Pada masa revolusi Iraq, Aref (Komandan deputi tentara Iraq) dibebastugaskan oleh
Qasim (Jenderal). Aref memperjuangkan Arab nasionalis bersama dengan Nasir
ingin mempersatukan Iraq dengan United Arab Republic. Menurut Qasim, Juniornya
(Aref) terlalu naif untuk mempersatukan Iraq dengan UAR. Perselisihan yang terjadi
diantara keduanya membuat Qasim memutuskan untuk membunuh Aref dalam
perjalanan politiknya yang ingin menjatuhkan rezim lama. Nasir kemudian
melanjutkan perjuangan aref untuk menyatukan UAR.
Konflik mulai muncul pada Maret 1959 ketika usaha melawan Qasim oleh perwira
Arab Nasionalis gagal. Dimana kemudian UAR memberian bantuan pasukan dan
uang untuk para pemberontak Qasim.
Propaganda terus berlanjut dengan kejam untuk membunuh karakter Qasim dengan
berbagai alas an dan usaha terkait anti arab, yang meninggkatkan kepercayaan jika
Qasim merupakan aliran kiri dan komunis dalam perjuanganna dengan Iraqs proNasir Nasionalis.
Sama dengan Qasim, bangsa Israel tidak menginginkan persatuan Negara Arab
tercapai. Israel tidak mau UAR memiliki hubungan baik dengan Republik Iraq
maupun hubungan kerjasama diantaranya.
Sangat jelas bahwa perebutan yang terjadi antara Qasim dan Nasir bukan hanya
konflik yang timbul antara dua pemimpin atau dua Negara. Hal tersebut merupakan
konfrontasi antara dua ideology yang berbeda: Al-qawmiya (Arab nasionalis) dan Alwataniya (nasionalis berdasarkan kekuasaan Negara). Hingga terjadi perdebatan
filosofis antara Jerman dengan Anglo-French School. Dimana german, mendukung
al-qawmiya dan prancis mendukung al-wataniya, nasionalis berdasarkan institusi
Negara yang dibatasi oleh ruang geografis meskipun penduduknya berbicara
dengan bahasa yang berbeda hingga etnik yang berbeda. Akhir debat tersebut
mengibarkan bendera wataniya.
pada saaat menjabat sebagai president Syria, nasir diserang oleh masyarakat Syria
Karena menyebutkan bahwa Syria bebas bergabung dengan Iraq, Jordan, dan Turkey
selama gerakan tersebut disetujui oleh masyarakat Syria.
Pada akhirnya UAR berhasil dipersatukan, tetapi tidak lama setelah itu, banyak
permasalahan politik terjadi. Nasir gagal membangun politik pluralism tetapi politik
berdasarkan kepercayaan pada seorang pemimpin. Nasir memerintah dengan terror
dan menginjak-injak kehormatan dan martabat kebanggaan masyarakat, menurut
keterangan mantan presiden Syria.
Syiria merasa timbul kesulitan-kesulitan setelah bergabung dengan UAR, seperti
kesulitan ekonomi dan administrasi perizinan yang harus dilakukan di kantor Egypt
yang cukup jauh dari Syria. Akhirnya terjadi kerenggangan ekonomi di Syria dimana