Anda di halaman 1dari 31

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN

UNIVERSITAS ISLAM ASY SYAFIIYAH JAKARTA


DESEMBER 2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan rasa syukur kehadirat Allah SWT., yang dengan rahmat dan inayah
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah Difusi Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik (ELearning) ini. Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Allah,
Rasulullah, Muhammad SAW dan keluarganya serta para pengikutnya yang selalu berjuang
untuk menebar cahaya Islam sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaian makalah ini, terdapat kendala yang dihadapi penulis. Mulai dari
pencarian sumber bacaan dan keterbatasan waktu yang dimiliki. Alhamdulillah, meskipun
demikian, kendala ini dapat diatasi sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Dalam
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak

yang telah

berkontribusi atas penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT memberi berkah atas amal
usaha kita.
Kendati demikian kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena
itulah, penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Akhirnya, semoga makalah Difusi Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik (ELearning) ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan

khususnya bagi para

mahasiswa UIA Jakarta dan pembaca umumnya. Kamipun terbuka menerima krtik dan saran
dari para pembaca semua, guna perbaikan di masa yang akan datang.
Serang, 1 Desember 2012
Penulis

BAB I
PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman, proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada suatu
pusat pendidikan seperti kampus, sekolah, kursus, ataupun pusat pelatihan. Perubahan tersebut
telah mengarahkan proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan ke arah tersebar.
Paradigma pergeseran dalam proses pembelajaran ini telah dikenal sejak dekade awal tahun 90an. Dan kini, keadaan tersebut telah dikenal luas oleh masyarakat dunia pada umumnya.
Kegiatan proses pembelajaran terus diarahkan ke arah yang lebih fleksibel dalam
kaitannya dengan ruang dan waktu. Karena memang sudah semestinya, dalam mendapatkan
suatu pengetahuan, ruang dan waktu seharusnya bukanlah suatu batasan yang menyulitkan
bahkan tidak memungkinkan seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang ingin
diketahuinya.
Pada kondisi seperti sekarang ini, belajar seharusnya bukan lagi merupakan suatu hal
yang membosankan, seperti beberapa dekade yang lalu. Berkat perkembangan teknologi
informasi yang sedemikian pesat, bahan ajar dapat disajikan dengan suara dan gambar yang
dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
Belajar merupakan rangkaian proses pengembangan individu yang dilakukan seumur
hidup. Belajar tidak harus di lingkungan formal seperti sekolah, kampus, tempat kursus ataupun
pusat pelatihan dan pengembangan individu. Dengan berpegang pada pernyataan demikian,
dapat ditelusuri bahwa belajar harus menumbuhkan suatu sikap kemampuan belajar secara
mandiri, tanpa peduli ada tidaknya faktor luar yang mempengaruhi proses belajar tersebut seperti
staf pengajar dan atau ruang kelas. Belajar yang dikatakan sebagai rangkaian proses
pengembangan indvidu selama seumur hidup, sudah tentu memerlukan adanya pengembangan
sikap memotivasi kemampuan belajar secara mandiri. Faktor lainnya yang tak kalah pentingnya
dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka
mengupayakan peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan
sistematik terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya
pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak lain
kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan,
diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru,
pelatih dan instruktur.

Paradigma lainnya adalah perubahan dalam konteks pusat pembelajaran. Apabila dahulu,
guru merupakan pusat pembelajaran (Teacher Centric), kini bergeser menjadi murid sebagai
pusat pembelajaran (Learner Centric).
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan
suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep
yang dikenal dengan sebutan e-Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi
pendidikan konvensional ke bentuk digital, baik secara isi dan sistemnya. Saat ini konsep eLearning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi
e-Learning di lembaga pendidikan maupun industri.
E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung pengembangan kegiatan belajar mengajar dengan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain. Dengan e-Learning memungkinkan terjadinya proses pendidikan tanpa
melalui tatap muka langsung dan pengembangan ilmu pengetahuan kepada siswa bisa dilakukan
dengan mudah.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat
komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran di sekolah
atau lembaga pendidikan belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar
tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga
pembelajaran berkesan teacher centris.
Selama ini banyak sekolah yang proses pembelajarannya masih bersifat konvensional,
dengan kata lain bahwa proses belajar mengajar antara siswa dengan guru hanya dapat dilakukan
dengan syarat terjadinya pertemuan antara siswa dengan guru di dalam kelas. Jika pertemuan
antara siswa dengan guru tidak terjadi maka secara otomatis proses pembelajaran pun tidak dapat
dilaksanakan.
Selain itu proses transfer ilmu pengetahuan hampir sepenuhnya dilakukan di dalam kelas
yang menyebabkan transfer ilmu pengetahuan bisa terlambat jika pertemuan tidak terjadi.
Keadaan seperti ini sangat jelas dapat menghambat proses pembelajaran di sekolah yang dapat
berakibat berkurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran.
Di sisi lain banyak sekolah yang belum mempunyai suatu sarana untuk mengelola dan
memudahkan dalam penyebaran artikel, makalah, maupun ilmu pengetahuan lain khususnya di

bidang TI yang ditujukan untuk memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat umum. Maka
perlu dibuat suatu aplikasi e-Learning berbasis web yang dapat diakses kapan saja dan dimana
saja sehingga mendukung proses pendidikan di sekolah serta mempermudah dalam penyebaran
ilmu pengetahuan kepada masyarakat umum.
Dari uraian di atas maka penulis berasumsi untuk membuat makalah yang berjudul
Difusi Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Apakah yang dimaksud dengan Pembelajaran Berbasis e-Learning?


Apa Latar belakang Pembelajaran e-Learning?
Bagaimana Hakikat Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)?
Bagaimana Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran?
Bagaimana Pengembangan Sistem e-Learning?
Bagaimana Aplikasi TIK untuk e-Learning?
Apakah yang dimaksud e-Learning dan Distance Learning?
Apakah yang dimaksud Difusi dan Inovasi Pembelajaran e-Learning?
C. Tujuan
Dari rumusan masalah ini di dapat, bahwa makalah ini dibuat dengan
tujuan untuk:

1. Mengetahui Pengertian Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)


2. Mengetahui Latar Belakang Pembelajaran e-Learning.
3. Mengetahui Hakikat Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)
4. Mengetahui Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran.
5. Mengetahui Pengembangan Sistem e-Learning.
6. Mengetahui Aplikasi TIK untuk e-Learning.
7. Mengetahui e-Learning dan Distance Learning.
8. Mengetahui Difusi dan Inovasi Pembelajaran e-Learning.

D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, dengan sitematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan
dan Sistematika Penulisan.

Bab II Pembahasan: Meliputi; Pengertian Pembelajaran Berbasis Elektronik (elearning),


Latar Belakang Pembelajaran e-Learning, Hakikat Pembelajaran Berbasis Elektronik,
Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran, Pengembangan Sistem eLearning, Aplikasi TIK untuk e-Learning, E-learning dan distance learning, Difusi dan Inovasi
Pembelajaran e-learning.
Bab III Penutup: Meliputi; Simpulan dan Saran

BAB II
PEMBAHASAN

A.

DIFUSI INOVASI PEMBELAJARAN BERBASIS ELEKTRONIK


(E-LEARNING)
Hakikat Pembelajaran Berbasis Elektronik (e-learning)

1. Pengertian E-Learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari electronica
dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan

kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005).
Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah e
dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif,
dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh
disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda
(asynchronously).
Secara lebih singkat William Horton mengemukakan bahwa (dalam Sembel,
2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari
internet). Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002)
secara sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan
fasilitas yang didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.
Jaya Kumar C. Koran (2002) mendefinisikan e-learning sebagai
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Sementara Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan elearning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik
komputer

yang

memperoleh

bahan

belajar

yang

sesuai

dengan

kebutuhannya.
Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih luas lagi.
Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan
lokal maupun internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line
dan real-time ataupun secara off-line atau archieved. Distribusi secara off-line menggunakan
media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya
pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada
(Lukmana, 2006).
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan elearning

adalah

pembelajaran

yang

berbasis

elektronik,

yang

dapat

digunakan secara offline ataupun online. Disamping fasilitas internet, e-

learing juga menggunakan perangkat keras seperti DVD/ VCD, komputer


atau laptop, bisa juga jaringan network yang dapat menghubungkan antara
siswa dan guru. Dengan pemanfaatan ini, e-learning sering digunakan dalam
pembelajaran jarak jauh.
Romi Satria Wahono mengemukaan bahwa Infrastruktur eLearning: dapat berupa personal computer (PC), jaringan komputer, internet
dan perlengkapan multimedia. Selain fasilitas tersebut di atas juga
dibutuhkan peralatan teleconference jika ingin melakukan pembelajaran
jarak jauh dengan tatap muka melalui teleconfrence.
2.

Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:

a.

Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan
sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat

protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
d.

memerlukannya
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang

berkaitan dengan administrasi pendidikan dapat dilihat setiap saat di komputer.


3. Manfaat E-Learning
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan atau materi
pelajaran. Peserta didik dapat saling berbagi informasi atau pendapat mengenai berbagai hal
yang menyangkut pelajaran atau kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Selain itu, guru
dapat menempatkan bahan-bahan belajar dan tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta
didik di tempat tertentu di dalam web untuk diakses oleh peserta didik. Sesuai dengan kebutuhan,
guru dapat pula memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengakses bahan belajar
tertentu maupun soal-soal ujian yang hanya dapat diakses oleh peserta didik sekali saja dan
dalam rentangan waktu tertentu pula (Website Kudos, 2002, dalam Siahaan).
Secara lebih rinci, manfaat e-learning dapat dilihat dari 2 (dua) sudut, yaitu dari
sudut peserta didik dan guru :

a.

Sudut peserta didik


Dengan kegiatan e-learning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar
yang tinggi. Menurut Brown, 2000 (dalam Siahaan) ini dapat mengatasi siswa dengan berbagai
kondisi, yaitu:
(1) belajar di sekolah-sekolah kecil di daerah-daerah miskin untuk mengikuti mata pelajaran
tertentu yang tidak dapat diberikan oleh sekolahnya,
(2) mengikuti program pendidikan keluarga di rumah (home schoolers) untuk mempelajari
materi yang tidak dapat diajarkan oleh orang tuanya, seperti bahasa asing dan keterampilan di
bidang komputer,
(3) merasa phobia dengan sekolah atau peserta didik yang dirawat di rumah sakit maupun di
rumah, yang putus sekolah tapi berminat melanjutkan pendidikannya, maupun peserta didik yang

berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan
(4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
b. Sudut guru
Menurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang diperoleh guru
adalah bahwa guru dapat :
(1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
(2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu
luang yang dimiliki realtif lebih banyak,
(3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali
topik tertentu dipelajari ulang,
(4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik
tertentu, dan
(5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di
literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam
pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002 : 94-95), antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut:
a.

Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.

b.

Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar

c.

dipelajari.
Siswa dapat belajar atau merevieu bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan

mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.


d. Bila siswa memerlukan tambahan informasi berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
e.

melakukan akses di internet secara lebih mudah.


Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan
jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih

luas.
f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
g. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar
negeri, dan sebagainya.
4. Kelebihan E-Learning
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena
memiliki kelebihan atau keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005):
a. Pengurangan biaya
b. Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
c. Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
d. Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti :
cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar
kualitas yang lebih konsisten.
e. Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari
pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang
f.

menggunakan cara tradisional


Kecepatan. Kecepatan distribusi materi pelajaran akan meningkat, karena pelajaran tersebut
dapat dengan cepat disampaikan melalui internet.

5. Keterbatasan E-Learning
Dalam e-learning, harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:
a.

Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik,

telepon dan infrastruktur yang lain.


b. Masalah ketersediaan software (piranti lunak). Bagaimana mengusahakan piranti lunak yang
tidak mahal.

c. Masalah dampaknya terhadap kurikulum yang ada.


d. Masalah skill and knowledge
Walaupun demikian pemanfaatan internet untuk pembelajaran atau elearning juga tidak terlepas dari berbagai kekurangan antara lain:
a.

Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya

b.

interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong

tumbuhnya aspek bisnis


c. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan bukan pendidikan.
d. Berubahnya peran guru dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini
e.
f.

juga dituntut menguasai teknik pembelajaran yang menggunakan internet.


Siswa yang tidak mempunyai motivasi belajar tinggi cenderung gagal
Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah

tersedianya listrik, telepon ataupun komputer).


g. Kurangnya tenaga yang mengetahui dan memiliki keterampilan bidang internet dan kurangnya
penguasaan bahasa komputer.
6. Kendala-Kendala
Kendala atau hambatan dalam penyelenggaraan e-learning, yaitu (Effendi, 2005) :
a.

Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi

memerlukan investasi yang sangat besar pada permulaannya.


b. Budaya. Pemanfaatan e-learning membutuhkan budaya belajar mandiri dan kebiasaan untuk
c.

belajar atau mengikuti pembelajaran melalui komputer.


Teknologi dan infrastruktur. E-learning membutuhkan perangkat komputer, jaringan handal dan

d.

teknologi yang tepat.


Desain materi. Penyampaian materi melalui e-learning perlu dikemas dalam bentuk yang
learner-centric. Saat ini masih sangat sedikit instructional designer yang berpengalaman dalam
membuat suatu paket pelajaran e-learning yang memadai.
(http://zaifbio.wordpress.com/2011/07/23/inovasi-model-dan-evaluasipembelajaran/

B.

Latar Belakang Pembelajaran E-Learning


Eric Ashby mengatakan bahwa dalam sejarah peradaban manusia, setidaknya telah terjadi
empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran.

Revolusi pertama terjadi ketika orang tua menitipkan anak kepada seorang guru untuk
mendapatkan pendidikan. Masa ini merupakan cikal bakal dimulainya sebuah profesi yang
disebut guru. Guru saat itu merupakan orang yang dipandang mempunyai kelebihan. Siswa
datang kepada guru untuk belajar.
Revolusi ke dua terjadi ketika manusia mengenal tulisan. Tulisan sebagai lambanglambang yang disepakati guna menyampaikan suatu pesan. Pesan-pesan yang semula
disampaikan secara lisan, sejak saat itu mulai disampaikan secara tertulis. Saat itu orang menulis
dengan mempergunakan media apa saja, seperti kayu, tulang, batu, daun, sampai ditemukannya
kertas pada tahun 105 oleh Cai Lun dari negeri Cina, sebagai pengganti papyrus. Sejak saat itu
budaya tulis semakin berkembang pesat.
Perkembangan budaya tulis semakin pesat saat memasuki revolusi ke tiga, yakni
ditemukannya mesin cetak pada abad ke 15 oleh Johannes Gutenberg. Mesin cetak membawa
dampak yang sangat luas dalam komunikasi tulisan, yang semula buku ditulis dan disalin oleh
orang perorang, maka setelah ditemukannya mesin cetak, tulisan dapat diterbitkan secara masal.
Mesin cetak telah memberi warna kepada kehidupan manusia modern.
Pada penghujung abad ke 20 kita menyaksikan revolusi selanjutnya yang sangat
menakjubkan, yaitu revolusi elektronik. Revolusi elektronik pada bidang teknologi pembelajaran
dimulai sejak ditemukannya citra bergerak (motion picture) tahun 1910, siaran radio (1930),
televisi pendidikan (1950) serta komputer dan internet (1980).
Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal
berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran elektronik atau sering disebut e-learning
(electronic learning). Konsep e-learning sendiri mencakup terminologi yang sangat luas, dari
mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning.
Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya
dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari
operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam
bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik. (http://sutamto.wordpress.com/inovasipendidikan-3/)
Banyak

pendidikan

tinggi

sekarang

menawarkan

kelas

online.

Perkembangan pendidikan online semakin pesat, bahkan program doktor


secara online

telah dikembangkan di universitas riset terkemuka. Jumlah

negara yang memanfaatkan cyber dan platform sekolah virtual untuk e-

learning

terus meningkat. Sekolah Virtual memungkinkan siswa untuk

masuk ke pembelajaran sinkron atau belajar asynchronous di mana saja ada


koneksi

internet.

Perlengkapan

teknologi

biasanya

disediakan

yang

mencakup komputer, printer, dan internet.


(http://en.wikipedia.org/wiki/E-learning)
C.

Peranan Teknologi Informasi Komunikasi dalam Pembelajaran


Teknologi informasi dan komunikasi adalah berbagai aspek yang melibatkan teknologi,
rekayasa dan teknik pengelolaan yang digunakan dalam pengendalian dan pemrosesan informasi
serta penggunaannya, hubungan komputer dengan manusia dan hal yang berkaitan dengan sosial,
ekonomi dan kebudayaan (British Advisory Council for Applied Resesach and Development:
Report on Information Technology; H.M. Stationery Office 1980)
Teknologi informasi dan komunikasi adalah sesuatu yang mendukung untuk merecord,
menyimpan, memproses, mendapat lagi, memancar atau mengantarkan dan menerima informasi
(Behan dan Holmes. 1990. Understanding of Information Technologies. Prentice Hall).
Teknologi informasi dan kounikasi adalah studi atau penggunaan peralatan elektronika,
terutama komputer, untuk menyimpan, menganalisis dan mendistribusikan informasi apa saja,
terasuk kata-kata, bilangan dan gambar. (Abdul Kadir, 2013: 13)
Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam bidang pendidikan seperti
pemanfaatan komputer dan jaringan komputer memberikan kesempatan kepada setiap
pembelajar utuk mengakses materi pembelajaran yang disajikan dalam bentuk interaktif melalui
jaringan komputer. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ini diharapkan mampu
meningkatkan keberhasilan belajar mengajar, penurunan tingkat putus sekolah, penurunan
tingkat ketidakhadiran di kelas dan pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan yang dapat
menjangkau seluruh masyarakat dari berbagai lapisan yang bertempat tinggal dimanapun. Untuk
itu, aplikasi teknologi informasi dan komunikasi agar tepat guna hendaknya disesuaikan dengan
kehidupan atau budaya yang berlaku di masyarakat. Keberagaman tingkat kehidupan dan budaya
pada masyarakat memerlukan berbagai teknologi untuk menyediakan pelayanan pendidikan,
diantaranya komputer dengan internetnya. Internet merupakan jaringan informasi digital yang
bersifat global.
Adapun Peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah:
1. Menggantikan peran manusia, yaitu dengan melakukan kegiatan otomasi tugas atau proses
2. Memperkuat peran manusia, yaitu menyajikan informasi, tugas atau proses.

3. Melakukan restrukturisasi atau melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu tugas atau


proses.
Dalam bukunya Kurikulum Berbasis Telekomunikasi dan Informasi, Munir (2008: 185-186)
menyebutkan ada 6 peranan TIK dalam pendidikan, yaitu:
1.

TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi.


Setiap pemangku kepentingan harus memiliki kompetensi dan keahlian menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan. Informasi merupakan bahan mentah
dari pengetahuan yang harus diolah melalui proses pembelajaran. Pegolahan yang menggunakan
TIK memerlukan keterampilan tersendiri.

2.

TIK sebagai infrastruktur pembelajaran


Saat ini bahan ajar banyak disimpan dalam format digital dengan model yang beragam
seperti multimedia. Para peserta didik - instruktur dan peserta didik secara aktif bergerak dari
satu tempat ke tempat lainnya. Proses pembelajaran seharusnya dapat dilakukan dimana dan
kapan saja. Perbedaan letak geografi seharusnya tidak menjadi batasan pembelajaran. The
network is the school akan menjadi fenomena baru di dalam dunia pendidikan.

3.

TIK sebagai sumber belajar.


Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian cepatnya. Pengajar-pengajar yang hebat
tersebar diberbagai belahan dunia. Buku-buku, bahan ajar dan referensi diperbaharui secara
kontinyu. Tanpa teknologi, proses pembelajaran yang up to date membutuhkan waktu yang lama.

4.

TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran


Penyampaian pengetahuan seharusnya mempertimbangkan konteks dunia nyatanya.
Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan
bahan ajar. Pelajar diharapkan melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih bebas
dan mandiri. Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi antar peserta didik dan pengajar. Rasio

5.

antar pengajar dan peserta didik proses pemberian fasilitas.


TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
Setiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti setiap harinya.
Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan memerlukan pengelolaan backoffice yang kuat. Kualitas layanan pada pengelolaan administrasi pendidikan seharusnya

ditingkatkan becara bertahap. Orang merupakan sumber daya yang sangat bernilai sekaligus
terbatas dalam institusi.
6.

TIK sebagai pendukung keputusan


Teknologi informasi dan komunikasi memungkinkan lembaga pendidikan atau pihak
berwenang lainnya untuk secara efektif melakukan evaluasi dan memantau seluruh pengajarnya
di dalam kelas, apakah menggunakan pembelajaran konvensional di dalam kelas atau
menggunakan sistem pembelajar jarak jauh. Teknologi informasi dan komunikasi yang
digunakan untuk pembelajaran jarak jauh memberikan kemungkinan para pengajar melakukan
pembelajaran dimanapun mereka berada.
Beberapa peran teknologi informasi dan komunikasi yang dapat memfasilitasi
pembelajaran jarak jauh adalah:

1. Asynchronous discussion
Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan berkomentar.
2. Instructur control of online conference and roles.
Dengan konferensi online, pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya,
peran pembelajar dan memungkinkan memantau diskusi. Beberapa kelompok dapat pula
mengembangkan online sendiri dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam
melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
3. Questions and answer communication protocol.
Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat
mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya
untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya.
4. Anonymity and pen name signature
Ketika pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka dapat
memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk memberikan ilustrasi atas
pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya berupa komentar yang dapat
memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang
sudah diajarkan oleh pengajar. Selain itu memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga
seseorang mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya dan secara
ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran
seperti metode pembelajaran kolaboratif.
5. Membership status lists.

Pemantauan aktivitas seperti membaca dan memberikan respon di dalam komunikasi,


memungkinkan pengajar mengetahui apa yang masing-masing pembelajar telah baca dan
seberapa up to date setiap di dalam forum diskusi. Hal ini memungkinkan pengajar mendeteksi
apabila terjadi ada pembelajar yang tertinggal pelajarannya. Kelompok pembelajar kolaboratif
dapat mengusahakan setiap orang di dalam tim up date. Setiap pembelajar dapat dengan mudah
membandingkan frekuensi dan kontribusi relatifnya bagi pembelajar lain di dalam pembelajaran.
6. Voting.
Akses yang mudah di dalam kelompok ataupun individual untuk memberikan pendapatnya dapat
pula dalam bentuk voting. Voting tidak hanya digunakan ketika membuat suatu keputusan, lebih
kepada fungsinya untuk mengeksplor (menggali) dan menemukan yang disepakati dan apa yang
tidak disepakati atau ketidakpastian, sehingga kelas dapat secara fokus melanjutkan diskusi.
Dimungkinkan pula pembelajar merubah pendapatnya kapan saja selama diskusi berlangsung.
7. Special purpose scaling methods.
Metode yang berguna ini dapat menunjukkan kesepakatan kelompok yang sesungguhnya dan
meminimalkan ambiguisitas. Ada suatu sistem yang memungkinkan setiap pembelajar pada akhir
pembelajarannya mengungkapkan apa yang mereka pikirkan paling penting dari apa yang sudah
dipelajari.
8. Information overload.
Hal ini dapat terjadi jika antusiasme pembelajar di dalam diskusi sangat tinggi, dengan
banyaknya pembelajar saling memberikan komentar, sehingga terjadi kelebihan infomasi.
Masalah ini dapat diatasi dengan membatasi ukuran kelompok yang dapat ditangani oleh media
teknologi informasi dan komunikasi yang digunakan. Diskusi online memungkinkan setiap
individu untuk memberikan komentar kapan saja tanpa perlu menunggu orang lain berkomentar
terlebih dahulu.
D.

Pengembangan Sistem E-Learning


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam sejarah peradaban mausia telah terjadi
empat revolusi besar pada bidang teknologi pembelajaran. Awal abad 21 merupakan kelanjutan
dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran
elektronik atau sering disebut e-learning (electronic learning). Konsep e-learning sendiri
mencakup terminologi yang sangat luas, dari mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan
electronic based learning.
Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya
dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari

operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam
bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik.
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang e- learning, yaitu:
a. Elektronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan
semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD Projector, tape dan lainlain.
b. Internet based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat on-line
sebagai instrument utamanya. Artinya, memiliki persepsi bahwa e-learning haruslah
menggunakan internet yang bersifat online , yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan
internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang
dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja (any where and any time).
Selain itu, saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Dalam bukunya, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Munir (2008:
208 )mengemukakan tentang pengembangan search engine sistem e-learning. Search engine
adalah fasilitas yang akan mengatur dan mengeola berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
sistem e-learning. Search engine yang diciptakan khusus untuk kebutuhan e-learning dibangun
dengan melibatkan berbagai unsur, di antaranya adalah:
1. Database
Pada dasarnya sistem database merupakan komponen utama dalam elearning. Database akan menampung dan mengolah data dari seluruh peserta didik, untuk
pengajar atau dosen, pengunjung, anggota, pelanggan dan pegawai administrasi dalam mengelola
bahan pengajaran, nota kuliah, jadwal, soal dan jawaban, nilai dan seluruh informasi lain yang
berhubungan dengan kebutuhan e-learning. Database bisa diupdate oleh pihak-pihak yang
berkepentingan setiap waktu secara online. Pengembangan database bisa menggunakan software
apapun yang mendukung pengembangan database seperti Microsoft Acces, MySQL, SQL Server,
Dbase dan Oracle. Database tersebut disimpan dalam database server.

2.

Aplikasi Web Server (HTTP Server)


Aplikasi web server merupakan sebuah fasilitas yang menyediakan kemudahan untuk
sistem online. Di dalam aplikasi web server ini pengguna bisa memperoleh data, menyimpan
data dan mengupdate data. Semua protokol yang ada di internet selalu melibatkan server dan
client. Demikian juga dengan HTTP (Hypertext Transfer Protocol), yang merupakan protokol
tempat aplikasi web dijalankan. Dalam protokol tersebut, yang menjadi server adalah web server
dan yang menjadi client adalah web browser. Ketika pengguna memasukkan alamat tertentu di
browser, maka browser akan mengirimkan permintaan tersebut ke web server yang dimaksud
dan hasilnya ditunggu. Jika yang diminta adalah sebuah file dokumen, maka web server akan
mengirimkan file tersebut ke browser. Dan jika diminta adalah sebuah file yang mengandung
program server side, maka web server akan menjalankan program tersebut kemudian mengirim
hasilnya dalam bentuk HTML ke browser.

3.

Pemrograman Web
Bahasa pemrograman yang mendukung pembuatan HTML (hypertext mark-up language)
disebut bahasa standar dalam pembangunan web. Pemrograman ini perlu diketahui oleh para
pekerja administrasi , operator, dosen dan pengelola universitas dengan maksud agar dapat
mengupdate kandungan yang ada dalam data base. Contoh bahasa yang dapat digunakan adalah
Java Script, Hypertext Markup Language (HTML) dan Hypertext Preprocessor (PHP).
4.

Password
Password adalah unsur yang paling penting di dalam berbagai system yang berhubungan

dengan online. Password ini bertujuan untuk menjamin keamanan data base, keamanan
informasi, transaksi dan keamanan berbagai fasilitas yang dimiliki untuk dalam online sistem.
5.

Antara Muka (interface)


Penampilan sangat penting dalam pembangunan web. Selain untuk menarik minat
pengunjung, juga untuk memberikan arahan yang jelas kepada pengguna dalam menggunakan
web. Pengembangan interface bisa dikatakan gampang-gampang susah, sebab selain dari
pengetahuan dan kemampuan yang menggambarkan sistem harus memiliki kualitas yang tinggi,
kreatifitas dan nilai seni dari pengembang juga sangat diperlukan. Interface adalah pintu gerbang

6.

dari sebuah sistem.


Fasilitas Sistem e- Learning

Aplikasi yang bisa dikembangkan di dalam system e- learning tergantung kepada kebutuhan.
Namun pada umumnya sistem akan memberikan tiga fasilitas yaitu fasilitas khusus, fasilitas
umum dan fasilitas penunjang.
a.

Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus adalah fasilitas yang bisa diakses oleh peserta didik, dosen, pegawai administrasi
dan pihak- pihak lain yang diberi kewenangan khusus dalam mengakses semua program yang
ada di dalam web server. Untuk bisa menggunakan fasilitas ini diperlukan kunci masuk yang
disebut password. Di antara aspek yang termasuk fasilitas khusus ini adalah: data pribadi, materi
pelajaran lengkap, soal, system ujian dan nilai, system pendaftaran kuliah, forum Tanya jawab

dan pembayaran kuliah.


b. Fasilitas Umum
Fasilitas umum yaitu fasilitas yang diberikan secara umum kepada pengguna web. Pengguna
akan menerima berbagai informasi secara umum, cara mengakses, proses pendaftaran, fasilitas
e-mail, forum diskusi dan macam- macam aktivitas yang diperlukan.
c. Fasilitas Penunjang
Fasilitas penunjang bermakna fasilitas yang member kemudahan kepada pengguna yang
mendukung terhadap kelancaran proses belajar mengajar. Fasilitas ini bisa berupa link antara
web satu dengan web yang lainnya yang memiliki kesamaan ataupun fasilitas download atau
upload.
F. Teknologi e-Learning
Beberapa produk teknologi e-learning meliputi:
1. Audio Conreferencing
Audio Conreferencing adalah interkasi atau konferensi langsung dalam bentuk audio (suara) atau
lebih yang berada pada tempat berbeda, bahkan dapat melibatkan peserta yang banyak pada
lokasi yang tersebar dan berbeda.
2. Videobroadcasting
Videobroadcasting merupakan salah satu teknologi e-learning interaktif yang bersifat satu arah
(komunikasi linier). Peserta mengikuti program pembelajaran melalui videobroadcasting dengan
cara melihat dan mendengar pesawat televise yang terhubung ke stasiun (broadcaster) tertentu
melalui antena penerima biasa atau antenna parabola yang dilengkapi decoder khusus.
3. Videoconferencing
Teknologi multimedia videoconferencing dapat memungkinkan seluruh peserta didik melihat,
mendengar

dan

bekerja

sama

secara

langsung.

Sesuai

dengan

namanya,

fungsi

videobroadcasting memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada seluruh peserta
didik dengan menggunakan multimedia (video, audio dan data).
4. Jenis Aplikasi E- Learning Berbasis Open Sourse
Jenis aplikasi e-learning antara lain adalah moddle dan Atutor.
a. Moddle
Salah satu aplikasi e-learning yang berbasis open source adalah moddle. Moddle adalah paket
software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet.
Kelebihan moddle, antara lain:
a. Penggunaannya tepat untuk kelas on-line dan hasil belajarnya relatif sama baiknya dengan hasil
b.
c.
d.
e.
f.

belajar langsung secara tatap muka dengan pengajar.


Menggunakan teknologi sederhana, sehingga efisien, mudah dan relatif murah.
Programnya mudah di-instal dan cukup memerlukan satu database yang diperlukannya.
Pelajaran dilengkapi dengan tampilan penjelasan.
Keamanan yang kuat.
Menyediakan paket untuk berbagai bahasa termasuk Bahasa Indonesia, sehingga setiap
pengguna dapat memilih bahasa yang digunakan, bisa Bahasa Indonesia, Inggris, China, Prancis

dan sebagainya.
b. Atutor
Atutor adalah Web- based Open Source Learning Control Management System (LCMS) yang
didesain dengan aksessibilitas dan kemampuan adaptasi. Atutor merupakan paket software yang
diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website, Administrator dapat meng-install
5.

atau meng-update Atutor dangan cepat dan singkat.


E-learning dan Intelegent Tutoring System (ITS)
Intelegent Tutoring System (ITS) atau sistem cerdas pembelajaran (tutorial) adalah strategi
pembelajaran yang menerangkan urutan isi materi pembelajaran, umpan balik feedback yang
diterima dan bahan ajar yang diberikan atau dijelaskan. E-learning diharapkan dapat digunakan

meningkatkan kualitas pembelajaran (Sri Hartati,2008:81)


G. Aplikasi TIK untuk E-Learning
Globalisasi telah memicu kecenderungan pergeseran dalam dunia pendidikan dari
pendidikan tatap muka yang konvensional ke arah pendidikan yang lebih terbuka. Globalisasi
juga membawa peran yang sangat penting dalam mengarahkan dunia pendidikan kita dengan
memanfaatkan TIK dalam pembelajaran.
Ada empat level pemanfaatan TIK untuk pendidikan menurut UNESCO,
yaitu Level 1: Emerging - baru menyadari pentingnya TIK untuk pendidikan;
Level 2: Applying - baru mempelajari TIK (learning tom use ICT); Level 3:
Integrating - belajar melalui dan atau meng-gunakan TIK (using ICT to learn);

Level 4: Transforming - dimana TIK telah menjadi katalis efektifitas dan


efisiensi

pembelajaran

serta

reformasi

pendidikan

secara

umum.

(http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/10/aplikasi-dan-potensi-tik-dalampembelajaran/)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan internet disambut
baik oleh dunia pendidikan. Sumber pembelajaran berbasis TIK ini menjadi dapat terakses oleh
masyarakat banyak dan memberikan nilai yang berarti. Munir (2008: 213-215) mengatakan,
aplikasi TIK untuk e-learning dapat berupa:
Situs Pembelajaran
Penerapan e-learning melalui jaringan internet menempatkan materi pada situs

1.

pembelajaran tertentu. Berbagai fasilitas situs pembelajaran pada internet dapat diakses oleh
peserta didik secara mandiri untuk keperluan pembelajaran karena di dalamnya memuat tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber daya web (melalui searching),
perpustakaan digital, jadwal pelajaran dan ujian, peta konsep pembelajaran dan lainnya. Website
e-learning harus dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
Berikut prinsip dalam pembuatan situs pembelajaran atau website e-learning:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Mengenalkan materi pembelajaran
c. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari materi
pembelajaran.
d. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas dengan
perintah dan arahan yang jelas.
e. Materi pembelajaran yang disampaikan sesuai standar yang berlaku secara umum dan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
f. Materi pembelajaran disampaikan secara sistematis dan mampu memberikan motivasi belajar,
serta pada bagian akhir setiap mata pelajaran dibuat rangkumannya.
g. Materi pembelajaran disampaikan sesuai kenyataan, sehingga mudah dipahami, disepar, dan
dipraktekan langsung oleh peserta didik.
h. Metode penjelasannya efektif, jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik dengan disertai
ilustrasi, contoh, demonstrasi, video dan sebagainya.
i. Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran di atas perlu dilakukan evaluasi dan
meminta umpan balik (feedback) dari peserta didik.
2. Electronic Mail (e-mail) atau surat elektronik
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan e-mail akan memungkinkan peserta didik
untuk dapat berkomunikasi dan saling mentransfer informasi dengan orang-orang di seluruh

dunia. Melalui e-mail dapat terjadi korespondensi antara pengajar dengan peserta didik, pengajar
dengan pengajar lainnya atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pengajar bisa
memberikan informasi informasi, menerima tugas atau pekerjaan, atau mengoreksi hasil
pekerjaan peserta didik tanpa harus bertemu muka antara keduanya. Begitu pula komunikasi
antara peserta didik menjadi lebih mudah tanpa terkendala tempat, ruang dan waktu. Peserta
didik bisa membaca dan menulis sesuai dengan minat dan kebutuhannya, kepada siapa saja dan
sumber mana saja yang diperlukan.
3. Silabus On-line
Panduan proses pembelajaran antara pengajar dan peserta didik telah disediakan dalam
silabus on-line. Seluruh peserta didik dan orangtua bisa memantaunya di silabus on-line. Dengan
silabus on-line ini diharapkan dapat terjalin hubungan yag serasi dan kontrol yang baik diantara
sekolah, masyarakat dan dunia kerja.
Selain itu Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan elaboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab) memungkinkan guru dan
siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium
secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library)
sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa
harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Selain itu, dalam TIK kita juga mengenal buku elektronik, sebagai salah
satu sumber belajar bagi siswa. Buku elektronik atau ebook adalah salah
satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi
multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke dalam ebook dapat
diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie
sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku
konvensional.

Jenis ebook paling sederhana adalah yang sekedar memindahkan buku


konvensional menjadi bentuk elektronik yang ditayangkan oleh komputer.
Dengan teknologi ini, ratusan buku dapat disimpan dalam satu keping CD
atau compact disk (kapasitas sekitar 700MB), DVD atau digital versatile disk
(kapasitas 4,7 sampai 8,5 GB), ataupun flashdisk (saat ini kapasitas yang
tersedia sampai 4 GB). Bentuk yang lebih kompleks dan memerlukan
rancangan yang lebih cermat ada pada misalnya Microsoft Encarta dan
Encyclopedia

Britannica

yang

merupakan

ensiklopedi

dalam

format

multimedia. Format multimedia memungkinkan ebook menyediakan tidak


saja informasi tertulis tetapi juga suara, gambar,

movie dan unsur

multimedia lainnya. Penjelasan tentang satu jenis musik, misalnya, dapat


disertai dengan cuplikan suara jenis musik tersebut sehingga pengguna
dapat

dengan

jelas

memahami

apa

yang

dimaksud

oleh

penyaji.

http://depikarom.blogspot.com/2012/07/media-pembelajaran-berbasiselektronik_12.html
H. E- Learning dan Distance Learning
E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK
(Martin Jenkins & Janet Hanson, Generic Center, 2003). Istilah e-Learning tidak hanya hanya
dapat digunakan untuk pemelajaran yang menggunakan variabel jarak atau perbedaan geografis
antara siswa dan pengajar, namun dapat pula digunakan untuk menyebut proses pemelajaran
yang menggunakan setiap bentuk media elektronik.
Distance Learning sebenarnya lebih menekankan pada adanya perbedaan jarak antara
pengajar dan pembelajar. Distance Learning merupakan metode penyampaian instruksional yang
tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar
(Ornager, UNESCO, 2003). Distance Learning, yaitu model atau program pemelajaran dimana
siswa berada di rumah atau kantor dan berkomunikasi dengan pengajar maupun dengan sesama
siswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video-conference, serta bentuk komunikasi lain
yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
http://anggerdayu.wordpress.com/2008/10/14/perbedaan-e-learning-dandistance-learning/

Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional pasal 31 dan SK Mendiknas No. 107/U/2001tentang Perguruan
Tinggi (PTJJ) secara lebih spesifik mengizinkan penyelenggarakan pendidikan
di Indonesia untuk melaksanakan pendidikan melalui Perguruan Tinggi Jarak
Jauh dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Ini
merupakan salah satu bentuk pembelajarannya dengan menggunakan elearning.
Menurut

Munir

(2008:217)

Distance

Learning

adalah

bentuk

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dengan menggunakan modul yang tercetak,


yang digunakan untuk korespondensi

dan pembelajaran berbasis (TIK),

seperti televisi radio dan komputer serta internet.


1. Prinsip Distance Learning Belajar Jarak Jauh
a. Tujuan yang jelas
b. Relevan dengan kebutuhan
c. Mutu Pendidikan
d. Efisien dan efektivitas program
e. Efektifitas
f. Pemerataan
g. Kemandirian
h. Keterpaduan
i. Kesinambungan
2. Karakteristik Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Belajar jarak jauh memiliki karakteristik, sebagai berikut:
a. Menjangkau semua peserta didik di manapun berada.
b. Proses belajar dilakukan secara mandiri.
c. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dikembangkan secara sengaja
sesuai kebutuhan dengan tetap berpedoman pada kurikulum.
d. Interaksi pembelajaran bisa dilaksanakan secara langsung dalam suatu
pertemuan. Bisa pula secara tidak langsung dengan bantuan tutor dalam
forum tutorial.

e.

Waktu yang digunakan tepat sesuai waktu dan program yang telah
ditentukan.

f.

Bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap


peserta didik.

g. Program disusun disesuaikan dengan jenjang, jenis dan sifat pendidikan.


h. Penilaian dilakukan sendiri (self evaluation)
3. Prinsip dan Bentuk Program Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Penyusunan program belajar jarak jauh memerhatikan prinsip-prinsip
berikut:
a. Bertujuan meningkatkan mutu kemampuan para peserta didik
sesuai dengan bidang kemampuan, minat dan bakatnya masing- masing
agar lebih mampu meningkatkan mutu diri sendiri.
b. Memperluas kesempatan belajar dan meningkatkan jenjang
pendidikan para peserta.
c. Meningkatkan efisiensi dalam sistem penyampaian melalui
media modular dangan bantuan radio pendidikan, film, video, media
pendukung lain.
d. Berdasarkan kebutuhan lapangan dan kondisi lingkungan.
e. Berdasarkan kesadaran dan keinginan peserta didik dan
menekankan pada belajar mandiri yang berdasarkan aktualisasi diri, pecaya
diri bergantung pada kemampuan sendiri agar hasil dalam studinya.
f. Dikembangkan dalam paket terpadu dan dilaksanakan secara
terpadu pada tingkat kelembagaan.
Dengan prinsip- prinsip tersebut, maka bentuk program jarak jauh dapat
berupa paket belajar modular, program siaran radio, atau televisi dan
program multi media.
4. Sistem Komponen Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)
Komponen system belajar jarak jauh, meliputi:
a. Peserta Didik
b. Materi Pembelajaran
c. Pembimbing, Tutor, Fasilitator

d. Tempat Belajar
e. Sistem Evaluasi
5. Pendayagunaan Komputer dalam Program Distance Learning
Komputerisasi program jarak jauh bukan saja menjadi suatu
kebutuhan, akan tetapi sekaligus merupakan suatu keharusan, baik dalam
administrasi maupun dalam edukasi. Pertimbangannya adalah:
a.

Data dan informasi tentang peseerta didik dan tutor

membutuhkan

ketelitian

dan

ketepatan

yang

maksimal,

agar

dapat

dikombinasikan dalam jangka waktu relatif singkat.


b.

Pelaksanaan kurikuler, bimbingan tutorial, kegiatan penilaian,

pengadaan dan pemakaian bahan bacaan serta alat bantu dan kegiatan
pembelajaran lebih menekankan belajar mandiri, sehingga pendataan dan
pengolahan yang cepat dan akurat.
c.
merupakan

Pendayagunaan komputer dalam program Distance Learning


salah

satu

sarana

prasarana

yang

penting

guna

lebih

memperlancar system komunikasi informasi.


d.

Kebutuhan inovasi, penyesuaian dan pengembangan sistem

pendidikan nasional dewasa ini meminta perhatian yang sungguh-sungguh


dalam pendayagunaan TIK
6.

Kelebihan Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)

Dari penjelasan yang telah disampaikan di atas, maka Distance Learning


memiliki kelebihan- kelebihan sebagai berikut:
a.

Menjangkau target yang telah ditentukan

b.

Memberikan kesempatan yang luas dalam rangka pelayanan

terhadap perbedaan individu peserta didik.


c.

Tidak membutuhkan ruangan kelas khusus dan semua jenis

perlengkapannya.
d.

Tidak memerlukan guru khusus yang bertugas mengajar

secara berkesinambungan.
e.

Bahan ajar telah disiapkan dalam bentuk modulyang

disiapkan oleh pengelola.

f.

Memberikan kesempatan yang luas kepada peserta didik untuk

belajar mandiri secara aktif.


g.

Lebih efisien dan ekonomis.

h.

Pengembangan

kurikulum

didasarkan

pada

kebutuhan

lapangan.
7.

Kelemahan Distance Learning


Beberapa kelemahan yang mungkin menjadi kendala Distance Learning, yaitu:
a. Persiapan dan perencanaan program lengkap dengan semua
perangkatnya memerlukan waktu dan pembiayaan yang cukup banyak serta
mendayagunakan tenaga ilmuan dari berbagai disiplin ilmu.
b. Menuntut para peserta didik belajar mandiri, sehingga memerlukan motivasi
yang tinggi.
c.

Peserta didik tidak dapat berinteraksi dan berkomunikasi langsung dengan

pendidik
I. Difusi dan Inovasi E-Learning
Difusi merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk
menyebarluaskan suatu ide/gagasan inovasi, dengan menggunakan media
tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu pula dalam satu lingkup sistem
tatanan sosial masyarakat dan prosesnya berlangsung terus-menerus. Difusi
ini memiliki peran sebagai fasilitator bagi suatu inovasi yang dibuat. Jadi,
suatu inovasi tidak akan dapat menyebarluas dan dimanfaatkan tanpa
adanya proses difusi.
Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang
dinilai baru dalam suatu kelompok masyarakat, yang nantinya ige/gagasan
baru tersebut dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut. Inovasi ini
merupakan perubahan, pembaharuan,

dan

penemuan yang tentunya

bersifat disengaja dan berkelanjutan, sehingga inovasi harus direncanakan


dan dirancang terlebih dahulu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Gagasan/ide

baru

sebagai

bentuk

inovasi

ini,

diterapkan

untuk

memprakarsai dan/atau memperbaiki suatu produk maupun jasa. Inovasi


memiliki beberapa sifat :

1. Penggantian.
2. Perubahan.
3. Penambahan.
4. Penghapusan.
5. Penguatan.
6. Penyusunan kembali.
Suatu inovasi yang akan didifusikan, harus melalui beberapa
tahapan hingga akhirnya nanti dapat diambil keputusan untuk diterima atau
tidak. Tahapan tersebut adalah :
1. Pengetahuan.
2. Bujukan.
3. Pengambilan keputusan.
4. Implementasi.
5. Konfirmasi.
Setiap inovasi memiliki beberapa ciri, antara lain seperti yang
diungkapkan oleh Mattew B. Miles:
1. Memiliki kekhasan khusus.
2. Memiliki unsur/ciri kebaruan.
3. Melalui program yang terencana.
4. Memiliki tujuan.
Ciri-ciri inovasi tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses
difusi dengan maksud agar inovasi yang dihasilkan dapat diadopsi oleh
kelompok masyarakat. Maka, tentu harus ada proses pemilihan yang selektif
terhadap hasil inovasi yang ada sebelum akhirnya dipilih untuk diujicobakan
untuk kemudian diadopsi.
Proses seleksi suatu inovasi yang akan didifusikan agar dapat diadopsi
dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi cara mudahnya adalah dengan
membuat suatu kriteria seleksi inovasi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian
dituangkan menjadi syarat-syarat adopsi inovasi, yang antara lain berisi :
1. Ada tujuan inovasi yang jelas.
2. Ada pembagian/deskripsi tugas dari masing-masing komponen inovasi.

3. Ada kejelasan struktur otoritas/kewenangan dari inovasi tersebut.


4. Inovasi tersebut memiliki peraturan dasar/umum yang dapat diterapkan.
5. Inovasi tersebut memiliki pola hubungan informasi yang teruji.
E-Learning merupakan salah satu bentuk inovasi dalam dunia
pendidikan, maka e-learning akan dapat diketahui dan dimanfaatkan oleh
masyarakat pendidikan dengan melakukan tahapan difusi inovasi. ELearning adalah salah satu contoh inovasi yang dinamis, dimana setiap
waktu akan dapat terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi
yang ada. Selain itu, kebutuhan individu untuk belajar dengan cara
yang beragam akan turut mempengaruhi dinamika pengembangan jenis dan
bentuk inovasi e-learning. Proses difusi inovasi suatu e-learning tidak selalu
dapat dipastikan hasilnya, terkadang akan menghasilkan tanggapan yang
positif, tetapi bukan tidak mungkin juga akan menghasilkan tanggapan yang
negatif. Karena, belum semua masyarakat pendidikan sadar dan terfasilitasi
dengan teknologi penunjang e-learning.
Dalam

kajian

ruang

lingkup

inovasi

pendidikan,

inovasi

e-

learning termasuk ke dalam bentuk inovasi pengembangan media dan


sumber belajar. Inovasi e-learning cakupannya adalah skala makro (besar),
dimana pelaksanaan inovasinya bersifat luas dan melibatkan banyak pihak.
Sebagaimana layaknya bentuk inovasi lainnya, inovasi e-learning juga harus
diujicobakan terlebih dahulu baru dapat didesiminasikan.
Inovasi e-learning merupakan salah satu upaya untuk dapat membantu
membangun peran pendidikan, dalam membuka kesempatan pembelajaran
bagi banyak orang. Inovasi e-learning tidak bersifat gradual, tetapi bersifat
evolution. Karena, memang tidak ada sesuatu hal yang memang benar-benar
baru, melainkan lebih kepada perbaikan atau perubahan. Oleh karena itu,
inovasi e-learning ini dapat terus dikembangkan secara perorangan maupun
kelompok/massal. Dan tentunya kembali lagi, bahwa inovasi e-learning
dalam bentuk apapun harus disebarluaskan agar dapat memberi manfaat
bagi pendidikan secara luas. Maka, dapat disimpulkan bahwa "INNOVATION
IS NOTHING WITHOUT DIFFUSION".

Munculnya inovasi e-learning diharapkan akan memberikan banyak


manfaat bagi pendidikan. Salah satu manfaat yang diharapkan dapat
dirasakan dengan munculnya e-learning ini adalah dapat membantu upaya
mengatasi

berbagai

masalah

pendidikan

yang

ada,

seperti

masalah

pemerataan pendidikan, peningkatan mutu, relevansi pendidikan, serta


peningkatan efektifitas dan efisiensi pendidikan. Maka, inovasi e-learning
sendiri menjadi dianggap begitu penting dalam mempengaruhi upaya
perbaikan dan pengembangan pendidikan. Berikut ini adalah beberapa poin
tentang pentingnya inovasi e-learning :
1. Memfasilitasi upaya pemerataan dan kesempatan pendidikan, mengingat elearning dapat memungkinkan memberikan jangkauan pendidikan yang lebih
luas.
2. Membantu peningkatan mutu pendidikan, karena e-learning menerapkan
pendidikan berbasis teknologi dan bebas akses. Sehingga, setiap individu
memiliki keleluasaan lebih untuk belajar.Inovasi e-learning akan dapat
mempengaruhi mutu dalam segi : pendidik, tenaga kependidikan, peserta
3.

didik, dana, serta sarana dan prasarana.


Mendukung peningkatan efisiensi pendidikan.

Jika e-learning

mampu

didifusikan dengan baik, maka akan dapat mengefisiensikan pembelajaran


4.

dalam segi biaya dan waktu.


Menciptakan peningkatan

efektifitas

pendidikan.

E-learning

akan

mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola
5.

dengan baik dan tepat.


Membantu mewujudkan relevansi pendidikan, baik secara internal maupun
eksternal.
Difusi inovasi e-learning akan dapat berjalan baik jika didukung dengan
kebijakan dan regulasi yang benar. Kebijakan dan regulasi tersebut harus
dikelola oleh sumber daya yang mumpuni.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penulis mempunyai kesimpulan sebagai
berikut:
1.
2.

E-learning adalah pembelajaran dengan menggunakan perangkat elektronika.


E-Learning dapat digunakan juga sebagai distance learning

atau

pembelajaran jarak jauh yang memungkinkan pebelajar melakukan aktivitas


belajar tanpa ada interaksi fisik secara langsung dengan pengajar akan
3.

tetapi melakukan kegiatan interaksi pembelajaran secara on-line.


E-Learning merupakan trend baru dalam pembelajaran masa kini yang

4.

menjadikan belajar menjadi lebih efektif dan efisien.


Sebagai inovasi baru, e-learning perlu didifusikan kepada masyarakat.
Jika e-learning

mampu

didifusikan

dengan

baik,

maka

mengefisiensikan pembelajaran dalam segi biaya dan waktu.

akan

dapat

B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran sebagai
berikut:
1.

Bagi pendidik: Inovasi pendidikan yang berbasis TIK merupakan suatu


keniscayaan, sehingga memiliki keterampilan dalam penguasaan TIK dalam

2.

pembelajaran adalah sebuah kebutuhan yang harus dilakukan.


Bagi institusi: Perkembangan pembelajaran dengan menggunakan
elektronika atau e-learning yang demikian pesat mengharuskan setiap
institusi mempersiapkan segala sarana dan prasarana dalam memenuhi

3.

kebutuhan pembelajaran e-learning tersebut.


Bagi Pemerintah: Masih banyaknya masyarakat yang kurang memahami
pembelajaran e-learning, sehingga pemerintah hendaknya melakukan difusi
inovasi e-learning. Selain itu, pemerintah hendaknya mengembangkan suatu
kurikulum pembelajaran e-learning dan memberikan fasilitas pembelajaran
online

ke

seluruh

pelosok

negeri

sehingga

dapat

dinikmati

seluruh

masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin, 2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi , Jakarta: Penerbit
Erlangga
Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rusman. 2012. Belajar Dan Pembelajaran Berbasis Komputer,
Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai