahang bayi
sehingga mulut mengatup dengan erat dan tidak bisa dibuka
sama sekali. Lalu wajah pasien tampak meringis, alis tertarik ke
atas. Kekakuan terjadi di seluruh tubuh, kepala pasien tertarik ke
belakang sehingga punggung tertarik menyerupai busur panah.
Lengan kaku dan jari tangan mengepal kuat. Pasien juga
mengalami demam dengan suhu 38C. Tampak tali pusat basah
dan berbau. Tidak ada riwayat trauma, asfiksia dan demam tinggi
sebelumnya.

Riwayat penyakit dahulu :


Anak tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga :
Tidak ada anggota keluarga lain yang menderita
sakit seperti ini.
Riwayat penggunaan obat:
Tidak ada riwayat penggunaan obat.

6. Riwayat kehamilan dan persalinan :


- Riwayat Antenatal :
Selama kehamilan, ibu pasien tidak mengalami keluhan
apapun dan mengontrol kehamilannya ke bidan 4x. Si
ibu tidak pernah mendapatkan suntikan TT .

- Riwayat Natal :
Spontan/tidak spontan
: Spontan
Berat badan lahir
: 3500 gram
Panjang badan : 49 cm
Panjang tangan: 20 cm
Panjang kaki
: 25 cm

Lingkar kepala : 32 cm
Lingkar dada : 31 cm
Lingkar perut : 33 cm
Kepala-simfisis : 26 cm
Simfisis-kaki
: 23 cm
Talpus
: basah dan berbau
Penolong : Bidan
Tempat : Rumah Pasien
- Riwayat Neonatal :
Anak lahir spontan, segera menangis dengan gerakan aktif dan warna
kulit seluruh badan kemerahan.
7. Riwayat imunisasi :
Tidak lengkap mendapatkan imunisasi.
8. Makanan :
Sejak lahir anak mendapatkan ASI.

II. PEMERIKSAAN FISIK


1.Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Composmentis
2.Pengukuran :
Nadi : 80 x/menit
Suhu
: 38 oC
Respirasi
: 46 x/menit
3. Kulit :
Warna : Kuning langsat
Sianosis : Ada
Turgor : Kembali cepat
Pucat : Ada

4. Kepala : Bentuk : Normosefali


UUB
: Datar, sudah menutup
UUK
: Datar, sudah menutup
Rambut : Warna : Hitam
Tebal/tipis : Tipis
Distribusi : Merata
Mata
:Telinga
: Bentuk
: Simetris
Sekret
: Tidak ada
Hidung
: Bentuk
: Simetris
Epistaksis : Tidak ada
Sekret
: Ada
Mulut
: Bentuk
: Normal
Bibir : sianosis
Warna
: biru

5. Leher :
Vena Jugularis :Pulsasi : Tidak terlihat
Tekanan
: Tidak meningkat
Pembesaran kelenjar leher
: Tidak ada
Kaku kuduk
: Ada
Masa
: Tidak ada
6. Thorak :
Dinding dada/paru
Inspeksi :Bentuk
: Simetris
Retraksi
: Tidak ada
Apnea
: ada
Palpasi : Perkusi : Auskultasi : -

b. Jantung
Inspeksi: Iktus Tidak terlihat
Palpasi : Perkusi : Auskultasi : c. Abdomen
Inspeksi: Datar
Palpasi : Perkusi : Auskultasi: -

7. Ekstremitas
- Umum
Ekstremitas atas : spasme otot, fleksi lengan,
jari terkepal kuat
Ekstremitas bawah
: spasme otot tungkai
bawah
- Neurologis
:9. Susunan saraf
:10. Genitalia : Laki-laki, tidak ada kelainan
11. Anus : tidak ada kelainan

III. PEMERIKSAAN LABORATORIUM : IV. RESUME


Pasien berumur 7 hari dibawa orangtua ke IGD pada tanggal 24 juni 2013
pukul 15.00 WIB dengan keluhan kejang tiba-tiba lebih kurang selama 4 jam
sebelum masuk rumah sakit dengan frekuensi kurang lebih 5 kali. Terjadi
kekakuan pada rahang bayi sehingga mulut mengatup dengan erat dan tidak
bisa dibuka sama sekali. Lalu wajah pasien tampak meringis, alis tertarik ke
atas. Kekakuan terjadi di seluruh tubuh, lengan kaku dan jari tangan
mengepal kuat. Tampak tali pusat basah dan berbau. Tidak ada riwayat
trauma, asfiksia dan demam tinggi sebelumnya.
Dari pemeriksaan vital sign didapatkan, keadaan umum lemah, kesadaran
composmentis, nadi 80 x/menit reguler, RR 46x/menit, Suhu 38 oC.

V. DIAGNOSIS
Tetanus neonatorum
VI. PENATALAKSANAAN
- O2 0,5 - 1 liter/i
- IVFD dextrose 10% 10 tetes/i
- Injeksi Ampisilin sulbactam 250 mg/8jam
- injeksi ATS 5000 IU / IM, 5000 IU drips
- injeksi diazepam 2 mg/2 jam
- metronidazol loading 60 mg
- NGT : puasa

VII. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Dubia ad malam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Quo ad sanationam : Dubia ad malam
VIII. PENCEGAHAN
1. Proses persalinan yang steril yang didukung tenaga
medis dan peralatan medis yang mendukung.
2. Pengarahan tentang pentingnya persalinan steril dan
sosialisasi vaksinasi tetanus pada ibu hamil.
3. Imunisasi pada ibu hamil.

Tanggal
25-6-2013

kejang spontan
(+), mulut
mencucu,
sianosis (+),
pucat (+), demam

KU : lemah
N=
80x/menit
RR =
46x/menit
T= 37.50 C

A
P
Tetanus
- O2 0,5 1 liter/i
neonatorum - IVFD dextrose 10%
10 tetes/i
- inj.ampisilin
sulbactam 250 mg/ 8
jam
-inj.Diazepam
2mg/2jam
selanjutnya
3mg/3jam
- Inj. ATS 5000 IU/ IM
& ATS 5000 IU drips
+ NACL 100cc
- metronidazol
loading 60 mg
selanjutnya 25
mg/8jam
- NGT ; puasa

26-6-2013

demam (+),
pucat(+),
sianosis(+),
mulut
mencucu (+),
kejang
spontan (+)

KU=lemah
Tetanus
N=85x/menit
neonatoru
RR=40x/menit m
T =38.50 C

- O2 1-2 liter/i
- IVFD dextrose
10% 10 tts/i
- inj. Visilin 250
mg/ 8jam
- inj. Diazepam
3 mg/3 jam (6
strep)
- inj. ATS 5000
IU/IM & ATS
5000 drips +
NaCL 100cc
- Metronidazol
50 mg loading
selanjutnya 20
mg / 8 jam

27-6-2013

kejang
spontan (+),
mulut
mencucu,
sianosis (+),
pucat (+)

KU= lemah
Tetanus
N=74x/menit
neonatorum
RR= 38x/menit
T=37,00 C

- O2 0,5- 1 liter/i
- IVFD dextrose
10% 10 tts/i
- inj. Viciline
250 mg/8jam
- inj diazepam
4mg/3jam
- metronidazol
50 mg/ 8 jam
- diet ASI PASI
30cc/3jam

DISKUSI
DEFINISI
Kata tetanus berasal dari bahasa Yunani tetanos yang berarti
kencang atau tegang. Tetanus merupakan suatu infeksi akut yang
ditandai kondisi spastik paralisis yang disebabkan oleh neurotoksin
yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. dengan tanda utama
kekakuan otot (spasme), tanpa disertai gangguan kesadaran.
Gejala ini bukan disebabkan oleh kuman clostridium tetani, tetapi
akibat toksin (tetanospasmin) yang dihasilkan kuman.

EPIDEMIOLOGI
Tetanus neonatorum memiliki tingkat morbiditas
yang tinggi, dimana > 50% kasus tetanus neonatorum
berakhir dengan kematian. Menurut data UNICEF, setiap
9 menit, seorang bayi meninggal akibat penyakit ini.
WHO menyatakan bahwa tetanus neonatorum
merupakan penyebab dari 14 % kematian neonatus di
seluruh dunia.7

Indonesia walaupun belum berhasil mengeliminasi tetanus


neonatorum ini, juga telah berhasil menekan secara drastis jumlah
kasus penyakit ini. Pada tahun 2010, WHO menyatakan bahwa
daerah Jawa dan Bali (59 % dari populasi Indonesia) telah berhasil
bebas dari tetanus neonatorum. Survey pada daerah-daerah lainnya
masih dalam proses, dan diharapkan pada tahun 2015, Indonesia
secara keseluruhan sudah bebas dari penyakit ini. Menurut survey,
Indonesia telah berhasil meningkatkan jumlah perlindungan vaksin
dari 79 % pada tahun 1990 menjadi 89 % pada tahun 2010.8

Faktor resiko
Faktor medis meliputi kurangnya standard perawatan prenatal
(kurangnya perawatan antenatal pada ibu hamil, kurangnya edukasi
ibu hamil tentang pentingnya vaksinasi tetanus toxoid), perawatan
perinatal (kurang tersedianya fasilitas persalinan dan tenaga medis
sehingga banyak persalinan dilakukan di rumah dan penggunaan
alat-alat yang tidak steril, termasuk dalam penanganan tali pusat) dan
perawatan neonatal (neonatus lahir dalam keadaan tidak steril,
tingginya prematuritas, dsb). Faktor non medis sering kali
berhubungan dengan adat istiadat setempat (contoh: Beberapa suku
di Pakistan sering kali mengoleskan kotoran sapi pada lokasi
pemotongan tali pusat).9

patogenesis
Clostridium tetanimasuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui
luka dalam bentuk spora. Penyakit akan muncul bila spora tumbuh
menjadi bentuk vegetatif yang menghasilkan tetanospasmin pada
keadaan tekanan oksigen rendah, nekrosis jaringan atau
berkurangnya potensi oksigen.
Masa inkubasi dan beratnya penyakit terutama ditentukan oleh
kondisi luka. Beratnya penyakit terutama berhubungan dengan
jumlah dan kecepatan produksi toksin serta jumlah toksin yang
mencapai susunan saraf pusat.
Toksin yang dikeluarkan olehClostridium tetanimenyebar dengan
berbagai cara, sebagai berikut :
1.Masuk ke dalam otot
2.Penyebaran melalui sistem limfatik
3.Penyebaran ke dalam pembuluh darah.
4.Toksin masuk ke susunan saraf pusat (SSP)

KLASIFIKASI TETANUS
Stadium 1 : trismus ringan, spastic tanpa spasme
Stadium 2 : trismus sedang, spasme mulai
muncul, disfagia ringan, ada gang respiratori,
jmlah nafas > 30x/menit
Stadium 3 : trismus berat, spastic dan spasme
seluruh tubuh, disfagia berat, jumlah nafas >
140x/i, mulai muncul apneau ditandai takikardi.
Stadium 4 : sangat berat, stadium 3 ditambah
dengan gang. Sistem saraf simpatis berat
termasuk sistem kardiovaskuler.

Pemeriksaan klinis
Untuk mendiagnosa tetanus neonatorum
adalah dengan melihat gambaran dan gejala
klinis yang ada.
Pemeriksaan dengan spatula lidah dapat
digunakan untuk mendeteksi dini penyakit ini.
Hasil positif ditunjukan ketika spatula
disentuhkan ke orofaring lalu terjadi spasme
pada otot maseter dan bayi menggigit spatula
lidah.19

DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan riwayat imunisasi:
DIAGNOSIS BANDING
- meningitis bakterialis
- poliomielitis
- ensefalitis
- epilepsi. 19

Komplikasi
1.
2.
3.
4.
5.

Laringospasme
Fraktur dari tulang punggung
Hiperadrenergik
Sepsis akibat infeksi nosokomial
Pneumonia Aspirasi

pengobatan
1. Perawatan Umum
Tindakan pertama pada saat penderita
masuk ke rumah sakit
a. Atasi kejang dengan pemberian anticonvulsan, seperti diazepam dengan dosis
2-10 mg I.V ataupun secara I.M.
b. Bila kejang sudah teratasi pasang nasagastric tube dan beri cairan intra-vena
Dextrose-NaCl

2. Farmakologi
2.1 Antibiotik Crystalline penicillin diberikan dengan dosis
100.000unit/kgBB hari dibagi dalam 4 dosis dan
diberikan secara intravena untuk selama 7 hari, atau
bila ini tidak ada dapat digunakan Penicillin procaine
100.000unit/kgBB/hari, diberikan secara I.M.
2.2 Pemberian anti toxin bertujuan hanya untuk mengikat
toxin yang masih beredar dalam darah, ataupun toxin
yang belum terikat dengan kuat. A.T.S dengan dosis
10.000 units dapat diberikan secara I.V., ataupun
dengan pemberian tetanus immune globulin 500 units
secara I.M. berupa dosis tunggal atau metronidazol IV
selama 10 hari.

2.3 Kontrol terhadap kejang dengan


diazepam
Dosis diazepam pada saat dimulai
pengobatan adalah 20 mg/kgBB/hari
dibagi dalam 8x pemberian
(pemberian dilakukan tiap 3 jam). Bila
kejang masih terus berlangsung, dosis
diazepam dapat dinaikkan secara
bertahap. Dosis maksimum adalah 40
mg/kgBB/hari.

PROGNOSIS

Prognosis bergantung pada masa inkubasi,


waktu yang dibutuhkan dari inokulasi spora
hingga gejala muncul, dan waktu dari
pertama kali munculnya gejala hingga
spasmetetanik yang pertama. Statistik
terbaru menunjukkan tingkat mortalitas
pada tetanus ringan sedang mencapai 6%.
Sedangkan tetanus berat memiliki tingkat
mortalitas 60%.22

Thank You

Kingsoft Office
Make Presentation much more fun

Anda mungkin juga menyukai