Anda di halaman 1dari 2

Editorial

Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR)


sebagai Target Baru dalam Terapi Kanker

Wahyu Budi Santosa


Dokter Umum di Jakarta

Epidermal growth factor receptor (EGFR) adalah


reseptor glikoprotein transmembran yang dikode oleh protoonkogen Her-1 dengan berat molekul sekitar 170 kDa. Secara
garis besar EGFR terdiri atas dua regio, yaitu regio
ekstraseluler dan intraseluler. Regio ekstraseluler terdiri atas
reseptor-reseptor yang berfungsi sebagai tempat ikatan
antara ligan dengan EGFR. Terdapat beberapa ligan yang
dapat berikatan dengan EGFR, antara lain epidermal growth
factor (EGF), amphiregulin, transforming growth factor-
(TGF-), heparin-binding EGF-like growth factor (HB-EGF),
betacellulin, dan epiregulin. Pada regio intraseluler terdapat
domain tirosin kinase yang berperan pada proses transduksi
sinyal dalam pertumbuhan sel kanker.1-4
Dalam kondisi normal, sebenarnya EGFR dibutuhkan
oleh tubuh untuk mengatur siklus sel.5-6 Ikatan antara EGFR
dengan ligan akan mengaktifkan berbagai jalur transduksi
sinyal yang berperan dalam regulasi siklus sel sehingga akan
terjadi proses diferensiasi, apoptosis, proliferasi, dan angiogenesis. Namun apabila mengalami gangguan fungsi, EGFR
dapat menyebabkan terjadinya tumor atau kanker. Gangguan
fungsi EGFR dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti
mutasi, amplifikasi, dan ekspresi EGFR yang berlebihan
(overekspresi).3,6

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012

Ikatan antara ligan dengan EGFR yang mengalami


gangguan fungsi akan mengaktifkan tiga jalur utama yang
berperan dalam pertumbuhan sel kanker. Jalur yang pertama
adalah jalur phosphatidyl inositol-3 kinase (PI3K). Aktivasi
jalur PI3K akan menyebabkan terjadinya angiogenesis,
tumorgenesis, dan hambatan apoptosis. Jalur yang kedua
adalah jalur PLC yang berperan dalam transformasi dan
diferensiasi sel. Jalur yang ketiga adalah jalur Ras yang akan
memediasi motilitas sel dan menyebabkan progresi siklus sel
secara berlebihan.7
Pada berbagai kasus kanker atau tumor padat, EGFR
diekspresikan secara berlebihan. Sebagai contoh pada kanker
kepala dan leher, sekitar 80-100% kasus mempunyai kadar
EGFR yang tinggi.8 Kadar EGFR yang berlebihan juga
ditemukan pada berbagai kanker jenis lain, seperti kanker
vesika urinaria (31-40%), kanker serviks/ uterus (90%), kanker
kolon (35-77%), kanker esofagus (43-89%), glioma (40-63%),
non-small-cell lung cancer (40-80%), kanker ovarium (3570%), dan kanker pankreas (30-89%).9 Tingginya kadar EGFR
pada berbagai kasus kanker atau tumor padat menunjukkan
bahwa EGFR mempunyai yang sangat penting dalam
pertumbuhan sel kanker.
Melihat pentingnya peranan EGFR dalam pertumbuhan

125

Epidermal Growth Factor Receptor (EGFR) sebagai Target Baru dalam Terapi Kanker
sel kanker, saat ini dikembangkan terapi antikanker yang
bertujuan menghambat kerja EGFR yang disebut EGFR inhibitor. Secara farmakologis EGFR inhibitor dapat
diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu antibodi
monoklonal anti-EGFR (mAb) yang bekerja pada regio
ekstraseluler dan tirosine kinase inhibitor (TKI) yang bekerja
pada regio intraseluler.9-11 Antibodi monoklonal anti-EGFR
akan berikatan dengan reseptor-reseptor EGFR yang terdapat
pada regio ekstraseluler; akibatnya ikatan antara ligan dengan
reseptor dapat dicegah sehingga EGFR tidak dapat
teraktivasi.9,11 Beberapa contoh mAb yang saat ini sedang
dikembangkan dalam berbagai tahapan uji klinis adalah
cetuximab, abgenix, dan medarex.9 Penambahan cetuximab
pada radioterapi dapat meningkatkan angka harapan hidup
selama dua tahun pada pasien kanker leher dan kepala secara
signifikan (p=0,02).12 Tirosine kinase inhibitor akan berikatan
dan menghambat kerja domain tirosin kinase yang terdapat
pada regio intraseluler. Domain tirosin kinase berperan dalam
proses transduksi sinyal untuk pertumbuhan sel kanker. Oleh
karena itu, apabila domain tirosin kinase dihambat maka
tranduksi sinyal untuk pertumbuhan sel kanker juga dapat
dihambat.9-11 Beberapa contoh TKI yang saat ini sedang
dikembangkan dalam beberapa tahap uji klinis adalah
gefitinib, erlotinib, canertinib.9

EGFR Signalisng networks in cancer therapy. New York: Humana


Press; 2008. p. 3-14.
2. Cohen S, Ushiro H, Stoscheck C, Chinkers M. A native 170,000
epidermal growth factor receptor-kinase complex from shed
plasma membrane vesicles. J Biol Chem. 1992; 257:152331.
3. West CM, Joseph L. Epidermal growth factor receptor-targeted
therapy. The British Journal of Radiology. 2008; 81:S36-S44.
4. Bazley LA, Gullick WJ. The epidermal growth factor receptor
family. Endocrine-Related Cancer. 2005;12:S17-S27.
5. Burgess AW, Garrett TPJ. EGFR signaling network in cancer
therapy. In: Teicher BA, editor. New York: Humana Press. 2008.
p.3-14
6. Baselga J. Why the epidermal growth factor receptor? the rationale for cancer therapy. The Oncologist. 2002;7(4):2-8.
7. Burgess AW, Garrett TPJ. EGF receptor family extracellular domain structures and functions. In: Halley JD, Gullick WJ, editors.
EGFR Signalisng networks in cancer therapy. New York: Humana
Press; 2008. p. 3-14.
8. Zimmermann M, Zouhair A, Azria D, Ozsahin M. The epidermal
growth factor receptor (EGFR) in head and neck cancer: its role
and treatment implications. Radiation Oncology. 2006;1(11):16.
9. Harari P. Epidermal growth factor receptor inhibition strategies
in oncology. Endocrine-Related Cancer. 2004;11:689-708.
10. El-Rayes B, LoRusso P. Targeting the epidermal growth factor
receptor. British Journal of Cancer. 2004;91:418-24.
11. Ciardiello F, Tortora G. EGFR antagonists in cancer treatmen. N
Engl J Med. 2008;358:1160-74.
12. Bonner JA, Harari PM, Giralt J, Azarnia N, Shin DM, Cohen RB,
et al. Radiotherapy plus cetuximab for squamous-cell carcinoma
of the head and neck. N Engl J Med. 2006;354:567-78.

Daftar Pustaka
1.

126

Burgess AW, Garrett TPJ. EGF receptor family extracellular domain structures and functions. In: Halley JD, Gullick WJ, editors.

MH

J Indon Med Assoc, Volum: 62, Nomor: 4, April 2012

Anda mungkin juga menyukai