1. PENDAHULUAN
Pada pelaksanaan jembatan diperlukan suatu panduan pelaksanaan atau acuan pelaksanaan yang
menjadi patokan bagi para pelaksana dalam melaksanakan pekerjaannya. Spesifikasi yang
merupakan bagian dari dokumen kontrak merupakan bagian yang sangat penting dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.
Hubungan antara spesifikasi dengan pelaksanaan adalah sebagai berikut:
Mengandung perintah dan larangan serta ketentuan teknik lainnya yang harus dilakukan,
dilaksanakan dan dipenuhi oleh pelaku jasa konstruksi
Bila tidak dicermati dan dilaksanakan sesuai dengan perintah maka akan berdampak
kesalahan dalam pelaksanaan atau kerugian pada saat menyusun
Jadi, spesifikasi teknik dalam bidang pekerjaan struktur jembatan adalah dengan maksud:
Persyaratan teknis yang disusun oleh perencana untuk mencapai mutu bangunan sesuai
dengan yang diinginkan oleh Pemilik
Bagian dari perjanjian kerja antara Pemilik dan Pelaksana
Acuan pelaksana untuk menyusun strategi dalam penyusunan harga penawaran pada
proses tender
Acuan prosedur kerja untuk mewujudkan rencana perencana, pelaksana dan pengawas
untuk mencapai mutu, waktu pelaksanaan dan dana yang telah disepakati bersama dalam
perjanjian kontrak.
Acuan pokok pelaksana, memberikan batas-batas bagi usahanya yang kreatif untuk
melakukan penghematan sumber daya, pengehematan waktu pelaksanaan dan
meningkatkan keuntungan bagi pelaksana.
Sebagai seorang pelaksana, yaitu penyedia jasa dapat dikatakan wajib memahami spesifikasi
sebagi dokumen resmi kesepakatan bersama, mengerti bagian-bagian yang harus dicapai dan
dipatuhi, selalu mengusahakan cara-cara dan alternatif yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan pekerjaan tanpa menyalahi ketentuan yang tertera di dalam spesifikasi. Menyusun
usulan kesepakatan baru (change order) yang akan mendukung pekerjaan secara efektif dan
efisien.
Juga pelaksana harus dapat melakukan pekerjaan dengan pedoman spesifikasi atau dengan cara
lain yang lebih baik dan disepakati bersama. Pelaksana juga harus mempunyai visi mewujudkan
bangunan sesuai persyaratan minimum yang diminta oleh spesifikasi, namun selalu berusaha
untuk bekerja lebih capat, efektif dan efisien, mampu menghemat sumber daya dan berusaha
meningkatkan keuntungan dengan cara-cara yang sehat.
Pelaksana secara logik memang harus berpihak kepada kepentingan kontraktor apabila terjadi
perbedaan pendapat. Tetapi secara mutu tidak boleh diabaikan, karena mutu adalah sesuatu yang
harus dicapai. Definisi mutu dapat disebutkan sebagai berikut:
Spesifikasi adalah budaya hukum, masyarakat kita umumnya masih belum menerima
hukum sebagai ukuran dan nilai kehidupan, karenanya sering timbul masalah yang sulit
dijelaskan dan diselesaikan
Seharusnya dimata hukum kedudukan pimpro sejajar dengan kontraktor, demikian juga
kedudukan pengawas, perencana dan pelaksana, kenyataannya tidak demikian
Atasan sering memberi petunjuk tersamar yang tidak dapat diikat secara hukum namun
diturut setara dengan hukum itu sendiri
Hubungan antar manusia (keluarga, pertemanan, rasa setia kawan) masih sangat sulit
untuk dikalahkan dengan kepatuhan terhadap hukum atau konsekwen dengan keputusan
yang telah diambil.
Pembayaran tumpang tindih : hasil kerja yang sudah dihitung dan dibayar di satu pasal
pembayaran dihitung kembali pada pembayaran lain.
Metoda disyaratkan, hasil akhir juga disyaratkan : menimbulkan rancu mana yang dipilih
atau kalu dua-duanya dipilih pasti akan terjadi pemborosan
Menetapkan batasan yang tidak jelas, misalnya tentang batas pekerjaan yang
membolehkan menggunakan tenaga manusia dan harus menggunakan mesin.
Ketidak pastian petunjuk: akan ditetapkan oleh Direksi, memberikan biaya tambahan
berupa cadangan untuk menanggung resiko
Menyebutkan produk yang hanya dipasok oleh satu sumber : akan terkadi monopoli
pasokan, biaya tinggi, kecuali ada alasan khusus untuk itu dan yang telah disepakati
bersama.
2. SISTEMATIKA SPESIFIKASI
Spesifikasi secara umum mempunyai suatu struktur penulisan atau sistematika penulisan yang
digunakan untuk semua divisi kecuali pad divisi 1.
Sistematika penulisan spesifikasi adalah sebagai berikut:
Umum
Persyaratan
Pelakasanaan
Pengendalian mutu
2.1.
Umum
Dalam bagian umum ini menjelaskan tentang ruang lingkup yang tercakup dalam seksi yang
bersangkutan, yang akan ada hubungannya dengan analisa harga satuan yang harus dipahami
pengguna jasa dalam melakukan penawaran. Karena tanpa hal ini penawaran akan menjadi salah
dan kemungkinan besar penyedia jasa dapat mengalami kerugian yang cukup besar.
2.2.
Persyaratan
Dalam bagian persyaratan dijelaskan tentang standar rujukan atau acuan yang digunakan dalam
pelaksanaan pekerjaan, serta toleransi-toleransi yang diizinkan atau yang menjadi acuan dalam
hasil pelaksanaan untuk pengukuran dan penerimaan hasil kerja. Demikian juga dengan bahan
yang harus digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan serta persyaratan-persyaratan kerja sebelum
pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai.
2.3.
Pelaksanaan
Pada pasal pelaksanaan dijelaskan tentang tata cara pelaksanaan pekerjaan yang mengacu pada
pedoman pelaksanaan atau standar-standar yang ada.
Pada pasal ini dijelaskan tahapan pelaksanaan pekerjaan yang mencakup penggunaan bahan
sampai dengan persyaratan pernggunaan peralatan atau manajemen peralatan yang harus
digunakan dan tata cara pelaksanaannya.
Jadi bagi seorang penyedia jasa wajib memahami permasalahan pelaksanaan ini agar produk
yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan mutu sesuai dengan spesifikasi atau persyaratan
pengguna jasa.
2.4.
Pengendalian mutu
Di dalam pasal pengendalian mutu tercakup hal-hal persyaratan penerimaan hasil pekerjaan dan
tata cara pengendalian mutunya, dalam pelaksanaan pekerjaan. Pasal pengendalian mutu ini
sangat penting, bagi penyedia jasa yang ingin maju dan sukses dalam produk yang dihasilkan
serta memuaskan pelanggan.
Pengendalian mutu ini mencakup masalah penerimaan bahan, jaminan mutu, perbaikan dan
pemeliharaan selama pekerjaan berlangsung.
2.5.
Pengukuran dan pembayaran merupakan bagian yang terakhir atau tahap terakhir setelah hasil
pekerjaan selesai dilaksanakan dan kemudian dilakukan pengukuran hasil kerja, tetapi perlu
diingat bahwa pengukuran ini baru dapat dilaksanakan setelah hasil pekerjaan diterima.
Permasalahan pengukuran juga merupakan bagian yang penting bagi penyedia jasa, karena tanpa
mengetahui cara pengukuran, maka penyedia jasa tidak mudah atau tidak dapat membuat analisa
harga satuan atau penawaran yang akan diajukan pada saat lelang.
Pembayaran sangat berhubungan erat dengan pengukuran. Dalam pembayaran dijelaskan tentang
dasar pembayaran yang akan dilaksanakan sesuai dengan seksi yang bersangkutan. Jadi hal
inipun sangat penting untuk dipahami oleh penyedia jasa dalam pelaksanaan tugasnya.
Spesifikasi jembatan terdiri atas 18 seksi yang tercakup dalam divisi 7 sebagai berikut :
7.1.
Beton
7.2.
Beton prategang
7.3.
Baja tulangan
7.4.
Baja struktur
7.5.
Kayu
7.6.
Tiang pancang
7.7.
Sumuran
7.8.
Adukan semen
7.9.
Pasangan batu
7.10.
7.11.
7.12.
Landasan jembatan
7.13.
Sandaran
7.14.
7.15.
Pembongkaran struktur
7.16.
Turap
7.17.
Pipa cucuran
7.18.
Parapet
Berikut akan dijelaskan secara garis besar tentang isi dari masing-masing seksi yang tercakup
dalam spesifikasi jembatan. Selain dari seksi tersebut dalam pekerjaan struktur masih terkait juga
dengan divisi 1, yang secara umum akan mengikat pada pekerjaan jalan dan jembatan.
3.
BETON
UMUM
Cakupan pekerjaan ini adalah pelaksanaan untuk seluruh pekerjaan beton sebagai berikut:
beton prategang,
Pekerjaan beton ini meliputi penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemeliharaan
pondasi, pengadaan penutup beton, lantai kerja, pemompaan dan lain sebagainya.
3.1.1. Mutu Beton
Mutu beton yang tercakup dalam spesifikasi teknik ini :
Mutu tinggi 35-65 MPa atau K 400-800 kg/cm2 untuk beton prategang seperti tiang
pancang, gelagar, plat
Mutu sedang 20 < 35 MPa atau K 250 < K 400 Kg/cm2 untuk beton bertulang, lantai
beton jembatan rangka baja, gelagar beton, diafragma, kerb beton pracetak, goronggorong
Mutu rendah 15-< 20 MPa atau K 175- < K 250 kg/cm2 untuk struktur beton tanpa
tulangan seperti siklop, trotoar, pasangan batu kosong
Mutu rendah 10-< 15 MPa atau K 125-< K 175 kg/cm2 untuk lantai kerja, penimbunan
kembali dengan beton
PERSYARATAN
SNI
AASHTO
ASTM
3.2.1. Persyaratan
Persyaratan ini mencakup untuk hal-hal sebagai berikut:
proses pelaksanaan
hasil akhir
Semen
o
Air
Bersih, bebas dari bahan organik seperti minyak, garam, asam, basa, gula
Agregat
Sifat agregat harus bersih, kuat, keras dan berasal dari pemecahan
batu
Keras, awet, bebas dari retak, rongga dan kuat terhadap cuaca
Bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan lain yang
mempengaruhi ikatan terhadap beton
Bahan tambah
Jumlah tidak lebih dari 5% dari berat semen atau sesuai spesifikasi produk
Bahan mineral seperti fly ash, pozzolan, mikro silika sesuai ASTM C 60894a
Toleransi dimensi untuk panjang < 6 m = 5 mm, untuk panjang > 6 m = 15 mm dan untuk
balok, pelat lantai, kolom dinding 0 mm < 10 mm
Toleransi bentuk untuk persegi (selisih panjang diagonal) < 10 mm, kelurusan atau
lengkungan untuk panjang < 3 m adalah 12 mm, untuk panjang 3 6 m = 15 mm dan
untuk panjang > 6 m = 20 mm
Toleransi kedudukan kolom pracetak terhadap rencana 10 mm, permukaan horizontal
terhadap rencana 10 mm dan permukaan vertikal dari rencana 20 mm
Toleransi ketinggian (elevasi) puncak lantai kerja di bawah fondasi 10 mm, puncak
lantai kerja di bawah pelat injak 10 mm dan puncak kolom, tembok kepala, balok
melintang 10 mm
Toleransi untuk penutup/selimut beton tulangan selimut beton < 3 cm adalah 0 sampai 5
mm, selimut beton 3 cm 5 cm adalah 0 sampai 10 mm, dan selimut beton 5 10 cm
adalah 10 mm
Kontraktor harus mengirimkan contoh semua bahan yang akan digunakan dan dilengkapi
dengan data pengujian seluruh sifat bahan
Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran untuk masing-masing mutu beton 30
hari sebelum dilaksanakan untuk kemudian dilakukan pembuatan trial mix dalam langkah
membuat job mix.
Untuk pengujian kuat tekan beton dengan umur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah
tanggal pencampuran, yang kemudian dibandingkan dengan hasil trial mix agar didapat
jobmix yang sesuai dengan desain mix.
Kontraktor mengirim detail gambar dan perhitungan rinci untuk perancah yang
digunakan
Untuk penyimpanan semen, kontraktor harus menyediakan tempat yang terlindung, lantai
kayu yang lebih tinggi 30 cm dari permukaan tanah dan ditutup dengan plastik dan tidak
lebih dari 3 bulan sejak tanggal penyimpanan di lokasi pekerjaan.
Agregat harus terlindung dan tidak langsung terkena matahari dan hujan sepanjang waktu
pengecoran.
Untuk pengecoran bangunan atas jembatan harus terlindung dari sinar matahari secara
langsung
Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila tingkat penguapan melampaui 1,0
kg/m2/jam dan selama turun hujan, udara penuh debu atau tercemar. Dengan
menggunakan grafik di bawah ini pelaksana akan dapat mengantisipasi permasalahan
yang akan terjadi di lapangan dan dapat mempersiapkan kondisi material yang memenuhi
syarat.
Rancangan campuran
Proporsi bahan dan berat sesuai SNI 03-2834-2000
Campuran percobaan
Penyedia jasa harus membuat dan menguji campuran percobaan sesuai SNI 03-28342000
Disaksikan oleh Direksi pekerjaan
Kadar Semen
Minimum.(kg/m3
dari campuran)
450
395
430
455
370
405
430
350
385
405
335
365
385
315
345
Mutu
Rendah
3.3.
20
K250
15
K175
10
K125
19
37
25
19
37
25
19
37
25
19
0,50
0,55
0,55
0,55
0,60
0,60
0,60
0,70
0,70
0,70
365
290
315
335
265
290
305
225
245
260
PELAKSANAAN BETON
Penakaran material
Pencampuran
Pengangkutan
Pengecoran
Pemadatan
Perawatan (Curing)
Semua bahan beton (air, semen, agregat kasar dan agregat halus) harus ditakar atau
diukur dengan cara penimbangan terutama untuk beton dengan mutu > fc 20 MPa
Perbandingan takaran atau komposisi bahan beton sangat penting dalam menentukan
mutu beton yang akan dihasilkan
Penakaran agregat
Harus ditakar berdasarkan berat untuk fc > 20 Mpa
3.3.3. Pencampuran
Cara pencampuran pertama masukkan sebagian air + agregat kasar + agregat halus
sampai mencapai kondisi cukup basah sampai merata + semen campur dan terakhir
masukkan sisa air untuk menyempurnakan campuran
Waktu pencampuran dimulai sejak sisa air dimasukkan. Untuk kapasitas < m3 sekira
1,5 menit dan untuk mesin lebih besar ditingkatkan 15 detik untuk setiap penambahan 0,5
m3
3.3.4. Acuan
Acuan tanah, harus dipastikan bahwa semua tebing dalam kondisi stabil dan tidak ada
tanah yang lepas
Acuan kayu, baja pastikan semua sambungan tidak bocor dan kaku sehingga posisinya
tetap selama pengecoran, pemadatan dan perawatan
Acuan kayu yang permukaannya tidak diserut dapat digunakan untuk bagian yang tidak
ekspos
Harus dapat dibongkar tanpa merusak permukaan struktur, perlu diberi oil form
Seluruh sudut acuan harus dibulatkan atau tidak ada sudut acuan yang tajam
Acuan dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibongkar tanpa merusak beton
3.3.5. Pengecoran
Penyedia jasa memberitahu Direksi pekerjaan minimal 24 jam sebelum pekerjaan dimulai
dan meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu pencampuran
dimulai atau adanya penundaan pengecoran > 6 jam
Penyedia jasa tidak boleh memulai pekerjaannya sebelum ada persetujuan dari Direksi
Pekerjaan secara tertulis
Pengecoran tidak boleh dilaksanakan apabila, Direksi pekerjaan atau wakilnya tidak
menyaksikan, walau sudah ada persetujuan pengecoran
Acuan harus diolesi minyak atau oilform sebelum pekerjaan pengecoran dimulai
Beton yang dicorkan tidak boleh berumur lebih dari 1 jam setelah pencampuran, dan
berdasarkan waktu pengerasan semen, apabila terjadi maka campuran beton harus
ditambah retarder
Untuk bagian yang rumit dan tulangan yang rapat beton harus dicor dalam lapisan yang
tidak lebih dari 15 cm. Untuk dinding tinggi boleh 30 cm
kecepatan pengecoran harus sedemikian rupa sehingga beton masih dalam kondisi plastis
Beton lama yang akan disambung dengan beton baru harus dikasarkan, dibersihkan dan
dilapisi dengan bonding agent
Perawatan beton dimulai segera setelah terjadinya pengikatan akhir (final setting)
Apabila digunakan ready mix, perhatikan kapasitas, daya pemompaan, kelecakan beton
3.3.6. Pemadatan
Pemadatan pada daerah antar tulangan harus hati-hati sehingga tulangan tidak bergeser
Jarak antar alat pengetar 45 cm dan waktu penggetaran maksimum 15 detik atau sampai
permukaan beton mengkilap
Alat penggetar harus vertikal hingga dapat penetrasi sampai 10 cm dari dasar beton
Jumlah Alat
2
3
4
5
6
>6
Lokasi sambungan pelaksanaan harus ditunjukkan dalam gambar rencana, dan tidak
ditenpatkan pada pertemuan elemen struktur
Sambungan konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan diletakkan pada
gaya geser minimum
Pada sambungan vertikal, baja tulangan harus menerus melewati sambungan agar
struktur tetap monolit
Untuk pelat, untuk luas pelat minimum 40 m2 boleh diletakkan sambungan konstruksi
dengan dimensi maksimum tidak lebih dari 1,2 x dimensi yang lebih kecil.
Boleh digunakan bonding agent untuk pelekatan sambungan konstruksi seiizin Direksi
Pekerjaan
Tidak diperkenankan adanya sambungan konstruksi pada daerah air asin pada tempat 75
cm di bawah muka air tertinggi atau 75 cm di atas muka air terendah
Campuran beton dengan mutu beton fc= 15 MPa dicampur dengan batu pecah ukuran
besar
Batu tidak boleh dijatuhkan dari tempat tinggi
Volume batu pecah ukuran besar maksimum 1/3 dari volume total
Letak batu terhadap permukaan tidak kurang dari 30 cm atau 15 cm terhadap permukaan
yang akan dilindungi
Untuk beton ekspos dengan hiasan (tiang sandaran, parapet) maka beton dapat dibongkar
setelah 9 jam dan tidak lebih dari 30 jam
3.3.9.2.
Akibat adanya keropos pada beton, maka harus dilakukan perbaikan sesuai dengan
pedoman perbaikan beton dengan bahan polymer semen yang tidak menyusut
3.3.9.3.
3.3.10. Perawatan
3.3.10.1. Tujuan perawatan
Memperbaiki kualitas beton dan menjadikan beton lebih awet terhadap agresi kimia
Menjadikan beton lebih tahan terhadap aus karena lau lintas dan lebih kedap air
Reaksi kimia pada beton terjadi pada pengikatan dan pengerasan beton tergantung pada
pengadaan airnya, sehingga perlu adanya jaminan bahwa air masih tertahan atau jenuh
untuk memungkinkan kelanjutan reaksi kimia
Penguapan menyebabkan beton kehilangan air sehingga terhenti proses hidrasi dengan
konsekuensi berkurangnya peningkatan kekuatan
Penguapan menyebabkan penyusutan kering yang terlalu awal dan cepat, sehingga
berakibat timbulnya tegangan tarik yang dapat menyebabkan retak.
3.3.10.2.
Beton harus dilindungi terhadap pengeringan dini, temperatur tinggi dan gangguan
mekanis agar kehilangan kadar air yang terjadi seminimal mungkin
Beton dirawat setelah beton mulai mengeras dengan bahan penyerap air yang jenuh
dalam waktu minimal 3 hari
Lalu lintas tidak diperbolehkan melewati permukaan beton tersebut dalam 7 hari setelah
beton dicor
Untuk beton dengan kekuatan awal yang tinggi yang menggunakan bahan tambahan
harus dibasahi sampai kekuatannya mencapai 70% dari kekuatan rancangan 28 hari
3.3.10.3.
Perawatan ini dikerjakan terus menerus sampai kekuatan beton mencapai 70%
Penurunan temperatur <11o C per jam dan temperatur beton pada saat dikeluarkan dari
penguapan tidak boleh lebih tinggi dari 11o terhadap temperatur luar
Setelah selesai perawatan dengan uap, struktur beton harus dibasahi selama 4 hari
3.3.10.4.
Membran cair
o Permukaan beton sudah kering dan acuan sudah dilepas
o
Tidak boleh terkena hujan, apabila lapisan membran rusak maka perlu dilakukan
pelapisan ulang
Form in place
3.4.
PENGENDALIAN MUTU
Pelaksanaan campuran
Pengujian campuran
3.4.3.1.
Apabila pengujian beton campuran uji (trial mix) pada umur 7 hari < persyaratan maka
beton tidak boleh dijadikan job mix dan dicari penyebabnya
3.4.3.2.
Penyesuaian Campuran
3.4.4.
Pengujian di lapangan
Pengujian untuk Kelecakan (Workability)
Dengan menggunakan nilai slump untuk setiap pencampuran beton
3.4.4.1.
Setiap 10 m3 beton yang dipasok pada setiap hari harus ada 1 set (3 buah ) pengujian
kuat tekan untuk setiap jenis mutu beton pada 28 hari
Pengujian merupakan uji tekan dengan sepasang benda uji silinder diameter 150 mm dan
tinggi 300 mm
Rata-rata nilai hasil uji kuat tekan dari benda uji > (fc + k.S.r) di mana S = nilai deviasi
dan tidak ada satupun benda uji mempunyai nilai < 0,85 fc, k = 1,64 dan r = faktor
koreksi untuk jumlah benda uji < 30 buah
3.4.4.3.
Jumlah benda uji yang harus diuji adalah 30 benda uji, apabila kurang dari 30 maka harus
dilakukan penyesuaian deviasi dengan faktor pengali sebagai berikut:
dimana,
fc
fci
fcm
Faktor
Jumlah
Faktor Jumlah benda Faktor koreksi
koreksi r benda uji koreksi r
uji
r
1,36
17
1,14
24
1,05
11
12
13
14
15
16
1,31
1,27
1,24
1,21
1,18
1,16
18
19
20
21
22
23
1,12
1,11
1,09
1,08
1,07
1,06
25
26
27
28
29
> 30
1,04
1,03
1,02
1,02
1,01
1,00
Untuk benda uji kurang dari 10 buah atau data pengujian tidak tersedia, maka dilakukan koreksi
dengan menambahkan nilai kekuatan lebih minimal sesuai Tabel 4
Tabel 4 Penyesuaian kuat tekan
fc (MPa)
< 21
21 fc 35
> 35
(MPa)
7
8,5
10
Bila syarat tersebut tidak terpenuhi maka diambil langkah-langkah untuk meningkatkan
kuat tekan beton
Bila terjadi kuat tekan << maka harus dilakukan core drill pada daerah yang diragukan
sebanyak 3 buah
Jika hasil dari 3 buah core drill rata-rata > 0,85 fc dan tidak ada satupun < 0,75 fc maka
secara struktural beton dianggap baik
Pengujian tambahan dapat dilakukan apabila diperlukan, dengan alat impact echo, UPV,
core drill dll.
3.5.
Beton diukur dalam meter kubik tanpa adanya pengurangan volume untuk pipa dengan
diameter < 20 cm untuk water stop, selongsong pipa, lubang sulingan
Tidak ada tambahan untuk cetakan, perancah untuk balok, pemompaan penyelesaian
akhir, penyediaan pipa sulingan dan pekerjaan pelengkap lainnya dan ini semua termasuk
dalam harga satuan beton
Beton yang diukur dan dibayar dalam bagian ini adalah beton dengan mutu lebih tinggi
dari K-250 (fc=20 MPa) untuk beton bertulang dan beton dengan mutu < K-175 (fc=15
MPa) untuk beton tak bertulang
1. 4.
4.1.
BETON PRATEGANG
UMUM
mencakup pembuatan, pengangkutan dan penyimpanan balok, tiang pancang, pelat dan
elemen struktur dari beton pracetak, yang dibuat dengan cara pre-tension (penegangan
sebelum pengecoran) maupun post-tension (penegangan setelah pengecoran)
4.2.
PERSYARATAN
Standar rujukan
SNI, AASHTO, ASTM
Toleransi
Persyaratan bahan
Persyaratan kerja
4.2.1. Toleransi
untuk gelagar dan lantai
Lendutan 20 mm
Toleransi dimensi
Dimensi penampang 6 mm
Panjang total 25 mm
Acuan
Pembentukan rongga harus sedemikian untuk mencegah masuknya adukan pasta semen
Grouting
Sebelum grouting baja prategang harus tersisa 3 cm dari tepi luar baji, angkur
Bekas acuan angkur, setelah selesai grouting harus ditutup dengan adukan dengan tebal
selimut minimum 3 cm
Setelah pelaksanaan grouting, tidak boleh terjadi deformasi tambahan pada struktur
selama 3 hari dari selesainya pekerjaan grouting berakhir
Baja tulangan
Baja prategang
Strand terdiri dari 7 wire dengan kuat leleh minimum 160 kg/mm2 dan kekuatan batas
minimum 190 kg/mm2
Wire tidak boleh disambung
Kuat tarik tinggi harus bebas tegangan yang diregangkan secara dingin sebesar 91
kg/mm2
Baja prategang
Pemasokan
Dipasok dalam gulungan
Kondisi baik, tidak tertekuk atau bengkok, bersih dari karat dan bahan lepas, minyak,
gemuk, cat atau lumpur
Pemberian tanda
Disimpan dalam kelompok menurut ukuran dan panjangnya, diikat, diberi label
Label berisi informasi spesifikasi teknis, no. sertifikat sesuai hasil pengujian
Penyimpanan
Identitas pada wire, strand dan stress bar harus tetap ada selama penyimpanan
Pengangkuran
Angkur dilengkapi dengan selongsong atau penghubung lain yang cocok dalam
pelaksanaan grouting
Selongsong
Untuk sistem eksternal stressing kabel dilindungi dengan HDPT, tahan korosi dan stabil
Pekerjaan lain-lain
Alir pembilas selongsong harus mengandung kapur sirih (kalsium oksida) atau kapur tohor
(kalsium hidro-oksida) sebanyak 12 gram/liter.
4.2.3. Persyaratan Kerja
Sistem Prategang
Sesuai dengan rancangan yang dipilih oleh penyedia jasa (hasil detail design)
Pasca tarik atau pra tarik
Kesiapan kerja
Meliputi metode dan urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-tegang, perkakas
penjangkaran, jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya untuk operasi pra-tegang.
Rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang bukan prategang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
Meliputi metode dan urutan penegangan, rincian lengkap untuk baja pra-tegang, perkakas
penjangkaran, jenis selongsong dan setiap data relatif lainnya untuk operasi pra-tegang.
Rincian tersebut harus menunjukkan setiap susunan dari baja tulangan yang bukan prategang seperti yang ditunjukkan dalam Gambar.
4.3.
PELAKSANAAN
Tempat pencetakan
Acuan
Perlengkapan prategang
Selimut beton
Pengecoran beton
perawatan
Penegangan kabel
Penegangan kabel
Keselamatan kerja
Peralatan
Dongkrak hidrolis
Bripak
Prosedur penegangan
Persetujuan
Prosedur
Persetujuan
Landasan unit prategang
Penempatan angkur
Penempatan kabel
Umum
Lubang grouting
Penyimpanan
Baja prategang
Uraian
Unit beton yang difabrikasi
Sambungan beton
Kerusakan unit
Kerusakan seperti retak, mengelupas atau deformasi harus disisihkan untuk diperiksa
lebih lanjut
Hubungan antara bantalan karet dengan unit beton prategang terletak penuh
Menjamin kestabilan gelagar pada waktu berdiri sendiri dan pada waktu pengaturan dan
dibuat perkuatan
4.4.
PENGENDALIAN MUTU
Dalam pengendalian mutu data pengujian harus lengkap , serta data penerimaan bahan sesuai
dengan persyaratan yang dibuktikan secara tertulis serta ditandatangani oleh yang menyerahkan
dan yang menerima.
Pengawasan dalam pengendalian mutu ini sangat penting, sehingga diperlukan ahli dalam bidang
sistem penegangan kabel prategang, dan dilengkapi dengan benda uji, rakitan angkur,
penerimaan unit-unit sebelumnya dengan lengkap
4.5.
Pengukuran
Tidak diukur
Dasar pembayaran
Material on site
5.
BAJA TULANGAN
5.1.
UMUM
Mencakup pengadaan dan pemasangan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi, penerbitan detail
pelaksanaan, detail pelaksanaan baja tulangan yang tidak termasuk dalam dokumen kontrak pada
saat pelelangan akan diterbitkan oleh Direksi pekerjaan setelah peninjauan lapangan
5.2.
PERSYARATAN
Standar rujukan
Toleransi
Persyaratan bahan
Persyaratan kerja
5.2.1. Persyaratan Bahan
Baja tulangan
D 19 s/d D 56 - 50 mm
< D 16 40 mm
< D 36 25 mm
5.3.
PELAKSANAAN
Tulangan diberi label untuk identifikasi yang menunjukkan ukuran batang, panjang dan
informasi lainnya
Ditangani dan disimpan untuk mencegah distorsi, kontaminasi, korosi atau kerusakan
5.3.2. Pembengkokan
5.3.3.
Baja tulangan harus bersih, ditempatkan dengan selimut beton sesuai ketentuan
Diikat kuat pada posisinya, panjang penyaluiran 40 diameter
5.3.4.
Pelaksanaan
Material bersih
Tidak bergeser
5.4.
5.4.1.
Pengukuran
Baja tulangan untuk gorong-gorong pipa beton dibayar secara terpisah pada divisi 2
5.4.2.
Pembayaran
BAJA STRUKTUR
6.1.
UMUM
6.2.
PERSYARATAN
Standar rujukan
SNI, AASHTO, ASTM, AWS
Toleransi
Persyaratan bahan
Persyaratan kerja
6.2.1. Toleransi
Diameter lubang
Alinyemen lubang
Gelagar
Penyimpangan max terhadap garis lurus terhadap flens ke segala arah panjang/1000 atau
3mm
Permukaan yang dikerjakan dengan mesin
Baja struktur
Sesuai ketentuan
Sertifikat
Lapisan pelindung
Cat
Cek persyaratan gambar rencana
Galvanis
6.3.
Pelaksanaan baja struktur pada umumnya melibatkan fabrikasi yang akan melaksanakan
pekerjaan pemotongan profil, pelubangan untuk baut dan lain sebagainya.
Jenis pelubangan baut yang digunakan adalah untuk jenis baut:
Pekerjaan fabrikasi juga mencakup pekerjaan pembuatan pengaku, sambungan dengan baut
standar atau baut geser mutu tinggi. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
adalah:
Pengelasan
pengangkutan
Tahap pekerjaan
Perakitan pekerjaan baja seringkali melibatkan pengguna jasa dalam hal penyediaan baja struktur
yang telah tersedia. Sehingga dalam pelaksanaan pengadaan bahan perlu diperjelas terlebih
dahulu pada saat tender, apakah pengadaan dilaksanakan oleh penyedia jasa atau pemilik, karena
hal tersebut akan sangat berpengaruh pada penawaran harga.
Jenis perakitan yang harus dilaksanakan oleh penyedia jasa tergantung pada kondisi lokasi
dimana jembatan akan dipasang, dan seharusnya dalam tahap perencanaan atau dalam gambar
rencana hal tersebut sudah dijelaskan. Jenis perakitan struktur rangka baja pada umumnya
adalah:
Peluncuran
Kantilever
perancah
Bagi komponen baja struktur disediakan oleh pemilik, maka penyedia jasa perlu melakukan
pengangkutan dan pengiriman yang tidak terlepas dengan masalah keamanan yaitu dengan
melibatkan asuransi all risk.
6.3.1. Fabrikasi
Dalam hal fabrikasi perlu diperhatikan beberapa hal yang mencakup jaminan mutu baik bahan
maupun ketepatan pemasangan dan pembeli dapat melakukan peninjauan ke pabrik pembuat.
Lubang baut, perhatikan dimensi lubang dan jarak harus sesuai dengan gambar dan
toleransi yang diizinkan
Pengelasan profil, perlu diperhatikan tebal las, panjang las, serta bahan las yang
digunakan
Perlu percobaan perakitan untuk pembuatan struktur jembatan baja secara utuh, sebelum
dikirim ke lokasi
Sudut kemiringan permukaan bidang kontak dengan kepala baut dan mur < 1:20 terhadap
bidang tegak lurus sumbu baut
Alat pengencang (torsi momen) harus dikalibrasi sebelum digunakan
Kekencangan alat pengencang disesuaikan dengan dimensi baut (diameter baut), dan
mutunya.
Dengan sistem baut geser mutu tinggi ini, masalah kebersihan permukaan pelat sangat
penting sekali, agar fungsi geser baut dapat terlaksana.
Perakitan
6.4.
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu
Penanganan dan penyimpanan
6.4.2.
Penyedia jasa wajib melaksanakan pemeliharaan dan perlindungan terhadap semua komponen
yang telah diterima di lapangan dan menjamin bahwa semua komponen baja struktur aman dan
terlindung, sehingga terjamin permasalahan perakitan.
6.4.3. Pengendalian mutu pelaksanaan struktur baja
Pekerjaan sipil
Penentuan titik pengukuran dan pekerjaan sementara
Pemasangan landasan
Prosedur pemasangan
Sambungan baut
6.5.
Ring (washer)
Ulir
Kekencangan
Pengukuran
Cara pengukuran berdasarkan jumlah kilogram pekerjaan yang diterima dengan berat
volume 7.850 kg/m3
Berat bahan yang dihitung adalah berat nominal seluruh pekerjaan baja
pemasangan berdasarkan berat total rangka baja yang akan dipasang. Rangka pemberat,
pembantu tidak dimasukkan dalam berat volume yang dipasang
Pengangkutan dan pengiriman, berdasarkan berat total yang diangkut, termasuk rangka
pembantu yang harus dikembalikan ke depot peralatan yang disyaratkan
Pembayaran
7. KAYU
7.1.
UMUM
Bahan kayu yang digunakan untuk lantai kayu jembatan atau struktur jembatan kayu
Mencakup pengadaan, penyimpanan, perlindunganm pemasangan sesuai dengan gambar
rencana
7.2.
PERSYARATAN
Persyaratan bahan
Persyaratan kerja
Mutu kayu yang digunakan adalah kayu kelas I atau setara kelas I yang
dibuktikan dengan pengujian
8. TIANG PANCANG
8.1.
UMUM
8.2.
PERSYARATAN
SNI,
AASHTO,
ASTM
8.2.2. Toleransi
Rumus pemancangan
Alat pancang
8.3.
PELAKSANAAN
8.3.1. Tiang pancang beton pracetak
Umum
Tiang diberi tanda waktu pengecoran, panjang pada daerah dekat kepala tiang
Tiang utuh
Pemancangan tiang
Pemancangan
Umum
Alat pancang harus sesuai dengan jenis dan berat tiang yang dipancang
Penghantar tiang pancang (leads)
Letaknya harus bebas untuk palu dan penghantar dan diperkaku selama pemancangan
Catatan kalendering
Pencatatan Data
No. tiang
Posisi
Panjang aktual
Tanggal pemancangan
Energi pukulan
Perpanjangan
Panjang potongan
Metode pengeboran
Pelaksanaan
Pengeboran sampai kedalaman yang disyaratkan, tetapi harus ada kepastian sudah
mencapai tanah keras
Pemasangan tulangan, dan dipasang dalam kondisi bersih
Pengecoran beton (tinggi jatuh atau langsung dengan pemompaan W/C ratio)
8.4.
PENGENDALIAN MUTU
Adakesepakatan dengan ahli teknik sistem analisis TPD untuk pengukuran gelombang
tegangandalam menentukan kedalaman TP dan kriteria pemancangan
Jumlah pengujian 5% dari jumlah TP
Kontrol total sebanyak 25% dari jumlah TP, nilai faktor keamanan dapat direduksi dari 3
menjadi 2
Kasus II
Perencana sudah konsultasi dengan analis TPD untuk menentukan jenis TP yang paling
efisien.
Ahli teknik sistem ATPD melakukan studi untuk beberapa jenis TP untuk menentukan
pilihan yang akan digunakan
Kasus III
Kasus IV
Penerimaan bahan
Penyimpanan dan perlindungan bahan
Lokasi tiang uji dapat di dalam lokasi atau di luar lokasi proyek
Pembebanan dapat ditingkatkan lebih dari 2 x dengan setiap penambahan sebesar 100 kN
sampai tiang runtuh yaitu terdapat penurunan total sebesar 25 mm atau penurunan
permanen 6,5 mm
8.5.
Pengukuran
Cerucuk
Pengadaan tiang pancang
Tiang uji
Dasar pembayaran
9.
SUMURAN
9.1.
UMUM
Fondasi sumuran adalah komponen struktur fondasi yang berinteraksi dengan tanah
secara loangsung dan menyalurkan beban ke dalam tanah
Pekerjaan mencakup penyediaan dan penurunan dinding sumuran yang dicor ditempat
atau pracetak sesuai dengan spesifikasi dan dimensi sesuai dengan gambar rencana
9.2.
Persyaratan
Standar rujukan
Pekerjaan seksi lain yang berkaitan
Toleransi
Persyaratan bahan
Persyaratan kerja
9.3.
Pelaksanaan
9.3.1.
Umum
Penurunan minimal beton sudah mencapai kuat tekan 70% terhadap kuat tekan rencana
Pengisian sumuran
Pengendalian keselamatan
9.3.2. Persiapan
9.3.3. Pelaksanaan
Pengecoran beton siklop (volume batu besar 1/3 dan volume beton fc 15 MPa 2/3)
Stek tulangan pada bagian teratas cincin sumuran dan bagian beton kedap air sebagai
penghubung antara poer dan fundasi
Dalam pelaksanaan juga perlu diperhatikan masalah unit beton pracetak yang telah dibuat
sebelumnya:
Sumuran diisi dengan mutu beton K-250 sampai 1 m di bawah poer bangunan bawah
Bagian atas sumuran tidak boleh lebih tinggi daripada dasar poer
9.4.
Pengukuran
Dasar pembayaran
10.
ADUKAN SEMEN
Adukan semen seringkali diabaikan dalam pelaksanaan struktur jembatan atau struktur pada
konstruksi jalan yang menggunakannya. Tetapi adukan semen walaupun merupakan bagian
minor dalam struktur, tetap harus diperhatikan baik pada waktu pencampuran maupun pada
waktu pengerjaan akhir dalam pengendalian mutu.
Campuran adukan semen harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
Mempunyai kekentalan yang tidak lebih dari 70% berat semen yang digunakan
Boleh diaduk kembali dalam waktu 30 menit setelah pengadukan awal
Pemasangan
11.
PASANGAN BATU
11.1.
PERSYARATAN
Batu
Adukan
Sesuai dengan persyaratan adukan semen
11.2. PELAKSANAAN
Persiapan pondasi
Batu harus dipasang dengan muka yang terpanjang mendatar dan muka yang tampak
harus dipasang sejajar dengan muka dinding dari batu yang terpasang
Penempatan adukan
12.
12.1.
PERSYARATAN
Bronjong
Kawat Bronjong
baja berlapis seng yang memenuhi AASHTO M279 Kelas 1, dan ASTM A239. Lapisan
galvanisasi minimum haruslah 0,26 kg/m2
Anyaman haruslah merata berbentuk segi enam yang teranyam dengan tiga lilitan dengan
lubang kira-kira 80 mm x 60 mm
Batu
12.2.
PELAKSANAAN
Persiapan
Galian, termasuk kunci pada tumit yang diperlukan untuk pasangan batu kosong dan
bronjong
Penempatan bronjong
Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat sehingga bentuk serta posisi yang
benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penarik kecil sebelum pengisian
batu ke dalam kawat bronjong
Batu harus dimasukkan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan
rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya,
dua kawat pengaku horinsontal dari muka ke belakang harus dipasang
Penimbunan kembali
Penempatan batu kosong yang diisi adukan
13.1.
UMUM
Tanah terhadap cuaca, fleksibel, dapat menahan beban dinamis kendaraan, nyaman
13.2.
Bahan
Dengan kekerasan setara dengan basalt, gristone, gabbro atau kelompok granit
Pelat baja
Angkur
Ketebalan tergantung pada lebar celah sambungan dan besarnya pergerakan dan
minimum tebal 75 mm dan lebar 40 cm
Mortar
Hardness < 10 Hs
Hubungan antara rubber dengan mortar dengan perekat yang mempunyai elongation >
100% dan tensile strength > 5MPa
13.3.
Pergerakan struktur
UMUM
Pergerakan tanah
Awet
Mudah pemeliharaan
Mudah pemasangan/penggantian
Murah
Landasan adalah sistem keseluruhan dari suatu bagian jembatan yang meneruskangaya, meredam
getaran dari bangunan atas ke bangunan bawah. Landasan terdiri atas bantalan (karet, logam
lain-lain), dudukan bantalan (adukan mortar atau lain-lain). Bantalan adalah bagian struktur dari
landasan yang meredam getaran dan menyalurkan beban dari bangunan atas ke bangunan bawah.
Bantalan dapat terbuat dari bahan karet (alam atau sintetis), logam, bahan lainnya. Jenis bantalan
bermacam-macam sesuai dengan keperluannya (jenis sendi, rol, pot atau lainnya)
14.2.
BANTALAN KARET
Pelaksanaan
Leveling
Jenis bahan
Karet alam
Karet sintetis
Penggunaan bahan aditif dan filler yang berlebihan dalam bahan karet
Komposisi kimia, reaksi kimia >> retak, permukaan menggelembung, hilangnya elastisitas oleh
karena pengaruh ozone
14.3.
Untuk bantalan karet dengan ketebalan > 1, menggunakan laminasi antara pelat baja
dengan karet
Perlu aging test bahan karet sesuai ASTM 573, dimana pemuluran sampai putus 50%,
perubahan kuat tarik max 15%, kekerasan max 10 Hs.
Bahan polymer dalam campuran karet tidak boleh lebih dari 60% terhadap volume total
bantalan
14.4.
Secara visual tidak boleh ada yang cacat (benjol, gelembung, sobek)
Sesuai dengan spesifikasi dan desain
15. SANDARAN
15.1.
15.2.
UMUM
Termasuk penyediaan, fabrikasi dan pemasangan sandaran baja
Didalamnya termasuk galvanisasi atau pengecatan, tiang sandaran, pelat dasar, baut
angker dsb
PERSYARATAN
15.2.1. Toleransi
15.2.2.
15.3.
PELAKSANAAN SANDARAN
Di fabrikasi
Pengelasan dilaksanakan oleh tenaga trampil bersertifikat
Bahan bongkaran yang berupa bahan yang masih dapat digunakan adalah milik Pemilik
dan harus diamankan
Toleransi 10 cm
Isi tulisan :
Nomor jembatan
Nama jembatan
Lokasi
Data teknis
Tahun pembangunan
1. 18.
TURAP
Lokasi kepala turap sesuai gambar rencana dan pergeseran lateral maksimum 75 mm
Apabila perlu dapat dilakukan tiang uji turap untuk menentukan panjang turap yang
diperlukan
1. 19.
PIPA CUCURAN
Adalah pipa pembuangan air hujan yang terletak pada lantai jembatan ke arah bawah
Diameter minimum 75 mm
Panjang pipa cucuran 20 cm lebih panjang dari bagian terbawah struktur utama bangunan
atas
1. 20.
PARAPET
Adalah bagian dari jembatan yang berguna untuk mengarahkan lalu lintas sebelum
masuk ke jembatan
Bahan yang digunakan adalah pasangan batu dengan ketinggian dan dimensi sesuai
dengan gambar rencana