Anda di halaman 1dari 21

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah

STUDI IMPLEMENTASI EMPAT PILAR PENDIDIKAN REKOMENDASI UNESCO


DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA STANDAR
KOMPETENSI DASAR MEMASANG INSTALASI PENERANGAN LISTRIK
BANGUNAN SEDERHANA DI SMK NEGERI 7 SURABAYA
Rohman
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Rohman.ttl10unesa@gmail.com,

Supari Muslim
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Muslim_Supari@yahoo.com
Abstrak
Latar belakang diadakannya penelitian ini adalah: (1) kurangnya interaksi antara guru dan siswa, (2)
metode pembelajaran ceramah, (3) siswa pasif, (4) siswa tidak terlibat dalam kelompok, dan (5)
ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 70%. Dalam mengatasi permasalahan
tersebut, peneliti mengimplementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran, (2) Mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dan (3) Meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah pre-test and post-test one group yaitu hanya satu kelas yang dikenai
perlakuan tertentu (tanpa adanya kelas control) yaitu siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya.
Penilitian menyimpulkan: (1) kualitas perangkat pembelajaran memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,18%,
yang berarti perangkat pembelajaran sudah memenuhi criteria, sehingga dikategorikan baik dan layak
untuk digunakan dengan rincian: silabus memperoleh nilai rata-rata sebesar 80.10%, RPP memperoleh
nilai rata-rata sebesar 81.87%, LKS memperoleh nilai sebesar 80.74%, modul memperoleh nilai rata-rata
sebesar 78.20%, dan lembar evaluasi memperoleh nilai rata-rata sebesar 82%. Berdasarkan analisis butir
soal, reliabilitas memperoleh nilai sebesar 0,73; (2) aktivitas siswa dalam belajar memperoleh nilai ratarata sebesar 85; dan (3) Ketuntasan hasil belajar setelah implementasi empat pilar pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan MPBM memperoleh ketuntasan hasil belajar dengan skor rata-rata
90,58%.
Kata kunci: Empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO, model pembelajaran berdasarkan masalah,
perangkat pembelajaran, aktivitas siswa, dan ketuntasan hasil belajar siswa
Abstract
Background of conducting this research were: (1) less interaction between teacher and students, (2)
speech method learning, (3) passive student, (4) student not involved in group, and (5) students learning
completeness that achieved KKM was 70%. In order to overcome those problems, researcher
implemented four pillars of education recommendation of UNESCO with problem based instruction
model.
This research aims to: (1) knowing learning set quality, (2) observing student activity along teaching and
learning process, and (3) increases the completeness of student learning achievement. Research method
used was pre-test and post-test one group which is just one classroom obtained certain treatment with
(no control classroom) is students of classroom X TITL 3 State SMK 7 of Surabaya.
This research concluded: (1) quality of learning set obtained mean 72.18%, the mean learning set was
meet criteria and categorized good and proper to be used with detail: Syllabus obtained mean 80.10%,
Lesson Plan obtained mean 81.87%, Work Sheet obtained 80.74%, Module obtained mean 78.20, and
Evaluation Sheet obtained mean 82%. Based on item analysis, reliability of obtained mean 0.73; (2)
student activity in student learning obtained mean 85; and (3) the completeness of student learning
achievement after the implementation of four pillars of education recommendation of UNESCO with
MPBM obtained mean 90.58%.
Keyword: four pillars of education recommend of UNESCO, problem based instruction, learning set,
student activity, and completeness of student learning achievement.

45

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

PENDAHULUAN
Kecakapan hidup sebagai inti
dari
kompetensi
dan
hasil
pendidikan adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan
solusi
sehingga
akhirnya mampu mengatasinya
(Depdiknas, 2006:22).
Kecakapan hidup terdiri dari
kecakapan hidup yang bersifat
umum (General live skills) dan
kecakapan hidup yang bersifat
khusus (Specific live skills).
Menurut Fadjar dalam Mamat
(2005) kecakapan hidup yang
bersifat
umum
terdiri
dari
kecakapan personal dan sosial,
sedangkan kecakapan hidup yang
bersifat spesifik terdiri dari
kecakapan
akademik
dan
vokasional.
Kecakapan
hidup
tersebut sesuai dengan empat pilar
pendidikan yang direkomendasikan
oleh UNESCO.
Empat pilar pendidikan yang
direkomendasikan oleh UNESCO
apabila diterapkan dengan baik di
sekolah akan mampu membekali
siswa dengan kecakapan hidup
yang dibutuhkan siswa untuk bekal
hidup di masyarakat. Empat pilar
pendidikan tersebut adalah belajar
untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk melakukan
(learning to do), belajar untuk
menjadi manusia mandiri yang utuh
(learning to be) dan belajar untuk
bekerjasama
(learning to live together).
Hasil survei dan wawancara
dengan
guru
produktif
dan
pengisian angket respon siswa
dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) pada bulan Maret tahun
2013 di SMK Negeri 7 Surabaya
terdapat beberapa masalah yang
dihadapi oleh siswa kelas X TITL
3. Beberapa permasalahan yang
muncul adalah sebagai berikut: (1)
kurangnya interaksi antara guru dan

siswa dalam proses pembelajaran,


sehingga
menyebabkan
siswa
kurang aktif dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran; (2) metode
pembelajaran yang digunakan
mayoritas metode ceramah dengan
alasan metode ini mudah untuk
diterapkan, sehingga daya kreatif
siswa kurang; (3) siswa kurang
mengerti karena malu bertanya
sehingga kurang termotivasi untuk
aktif dalam mencari informasi
sendiri; (4) siswa merasa kurang
bisa mengemukakan pendapat,
tidak bekerjasama, dan tidak
terlibat dalam kelompok; dan (5)
standar

nilai Kriteria Ketuntasan Minimum


(KKM)
instalasi
penerangan
bangunan sederhana adalah sebesar
75. Kenyatan di lapangan didapat
70% nilai siswa dinyatakan
mencapai KKM sedangkan 30%
nilai siswa belum mencapai KKM.
Salah
satu
model
pembelajaran yang menekankan
pada penyajian materi dalam
kehidupan sehari-hari adalah model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Dalam
model
pembelajaran
berdasarkan masalah, disajikan
suatu masalah yang ada dalam
kehidupan sehari-hari atau dapat
disebut juga sebagai masalah
autentik (Ibrahim, 2005). Ciri
Model Pembelajaran Berdasarkan
Masalah adalah siswa dilatih untuk
memecahkan masalah aktual dalam
kehidupan
sehari-hari.
Model
Pembelajaran
Berdasarkan
Masalah
dilakukan
dengan
menggunakan masalah sebagai
langkah awal untuk memperoleh
pengetahuan baru.
Model
pembelajaran
berdasarkan masalah sangat sesuai
dengan empat pilar pendidikan
yang
direkomendasikan
oleh
UNESCO. Kesesuaian tersebut
antara
lain
belajar
untuk
mengetahui (learning to know)

46

mereka dapat berfikir kreatif untuk


mengetahui akar permasalahan
tersebut. Belajar untuk melakukan
(learning to do) merupakan
keterampilan memecahkan masalah
dalam bertindak, belajar untuk
menjadi manusia mandiri yang utuh
(learning to be) dan belajar untuk
bekerjasama dalam kelompokkelompok kecil (learning to live
together). Empat pilar pendidikan
tersebut merupakan prinsip yang
perlu dijadikan landasan dan
pedoman
dalam
pelaksanaan
pembelajaran di sekolah untuk
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar.
Berdasarkan uraian di atas,
perlu dilakukan penelitian dengan
judul Studi Implementasi
Empat
Pilar
Pendidikan
Rekomendasi UNESCO Dengan
Model
Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Pada
Standar
Kompetensi
Dasar
Memasang Instalasi Penerangan
Listrik Bangunan Sederhana Di
SMK Negeri 7 Surabaya untuk
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar, khususnya pada standar
kompetensi
dasar
memasang
instalasi
penerangan
listrik
bangunan sederhana.
Berdasarkan paparan di atas,
dapat digambarkan latar belakang
penelitian seperti tampak pada
Gambar 1.

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah

LATAR BELAKANG PENELITIAN

Gambar 1. Latar belakang penelitian

Rumusan masalah pada penelitian ini


adalah:
(1)
Bagaimana
kualitas
perangkat
pembelajaran
yang
diperlukan
dalam
implementasi
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah pada
standar kompetensi memasang instalasi
penerangan bangunan sederhana pada kelas
TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?; (2)
Bagaimana aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran implementasi empat pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah
pada standar kompetensi memasang instalasi
penerangan bangunan sederhana pada kelas
TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?; dan (3)
Bagaimana ketuntasan hasil belajar setalah
dilaksanakannya studi implementasi empat
pilar pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah pada standar kompetensi memasang
instalasi penerangan bangunan sederhana pada
kelas TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya?.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk
menganalisis kualitas perangkat pembelajaran
implementasi
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah pada
standar kompetensi memasang instalasi
penerangan bangunan sederhana pada kelas
TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya; (2) untuk
menganalisis aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran implementasi empat pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah

pada standar kompetensi memasang instalasi


penerangan bangunan sederhana pada kelas X
TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya; dan (3)
untuk menganalisis ketuntasan hasil belajar
siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran
implementasi
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah pada
standar kompetensi memasang instalasi
penerangan bangunan sederhana pada kelas
TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya.
Pada tataran dunia, The International
Bureau of Education UNESCO (United
Nation Educational Scientific and Cultural
Organization),
menetapkan
ketentuan
mengenai tujuan pendidikan untuk abad 21.
Menurut UNESCO pendidikan diharapkan
dapat memberi kesempatan bagi pebelajar
untuk mengalami 4 pilar pendidikan, yaitu
learning to know, learning to do, learning to
live together, dan learning to be
(Mustafa, 2008).
Sedangkan menurut Mahjuro (2007)
perubahan kehidupan yang tidak bisa
dielakkan dan pendidikan yang harus ditata
sebagai pengarah. UNESCO sebagai salah
satu badan organisasi dunia yang berkiprah
dalam bidang pendidikan, ilmu pengetahuan
dan budaya telah meneliti perubahan
kehidupan itu semua dan mengantisipasinya
melalui perubahan visi atau cara pandang
pendidikan yang dituang dalam sebuah buku:
Belajar: Harta Karun di dalamnya laporan
UNESCO dari komisi internasional tentang
Pendidikan di abad XXI. Buku tersebut
merekomendasikan empat pilar pendidikan
yaitu learning to know, learning to do,
learning to live together, dan learning to be.
Empat pilar pendidikan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Belajar untuk mengetahui (learning to
know)
Pilar ini berpotensi untuk mencetak
generasi muda yang memiliki kemampuan
intelektual dan akademik yang tinggi. Secara
implisit, learning to know bermakna belajar
sepanjang hayat (live long education)
(Djamal, 2007).
Belajar untuk melakukan (learning to do)
Menurut Triyanto (2013) bahwa learning
to do secara umum berarti belajar berkarya
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki.
Belajar untuk melakukan (learning to do)
adalah hasil belajar psikomotorik yang harus
diperoleh peserta

47

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

didik. Ranah psikomorik ini dapat


diterapkan
dalam
kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran
dalam konsep learning to do adalah
peserta didik harus mampu
mengaktualisasi
minat
dan
bakatnya.
Sekolah
Menengah
Kejuruan (SMK) mengajarkan
peserta didik tidak hanya untuk
memperoleh pengetahuan saja,
tetapi
juga
mengembangkan
keterampilan yang harus dimiliki
oleh siswa.
Belajar untuk bekerjasama
(learning to live together)
Menurut Santyasa (2005)
belajar
bekerjasama
adalah
memahami dan menghargai orang
lain, sejarah mereka dan nilai-nilai
agamanya.
Terjadinya
proses
belajar untuk menjalani kehidupan
bekerjasama (learning to live
together), pada pilar ketiga ini
adalah
kebiasaan
hidup
bekerjasama (kelompok), saling
menghargai, saling terbuka, saling
memberi dan menerima perlu
dikembangkan di sekolah. Kondisi
seperti inilah yang memungkinkan
tumbuhnya sikap saling pengertian
antar ras, suku, dan agama. Dengan
kemampuan yang dimiliki, sebagai
hasil dari proses pendidikan, dapat
dijadikan sebagai bekal untuk
mampu berperan dalam lingkungan
individu tersebut berada, dan
sekaligus mampu menempatkan
diri sesuai dengan perannya.
Pemahaman tentang peran diri dan
orang lain dalam kelompok belajar
merupakan
bekal
dalam
bersosialisasi
di
masyarakat
(learning to live together).
Belajar menjadi manusia yang
utuh (learning to be)
Menutut Atika (2010) konsep
learning to be perlu dihayati oleh
praktisi pendidikan untuk melatih
siswa agar memiliki rasa percaya
diri yang tinggi. Kepercayaan
merupakan modal utama bagi siswa
untuk hidup dalam masyarakat.
Penguasaan
pengetahuan
dan
keterampilan merupakan bagian
dari proses menjadi manusia yang

utuh (learning to be). Menjadi diri


sendiri diartikan sebagai proses
pemahaman terhadap kebutuhan
dan jati diri. Belajar berperilaku
sesuai dengan norma dan kaidah
yang berlaku di masyarakat, belajar
menjadi orang yang berhasil,
sesungguhnya merupakan proses
aktualisasi diri.
Menurut
(Arsyad,
2006)
belajar adalah suatu proses yang
kompleks yang terjadi pada semua
orang sepanjang hidupnya. Proses
belajar itu terjadi karena adanya
interaksi antara seseorang

dengan
lingkungannya.
Oleh
karena itu, belajar dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja. Salah
satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri
orang itu yang mungkin disebabkan
oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Menurut Annurahman (2009)
bahwa
model
pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan dan dipelajari,
diantaranya meliputi: tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan
kelas.
Menurut Trianto (2008: 68)
pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan
suatu
pendekatan
pembelajaran siswa dalam rangka
mencari solusi permasalahan yang
actual, dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri
dan keterampilan berfikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.
Dalam pembelajaran berbasis
masalah, siswa memiliki peran
sebagai problem-sovers sedangkan
guru memiliki peranan sebagai
tutor atau pelatih. Dalam artikel
tentang pembelajaran berdasarkan
masalah yang ditulis di website
IMSA (Illinois Mathematics and
Science Academy) PBM adalah:
to makes students engaged in
learning because they are hard
wired to respond to dissonance and
because they feel they are
empowered to have an impact on
the outcome of the investigation
(Abbas, 2000).
Menurut
Ibrahim
(2005)
sintaks pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari 5 langkah
seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Model
Pembelajaran
Berdasarkan
Masalah

Langkah
Langkah 1:
Orientasi siswa
kepada masalah

Perilaku Guru
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
menjelaskan
logistik
yang
dibutuhkan,
mengajukan
fenomena
atau
demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan
masalah,
dan
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang
dipilih.

Langkah 2:
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar

Guru
membantu
siswa
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan
tugas
pembelajaran yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi
yang
sesuai, melaksanakan eksperimen,

Langkah 3:
Membimbing
penyelidikan

48

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah
Empat Pilar

Langkah
individual maupun
kelompok

Perilaku Guru
untuk
mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah

Langkah 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya

Guru membantu siswa dalam


merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai seperti poster,
laporan, video, dan model dan
membantu mereka untuk berbagi
tugas dengan temannya.
Guru membantu siswa untuk
melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan
proses-proses
yang
mereka
gunakan.

Langkah 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.

Pendidikan
Rekomedasi UNESCO

Ciri-ciri Model Pembelajaran


Berdasarkan Masalah
bertindak
mengembangkan
diskusi
serta berfikir kritis
(Nur, 2002); dan

c.

Kemauan melakukan evaluasi siswa yang


konstruktif dan kinerja kelompok (Nur,
2002).
Learning to be
a. Menampilkan hasil
kinerja
siswa
selama
proses
pembelajaran;
b.

Menghasilkan suatu produk (Ibrahim, 2005);


dan

c.

Melakukan pengujian hasil


masalah (Forgaty, 2009).

pemecahan

Sumber: Ibrahim (2005)

Sumber: Atika (2010)

Seperti yang dijelaskan di muka, bahwa


UNESCO merekomendasikan empat pilar
yang berpengaruh dalam dunia pendidikan
yaitu: Belajar untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk melakukan (learning to
do), belajar untuk bekerjasama (learning to
live together), dan belajar untuk menjadi
manusia mandiri yang utuh (learning to be).
Untuk mengimplementasikan empat pilar
tersebut dapat diterapkan dengan model
pembelajaran
berdasarkan
masalah.
Keterkaitan
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (MPBM)
seperti tampak Tabel 2.

Dari pernyataan empat pilar pendidikan


rekomendasi
UNESCO
dan
ciri-ciri
pembelajaran berdasarkan masalah yang
dipaparkan di atas, dapat diimplementasikan
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi
UNESCO dengan model pembelajaran
berdasarkan
masalah.
Secara
bagan
keterkaitan
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan Model
Pembelajaran Berdasarkan Masalah seperti
tampak pada Gambar 2.

Tabel 2. Keterkaitan Empat Pilar


Pendidikan Rekomendasi UNESCO
Dengan MPBM
Ciri-ciri Model Pembelajaran
Empat Pilar
Berdasarkan Masalah
Pendidikan

Rekomedasi UNESCO

Learning to know

Learning to do

Learning to live
together

a. Pembelajaran dimulai dengan


suatu permasalahan;
b. Permasalahan yang diberikan
dekat dengan kehidupan seharihari siswa (Ibrahim, 2005); dan
c. Memiliki pengetahuan tentang
proses belajar mengajar (Nur,
2002).
a. Mengorganisasikan
pembelajaran
untuk
menyelesaikan masalah;
b. Memberikan kebebasan dan
tanggungjawab siswa
dalam
memecahkan
permasalahan
(Ibrahim, 2005); dan
c. Memiliki komitmen terhadap
pembelajaran berpusat pada
siswa atau pembelajaran yang
diarahkan oleh siswa (Nur,
2002).
a. Menggunakan
kelompokkelompok kecil
(Ibrahim,
2005);
b. Kemampuan
membangkitkan
lingkungan yang santai dan

Gambar 2. Keterkaitan Empat Pilar


Pendidikan
Rekomendasi UNESCO Dengan MPBM

Menurut Sardiman (2010) aktivitas siswa


merupakan syarat utama berlangsungnya
proses pembelajaran. Aktivitas belajar siswa
banyak dipengaruhi oleh kegiatan mangajar
guru.
Menurut Kusuma (2012) bahwa belajar
tuntas adalah suatu sistem belajar yang
mengharapkan agar siswa dapat menguasai
tujuan pengajaran umum, yaitu suatu unit atau
satuan pelajaran secara tuntas. Tuntas berarti
mencapai

49

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

suatu tingkat penguasaan tertentu


mengenai tujuan pengajaran sesuai
dengan standar dan norma tertentu
pula. Standar tingkat penguasaan
tertentu itu mengandung pengertian
berapa persen pula dari populasi
siswa
(dalam
kelas)
dapat
menguasai tujuan pembelajaran itu.
Penelitian-penelitian
yang
relevan dengan penelitian model
pembelajaran berdasarkan masalah
adalah: (1) Cahyono (2011) tentang
Pengembangan
perangkat
pembelajaran menggunakan model
pembelajaran
Problem
Based
Instruction
pada
standar
kompetensi memperbaiki compact
cassette recorder di SMK
Negeri 3 Surabaya diperoleh
ketuntasan hasil belajar dengan
nilai rata-rata sebesar 80,38% dari
keseluruhan siswa yang dinyatakan
tuntas, dengan sebanyak 82,85%
siswa memberikan respon positif
terhadap pembelajaran ini, dan
perhitungan hasil uji t adalah thitung
3.50 dan tTabel = 1,67. Dengan
demikian model PBI menunjukkan
hasil yang signifikan dalam
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar; dan (2) Fachrudin (2009)
tentang
=

Pengaruh
penerapan
pola
pembelajaran berdasarkan masalah
untuk
meningkatkan
prestasi
belajar siswa kelas X TPTL di
SMK YPM 1 Taman pada
Kompetensi melakukan pekerjaan
dasar perbaikan alat rumah tangga
diperoleh ketuntasan hasil belajar
dengan nilai rata-rata sebesar
85,71% dari keseluruhan siswa
yang dinyatakan tuntas, dengan nili
rata-rata sebesar 81,97% siswa
memberikan
respon
positif
terhadap pembelajaran ini, dan
perhitungan hasil uji t adalah thitung
3.18 dan tTabel = 2,00. Dengan
demikian model Problem Based
Instruction menunjukkan hasil
yang
signifikan
dalam
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar.
=

Kerangka berfikir proses


penelitian
ini
berawal
dari

pengamatan terhadap beberapa


guru di SMK Negeri 7 Surabaya
yang masih sering menggunakan
model pembelajaran langsung.
Model pembelajaran langsung satu
arah dengan menggunakan metode
ceramah, membawa kecenderungan
guru
terlibat
aktif
dalam
menyampaikan materi pelajaran,
sedangkan siswa terlihat pasif,
karena kurangnya interaksi guru
dan
siswa
dalam
proses
pembelajaran, dan siswa juga tidak
terlibat dalam kelompok. Dengan
demikian ketuntasan hasil belajar
hanya
mencapai
Kriteria
Ketuntasan Minimum sebesar 70%.

berdasarkan masalah.
Ketuntasan hasil belajar siswa
kelas X TITL 3 SMK Negeri 7
Surabaya pada semester ganjil
tahun ajaran 2012/2013 pada
Standar
Kompetensi
Dasar
Memasang Instalasi Penerangan
Listrik
Bangunan
Sederhana
kurang dari KKM. Karena itu perlu
adanya alternatif penerapan metode
pembelajaran yang lebih efektif
dan
perlu
upaya
untuk
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar.
Dari beberapa permasalahan
di atas, perlu diterapkannya model
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
aktivitas
siswa
sehingga meningkatkan ketuntasan
hasil belajar. Model pembelajaran
berdasarkan
masalah
yang
diimplementasikan dengan empat
pilar
pendidikan
rekomendasi
UNESCO siswa lebih aktif,
sehingga aktivitas siswa meningkat
sehingga meningkatkan ketuntasan
hasil belajar.
Berdasarkan kajian pustaka,
hasil-hasil penelitian yang relevan,
dan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan
hipotesis
dari
penelitian ini adalah Ketuntasan
hasil belajar meningkat secara
signifikan setelah dibelajarkan
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan
model
pembelajaran

50

METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu yang
menggunakan satu kelas tanpa
kelas kontrol. Penelitian ini
dimaksudkan
untuk
mendeskripsikan keadaan suatu
objek penelitian setelah diberikan
perlakuan.
Penelitian ini dilakukan di
SMK Negeri 7 Surabaya pada
semester ganjil tahun ajaran 20132014. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri
7 Surabaya.
Rancangan penelitian ini
menggunakan desain pre-test and
post-test one group yaitu hanya
satu kelas saja yang dikenai
perlakuan tertentu tanpa adanya
kelas kontrol. Desain penelitian ini
seperti tampak sebagai berikut.

01
Ari
kun
to,
201
0)
Ket
eran
gan:

02

X = Perlakuan berupa implementasi empat


pilar pendidikan rekomendasi
UNESCO
dengan
model
pembelajaran
berdasarkan
masalah.

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah
Elektro dan dua Guru mata pelajaran instalasi
listrik di SMK Negeri 7
01 = Pre-test sebelum perlakuan implementasi empat pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah.
02 = Post-test sesudah perlakuan implementasi empat
pilar pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah.

Variabel penelitian ini terdiri dari tiga


variabel, yaitu: (1) variabel bebas; (2) variabel
terikat; (3) variabel kontrol. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah implementasi
empat pilar rekomendasi UNESCO dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar yang diperoleh dari hasil posttest. Variabel kontrol dalam penelitian ini
adalah guru, waktu pembelajaran, soal pretest dan post-test yang sama.
Prosedur dalam penelitian ini dibagi
menjadi 3 tahap yaitu: (1) tahap persiapan dan
perencanaan
penelitian;
(2)
tahap
pengambilan data; dan (3) tahap penyajian
hasil penelitian dan menganalisis hasil
penelitian.
Instrumen penelitian adalah alat bantu
yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih
mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti
lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
lebih mudah diolah (Arikunto, 2002: 160).
Instrumen dalam penelitian ini meliputi: (1)
lembar validitas perangkat pembelajaran; (2)
lembar penilaian aktivitas siswa; dan (3)
lembar penilaian hasil belajar siswa.
Kualitas
Perangkat
pembelajaran
dianalisis berdasarkan lembar validitas
perangkat pembelajaran yang divalidasi oleh
para ahli. Perangkat pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian meliputi: (1)
silabus; (2) RPP; (3) LKS; 4) modul siswa
dan 5) lembar evaluasi. Data aktivitas siswa
diperoleh dengan menggunakan lembar
penilaian aktivitas siswa yang dilakukan pada
saat pembelajaran berlangsung yang diamati
oleh seorang pengamat. Hasil belajar
diperoleh dengan menggunakan lembar
penilaian hasil belajar yang meliputi tiga
ranah hasil belajar meliputi: hasil belajar
ranah kognitif, hasil belajar ranah afektif dan
hasil belajar ranah psikomotor.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Lembar
validitas
perangkat
pembelajaran dilakukan uji validasi oleh
validator yang terdiri dari dua Dosen Teknik

Surabaya untuk mengetahui kelayakan


perangkat
pembelajaran
sebelum
dilaksanakan penelitian. Ringkasan hasil
rata-rata keseluruhan validasi perangkat
pembelajaran seperti tampak pada Tabel 3
dengan hasil valid sehingga layak untuk
digunakan dalam penelitian .
Tabel 3. Ringkasan hasil rata-rata validasi
Perangkat Pembelajaran secara
keseluruhan
No
1
2
3
4
5

Jenis Instrumen
Silabus
RPP
LKS
Modul
Lembar
Evaluasi
Rata-rata

Hasil Rating (%)


81,76
81,87
80,74
78,20
82

Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

72,18

Valid

Uji coba soal dilakukan di kelas X


TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya dengan
jumlah responden 34 siswa. Kriteria yang
harus dipenuhi yaitu validitas, reliabilitas,
daya beda, dan taraf kesukaran tiap butir
soal. Analisis hasil ujicoba menggunakan
Anates V4. Hasil analisis tersebut akan
dipaparkan sebagai berikut.

51

Hasil analisis validitas soal seperti


tampak pada Tabel 4.
Ket

Valid

Tidak
Valid

Tabel 4. Validitas soal


Butir soal
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,
11,12,13,14,15,16,17,
18,19,20,21,22,23,24,25,26,27,28,29,30
-

Jumlah
30

Jumlah

0
30

Hasil reliabilitas soal berdasarkan tabel


Rxy product moment didapatkan nilai
reliabilitas sebesar 0,73, sehingga dapat
disimpulkan bahwa untuk soal pre-test dan
post-test dikatakan reliabel dan dapat
digunakan sebagai penelitian.
Hasil analisis taraf kesukaran butir soal
seperti tampak pada Tabel 5.
P
P0,30
0,31P0,70

P>0,70

Tabel 5. Taraf kesukaran butir


Penafsir
Butir Soal
an
Sukar
10,24,27
Sedang
2,3,5,6,7,8,11,12,13,
14,15,18,19,20,21,22
,23,24,25,29,30
Mudah
1,4,9,16,17,28
Jumlah

Hasil analisis daya beda butir seperti


tampak pada Tabel 6.

Jmlh
3
21

6
30

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

D
D0,40

0,30D<0,40
0,20D0,30
D0,20

Tabel 6. Daya beda butir


Penafsiran Butir Soal
Bagus
2,4,5,6,7,8,9,10,13,
sekali
14,15,16,17,20,22,2
3,24,25,26,27,28,
29,30,
Cukup
1,2,11,12,18,19
bagus
Kurang
bagus
Jelek
Jumlah

Analisis aktivitas siswa merupakan


data yang menunjukkan kegiatan siswa
selama proses pembelajaran implementasi
empat pilar pendidikan rekomendasi
UNESCO dengan MPBM. Aktivitas siswa
selama proses pembelajaran berlangsung
diamati dengan menggunakan instrumen
lembar penilaian aktivitas siswa. Ringkasan
penilaian aktivitas siswa seperti tampak
pada Tabel 7.
Tabel 7. Ringkasan penilaian aktivitas
siswa

Jmlh
24

6
0
0
30

Gambar 4. Histogram nilai post-test

Analisis hasil belajar ranah afektif


digunakan untuk memperoleh data afektif
siswa selama kegiatan pembelajaran
implementasi empat pilar pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran
berdasarkan
masalah.
Ringkasan penilaian hasil belajar ranah
afektif seperti tampak pada Tabel 8.
Tabel 8. Ringkasan penilaian hasil belajar ranah
afektif
Pert
I

Rerata

78

Pert
II

Pert
III

83

Pert IV

Pert V

88

89

85

Nilai Ratarata pert I-V

85

Hal ini dapat disimpulkan bahwa


imlpementasi
empat pilar pendidikan
Pert
Pert
Pert
Pert IV Pert V
Nilai RataI
II
III
rata pert I-V
rekomendasi UNESCO dengan model
Rerata
94 91
95
96
94
94 pembelajaran berdasarkan masalah dapat
Hasil analisis aktivitas siswa selama
meningkatkan ketuntasan hasil belajar
proses pembelajaran dapat disimpulkan
ranah afektif.
bahwa aktivitas siswa meningkat dan
Analisis
hasil
belajar
ranah
terkondisikan
dengan
baik
ketika
psikomotor digunakan untuk memperoleh
implementasi empat pilar pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
data hasil belajar ranah psikomotor selama
pembelajaran berdasarkan masalah.
kegiatan pembelajaran implementasi empat
Pada
penelitian
ini,
sebelum
pilar pendidikan rekomendasi UNESCO
melakukan pembelajaran sesuai metode
dengan model pembelajaran berdasarkan
yang akan diteliti, dilakukan pretes untuk
masalah. Ringkasan penilaian hasil belajar
mengetahui tingkat kemampuan dan
ranah psikomotor seperti tampak pada
pemahaman awal siswa terhadap materi
yang akan dibelajarkan. Histogram rata-rata
Tabel 9.
hasil pretes seperti tampak pada Gambar 3.
Tabel 9. Ringkasan penilaian hasil
belajar ranah psikomotor

Rerata

Pert
I
94

Hal

Gambar 3. Histogram nilai pre-test

Pada penelitian ini hasil posttest


diperoleh dari hasil tes siswa setelah diberi
perlakuan dengan tujuan untuk mengetahui
hasil belajar siswa. Histogram rata-rata
hasil posttest ditunjukkan pada Gambar 4.
.

Pert
II
92

ini

Pert
III

Pert IV
95

dapat

Pert V
96

96

Nilai Rata-rata
pert I-V
94

disimpulkan

imlpementasi empat pilar pendidikan


rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah dapat
meningkatkan ketuntasan hasil belajar
ranah psikomotor.
Untuk mengetahui perbedaan hasil
belajar ranah kognitif dilakukan dengan uji
paired sample test. Sebelum melakukan uji
t terdapat 2 syarat yang harus dipenuhi
yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas berfungsi untuk mengetahui
apakah data berdistribusi normal atau tidak.
Hasil uji normalitas menggunakan uji

bahwa

52

Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran

Berdasarkan Masalah

Kolmogolov-Smirnov (software SPSS versi


20.0) seperti tampak pada Tabel 10.
Tabel 10. Hasil uji normalitas data hasil belajar
ranah kognitif
Sebelum
pembelajaran
34
48,38
12.415
.140
.137
-140
.817
.517

N
Normal Parameters

Mean
Std. Deviation
Most Extreme Difference
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Dari hasil

Sesudah
pembelajaran
83,47
5,142
.199
.125
-199
1.159
.136

uji Kolmogorov-Smirnov pada

Tabel 10, dapat disimpulkan bahwa data nilai


posttest berdistribusi normal dibuktikan
dengan
nilai
signifikansi
hasil
uji
Kolmogorov-Smirnov sebelum pembelajaran
diperoleh nilai rata-rata sebesar 0,51 dan
sesudah pembelajaran diperoleh nilai rata-rata
sebesar 0,136, nilai tersebut lebih besar dari
= 0,05.
Uji homogenitas dilakukan untuk
mengetahui kedua sampel yang digunakan
memiliki nilai varian yang sama atau tidak.
Pada penelitian ini penulis menggunakan uji
Levene Statistic (menggunakan software SPSS
versi 20.0).
Pengujian homogenitas separti tampak
pada
Tabel 11.
Tabel 11. Hasil uji homogenitas data hasil belajar
ranah kognitif
Test og homogeneity of variences
Nilai Post-test
Leveve Statistic
1.013

df1
7

df2
26

Sig.
.445

Berdasarkan Tabel 11 dapat disimpulkan


bahwa nilai signifikansi pada uji Levene
Statistic adalah 0,445. Karena signifikansi
lebih dari 0,05, maka data dapat dinyatakan
homogen.
Karena data hasil belajar ranah kognitif
normal dan homogen, selanjutnya dapat
dilakukan uji-t untuk mengetahui perbedaan
hasil belajar siswa. Hasil analisis uji-t data
pre-test menggunakan bantuan software SPSS
20.0 tampak pada Tabel 12.
Tabel 12
Hasil uji-t hasil belajar ranah kognitif
Paired Differences
Mean
Paie 1

.39.9

Std.Deviati
on
8.94

95% Confidence Interval


Std.Error
of the Difference
Mean
Lower
Upper
1.53 .43.03

.36.79

t
.26.01

df

Sig.(2-tailed)
33

Sedangkan penjelasan seperti tampak


pada Tabel 12 Paired Sampel Test sebagai
berikut:

95% Confiden Interval of the Difference


adalah rentang nilai yang ditoleransi. Pada
kasus ini, toleransi menggunakan taraf toleransi
sebesar 95%, rentang selisih nilai pre-test dan
post-test dari 36,79 menjadi 43,03. selanjutnya
melihat taraf signifikan sebesar 5% dengan
membandingkan thitung dan tTabel. Menunjukkan
thitung analisis SPSS sebesar 26,01, sedangkan
tTabel sebesar 2,03, maka nilai thitung > tTabel .
Berdasarkan hasil perhitungan uji-t
menggunakan SPSS didapatkan hasil t sebesar
26,01. Untuk membuat keputusan, apakah
perbedaan signifikansi atau tidak, peneliti
membandingkan t hitung yang didapat dengan tTabel dengan df sebesar 33. Berdasarkan Tabel
distribusi t, bila dk sebesar 33, harga tTabel sebesar
2,03. Hasil perhitungan thitung sebesar 26,01, maka
thitung jatuh pada daerah penerimaan H1 atau
penolakan H0. Dengan demikian H1 yang
berbunyi

terdapat perbedaan rerata hasil belajar siswa


dari sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan
pada standar kompetensi memasang instalasi
listrik bangunan rumah sederhana diterima.
Sehingga disimpulkan bahwa hasil belajar
siswa SMK Negari 7 Surabaya pada Standar
Kompetensi memasang instalasi bangunan

53

sederhana mengalami peningkatan dari


sebelum implementasi empat pilar pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah diperoleh
nilai rata-rata sebesar 48,38 meningkat
menjadi sebesar 83,47 setelah implementasi
empat
pilar
pendidikan
rekomendasi
UNESCO dengan model pembelajaran
berdasarkan masalah.
PENUTUP
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, didapatkan simpulan sebagai
berikut:

(1) Berdasarkan hasil validasi terhadap


instrumen
perangkat
pembelajaran
memperoleh nilai rata-rata secara keseluruhan
sebesar 72,18% dengan rincian sebagai
berikut: silabus memperoleh nilai rata-rata
sebesar 80,10%, RPP memperoleh nilai ratarata sebesar 81,87%, LKS memperoleh nilai
rata-rata sebesar 80,74%, modul memperoleh
nilai rata-rata sebesar 78,20%, dan lembar
evaluasi memperoleh nilai rata-rata sebesar
82%. Berdasarkan analisis butir soal,
reliabilitas memperoleh nilai sebesar 0,73.
Dapat disimpulkan

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 03 Nomor 03 Tahun 2014, 45-54

DAFTAR PUSTAKA
bahwa perangkat pembelajaran
dinyatakan memiliki kualitas yang
baik dan layak untuk diterapkan
pada penelitian di SMK Negeri 7
Surabaya. (2) Aktivitas siswa saat
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
memperoleh nilai rata-rata sebesar
85 dengan rincian sebagai berikut:
pertemuan pertama memperoleh
nilai
rata-rata
sebesar
78,
pertemuan kedua memperoleh nilai
rata-rata sebesar 83, pertemuan
ketiga memperoleh nilai rata-rata
sebesar 85, pertemuan keempat
memperoleh nilai
rata-rata sebesar 88, dan pertemuan
kelima memperoleh nilai rata-rata
sebesar
89.
Penilitian
menyimpulkan bahwa aktivitas
siswa
selama
pembelajaran
implementasi
rekomendasi
UNESCO
dengan
model
pembelajaran berdasarkan masalah,
adalah
meningkat
dan
terkondisikan dengan baik. (3)
Peningkatan
ketuntasan
hasil
belajar dengan rincian: hasil
belajar ranah kognitif yang
menggunakan pre-test dan post-test
memperoleh nilai rata-rata sebesar
42,85 menjadi sebesar 82,76, hasil
belajar ranah afektif memperoleh
nilai rata-rata sebesar 94,14, dan
hasil belajar ranah psikomotor
memperoleh nilai rata-rata sebesar
94,14. Hasil analisis hasil belajar
secara keseluruhan telah mencapai
nilai rata-rata sebesar 90,58%.
Tingginya ketuntasan hasil belajar
yang dicapai tersebut, sejalan
dengan keunggulan empat pilar
pendidikan yang direkomendasikan
oleh UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Penelitian menyimpulkan bahwa
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
sangat layak diterapkan karena
dapat meningkatkan ketuntasan
hasil belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang
diperoleh,
maka
peneliti

Abbas, Nurhayati. 2000. Penerapan


Pembelajaran Berdasarkan
Masalah Sebagai Upaya
Menuntaskan
Hasil
Belajar Siswa Kelas 1-A
MA Masroatul Ulum
Paciran Lamongan Pokok
Bahasan Suhu Dan Kalor.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. Surabaya:
Universitas
Negeri
Surabaya.
Arikunto, Suharsimi. 2002. DasarDasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta:
Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2006. Media
Pembelajaran.
Jakarta: PT Raya
Grafindo Persada.
Atika, Aziz. 2010. 4 Pilar
Pendidikan Menurut
UNESCO. (online),
(http://Atikaaziz.Blogspot.c
om.2010/09/ 4pilar
pendidikan menurut
unesco.html diakses tanggal
17 Februari 2013).
memberikan saran antara lain: (1)
Perangkat
pembelajaran
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan
model
pembelajaran
berdasarkan masalah hendaknya
diujicobakan
untuk
standar
kompetensi yang lain.
(2) Penelitian ini hanya mencakup
kompetensi
dasar
memasang
instalasi
penerangan
listrik
bangunan sederhana, oleh karena
itu
penelitian
ini
dapat
dikembangkan pada kompetensi
dasar yang lebih menyeluruh. (3)
Penelitian ini dapat digunakan
sebagai acuan dalam penelitian
lanjutan yang lebih baik.

Djamal. 2007. Psikologi


Pendidikan. Jakarta.
Bumi Aksara.
Ibrahim,

Muslimin.

2005.

Pembelajaran

Berdasarkan Masalah.
Surabaya: Unesa
University Press.
Kusuma. Dita. 2012.
Internalisasi Pendidikan
Karakter melalui Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Student
TeamsAchievement
Divisions
(STAD) pada Materi Pokok
Larutan Penyangga (Buffer)
Kelas XI IPA 1 SMA
Negeri
14
Surabaya.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. Surabaya:
Universitas
Negeri
Surabaya.

Mahjuro. Khijron. 2007. PilarPilar Pendidikan


Rekomendasi UNESCO
Dalam Perspektif
Islam. Semarang: Fakultas
Tarbiyah
Mustafa, Dina. 2008. Kurikulum
Berbasis
Kompetensi.
Makalah
yang
dipresentasikan
pada
pelatihan
penyusunan
KBK di KOPERTIS 3.
Bandung.
Nur, Muhamad. 2002. Pengajaran
dan
Pembelajaran
Kontekstual. Makalah.
Disampaikan
pada
Pelatihan Pembelajaran
yang Berkaitan dengan
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi kepada para
Guru
SMU
Negeri
Kabupaten
Sidoarjo.
Unesa: Pascasarjana.

54

Anda mungkin juga menyukai