yang telah
berkontribusi atas penyelesaian makalah ini. Semoga Allah SWT memberi berkah atas amal
usaha kita.
Kendati demikian kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena
itulah, penulis mohon maaf jika di dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan.
Akhirnya, semoga makalah Difusi Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik (ELearning) ini dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan
mahasiswa UIA Jakarta dan pembaca umumnya. Kamipun terbuka menerima krtik dan saran
dari para pembaca semua, guna perbaikan di masa yang akan datang.
Serang, 1 Desember 2012
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, proses pembelajaran tidak lagi terpusat pada suatu
pusat pendidikan seperti kampus, sekolah, kursus, ataupun pusat pelatihan. Perubahan tersebut
telah mengarahkan proses pembelajaran untuk mendapatkan pengetahuan ke arah tersebar.
Paradigma pergeseran dalam proses pembelajaran ini telah dikenal sejak dekade awal tahun 90an. Dan kini, keadaan tersebut telah dikenal luas oleh masyarakat dunia pada umumnya.
Kegiatan proses pembelajaran terus diarahkan ke arah yang lebih fleksibel dalam
kaitannya dengan ruang dan waktu. Karena memang sudah semestinya, dalam mendapatkan
suatu pengetahuan, ruang dan waktu seharusnya bukanlah suatu batasan yang menyulitkan
bahkan tidak memungkinkan seseorang untuk mendapatkan suatu pengetahuan yang ingin
diketahuinya.
Pada kondisi seperti sekarang ini, belajar seharusnya bukan lagi merupakan suatu hal
yang membosankan, seperti beberapa dekade yang lalu. Berkat perkembangan teknologi
informasi yang sedemikian pesat, bahan ajar dapat disajikan dengan suara dan gambar yang
dinamis, tidak membosankan, serta padat informasi.
Belajar merupakan rangkaian proses pengembangan individu yang dilakukan seumur
hidup. Belajar tidak harus di lingkungan formal seperti sekolah, kampus, tempat kursus ataupun
pusat pelatihan dan pengembangan individu. Dengan berpegang pada pernyataan demikian,
dapat ditelusuri bahwa belajar harus menumbuhkan suatu sikap kemampuan belajar secara
mandiri, tanpa peduli ada tidaknya faktor luar yang mempengaruhi proses belajar tersebut seperti
staf pengajar dan atau ruang kelas. Belajar yang dikatakan sebagai rangkaian proses
pengembangan indvidu selama seumur hidup, sudah tentu memerlukan adanya pengembangan
sikap memotivasi kemampuan belajar secara mandiri. Faktor lainnya yang tak kalah pentingnya
dalam menentukan keberhasilan kegiatan belajar-mengajar, adalah sumber belajar. Dalam rangka
mengupayakan peningkatan kualitas program pembelajaran perlu dilandasi dengan pandangan
sistematik terhadap kegiatan belajar-mengajar, yang juga harus didukung dengan upaya
pendayagunaan sumber belajar di antaranya internet. Ini di satu pihak, sedangkan di pihak lain
kenyataan menunjukkan bahwa sumber belajar dan sarana pembelajaran yang telah dibakukan,
diadakan dan didistribusikan oleh pemerintah belum didayagunakan secara optimal oleh guru,
pelatih dan instruktur.
Paradigma lainnya adalah perubahan dalam konteks pusat pembelajaran. Apabila dahulu,
guru merupakan pusat pembelajaran (Teacher Centric), kini bergeser menjadi murid sebagai
pusat pembelajaran (Learner Centric).
Seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan
suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar berbasis TI menjadi tidak terelakkan lagi. Konsep
yang dikenal dengan sebutan e-Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi
pendidikan konvensional ke bentuk digital, baik secara isi dan sistemnya. Saat ini konsep eLearning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi
e-Learning di lembaga pendidikan maupun industri.
E-Learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk
mendukung pengembangan kegiatan belajar mengajar dengan media internet, intranet atau media
jaringan komputer lain. Dengan e-Learning memungkinkan terjadinya proses pendidikan tanpa
melalui tatap muka langsung dan pengembangan ilmu pengetahuan kepada siswa bisa dilakukan
dengan mudah.
Untuk mewujudkan kualitas pembelajaran, perlu ditempuh upaya-upaya yang bersifat
komprehensif terhadap kemampuan guru dalam memanfaatkan internet sebagai sumber belajar.
Namun demikian, berdasarkan isu yang berkembang dalam pendidikan, pembelajaran di sekolah
atau lembaga pendidikan belum berjalan secara efektif, bahkan banyak guru yang mengajar
tanpa memanfaatkan sumber belajar. Mereka mengajar secara rutin apa adanya sehingga
pembelajaran berkesan teacher centris.
Selama ini banyak sekolah yang proses pembelajarannya masih bersifat konvensional,
dengan kata lain bahwa proses belajar mengajar antara siswa dengan guru hanya dapat dilakukan
dengan syarat terjadinya pertemuan antara siswa dengan guru di dalam kelas. Jika pertemuan
antara siswa dengan guru tidak terjadi maka secara otomatis proses pembelajaran pun tidak dapat
dilaksanakan.
Selain itu proses transfer ilmu pengetahuan hampir sepenuhnya dilakukan di dalam kelas
yang menyebabkan transfer ilmu pengetahuan bisa terlambat jika pertemuan tidak terjadi.
Keadaan seperti ini sangat jelas dapat menghambat proses pembelajaran di sekolah yang dapat
berakibat berkurangnya pemahaman siswa terhadap suatu materi pelajaran.
Di sisi lain banyak sekolah yang belum mempunyai suatu sarana untuk mengelola dan
memudahkan dalam penyebaran artikel, makalah, maupun ilmu pengetahuan lain khususnya di
bidang TI yang ditujukan untuk memberikan pendidikan gratis bagi masyarakat umum. Maka
perlu dibuat suatu aplikasi e-Learning berbasis web yang dapat diakses kapan saja dan dimana
saja sehingga mendukung proses pendidikan di sekolah serta mempermudah dalam penyebaran
ilmu pengetahuan kepada masyarakat umum.
Dari uraian di atas maka penulis berasumsi untuk membuat makalah yang berjudul
Difusi Inovasi Pembelajaran Berbasis Elektronik .
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut maka dirumuskan masalah sebagai
berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
D. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri dari tiga bab, dengan sitematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan: Meliputi; Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan
dan Sistematika Penulisan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
1. Pengertian E-Learning
E-learning tersusun dari dua bagian, yaitu e yang merupakan singkatan dari electronica
dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika. Jadi dalam pelaksanaannya, e-learning
menggunakan jasa audio, video atau perangkat komputer atau kombinasi dari ketiganya. Dengan
kata lain e-learning adalah pembelajaran yang dalam pelaksanaannya didukung oleh jasa
teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelite atau komputer.(Tafiardi, 2005).
Sejalan dengan itu, Onno W. Purbo (dalam Amin, 2004) menjelaskan bahwa istilah e
dalam e-learning adalah segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha
pengajaran lewat teknologi elektronik internet. Internet, satelit, tape audio/video, tv interaktif,
dan CD-ROM adalah sebagian dari media elektronik yang digunakan. Pengajaran boleh
disampaikan pada waktu yang sama (synchronously) ataupun pada waktu yang berbeda
(asynchronously).
Secara lebih singkat William Horton mengemukakan bahwa (dalam Sembel,
2004) e-learning merupakan kegiatan pembelajaran berbasis web (yang bisa diakses dari
internet). Tidak jauh berbeda dengan itu Brown, 2000 dan Feasey, 2001 (dalam Siahaan, 2002)
secara sederhana mengatakan bahwa e-learning merupakan kegiatan pembelajaran yang
memanfaatkan jaringan (internet, LAN, WAN) sebagai metode penyampaian, interaksi, dan
fasilitas yang didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainnya.
Jaya Kumar C. Koran (2002) mendefinisikan e-learning sebagai
pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN, atau
internet) untuk menyampaikan isi pembelajaran, interaksi, atau bimbingan.
Sementara Dong (dalam Kamarga, 2002) mendefinisikan elearning sebagai kegiatan belajar asynchronous melalui perangkat elektronik
komputer
yang
memperoleh
bahan
belajar
yang
sesuai
dengan
kebutuhannya.
Selain itu, ada yang menjabarkan pengertian e-learning lebih luas lagi.
Sebenarnya materi e-learning tidak harus didistribusikan secara on-line baik melalui jaringan
lokal maupun internet. Interaksi dengan menggunakan internetpun bisa dijalankan secara on-line
dan real-time ataupun secara off-line atau archieved. Distribusi secara off-line menggunakan
media CD/DVD pun termasuk pola e-learning. Dalam hal ini aplikasi dan materi belajar
dikembangkan sesuai kebutuhan dan didistribusikan melalui media CD/DVD, selanjutnya
pembelajar dapat memanfatkan CD/DVD tersebut dan belajar di tempat dimana dia berada
(Lukmana, 2006).
Dari definisi ini dapat dipahami bahwa pembelajaran dengan elearning
adalah
pembelajaran
yang
berbasis
elektronik,
yang
dapat
Karakteristik E-Learning
Karakteristik e-learning ini antara lain adalah:
a.
Memanfaatkan jasa teknologi elektronik. Guru dan siswa, siswa dan sesama siswa atau guru dan
sesama guru dapat berkomunikasi dengan relatif mudah tanpa dibatasi oleh hal-hal yang bersifat
protokoler.
b. Memanfaatkan keunggulan komputer (digital media dan computer networks)
c. Menggunakan bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) disimpan di komputer
sehingga dapat diakses oleh guru dan siswa kapan saja dan di mana saja bila yang bersangkutan
d.
memerlukannya
Memanfaatkan jadwal pembelajaran, kurikulum, hasil kemajuan belajar dan hal-hal yang
a.
berada di berbagai daerah atau bahkan yang berada di luar negeri, dan
(4) tidak tertampung di sekolah konvensional untuk mendapatkan pendidikan.
b. Sudut guru
Menurut Soekartawi (dalam Siahaan) beberapa manfaat yang diperoleh guru
adalah bahwa guru dapat :
(1) lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan yang menjadi tanggung jawabnya sesuai
dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang terjadi,
(2) mengembangkan diri atau melakukan penelitian guna peningkatan wawasannya karena waktu
luang yang dimiliki realtif lebih banyak,
(3) mengontrol kegiatan belajar peserta didik. Bahkan guru juga dapat mengetahui kapan peserta
didiknya belajar, topik apa yang dipelajari, berapa lama sesuatu topik dipelajari, serta berapa kali
topik tertentu dipelajari ulang,
(4) mengecek apakah peserta didik telah mengerjakan soal-soal latihan setelah mempelajari topik
tertentu, dan
(5) memeriksa jawaban peserta didik dan memberitahukan hasilnya kepada peserta didik.
Dari berbagai pengalaman dan juga dari berbagai informasi yang tersedia di
literatur, memberikan penjelasan tentang manfaat penggunaan internet, khususnya dalam
pendidikan terbuka dan jarak jauh (Soekartawi dalam Tafiardi, 2002 : 94-95), antara lain dapat
disebutkan sebagai berikut:
a.
Tersedianya fasilitas e-moderating. Guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui
fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan tanpa
dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
b.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan
terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar
c.
dipelajari.
Siswa dapat belajar atau merevieu bahan ajar setiap saat dan di mana saja kalau diperlukan
luas.
f. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif
g. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah
konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar
negeri, dan sebagainya.
4. Kelebihan E-Learning
E-learning dapat dengan cepat diterima dan kemudian diadopsi adalah karena
memiliki kelebihan atau keunggulan sebagai berikut (Effendi, 2005):
a. Pengurangan biaya
b. Fleksibilitas. Dapat belajar kapan dan dimana saja, selama terhubung dengan internet.
c. Personalisasi. Siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajar mereka.
d. Standarisasi. Dengan e-learning mengatasi adanya perbedaan yang berasal dari guru, seperti :
cara mengajarnya, materi dan penguasaan materi yang berbeda, sehingga memberikan standar
kualitas yang lebih konsisten.
e. Efektivitas. Suatu studi oleh J.D Fletcher menunjukkan bahwa tingkat retensi dan aplikasi dari
pelajaran melalui metode e-learning meningkat sebanyak 25 % dibandingkan pelatihan yang
f.
5. Keterbatasan E-Learning
Dalam e-learning, harus diperhatikan masalah yang sering dihadapi yaitu:
a.
Masalah akses untuk bisa melaksanakan e-learning seperti ketersediaan jaringan internet, listrik,
Kurangnya interaksi antara guru dan siswa atau bahkan antar siswa itu sendiri. Kurangnya
b.
interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar dan mengajar.
Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong
Investasi. Walaupun e-learning pada akhirnya dapat menghemat biaya pendidikan, akan tetapi
d.
B.
Revolusi pertama terjadi ketika orang tua menitipkan anak kepada seorang guru untuk
mendapatkan pendidikan. Masa ini merupakan cikal bakal dimulainya sebuah profesi yang
disebut guru. Guru saat itu merupakan orang yang dipandang mempunyai kelebihan. Siswa
datang kepada guru untuk belajar.
Revolusi ke dua terjadi ketika manusia mengenal tulisan. Tulisan sebagai lambanglambang yang disepakati guna menyampaikan suatu pesan. Pesan-pesan yang semula
disampaikan secara lisan, sejak saat itu mulai disampaikan secara tertulis. Saat itu orang menulis
dengan mempergunakan media apa saja, seperti kayu, tulang, batu, daun, sampai ditemukannya
kertas pada tahun 105 oleh Cai Lun dari negeri Cina, sebagai pengganti papyrus. Sejak saat itu
budaya tulis semakin berkembang pesat.
Perkembangan budaya tulis semakin pesat saat memasuki revolusi ke tiga, yakni
ditemukannya mesin cetak pada abad ke 15 oleh Johannes Gutenberg. Mesin cetak membawa
dampak yang sangat luas dalam komunikasi tulisan, yang semula buku ditulis dan disalin oleh
orang perorang, maka setelah ditemukannya mesin cetak, tulisan dapat diterbitkan secara masal.
Mesin cetak telah memberi warna kepada kehidupan manusia modern.
Pada penghujung abad ke 20 kita menyaksikan revolusi selanjutnya yang sangat
menakjubkan, yaitu revolusi elektronik. Revolusi elektronik pada bidang teknologi pembelajaran
dimulai sejak ditemukannya citra bergerak (motion picture) tahun 1910, siaran radio (1930),
televisi pendidikan (1950) serta komputer dan internet (1980).
Awal abad 21 merupakan kelanjutan dari revolusi elektronik. Pada masa ini, dikenal
berbagai istilah berkaitan dengan pembalajaran elektronik atau sering disebut e-learning
(electronic learning). Konsep e-learning sendiri mencakup terminologi yang sangat luas, dari
mulai pembelajaran plus elektronik sampai dengan electronic based learning.
Revolusi elektronik tidak dapat dipungkiri, menjadi salah satu penyebab berubahnya gaya
dan pola hidup manusia dewasa ini. Komputerisasi, yang merupakan perwujudan visual dari
operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam
bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik. (http://sutamto.wordpress.com/inovasipendidikan-3/)
Banyak
pendidikan
tinggi
sekarang
menawarkan
kelas
online.
learning
internet.
Perlengkapan
teknologi
biasanya
disediakan
yang
2.
3.
4.
5.
ditingkatkan becara bertahap. Orang merupakan sumber daya yang sangat bernilai sekaligus
terbatas dalam institusi.
6.
1. Asynchronous discussion
Pada pembelajaran online, para pembelajar dapat menggunakan waktu disesuaikan dengan
kebutuhan masing-masing di dalam merefleksikan, berdiskusi dan berkomentar.
2. Instructur control of online conference and roles.
Dengan konferensi online, pengajar dapat mengendalikan keanggotaan setiap pembelajarnya,
peran pembelajar dan memungkinkan memantau diskusi. Beberapa kelompok dapat pula
mengembangkan online sendiri dalam berdiskusi lebih lanjut ataupun di dalam berdiskusi dalam
melaksanakan tugas, sehingga dapat memfasilitasi suatu team work.
3. Questions and answer communication protocol.
Pengajar dapat melontarkan pertanyaan selama diskusi berlangsung. Pengajar dapat
mengendalikan siapa yang sudah menemukan jawabannya dengan mencegah pembelajar lainnya
untuk dapat mencontek, sampai mereka sendiri benar-benar menemukan jawabannya.
4. Anonymity and pen name signature
Ketika pembelajar bekerja menjadi bagian dari diskusi yang sedang berlangsung, mereka dapat
memanfaatkan pengalaman kehidupan nyata di dunia kerjanya untuk memberikan ilustrasi atas
pemahaman konsep yang diajarkan oleh pengajar. Misalnya berupa komentar yang dapat
memberikan makna yang lebih kepada pembelajar yang sedang belajar melengkapi apa yang
sudah diajarkan oleh pengajar. Selain itu memungkinkan juga adanya nama samaran sehingga
seseorang mampu mengembangkan personalnya tanpa diketahui identitas sebenarnya dan secara
ekstrim sangat berguna di dalam pembelajaran yang mengharapkan adanya permainan peran
seperti metode pembelajaran kolaboratif.
5. Membership status lists.
operasional dunia digital mengalami perkembangan begitu pesat. Hitungannya tidak lagi dalam
bilangan tahun, bulan atau hari, melainkan detik.
Secara umum terdapat dua persepsi dasar tentang e- learning, yaitu:
a. Elektronic based e-learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, terutama perangkat yang berupa elektronik. Artinya, tidak hanya internet, melainkan
semua perangkat elektronik seperti film, video, kaset, OHP, Slide, LCD Projector, tape dan lainlain.
b. Internet based, adalah pembelajaran yang menggunakan fasilitas internet yang bersifat on-line
sebagai instrument utamanya. Artinya, memiliki persepsi bahwa e-learning haruslah
menggunakan internet yang bersifat online , yaitu fasilitas komputer yang terhubung dengan
internet. Artinya pembelajar dalam mengakses materi pembelajaran tidak terbatas jarak, ruang
dan waktu, bisa dimana saja dan kapan saja (any where and any time).
Selain itu, saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Dalam bukunya, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, Munir (2008:
208 )mengemukakan tentang pengembangan search engine sistem e-learning. Search engine
adalah fasilitas yang akan mengatur dan mengeola berbagai aktivitas yang dilakukan dalam
sistem e-learning. Search engine yang diciptakan khusus untuk kebutuhan e-learning dibangun
dengan melibatkan berbagai unsur, di antaranya adalah:
1. Database
Pada dasarnya sistem database merupakan komponen utama dalam elearning. Database akan menampung dan mengolah data dari seluruh peserta didik, untuk
pengajar atau dosen, pengunjung, anggota, pelanggan dan pegawai administrasi dalam mengelola
bahan pengajaran, nota kuliah, jadwal, soal dan jawaban, nilai dan seluruh informasi lain yang
berhubungan dengan kebutuhan e-learning. Database bisa diupdate oleh pihak-pihak yang
berkepentingan setiap waktu secara online. Pengembangan database bisa menggunakan software
apapun yang mendukung pengembangan database seperti Microsoft Acces, MySQL, SQL Server,
Dbase dan Oracle. Database tersebut disimpan dalam database server.
2.
3.
Pemrograman Web
Bahasa pemrograman yang mendukung pembuatan HTML (hypertext mark-up language)
disebut bahasa standar dalam pembangunan web. Pemrograman ini perlu diketahui oleh para
pekerja administrasi , operator, dosen dan pengelola universitas dengan maksud agar dapat
mengupdate kandungan yang ada dalam data base. Contoh bahasa yang dapat digunakan adalah
Java Script, Hypertext Markup Language (HTML) dan Hypertext Preprocessor (PHP).
4.
Password
Password adalah unsur yang paling penting di dalam berbagai system yang berhubungan
dengan online. Password ini bertujuan untuk menjamin keamanan data base, keamanan
informasi, transaksi dan keamanan berbagai fasilitas yang dimiliki untuk dalam online sistem.
5.
6.
Aplikasi yang bisa dikembangkan di dalam system e- learning tergantung kepada kebutuhan.
Namun pada umumnya sistem akan memberikan tiga fasilitas yaitu fasilitas khusus, fasilitas
umum dan fasilitas penunjang.
a.
Fasilitas Khusus
Fasilitas khusus adalah fasilitas yang bisa diakses oleh peserta didik, dosen, pegawai administrasi
dan pihak- pihak lain yang diberi kewenangan khusus dalam mengakses semua program yang
ada di dalam web server. Untuk bisa menggunakan fasilitas ini diperlukan kunci masuk yang
disebut password. Di antara aspek yang termasuk fasilitas khusus ini adalah: data pribadi, materi
pelajaran lengkap, soal, system ujian dan nilai, system pendaftaran kuliah, forum Tanya jawab
dan
bekerja
sama
secara
langsung.
Sesuai
dengan
namanya,
fungsi
videobroadcasting memberikan visualisasi secara langsung dan lengkap kepada seluruh peserta
didik dengan menggunakan multimedia (video, audio dan data).
4. Jenis Aplikasi E- Learning Berbasis Open Sourse
Jenis aplikasi e-learning antara lain adalah moddle dan Atutor.
a. Moddle
Salah satu aplikasi e-learning yang berbasis open source adalah moddle. Moddle adalah paket
software yang diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet.
Kelebihan moddle, antara lain:
a. Penggunaannya tepat untuk kelas on-line dan hasil belajarnya relatif sama baiknya dengan hasil
b.
c.
d.
e.
f.
dan sebagainya.
b. Atutor
Atutor adalah Web- based Open Source Learning Control Management System (LCMS) yang
didesain dengan aksessibilitas dan kemampuan adaptasi. Atutor merupakan paket software yang
diproduksi untuk kegiatan belajar berbasis internet dan website, Administrator dapat meng-install
5.
pembelajaran
serta
reformasi
pendidikan
secara
umum.
(http://edukasi.kompasiana.com/2010/01/10/aplikasi-dan-potensi-tik-dalampembelajaran/)
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang menghasilkan internet disambut
baik oleh dunia pendidikan. Sumber pembelajaran berbasis TIK ini menjadi dapat terakses oleh
masyarakat banyak dan memberikan nilai yang berarti. Munir (2008: 213-215) mengatakan,
aplikasi TIK untuk e-learning dapat berupa:
Situs Pembelajaran
Penerapan e-learning melalui jaringan internet menempatkan materi pada situs
1.
pembelajaran tertentu. Berbagai fasilitas situs pembelajaran pada internet dapat diakses oleh
peserta didik secara mandiri untuk keperluan pembelajaran karena di dalamnya memuat tujuan
pembelajaran, materi pembelajaran, metode pembelajaran, sumber daya web (melalui searching),
perpustakaan digital, jadwal pelajaran dan ujian, peta konsep pembelajaran dan lainnya. Website
e-learning harus dapat diakses kapan saja dan di mana saja.
Berikut prinsip dalam pembuatan situs pembelajaran atau website e-learning:
a. Merumuskan tujuan pembelajaran
b. Mengenalkan materi pembelajaran
c. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mempelajari materi
pembelajaran.
d. Memberikan bantuan dan kemudahan bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas-tugas dengan
perintah dan arahan yang jelas.
e. Materi pembelajaran yang disampaikan sesuai standar yang berlaku secara umum dan sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik.
f. Materi pembelajaran disampaikan secara sistematis dan mampu memberikan motivasi belajar,
serta pada bagian akhir setiap mata pelajaran dibuat rangkumannya.
g. Materi pembelajaran disampaikan sesuai kenyataan, sehingga mudah dipahami, disepar, dan
dipraktekan langsung oleh peserta didik.
h. Metode penjelasannya efektif, jelas dan mudah dipahami oleh peserta didik dengan disertai
ilustrasi, contoh, demonstrasi, video dan sebagainya.
i. Sebagai alat untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran di atas perlu dilakukan evaluasi dan
meminta umpan balik (feedback) dari peserta didik.
2. Electronic Mail (e-mail) atau surat elektronik
Proses pembelajaran dengan memanfaatkan e-mail akan memungkinkan peserta didik
untuk dapat berkomunikasi dan saling mentransfer informasi dengan orang-orang di seluruh
dunia. Melalui e-mail dapat terjadi korespondensi antara pengajar dengan peserta didik, pengajar
dengan pengajar lainnya atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Pengajar bisa
memberikan informasi informasi, menerima tugas atau pekerjaan, atau mengoreksi hasil
pekerjaan peserta didik tanpa harus bertemu muka antara keduanya. Begitu pula komunikasi
antara peserta didik menjadi lebih mudah tanpa terkendala tempat, ruang dan waktu. Peserta
didik bisa membaca dan menulis sesuai dengan minat dan kebutuhannya, kepada siapa saja dan
sumber mana saja yang diperlukan.
3. Silabus On-line
Panduan proses pembelajaran antara pengajar dan peserta didik telah disediakan dalam
silabus on-line. Seluruh peserta didik dan orangtua bisa memantaunya di silabus on-line. Dengan
silabus on-line ini diharapkan dapat terjalin hubungan yag serasi dan kontrol yang baik diantara
sekolah, masyarakat dan dunia kerja.
Selain itu Saat ini e-learning telah berkembang dalam berbagai model pembelajaran yang
berbasis TIK seperti: CBT (Computer Based Training), CBI (Computer Based Instruc-tion),
Distance Learning, Distance Education, CLE (Cybernetic Learning Environment), Desktop
Videoconferencing, ILS (Integrated Learning System), LCC (Learner-Cemterted Classroom),
Teleconferencing, WBT (Web-Based Training), dan sebagainya.
Selain e-learning, potensi TIK dalam pembelajaran di sekolah dapat juga memanfaatkan elaboratory dan e-library. Adanya laboratorium virtual (virtual lab) memungkinkan guru dan
siswa dapat belajar menggunakan alat-alat laboratorium atau praktikum tidak di laboratorium
secara fisik, tetapi dengan menggunakan media komputer. Perpustakaan elektronik (e-library)
sekarang ini sudah menjangkau berbagai sumber buku yang tak terbatas untuk bisa diakses tanpa
harus membeli buku/sumber belajar tersebut.
Selain itu, dalam TIK kita juga mengenal buku elektronik, sebagai salah
satu sumber belajar bagi siswa. Buku elektronik atau ebook adalah salah
satu teknologi yang memanfaatkan komputer untuk menayangkan informasi
multimedia dalam bentuk yang ringkas dan dinamis. Ke dalam ebook dapat
diintegrasikan tayangan suara, grafik, gambar, animasi, maupun movie
sehingga informasi yang disajikan lebih kaya dibandingkan dengan buku
konvensional.
Britannica
yang
merupakan
ensiklopedi
dalam
format
dengan
jelas
memahami
apa
yang
dimaksud
oleh
penyaji.
http://depikarom.blogspot.com/2012/07/media-pembelajaran-berbasiselektronik_12.html
H. E- Learning dan Distance Learning
E-Learning, yaitu proses belajar yang difasilitasi dan didukung melalui pemanfaatan TIK
(Martin Jenkins & Janet Hanson, Generic Center, 2003). Istilah e-Learning tidak hanya hanya
dapat digunakan untuk pemelajaran yang menggunakan variabel jarak atau perbedaan geografis
antara siswa dan pengajar, namun dapat pula digunakan untuk menyebut proses pemelajaran
yang menggunakan setiap bentuk media elektronik.
Distance Learning sebenarnya lebih menekankan pada adanya perbedaan jarak antara
pengajar dan pembelajar. Distance Learning merupakan metode penyampaian instruksional yang
tidak mengharuskan siswa untuk hadir secara fisik pada tempat yang sama dengan pengajar
(Ornager, UNESCO, 2003). Distance Learning, yaitu model atau program pemelajaran dimana
siswa berada di rumah atau kantor dan berkomunikasi dengan pengajar maupun dengan sesama
siswa melalui e-mail, forum diskusi elektronik, video-conference, serta bentuk komunikasi lain
yang berbasis komputer (Webopedia, 2003).
http://anggerdayu.wordpress.com/2008/10/14/perbedaan-e-learning-dandistance-learning/
Munir
(2008:217)
Distance
Learning
adalah
bentuk
e.
Waktu yang digunakan tepat sesuai waktu dan program yang telah
ditentukan.
f.
d. Tempat Belajar
e. Sistem Evaluasi
5. Pendayagunaan Komputer dalam Program Distance Learning
Komputerisasi program jarak jauh bukan saja menjadi suatu
kebutuhan, akan tetapi sekaligus merupakan suatu keharusan, baik dalam
administrasi maupun dalam edukasi. Pertimbangannya adalah:
a.
membutuhkan
ketelitian
dan
ketepatan
yang
maksimal,
agar
dapat
pengadaan dan pemakaian bahan bacaan serta alat bantu dan kegiatan
pembelajaran lebih menekankan belajar mandiri, sehingga pendataan dan
pengolahan yang cepat dan akurat.
c.
merupakan
satu
sarana
prasarana
yang
penting
guna
lebih
b.
perlengkapannya.
d.
secara berkesinambungan.
e.
f.
h.
Pengembangan
kurikulum
didasarkan
pada
kebutuhan
lapangan.
7.
pendidik
I. Difusi dan Inovasi E-Learning
Difusi merupakan suatu proses komunikasi yang bertujuan untuk
menyebarluaskan suatu ide/gagasan inovasi, dengan menggunakan media
tertentu dalam suatu jangka waktu tertentu pula dalam satu lingkup sistem
tatanan sosial masyarakat dan prosesnya berlangsung terus-menerus. Difusi
ini memiliki peran sebagai fasilitator bagi suatu inovasi yang dibuat. Jadi,
suatu inovasi tidak akan dapat menyebarluas dan dimanfaatkan tanpa
adanya proses difusi.
Inovasi sendiri dapat diartikan sebagai suatu ide atau gagasan yang
dinilai baru dalam suatu kelompok masyarakat, yang nantinya ige/gagasan
baru tersebut dapat diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut. Inovasi ini
merupakan perubahan, pembaharuan,
dan
baru
sebagai
bentuk
inovasi
ini,
diterapkan
untuk
1. Penggantian.
2. Perubahan.
3. Penambahan.
4. Penghapusan.
5. Penguatan.
6. Penyusunan kembali.
Suatu inovasi yang akan didifusikan, harus melalui beberapa
tahapan hingga akhirnya nanti dapat diambil keputusan untuk diterima atau
tidak. Tahapan tersebut adalah :
1. Pengetahuan.
2. Bujukan.
3. Pengambilan keputusan.
4. Implementasi.
5. Konfirmasi.
Setiap inovasi memiliki beberapa ciri, antara lain seperti yang
diungkapkan oleh Mattew B. Miles:
1. Memiliki kekhasan khusus.
2. Memiliki unsur/ciri kebaruan.
3. Melalui program yang terencana.
4. Memiliki tujuan.
Ciri-ciri inovasi tersebut kemudian dikolaborasikan dengan proses
difusi dengan maksud agar inovasi yang dihasilkan dapat diadopsi oleh
kelompok masyarakat. Maka, tentu harus ada proses pemilihan yang selektif
terhadap hasil inovasi yang ada sebelum akhirnya dipilih untuk diujicobakan
untuk kemudian diadopsi.
Proses seleksi suatu inovasi yang akan didifusikan agar dapat diadopsi
dapat dilakukan dengan beragam cara, tetapi cara mudahnya adalah dengan
membuat suatu kriteria seleksi inovasi. Kriteria-kriteria tersebut kemudian
dituangkan menjadi syarat-syarat adopsi inovasi, yang antara lain berisi :
1. Ada tujuan inovasi yang jelas.
2. Ada pembagian/deskripsi tugas dari masing-masing komponen inovasi.
kajian
ruang
lingkup
inovasi
pendidikan,
inovasi
e-
berbagai
masalah
pendidikan
yang
ada,
seperti
masalah
Jika e-learning
mampu
efektifitas
pendidikan.
E-learning
akan
mendukung pembelajaran yang lebih baik dan tepat guna jika dikelola
5.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas, maka penulis mempunyai kesimpulan sebagai
berikut:
1.
2.
atau
4.
mampu
didifusikan
dengan
baik,
maka
akan
dapat
B. Saran
Dari kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai saran sebagai
berikut:
1.
2.
3.
ke
seluruh
pelosok
negeri
sehingga
dapat
dinikmati
seluruh
masyarakat Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Ancok, Djamaludin, 2012. Psikologi Kepemimpinan dan Inovasi , Jakarta: Penerbit
Erlangga
Munir. 2010. Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Munir. 2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi.
Bandung: Penerbit Alfabeta.
Rusman. 2012. Belajar Dan Pembelajaran Berbasis Komputer,
Mengembangkan
Profesionalisme Guru Abad 21. Bandung: Penerbit Alfabeta