Berdasarkan Masalah
Supari Muslim
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya.
Muslim_Supari@yahoo.com
Abstrak
Latar belakang diadakannya penelitian ini adalah: (1) kurangnya interaksi antara guru dan siswa, (2)
metode pembelajaran ceramah, (3) siswa pasif, (4) siswa tidak terlibat dalam kelompok, dan (5)
ketuntasan hasil belajar siswa yang mencapai KKM sebesar 70%. Dalam mengatasi permasalahan
tersebut, peneliti mengimplementasi empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kualitas perangkat pembelajaran, (2) Mengamati aktivitas
siswa selama proses pembelajaran dan (3) Meningkatkan ketuntasan hasil belajar siswa. Metode
penelitian yang digunakan adalah pre-test and post-test one group yaitu hanya satu kelas yang dikenai
perlakuan tertentu (tanpa adanya kelas control) yaitu siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri 7 Surabaya.
Penilitian menyimpulkan: (1) kualitas perangkat pembelajaran memperoleh nilai rata-rata sebesar 72,18%,
yang berarti perangkat pembelajaran sudah memenuhi criteria, sehingga dikategorikan baik dan layak
untuk digunakan dengan rincian: silabus memperoleh nilai rata-rata sebesar 80.10%, RPP memperoleh
nilai rata-rata sebesar 81.87%, LKS memperoleh nilai sebesar 80.74%, modul memperoleh nilai rata-rata
sebesar 78.20%, dan lembar evaluasi memperoleh nilai rata-rata sebesar 82%. Berdasarkan analisis butir
soal, reliabilitas memperoleh nilai sebesar 0,73; (2) aktivitas siswa dalam belajar memperoleh nilai ratarata sebesar 85; dan (3) Ketuntasan hasil belajar setelah implementasi empat pilar pendidikan
rekomendasi UNESCO dengan MPBM memperoleh ketuntasan hasil belajar dengan skor rata-rata
90,58%.
Kata kunci: Empat pilar pendidikan rekomendasi UNESCO, model pembelajaran berdasarkan masalah,
perangkat pembelajaran, aktivitas siswa, dan ketuntasan hasil belajar siswa
Abstract
Background of conducting this research were: (1) less interaction between teacher and students, (2)
speech method learning, (3) passive student, (4) student not involved in group, and (5) students learning
completeness that achieved KKM was 70%. In order to overcome those problems, researcher
implemented four pillars of education recommendation of UNESCO with problem based instruction
model.
This research aims to: (1) knowing learning set quality, (2) observing student activity along teaching and
learning process, and (3) increases the completeness of student learning achievement. Research method
used was pre-test and post-test one group which is just one classroom obtained certain treatment with
(no control classroom) is students of classroom X TITL 3 State SMK 7 of Surabaya.
This research concluded: (1) quality of learning set obtained mean 72.18%, the mean learning set was
meet criteria and categorized good and proper to be used with detail: Syllabus obtained mean 80.10%,
Lesson Plan obtained mean 81.87%, Work Sheet obtained 80.74%, Module obtained mean 78.20, and
Evaluation Sheet obtained mean 82%. Based on item analysis, reliability of obtained mean 0.73; (2)
student activity in student learning obtained mean 85; and (3) the completeness of student learning
achievement after the implementation of four pillars of education recommendation of UNESCO with
MPBM obtained mean 90.58%.
Keyword: four pillars of education recommend of UNESCO, problem based instruction, learning set,
student activity, and completeness of student learning achievement.
45
PENDAHULUAN
Kecakapan hidup sebagai inti
dari
kompetensi
dan
hasil
pendidikan adalah kecakapan yang
dimiliki seseorang untuk berani
menghadapi problema hidup dan
kehidupan dengan wajar tanpa
merasa tertekan, kemudian secara
proaktif dan kreatif mencari serta
menemukan
solusi
sehingga
akhirnya mampu mengatasinya
(Depdiknas, 2006:22).
Kecakapan hidup terdiri dari
kecakapan hidup yang bersifat
umum (General live skills) dan
kecakapan hidup yang bersifat
khusus (Specific live skills).
Menurut Fadjar dalam Mamat
(2005) kecakapan hidup yang
bersifat
umum
terdiri
dari
kecakapan personal dan sosial,
sedangkan kecakapan hidup yang
bersifat spesifik terdiri dari
kecakapan
akademik
dan
vokasional.
Kecakapan
hidup
tersebut sesuai dengan empat pilar
pendidikan yang direkomendasikan
oleh UNESCO.
Empat pilar pendidikan yang
direkomendasikan oleh UNESCO
apabila diterapkan dengan baik di
sekolah akan mampu membekali
siswa dengan kecakapan hidup
yang dibutuhkan siswa untuk bekal
hidup di masyarakat. Empat pilar
pendidikan tersebut adalah belajar
untuk mengetahui (learning to
know), belajar untuk melakukan
(learning to do), belajar untuk
menjadi manusia mandiri yang utuh
(learning to be) dan belajar untuk
bekerjasama
(learning to live together).
Hasil survei dan wawancara
dengan
guru
produktif
dan
pengisian angket respon siswa
dalam Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) pada bulan Maret tahun
2013 di SMK Negeri 7 Surabaya
terdapat beberapa masalah yang
dihadapi oleh siswa kelas X TITL
3. Beberapa permasalahan yang
muncul adalah sebagai berikut: (1)
kurangnya interaksi antara guru dan
46
Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
47
dengan
lingkungannya.
Oleh
karena itu, belajar dapat terjadi
kapan saja dan dimana saja. Salah
satu pertanda bahwa seseorang itu
telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri
orang itu yang mungkin disebabkan
oleh terjadinya perubahan pada
tingkat pengetahuan, keterampilan
dan sikap.
Menurut Annurahman (2009)
bahwa
model
pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang
akan digunakan dan dipelajari,
diantaranya meliputi: tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan
kelas.
Menurut Trianto (2008: 68)
pembelajaran berdasarkan masalah
merupakan
suatu
pendekatan
pembelajaran siswa dalam rangka
mencari solusi permasalahan yang
actual, dengan maksud untuk
menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri
dan keterampilan berfikir tingkat
lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.
Dalam pembelajaran berbasis
masalah, siswa memiliki peran
sebagai problem-sovers sedangkan
guru memiliki peranan sebagai
tutor atau pelatih. Dalam artikel
tentang pembelajaran berdasarkan
masalah yang ditulis di website
IMSA (Illinois Mathematics and
Science Academy) PBM adalah:
to makes students engaged in
learning because they are hard
wired to respond to dissonance and
because they feel they are
empowered to have an impact on
the outcome of the investigation
(Abbas, 2000).
Menurut
Ibrahim
(2005)
sintaks pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari 5 langkah
seperti tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Sintaks Model
Pembelajaran
Berdasarkan
Masalah
Langkah
Langkah 1:
Orientasi siswa
kepada masalah
Perilaku Guru
Guru
menjelaskan
tujuan
pembelajaran,
menjelaskan
logistik
yang
dibutuhkan,
mengajukan
fenomena
atau
demonstrasi atau cerita untuk
memunculkan
masalah,
dan
memotivasi siswa untuk terlibat
dalam pemecahan masalah yang
dipilih.
Langkah 2:
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
Guru
membantu
siswa
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan
tugas
pembelajaran yang berhubungan
dengan masalah tersebut.
Guru mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi
yang
sesuai, melaksanakan eksperimen,
Langkah 3:
Membimbing
penyelidikan
48
Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Empat Pilar
Langkah
individual maupun
kelompok
Perilaku Guru
untuk
mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
Langkah 4:
Mengembangkan dan
menyajikan hasil
karya
Langkah 5:
Menganalisis dan
mengevaluasi proses
pemecahan masalah.
Pendidikan
Rekomedasi UNESCO
c.
c.
pemecahan
Rekomedasi UNESCO
Learning to know
Learning to do
Learning to live
together
49
Pengaruh
penerapan
pola
pembelajaran berdasarkan masalah
untuk
meningkatkan
prestasi
belajar siswa kelas X TPTL di
SMK YPM 1 Taman pada
Kompetensi melakukan pekerjaan
dasar perbaikan alat rumah tangga
diperoleh ketuntasan hasil belajar
dengan nilai rata-rata sebesar
85,71% dari keseluruhan siswa
yang dinyatakan tuntas, dengan nili
rata-rata sebesar 81,97% siswa
memberikan
respon
positif
terhadap pembelajaran ini, dan
perhitungan hasil uji t adalah thitung
3.18 dan tTabel = 2,00. Dengan
demikian model Problem Based
Instruction menunjukkan hasil
yang
signifikan
dalam
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar.
=
berdasarkan masalah.
Ketuntasan hasil belajar siswa
kelas X TITL 3 SMK Negeri 7
Surabaya pada semester ganjil
tahun ajaran 2012/2013 pada
Standar
Kompetensi
Dasar
Memasang Instalasi Penerangan
Listrik
Bangunan
Sederhana
kurang dari KKM. Karena itu perlu
adanya alternatif penerapan metode
pembelajaran yang lebih efektif
dan
perlu
upaya
untuk
meningkatkan ketuntasan hasil
belajar.
Dari beberapa permasalahan
di atas, perlu diterapkannya model
pembelajaran
yang
dapat
meningkatkan
aktivitas
siswa
sehingga meningkatkan ketuntasan
hasil belajar. Model pembelajaran
berdasarkan
masalah
yang
diimplementasikan dengan empat
pilar
pendidikan
rekomendasi
UNESCO siswa lebih aktif,
sehingga aktivitas siswa meningkat
sehingga meningkatkan ketuntasan
hasil belajar.
Berdasarkan kajian pustaka,
hasil-hasil penelitian yang relevan,
dan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan
hipotesis
dari
penelitian ini adalah Ketuntasan
hasil belajar meningkat secara
signifikan setelah dibelajarkan
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan
model
pembelajaran
50
METODE
Jenis penelitian ini adalah
penelitian eksperimen semu yang
menggunakan satu kelas tanpa
kelas kontrol. Penelitian ini
dimaksudkan
untuk
mendeskripsikan keadaan suatu
objek penelitian setelah diberikan
perlakuan.
Penelitian ini dilakukan di
SMK Negeri 7 Surabaya pada
semester ganjil tahun ajaran 20132014. Subjek penelitian ini adalah
siswa kelas X TITL 3 SMK Negeri
7 Surabaya.
Rancangan penelitian ini
menggunakan desain pre-test and
post-test one group yaitu hanya
satu kelas saja yang dikenai
perlakuan tertentu tanpa adanya
kelas kontrol. Desain penelitian ini
seperti tampak sebagai berikut.
01
Ari
kun
to,
201
0)
Ket
eran
gan:
02
Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Elektro dan dua Guru mata pelajaran instalasi
listrik di SMK Negeri 7
01 = Pre-test sebelum perlakuan implementasi empat pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO dengan
model pembelajaran berdasarkan masalah.
02 = Post-test sesudah perlakuan implementasi empat
pilar pendidikan rekomendasi UNESCO
dengan model pembelajaran berdasarkan
masalah.
Jenis Instrumen
Silabus
RPP
LKS
Modul
Lembar
Evaluasi
Rata-rata
Keterangan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
72,18
Valid
51
Valid
Tidak
Valid
Jumlah
30
Jumlah
0
30
P>0,70
Jmlh
3
21
6
30
D
D0,40
0,30D<0,40
0,20D0,30
D0,20
Jmlh
24
6
0
0
30
Rerata
78
Pert
II
Pert
III
83
Pert IV
Pert V
88
89
85
85
Rerata
Pert
I
94
Hal
Pert
II
92
ini
Pert
III
Pert IV
95
dapat
Pert V
96
96
Nilai Rata-rata
pert I-V
94
disimpulkan
bahwa
52
Studi Implementasi Empat Pilar Pendidikan Rekomendasi UNESCO Dengan Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
N
Normal Parameters
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Difference
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Dari hasil
Sesudah
pembelajaran
83,47
5,142
.199
.125
-199
1.159
.136
df1
7
df2
26
Sig.
.445
.39.9
Std.Deviati
on
8.94
.36.79
t
.26.01
df
Sig.(2-tailed)
33
53
DAFTAR PUSTAKA
bahwa perangkat pembelajaran
dinyatakan memiliki kualitas yang
baik dan layak untuk diterapkan
pada penelitian di SMK Negeri 7
Surabaya. (2) Aktivitas siswa saat
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
memperoleh nilai rata-rata sebesar
85 dengan rincian sebagai berikut:
pertemuan pertama memperoleh
nilai
rata-rata
sebesar
78,
pertemuan kedua memperoleh nilai
rata-rata sebesar 83, pertemuan
ketiga memperoleh nilai rata-rata
sebesar 85, pertemuan keempat
memperoleh nilai
rata-rata sebesar 88, dan pertemuan
kelima memperoleh nilai rata-rata
sebesar
89.
Penilitian
menyimpulkan bahwa aktivitas
siswa
selama
pembelajaran
implementasi
rekomendasi
UNESCO
dengan
model
pembelajaran berdasarkan masalah,
adalah
meningkat
dan
terkondisikan dengan baik. (3)
Peningkatan
ketuntasan
hasil
belajar dengan rincian: hasil
belajar ranah kognitif yang
menggunakan pre-test dan post-test
memperoleh nilai rata-rata sebesar
42,85 menjadi sebesar 82,76, hasil
belajar ranah afektif memperoleh
nilai rata-rata sebesar 94,14, dan
hasil belajar ranah psikomotor
memperoleh nilai rata-rata sebesar
94,14. Hasil analisis hasil belajar
secara keseluruhan telah mencapai
nilai rata-rata sebesar 90,58%.
Tingginya ketuntasan hasil belajar
yang dicapai tersebut, sejalan
dengan keunggulan empat pilar
pendidikan yang direkomendasikan
oleh UNESCO dengan model
pembelajaran berdasarkan masalah.
Penelitian menyimpulkan bahwa
implementasi
empat
pilar
pendidikan rekomendasi UNESCO
sangat layak diterapkan karena
dapat meningkatkan ketuntasan
hasil belajar.
Saran
Dari hasil penelitian yang
diperoleh,
maka
peneliti
Muslimin.
2005.
Pembelajaran
Berdasarkan Masalah.
Surabaya: Unesa
University Press.
Kusuma. Dita. 2012.
Internalisasi Pendidikan
Karakter melalui Model
Pembelajaran
Kooperatif
Tipe
Student
TeamsAchievement
Divisions
(STAD) pada Materi Pokok
Larutan Penyangga (Buffer)
Kelas XI IPA 1 SMA
Negeri
14
Surabaya.
Skripsi
tidak
dipublikasikan. Surabaya:
Universitas
Negeri
Surabaya.
54