Anda di halaman 1dari 14

PENEGAKAN HAM DI INDONESIA

Disusun oleh :
Nama : 1. Handi adi damara
2. Fauzi imanudin
3. Humam bangkit p
4. fathiyatul f
5. Inez anastasya

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN LMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PANCA SAKTI TEGAL
2016

KATA PENGANTAR

Segala

puji

bagi

Allah

SWT

yang

telah

memberikan

kami

kesempatan menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa


kehendak-NYA mungkin kami tidak dapat menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar kita semua dapat memahami seberapa
besar

dari

makna

dari Hak

Asasi

Manusia yang

akan

kami

tulis

berdasarkan dari berbagai sumber. Makalah ini kami susun dengan usaha,
kemauan, kerja keras dan atas kehendak_NYA kami dapat menyelesaikan
makalah ini.
Makalah ini memuat tentang PENEGAKAN HAM DI INDONESIA
Sengaja di pilih agar dapat mengajak kita semua betapa pentingnya hak
asasi manusia. kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen dan
semua pihak yang terkait yang telah banyak membantu saya, sehingga
saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat memberikan banyak
informasi, pengetahuan dan wawasan yang lebih luas kepada kita semua,
Apabila makalah ini mempunyai kelebihan dan kekurangan maka dari itu
kami mohon kritik dan saran yang membangun. Terimkasih.

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata pengantar
Daftar isi
Bab I Pendahuluan
1. Latar belakang masalah
2. Identifikasi masalah
3. Pembatasan masalah
Bab II Pembahasan
1. Pengertian HAM
2. penegakkan ham di indonesia
3. contoh pelanggaran ham di indonesia
Bab III Penutup
1. Simpulan
2. Saran-saran
Daftar pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.

Latar belakang masalah


Hak merupakan sesuatu yang sudah melekat kuat sejak kita
lahir, 1Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap
manusia yang dalam penerapannya berada pada ruang lingkup hak
persamaan dan hak kebebasan yang terkait dengan interaksinya antara
individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan sesuatu yang harus
diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali dibicarakan
dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung tinggi
dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum
reformasi. Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak
sendiri dan kita hidup bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita
melakukan pelanggaran HAM terhadap orang lain dalam usaha perolehan
atau pemenuhan HAM pada diri kita sendiri. Dalam hal ini penulis merasa
tertarik untuk membuat makalah tentang HAM. Maka dengan ini penulis
mengambil judul Penegakan Hak Asasi Manusia di Indonesia yang
mencakup tentang .
Diantara sekian banyak aspek kehidupan yang paling menonjol dan
harus dihadapi setiap negara demokrasi adalah isu tentang Hak-hak Asasi
Manusia. Isu tentang Hak Asasi Manusia (HAM) terutama terarah pada
tingkat komitmen negara-negara dalam mengimplementasikan hak-hak
dasar manusia dalam kehidupan sosial politik negara dan bangsa
bersangkutan. Komitmen itu paling tidak terlihat dari aspek kebijakankebijakan

pemerintah

yang

terwujud

dalam

pranata-pranata

kemasyarakatan, baik pranata hukum (Konstitusi beserta penjabarannya

dalam

perundang-undangan

nasional)

maupun

pranata-pranata

kelembagaan pendukungnya, termasuk dalam hal ini perlindungan HAM


Peran serta masyarakat dan mekanisme bekerjanya pranata-pranata
tersebut dalam mewujudkan tuntutan HAM di dalam kehidupan sosialpolitik negara bersangkutan, sesuai dengan kesepakatan dan standar
baku masyarakat internasional yang tertuang dalam instrumen-instrumen
internasional.

Pengimplementasian

HAM

ini

menjadi

penting

bagi

negara

bersangkutan, bila negara bersangkutan tidak ingin dikucilkan dari


pergaulan masyarakat internasional.
Indonesia sebagai satu negara demokrasi mau tidak mau dihadapkan juga
pada isu-isu yang muncul akibat modernisasi dan globalisasi itu, seperti
isu tentang bagaimana perlindungan HAM dan peran serta masyarakat
dalam penegakan HAM di Indonesia. Dampak modernisasi dan globalisasi
ini bagi Indonesia memunculkan wajahnya yang khas Indonesia. Mengapa
demikian?

Keunikan

tersebut

muncul

karena

karakteristik

struktur

masyarakat Indonesia, masyarakat yang sangat majemuk dan sangat


heterogen sudah barang tentu akan membuahkan keanekaragaman
pengakomodasian modernisasi, dan globalisasi. Satu sisi, masih dapat
ditemui kelompok-kelompok masyarakat yang agraris tradisional atau
mungkin agraris modern, ada pula kelompok masyarakat yang sudah
berada dalam taraf kehidupan industrial, namun ada pula masyarakat
yang sudah berada dalam kehidupan modern dan global, Masyarakat
Prismatik. Kondisi masyarakat demikian sudah barang tentu pada satu
sisi akan dihadapkan pada situasi kehidupan yang relatif "rentan"
terhadap berbagai masalah yang muncul dan bersumber pada arus
modernisasi dan globalisasi, dan pada sisi lain, menampilkan wajah
kehidupan hukum (sistem dan penegakan hukumnya) yang canggung
menghadapi tuntutan modernisasi dan globalisasi itu. Perbenturan (kalau
boleh dikatakan demikian) antara nilai-nilai kehidupan agraris tradisional
dengan

nilai-nilai

kehidupan

modernisasi

dan

globalisasi

serta

kecanggungan "sikap" penegakan hukum dalam menghadapi situasi itu,


tentunya akan menampakkan permasalahan hukum dan kemasyarakatan
yang khas di Indonesia. Oleh sebab itu Kebutuhan akan perlunya
Penegakan HAM di Indonesia, mendorong dilakukannya pemahaman
tentang bagaimana perlindungan HAM dan Peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan HAM dalam Negara Demokrasi khususnya di Indonesia ?
2.

Identifikasi Masalah
1.

Pengertian HAM

2.

Penegakan HAM di Indonesia

3.

Contoh-contoh pelanggaran HAM

3.

Rumusan masalah
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang

dibahas dibatasi pada masalah ruang lingkup HAM.


BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian HAM
Hak-hak dasar melekat sejak lahir. Hak-hak tersebut dimiliki
seseorang karena ia manusia. Hak-hak tersebut berlaku bagi setiap
anggota umat manusia tanpa memperhatikan faktor-faktor pemisah
seperti ras, agama, warna kulit, kasta kepercayaan, jenis kelamin atau
kebangsaan.
Hak Asasi Manusia (HAM) menurut pasal 1 ayat (1) Undang-Undang
Nomor 39 tahun 1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat
dan keberadaan manusia sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha Esa dan
merupakan Anugrah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan
dilindungi oleh negara, hukum, dan pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam
Teaching Human Right, United Nations sebagaimana dikutip Baharudin
Lopa menegaskan bahwa HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap
diri manusia, yang tanpanya manusia mustahil manusia hidup sebagai
manusia.
John Locke menyatakan bahwa HAM adalah hak-hak yang diberikan
langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai hak yang kodrati.
(Mansyur Effendi, 1994).
2. Penegakkan HAM di indonesia

Partisipasi dan Peran Masyarakat dalam Penegakan HAM

Partisipasi dan peran masyarakat sangat penting dalam penegakan Hak Asasi
Manusia. Tanpa partisipasi masyarakat dan dukungannya maka penegakan Ham akan sia-sia.
Partisipasi dan peran masyarakat itu juga diatur dalam UU No. 39 Tahun 1999. Peran itu
dapat dilakukan oleh perseorangan, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat atau lembaga masyarakat lainnya, semua elemen tersebut
mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi
manusia (Pasal 100).
Berdasarkan UU No. 39 Tahun 1999 masyarakat baik perseorangan maupun
kelompok juga diberi hak untuk ambil bagian agar berperan dalam menegakkan dan
memajukan Hak Asasi Manusia. Perseorangan atau kelompok masyarakat atau LSM diberi
kesempatan untuk menegakkan dan memajukan sebagaimana tertuang dalam Pasal 100 UU
No 39 Tahun 1999. Secara umum dapat diartikan, adanya kemajuan pesat dibidang hukum di
Indonesia, Karena mengikutsertakan masyarakat, lembaga swadaya masyarakat lainnya untuk
berperan aktif. Dari Pasal 100 tersebut tercermin bahwa pengaruh politik ikut berperan
sehingga bagaimanapun kelak akan tercermin kepentingan atau tuntutan politik. Pasal
tersebut tidak mencantumkan ikutnya lembaga hukum secara khusus walaupun tetap
dianggap terakomodasi pada istilah organisasi atau lembaga kemasyarakatan dalam
rangka perlindungan, penegakan, dan pemajuan Hak Asasi Manusia.
Perlu diperhatikan LSM atau kelompok masyarakat ditantang agar mampu berbenah
diri dan dapat bergerak secara profesional dan tidak terjerumus menjadi alat politik, terutama
yang mengarah kepada anarkhis. Selain itu kelompok-kelompok dalam masyarakat juga
dituntut agar bergerak secara obyektif dan independen.
Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 yang menyebutkan dibenarkannya bukan hanya
perseorangan melainkan juga kelompok masyarakat baik yang tergabung dalam organisasi,
lembaga swadaya masyarakat, maupun kelompok lain untuk ikut serta berpartisipasi dalam
menegakkan dan memajukan Hak Asasi Manusia. Di Indonesia telah tumbuh dan
berkembang organisasi-organisasi kemasyarakatan yang bergerak dan berpartisipasi dalam
memperjuangkan tegahnya hukum Hak Asasi Manusia serta ikut serta memajukannya. Jadi
bukan hanya Pemerintah yang berkewajiban untuk memajukannya HAM, tetapi juga
masyarakat umum. Namun demikian suatu hal yang perlu diingat adalah perlunya
profesionalisme agar pengembangan, penegakan, dan pemajuan HAM tidak sembarangan.
Penegakan dan pemajuan HAM yang diharapkan adalah sesuai dengan koridor hukum
sebagaimana Indonesia adalah Negara Hukum yang Demokrasi.

Diluar Negeripun banyak lembaga-lembaga masyarakat yang bergerak didalam


bidang penegakan dan pemajuan HAM, antara lain yang terkenal adalah Amnesty
Internasional. Dalam perkembangan sejarah manusia, kelompok-kelompok manusia juga ikut
berkembang karena menyangkut berbagai kepentingan bersama, baik usaha, sosial, politik,
dan lain-lainnya. Perkembangan kelompok tersebut tidak dapat dihindarkan dan akan terus
tumbuh, oleh sebab itu Peran serta dan partisipasi masyarakat diharapkan mengikuti laju dan
tumbuhnya perkembangan tersebut, agar perlindungan Hak Asasi Manusia dapat ditegakkan
sesuai dengan peraturan Perundangan yang berlaku.

3. Contoh kasus pelanggaran HAM di indonesia


Pelanggaran HAM sering terjadi disekeliling kita entah disadari atau
tidak, contoh saja pembunuhan, kekerasan terhadap perempuan dan
masih banyak lagi hal ini bukanlah satu hal yang asing dikalangan kita.
Selain itu masih banyak juga pelanggaran HAM yang terjadi disekitar kita
yang sudah sangat melampaui batas.
Berikut ini beberapa contoh pelanggaran HAM di Indonesia selama
orde baru sepanjang tahun 1990-1998, adalah sebagai berikut :
1991:
Pembantaian dipemakaman santa cruz, Dili terjadi oleh ABRI terhadap
pemuda. Pemuda timor yang mengikuti prosesi pemakaman rekannya 200
orang meninggal.
1992:
Keluar Kepres tentang Monopoli perdagangan oleh perusahaan tommy
Suharto.
Penagkapan Xanana Gusmao.
1993:
Pembunuhan terhadap seorang aktifis buruh perempuan, Marsinah.
Tanggal 8 Mei 1993.
1996:

Kerusuhan anti kristen di Tasikmalaya. Peristiwa ini dikenal dengan


kerusuhan Tasimalaya. (26 Desember 1996).
Kasus tanah Balongan.
Sengketa antara penduduk setempat dengan pabrik pabrik kertas
Mucura Enim mengenai pencemaran lingkungan.
Sengketa tanah Manis Mata.
Kasus Waduk Nipoh di Madura, dimana korban jatuh karena ditembak
aparat. Ketika memprotes penggusuran tanah mereka.
Kerusuhan Situbondo, puluhan Gereja dibakar.
Kerusuhan Sambas Sangvaledo. (30 Desember 1996).
1997:
Kasus tanah Kemayoran.
Kasus pembantaian mereka yang diduga pelaku dukun santet di Ja-Tim.

1998:
Kerusuhan Mei dibeberapa kota meletus. Aparat keamanan bersikap
pasif dan membiarkan. Ribuan jiwa meniggal, puluhan perempuan
diperkosa dam harta benda hilang. Tanggal 13-15 Mei 1998).
Pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa Trisakti di Jakarta, dua hari
sebelum kerusuhan Mei.pembunuhan terhadap beberapa mahasiswa
dalam demonstrasi menentang sidang istimewa 1998. Peristiwa ini terjadi
pada 13-14 November 1998 dan dikenal denagn Tragedi Semanggi, dan
lain-lain.
Contoh-contoh ini hanyalah sebagian kecil dari pelanggaran HAM yang
terjadi disekeliling kita masih banyak contoh-contoh yang tidak dapat
semuanya ditulis disini. Hanya bagaimana cara kita menyikapi hal
tersebut.

BAB III
PENUTUP

A.

Simpulan
Perjuangan

bagi

hak-hak

asasi

manusia

merupakan

suatu

perjalanan dan bukan suatu perjalanan dan bukan suatu tujuan karena
hak-hak asasi manusia itu tidak statis. Teori hak-hak asasi manusia perlu
terus menerus dinilai kembali dari sudut pandang para moralis maupun
para rasionalis.
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai
dengan kiprahnya. Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya
terpenuhi, tapi satu hal yang perlu kita ingat bahwa Jangan pernah
melanggar atau menindas HAM orang lain.

Pembentukan undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak


Asasi Manusia merupakan perwujudan tanggung jawab bangsa Indonesia
sebagai Negara demokrasi dan juga sebagai anggota perserikatan
Bangsa-bangsa yang didalamnya mengandung suatu misi pengemban
tanggung

jawab

moral

dan

hukum

dalam

menjujung

tinggi

dan

melaksanakan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia didalam kehidupan


bermasyarakat.
Kesadaran hak-hak asasi manusia didalam masyarakat Indonesia
memang masih merupakan masalah yang sangat penting didalam
melaksanakan undang-undang Hak Asasi Manusia, hal ini dikarenakan
masih belum dipahaminya secara merata oleh masyarakat tentang
rumusan yang terkandung dalam Undang- undang Nomor 39 tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia ini. Oleh sebab itu Peran dan Partisipasi
masyarakat perlu dibina dan diikut sertakan dalam pengembangan dan
perlindungan Hak Asasi Manusia. Bagi bangsa Indonesia, sudah tentu
persoalan hak-hak asasi harus dicari dan dikaitkan akar-akarnya dengan
Idiologi nasional Pancasila, dalam hal ini tidak terlepas dari berbagai
usaha yang telah dijalankan untuk memasyarakatkan nilai-nilai Pancasila.
Karena itu harus ada pendekatan kepada Pancasila sebagai rangkuman
nilai-nilai luhur, yang menjadi tujuan Bangsa dan Negara Indonesia.
B.

Saran-saran
Maka itu marilah kita menegakkan HAM umumnya di dunia

Khususnya di Indonesia negara kita sendiri. Maka dari itu kita perlu
kesadaran rasa kemanusiaan yang tinggi, aparat hukum yang bersih, yang
tidak sewenang-wenang, sanksi yang tegas bagi para pelanggar HAM,
penanman nilai-nilai keagamaan pada masyarakat khususnya Indonesia.
Sebagai

makhluk

sosial

kita

harus

mampu

mempertahankan

dan

memperjuangkan HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa
menghormati dan menjaga HAM orang lain jangan sampai kita melakukan
pelanggaran HAM. Dan Jangan sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjakinjak oleh orang lain.

Jadi dalam menjaga HAM kita

harus mampu menyelaraskan dan

mengimbangi antara HAM kita dengan HAM orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Djarot, Eros & Haas, Robert. 1998. Hak-Hak Asasi Manusia dan
Manusia (Human rightsand The Media). Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.
Wahidin. 2008. Makalah PKn Tentang Hak Asasi Manusia(HAM).
Prof. Dr. H. Zainudin Ali, M.A. 2006. Sosiologi Hukum. Jakrta : Sinar
Grafika.
Drs. S. Sumarsono. Dkk. 2000. Pendidikan kewarganegaraan.
http//:www.sekitarkita.com
http//:www.blogger.com

Anda mungkin juga menyukai