Anda di halaman 1dari 35

ASFIKSIA

KELOMPOK 5 K3LN

Definisi
Asfiksia pada bayi baru lahir (BBL) menurut IDAI
(Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah kegagalan
nafas secara spontan dan teratur pada saat lahir
atau beberapa saat setelah lahir .
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas
secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Seringkali bayi yang sebelumnya mengalami
gawat janin akan mengalami asfiksia sesudah
persalinan. Masalah ini mungkin berkaitan dengan
keadaan ibu, tali pusat, atau masalah pada bayi
selama atau sesudah persalinan (Depkes RI,
2009).

Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan


gabungan dari empat kelompok, dimana masing-masing kelompok
tersebut memang mempunyai ciri tersendiri. Walaupun ciri atau
mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok akan
menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut
adalah :
1. Hipoksik-hipoksia,
Dalam keadaan ini oksigen gagal untuk masuk ke dalam sirkulasi
darah.
2. Anemik-hipoksia,Keadaan dimana darah yang tersedia tidak
dapat membawa oksigen yang cukup untuk metabolisme dalam
jaringan.
3. Stagnan-hipoksia,
Keadaan dimana oleh karena suatu sebab terjadi kegagalan
sirkulasi.
4. Histotoksik-hipoksia,
Suatu keadaan dimana oksigen yang terdapat dalam darah, oleh
karena suatu hal, oksigen tersebut tidak dapat dipergunakan oleh
jaringan.

Etiologi
Asfiksia neonatorum dapat terjadi selama kehamilan, pada proses
persalinan dan melahirkan atau periode segera setelah lahir. Janin sangat
bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan
pem6buangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal
maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia.
Faktor Ibu
Hipoksia ibu
Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau
anestesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin.
Gangguan aliran darah uterus
Mengurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya
pengaliran oksigen ke plasenta dan kejanin. Hal ini sering ditemukan pada:
Ganguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus
akibat penyakit atau obat
Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan
Hipertensi pada penyakit akiomsia dan lain-lain.

Faktor plasenta
Asfiksia janin akan terjadi bila terdapat gangguan
mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta,
perdarahan plasenta dan lain-lain.
Faktor fetus
Kompresi umbilikus akan mengakibatkan terganggunya
aliran darah dalam pcmbuluh darah umbilikus dan
menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin.
Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada
keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher
kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lainlain.
Faktor Neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baun lahir dapat
terjadi karena:
Pemakaian obat anestesia/analgetika yang berlebihan
pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi
pusat pernafasan janin.
Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya

Epidemiologi
Angka kematian bayi secara keseluruhan di Indonesia mencapai 334
per 100.000 kelahiran hidup dan penyebab kematian terbesar adalah
asfiksia (Mieke, 2006). Angka kematian bayi di Indonesia menurut
survei demografi dan kesehatan Indonesia mengalami penurunan dari
46 per 1000 kelahiran hidup (SKDI 1997) menjadi 35 per 1000
kelahiran hidup (SKDI 2003). Sedangkan angka kematian ibu
mengalami penurunan dari 421 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI
1992) menjadi 307 per 100.000 kelahiran hidup (SKDI 2003). Kematian
pada masa perinatal yang disebabkan karena asfiksia sebesar 28%.
Insiden asfiksia neonatorum di negara berkembang lebih tinggi
daripada di negara maju. Di negara berkembang, lebih kurang 4 juta
bayi baru lahir menderita asfiksia sedang atau berat, dari jumlah
tersebut 20% diantaranya meninggal. Di Indonesia angka kejadian
asfiksia kurang lebih 40 per 1000 kelahiran hidup, secara keseluruhan
110.000 neonatus meninggal setiap tahun karena asfiksia (Dewi dkk,
2005).

Faktor resiko
Faktor
Maternal

Penyebab

Keterangan

Hipotensi, syok
Aliran darah menuju plasenta
dengan sebab
akan berkurang sehingga O2 dan
apapun
nutrisi makin tidak seimbang
Anemia maternal
untuk memenuhi kebutuhan
Penekanan
metabolisme.
respirasi atau
Kemampuan transportasi oksigen
penyakit paru
makin turun sehingga konsumsi
Malnutrisi
oksigen janin tidak terpenuhi.
Asidosis dan
Metabolisme janin sebagian
dehidrasi
menuju metabolisme anaerob
Supine hipotensi
sehingga terjadi timbunan asam
laktat dan piruvat, serta
menimbulkan asidosis metabolik.
Semuanya memberikan kontribusi
pada penurunan konsentrasi
oksigen dan nutrisi dalam darah
yang menuju plasenta sehingga
konsumsi oksigen dan nutrisi

Faktor

Penyebab

Keterangan

Uterus

Aktivitas
kontraksi
memanjang/hip
eraktivitas
Gangguan
vaskular

Menyebabkan aliran darah menuju


plasenta semakin menurun,
sehingga oksigen dan nutrisi
menuju janin semakin berkurang.
Timbunan glukosanya yang
menimbulkan energi pertumbuhan
melalui oksigen dengan hasil akhir
karbondioksida atau habis karena
dikeluarkan melalui paru atau
plasenta janin, tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan.
Metabolisme beralih menuju
metabolisme anaerob yang
menimbulkan asidosis.

Plasenta

Degenerasi
Fungsi plasenta akan berkurang
vaskular
sehingga tidak mampu memenuhi
Solusio plasenta
kebutuhan oksigen dan nutrisi
Pertumbuhan
metabolisme janin.
hipoplasia
Menimbulkan metabolisme
primer
anaerob dan akhirnya asidosis
dengan pH darah turun.

Faktor

Penyebab

Keterangan

Tali pusat

Kompresi tali
pusat
Simpul mati,
lilitan tali pusat
Hilangnya jelly
wharton

Aliran darah menuju janin


berkurang
Tidak mampu memenuhi oksigen
dan nutrisi
Metabolisme berubah menjadi
metabolisme anaerob.

Janin

Infeksi

Kebutuhan metabolisme makin


tinggi, sehingga ada kemungkinan
tidak dapat dipenuhi oleh aliran
darah dari plasenta.
Aliran nutrisi dan oksigen tidak
cukup menyebabkan metabolisme
janin menuju metabolisme
anaerob, sehingga terjadi
timbunan asam laktat dan piruvat.

Anemia Janin

Kemampuan untuk transportasi


oksigen dan membuang
karbondioksida tidak cukup
sehingga metabolisme janin
berubah, menjadi menuju anaerob

Faktor

Penyebab

Keterangan

Perdarahan

Dapat terjadi pada bentuk:


1. Plasenta previa
2. Solusio plasenta
3. Pecahnya sinus marginalis
4. Pecahnya vasa previa
. Menyebabkan aliran darah menuju
janin akan mengalami gangguan
sehingga nutrisi dan oksigen
makin berkurang sehingga
metabolisme janin akan menuju
metabolisme anaerob yang
menimbulkan asidosis.

Malformasi

Dapat digolongkan dalam kasus


ini adalah:
1. Kelainan jantung kongenital
2. Kehamilan ganda atau salah
satunya mengalami gangguan
nutrisi dan oksigen.
3. Penyakit eritroblastosis fetalis.
. Dapat menghambat metabolisme
janin sehingga dapat beralih
menuju metanolisme anaerob

Patofisiologi
Terlampir

Manifestasi Klinis
Gejala dan tanda asfiksia neonatorum yang khas antara lain meliputi
pernafasan cepat, pernafasan cuping hidung, sianosis, nadi cepat.
Tanda dan gejala yang lain antara lain :
a. Tachikardi
b. Tekanan darah mulai menurun.
c. Bayi terlihat lemas (flaccid).
d. Menurunnya tekanan O2 anaerob (PaO2).
e. Meningginya tekanan CO2 darah (PaO2).
f.
Menurunnya PH (akibat acidosis respiratorik dan metabolik).
g. Dipakainya sumber glikogen tubuh anak metabolisme anaerob.
h. Terjadinya perubahan sistem kardiovaskular.
i.
Pernafasan terganggu.
j.
Reflek / respon bayi melemah.
k. Tonus otot menurun.
l.
Warna kulit biru atau pucat.
m. Jika sudah mengalami perdarahan di otak maka ada gejala
neurologik : kejang, nistagmus, dan menangis kurang baik/ tidak
menangis.

Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik asfiksia
a. Anamnesis : Gangguan/ kesulitan waktu lahir, lahir tidak bernafas
atau menangis.
b. Pemeriksaan fisik:
Tiga hal yang perlu mendapat perhatian yaitu :
1. Denyut jantung janin
Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak
artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai ke bawah 100 kali
per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu
merupakan tanda bahaya.
2. Mekonium dalam air ketuban
Mekonium pada presentasi sungsang tidak ada artinya, akan tetapi
pada presentasi kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi
dan harus diwaspadai. Adanya mekonium dalam air ketuban pada
presentasi kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.

3. Pemeriksaan pH darah janin


Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukkan
lewat serviks dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin,
dan diambil contoh darah janin. Darah ini diperiksa pHnya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH. Apabila
pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap
sebagai tanda bahaya gawat janin mungkin disertai
asfiksia.
4. skor APGAR
1. Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)
Memerlukan resusitasi segera secara aktif, dan pemberian
oksigen terkendali. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
frekuensi jantung 100X/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, dan terkadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
2. Asfiksia sedang (nilai Apgar 4-6)
Memerlukan resusitasi dan pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernapas kembali. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan frekuensi jantung lebih dari 100X/menit, tonus
otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas
tidak ada.

c. Pemeriksaan penunjang :
1. Foto polos dada
2. USG kepala
3. Laboratorium : darah rutin, analisa gas darah,
serum elektrolit
d. Pemeriksaan diagnostik lainnya:
1. Analisa gas darah
2. Elektrolit darah
3. Gula darah
4. Baby gram (rontgen dada)
5. USG (kepala).

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum pada bayi baru lahir dengan
asfiksia menurut Wiknjosastro (2005) adalah sebagai berikut:
Pengawasan suhu
Bayi baru lahir secara relatif kehilangan panas yang diikuti oleh
penurunan suhu tubuh, sehingga dapat mempertinggi
metabolisme sel jaringan sehingga kebutuhan oksigen
meningkat, perlu diperhatikan untuk menjaga kehangatan suhu
bayi baru lahir dengan:
Mengeringkan bayi dari cairan ketuban dan lemak.
Menggunakan sinar lampu untuk pemanasan luar.
Bungkus bayi dengan kain kering.

Pembersihan jalan nafas


Saluran nafas bagian atas segera dibersihkan dari lendir dan
cairan amnion, kepala bayi harus posisi lebih rendah sehingga
memudahkan keluarnya lendir.

Rangsangan untuk menimbulkan pernafasan


Rangsangan nyeri pada bayi dapat ditimbulkan
dengan memukul kedua telapak kaki bayi, menekan
tendon achilles atau memberikan suntikan vitamin K.
Hal ini berfungsi memperbaiki ventilasi.
Menurut Perinasia (2006), Cara pelaksanaan resusitasi
sesuai tingkatan asfiksia, antara lain:
Asfiksi Ringan (Apgar score 7-10). Caranya:
1) Bayi dibungkus dengan kain hangat 2
2) Bersihkan jalan napas dengan menghisap lendir
pada hidung kemudian mulut
3) Bersihkan badan dan tali pusat.
4) Lakukan observasi tanda vital dan apgar score dan
masukan ke dalam inkubator.

Asfiksia sedang (Apgar score 4-6). Caranya:


1) Bersihkan jalan napas.
2) Berikan oksigen 2 liter per menit.
3) Rangsang pernapasan dengan menepuk telapak kaki apabila
belu ada reaksi, bantu pernapasan dengan melalui masker
(ambubag).
4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis berikan
natrium bikarbonat 7,5%sebanyak 6cc. Dextrosa 40% sebanyak
4cc disuntikan melalui vena umbilikus secara perlahan-lahan,
untuk mencegah tekanan intra kranial meningkat.
) Asfiksia berat (Apgar skor 0-3). Caranya:
1) Bersihkan jalan napas sambil pompa melalui ambubag.
2) Berikan oksigen 4-5 liter per menit.
3) Bila tidak berhasil lakukan ETT.
4) Bersihkan jalan napas melalui ETT.
5) Apabila bayi sudah mulai benapas tetapi masih sianosis
berikan natrium bikarbonat 7,5% sebanyak 6cc. Dextrosa 40%
sebanyak 4cc.

Asuhan keperawatan

PENGKAJIAN
IDENTITAS
Tanggal pengkajian
: 7 Nopember 2015, Jam 07.30 WIB
Nama
: By A
Tanggal lahir
: 6 Nopember 2015, jam 23.45 WIB
Jenis kelamin
: Laki-laki
BB
: 2750 gram
PB/TB
: 48 cm
RIWAYAT KEPERAWATAN
Keluhan utama: Bayi lahir post SC dengan sesak nafas
Riwayat penyakit sekarang
Bayi baru lahir post SC dengan indikasi gagal vakum 1x, bayi di vakum 1x
15 menit kemudian gagal. 1 jam sebelum lahir direncanakan SC, bayi lahir
secara SC, jenis kelamin laki-laki, bayi tidak langsung nangis, nafas tidak
spontan, BB 2750 gram, PB: 48cm, Apgar skor : 1-2-3, tonus otot lemah,
bayi pucat, air ketuban hijau. Hasil TTV : Nadi : 105 x/m, RR : 46 x/m, S :
350C. Pada jam 23.46 bayi dapat bernafas spontan, jam 00.00 bayi dibawa
ke ruang rawat, jam 00.05 di cek TTV( Nadi : 140x/m, RR : 80x/m), bayi
mengalami sianosis, tonus otot sangat lemah, bayi agak pucat.

Riwayat kehamilan
G1 P0 A0, umur kehamilan 38 minggu lebih 4 hari, ANC: 9x,
presentasi kepala
Riwayat persalinan
Bayi baru lahir post SC a/i gagal vakum 1x, bayi di vakum 1x15
menit kemudian gagal. 1 jam sebelum lahir direncanakan SC, bayi
lahir secara SC, bayi tidak langsung nangis, nafas tidak spontan,
air ketuban
APGAR Score:
1-2-3.
Apgarhijau,
Score
1 menit
5 menit
10 menit
Appearance/ warna kulit

Pulse/ nadi

Grimace

Respiratory

Activity/ tonus otot

TOTAL

Kebutuhan cairan
Bayi usia 0 hari, rumus: 100ml/BB(kg) /hari atau 120140ml/kg BB/hari Jadi kebutuhannya
100ml/2,75kg/hari=275ml/hari atau
120/2,75kg/hari=330ml/hari.
140ml/2,75kg/hari=385ml/hari, jadi kebutuhannya 330385ml/hari.
Kebutuhan kalori
Bayi usia 0 hari, rumus: 80-90kkal/kgBB/hari
= 80x2.75kg =220kkal/hari
= 90x2,75kg =247,5kkal/hari
Jadi kebutuhan kalorinya 220-247,5kkal/hari
PEMERIKSAAN FISIK
TTV
: S: 35,50C, N: 148x/menit, RR: 55x/menit
Keadaan umum : lemah
: BB: 2750 gram, PB: 48cm, LILA: 11cm,
Antropometri
LK: 32cm,LD:31cm

Kepala : Mesocepal, tampak bekas luka di kaput ektrasi, ubun-ubun/fontanel


anterior dan pesterior belum menutup
Mata : simetris, sklera tak ikterik, konjungtiva tak anemis, tidak ada
kotoran yang melekat di mata
Telinga: simetris, tidak ada serumen, tidak ada kelainan bentuk telinga
Mulut : mukosa bibir agak kering, tidak ada labio palatoschizis, agak
sianosis
Hidung: simetris, tidak ada polip, tidak ada sekret
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada peningkatan
vena jugulasis
Dada: Jantung

Inspeksi : tampak retraksi dinding dada interkostalis dan


suprasternalis
Perkusi : bunyi pekak
Palpasi : tidak teraba ictus cordis, tidak ada nyeri tekan
Auskultasi
: S1-S2 Reguler, tidak ada bunyi tambahan
Paru

Inspeksi : expansi dada tidak optimal


Perkusi : terdengar bunyi sonor
Palpasi : fokal fremitus seimbang antara kanan dan kiri
Auskultasi: bunyi vesikuler, ada bunyi nafas tambahan ronkhi.

Abdomen
Inspeksi : tali pusat masih basah, perut cembung,
agak sianosis
Auskultasi : peristaltik 12 x/mnt
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak teraba pembesaran hepar
Punggung
: simetris
Kulit : elastis, akral dingin, terlihat sianosis
Ekstermitas
Atas : lengkap kedua tangan, untuk bergerak masih
lemah, tidak ada kelainan bentuk tangan
Bawah
:lengkap kedua kaki, untuk bergerak masih
lemah, masih pucat, akral dingin
Genetalia : alat kelamin yaitu antara kedua testis dan
penis sudah terbentuk sempurna, tidak ada kelainan
pada anatomi fisiologinya.
Anus : Berlubang, tidak ada kecacatan, sudah

REFLEK

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Moro
: (+) masih lemah
Roothing : (+) masih lemah
Walking : (+) masih lemah
Grosping : (+) masih lemah
Sucking : (+) masih lemah
Tonick neck : (+) masih lemah
Swallowing : (+) masih lemah

ELIMINASI

1. Miksi
: (+) kuning jernih
2. Mekonium : (+) hijau kehitaman

Analisa Data
Data

Etiologi

Diagnosa
Keperawatan

Do : Ds:
Pemeriksaan
mulut:mukosa bibir
agak kering, tidak
ada labio
palatoschizis, agak
sianosis
bayi mengalami
sianosis, tonus otot
sangat lemah, bayi
agak pucat.
Pemeriksaan
abdomen: tali
pusatmasih basah,
perut cembung,
agak sianosis.

Faktor resiko

Asfiksi neonatus

Kegagalan pengeluaran
cairan dari paru-paru bayi

Banyak cairan dalam paruparu

Ketidakefektifan bersihan
jalan napas

Ketidakefektifan
bersihan jalan
nafas

Data

Etiologi

Diagnosa
Keperawatan

Pemeriksaan kulit:
elastis, akral dingin,
terlihat sianosis.
Pemeriksaan paruparu: bunyi
vesikuler, ada bunyi
nafas tambahan
ronkhi.
DO :
Tampak bekas luka
di caput ekstrasi
Indikasi gagal
vakum 1x
Air ketuban
berwarna hijau
Prosedur invasif
RR 46x/menit
Suhu 35C
Nadi 105x/menit
Pukul 00.05
140x/mnt

Faktor etiologi (faktor ibu,


Resiko Infeksi
neonatus, plasenta, fetus)

Kegagalan persalinan normal

Prosedur vacum/ operasi

Timbul luka

Resiko infeksi

Data
DS :
Kulit bayi akral
dingin,
Kulit bayi terlihat
sianosis

DO :
Nadi : 105 x/m,
RR : 46 x/m,
S : 350C
Bayi mengalami
sianosis
Mata terlihat ikterik

Etiologi

Diagnosa
Keperawatan

Faktor neonatus
Hipotermi
Depresi pusat pernafasan
pada BBL

Asfiksia nenonatum

Nafas cepat dan dangkal

Oksigen yang didapat tidak


maksimal

O2 dalam sirkulasi

Sianosis

Hipotermi

Prioritas Diagnosa
Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan distres pernapasan
ditandai dengan adanya ronki dan sianosis.
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka
prosedur invasif ditandai dengan air ketuban
berwarna hijau.
3. hipotermia berhubungan dengan trauma proses
kelahiran dengan vakum.

Intervensi Keprawatan
Diagnosa keperawatan 1 : Ketidakefektifan bersihan jalan napas
berhubungan dengan distres pernapasan ditandai dengan adanya
ronki dan sianosis.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24
jam, jalan napas pasien lancar dan ronki hilang.
Kriteria hasil
: saat evaluasi diperoleh ekor pada NOC berikut.
NOC: Respiratory Status
Indikator
1 2 3 4 5
RR

Sianosis

Saturasi oksigen

Jalan napas

Retraksi dada

suara napas tambahan,


ronki

NIC: Oxygen TherapyMempertahankan patensi jalan napas


Menyiapkan peralatan oksigen dan dikelola melalui
dipanaskan, sistem humidifier
Memonitor aliran oksigen liter
Memonitor posisi perangkat pengiriman oksigen
Memantau efektivitas terapi oksigen (oksimetri pulsa,
GDA)
Mengamati tanda-tanda oksigen yang disebabkan
hipoventilasi

NIC: Airway SuctionInformasikan pada keluarga tentang


suctioning
Auskultasi suara napas sebelum dan sesudah suctioning
Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan
Monitor status oksigen neonatus
Hentikan suction dan berikan oksigen apabila bayi
menunjukkan brakikardi, peningkatan saturasi oksigen dll

Diagnosa keperawatan 2: Resiko infeksi


berhubungan dengan adanya luka prosedur
invasif ditandai dengan air ketuban berwarna
hijau.
Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan
keperawatan 2 x 24 jam bayi terhindar dari tanda
dan gejala infeksi.
Kriteria Hasil : Sesuai dengan skor pada
indikatorIndikator
NOC
1 2 3 4 5
Sianosis
NOC:
Infection Severity: Newborn
Infeksi umbilicus

Kolonisasi kultur darah

Kolonisasi kultur urin

Kolonisasi kultur mekonium

Jumlah sel darah putih

NIC: Infection Protection


Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Monitor jumlah granulosit, WBC
Pertahankan teknik aseptik pada bayi beresiko
Pertahankan teknik isolasi, bila perlu
Inspeksi kulit dan membrane mukosa terhadap
kemerahan, panas yang berlebih, dan drainase
Berikan antibiotic sesuai program
Berikan masukan nutrisi yang cukup

Diagnosa keperawatan no.3 : hipotermia


berhubungan dengan trauma proses kelahiran
dengan vakum.
Tujuan
: setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24 jam suhu kembali
normal, nadi dan RR dalam rentang normal.
Kriteria hasil : sesuai indicator NOC level 4
NOC : Thermoregulation : Newborn
Indikator
Perubahan warna kulit

3 4 5

Hipotermi

Teperatur tidak stabil

Tachypnea

RR ireguler

NIC : Temperatur Regulation


Monitor suhu minimal tiap 2 jam
Rencanakan monitoring suhu secara kontinyu
Monitor TD, nadi, dan RR
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tanda-tanda hipotermi
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan
tubuh
Diskusikan tentang pentingnya pengaturan suhu dan
kemungkinan efek negatif dari kedinginan
Berikan anti piretik jika perlu

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai