Anda di halaman 1dari 17

Water and Wastewater Treatment hal 352-367

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Teknik Pengolahan Limbah Cair.
Dosen Pengampu: Ir. Bambang Ismuyanto, M.S.

Disusun Oleh:
Bahyra Dwi Dhaniar
(125061100111008)
Agung Pribadi Wicaksono
(125061100111014)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
Pembentukan lapisan cake pada permukaan membran dan meluas hingga
saluran feed. Pembentuk dari lapisan ini dapat berukuran lebih kecil dari pori-pori
membran. lapisan gel juga dapat terbentuk karena adanya proses denaturasi
protein. Sedangkan pada sisi dalam membran, fouling juga dapat terjadi yang
menyebabkan ukuran pori membran mengecil dan alirannya terhambat. proses
pembersihan fouling internal ini lebih sulit.
Fouling dapat dibedakan berdasarkan mekanisme dan letaknya. Membran
dapat terjadi fouling di tiga letak, yaitu dibagian luar, atas dan dalam. Artian

umum aglomerasi adalah adanya endapan koloid yang dihasilkan dari daya tarik
menarik solute-solute. Agglomerasi dapat menyebabkan deposit pada permukaan
dan menurunkan permeabilitas membran. Hal ini dapat dicegah dengan
menggunakana proses ultrafiltrasi.
Adsorpsi berarti adanya deposisi foulant pada permukaan membran yang
dihasilkan dari daya tarik menarik elektrokimia. Daya ini timbul dari gaya
noncovalent dan intermolekular, seperti gaya Van der Waals dan ikatan Hidrogen.
Adsorpsi dikaitkan dengan adanya fouling internal, dikarenakan hampir semua
luas area membran terletak didalam. Luas area internal membran UF dapat terlihat
dengan jelas menggunakan photomicrograph dan terlihat berupa struktur seperti
spons. Struktur ini diyakini sebagai jalur dari pori-pori membran. asdorpsi dapat
menghasilkan lebih banyak fouling, seperti denaturasi protein yang menarik
protein lainnya pada permukaan membran ultrafilter. Semakin banyak protein
yang tertarik, maka semakin banyak juga deposit yang terbentuk pada permukaan
membran.
Membran ultrafiltrasi terkadang dinilai berdasarkan molecular weight cut
off (MWCO); dimana solute diatas MWCO diambil, sedangkan cairan bawahnya
berupa permeate. MWCO dapat ditentukan dengan mengalirkan solute
polydisperse seperti dextran pada membran ultrafiltrasi dalam percobaan filtrasi
crossflow. Standar profil retensi atau kurva ditentukan dengan membandingkan
persebaran berat molekular dextran dalam feed dengan yang ada pada permeate
menggunakan size exclusion chromatography (SEC). MWCO sendiri merupakan
level retensi sebesar 90 % atau nilai berat molekular dalam ordinat saat kurva
retensi melewati sumbu sebesar 90 %. Retensitas membran tergantung dari
banyak faktor, meliputi bentuk dari solute yang digunakan, mekanisme fluida dan
interaksi yang mungkin terjadi antara solvent, solute dan membran.

Kurva MWCO berguna untuk identifikasi membran yang dibutuhkan


untuk separasi tertentu. Prediksi membran MWCO yang paling baik terkadang
tidak bisa gampang ditentukan. Asumsi yang umum adalah nilai berat molekular
solute dengan perbedaan tipis antara MWCO atau memiliki perbedaan yang jauh
dengan solute yang didapatkan. Salah satu contoh adalah adanya adsorpsi protein

kadar rendah dan flux loss dalam filtrasi albumin menggunakan membran
polyethersulfonate, dimana ukuran pori kedua membran MWCO yang digunakan
lebih besar dan kecil dari berat molekular albumin. Penggunaan dua membran
berdasarkan efek yang ditimbulkan dari adanya fouling. Laju produk yang tinggi
dapat menggunakan membran MWCO rendah karena tidak meloloskan lebih
banyak foulant dan mengurangi internal fouling. Sedangkan membran MWCO
tinggi efektif untuk separasi solute berukuran pori lebih rendah.
Uji analisis yang digunakan untuk prediksi dan diagnosa fouling adalah
Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR). Tes ini dapat memperlihatkan
informasi yang penting tentang prediksi dan pengukuran foulant dan merupakan
instrumen laboratorium standar untuk analisis kimia di berbagai penggunaan
membran. FTIR sukses diaplikasikan untuk mengidentifkasi solute mana yang
dapat menyebabkan fouling pada campuran kompleks. Dilengkapi dengan
attenuated total reflectance (ATR), FTIR dapat memudahkan struktur kimia dari
lapisan foulant dan permukaan membran. selain itu, teknik ATR juga dapat
memperlihatkan estimasi kuantitatif fouling.
FTIR dapat digunakan untuk screening membran untuk kecenderungan
fouling pada eksperimen pertama ultrafiltrasi. Screening dapat dilakukan dengan
test adsorpsi statis. Membran dengan adsorpsi statis yang lebih besar akan lebih
banyak terjadi fouling. Berikut adalah ilustrasi hasil tes adsorpsi statis FTIR
menggunakan membran polysulfone sebagai substrate dan ekstrak air dari tepung
kedelai sebagai absorbat.

Gambar 8. Contoh uji adsorpsi statis FTIR pada ultrafiltrasi Polysulfone (PS)
Kegunaan lain dari uji FTIR adalah untuk mendiagnosa dan memprediksi fouling.
Beberapa contohnya adalah:

Identifikasi kimiawi foulant dengan mencari spectral libraries


Estimasi ketebalan lapisan foulant dengan membandingkan ukuran relatif

peak (puncak) dari membran dan foulant


Evaluasi efektifitas pembersih dengan mengukur hilangnya peak dari

foulant
Asumsi terjadinya internal pore fouling jika peak dari foulant tetap ada
setelah dilakukan proses pembersihan

Definisi Mikrofiltrasi dan Nanofiltrasi


Dalam proses mikrofiltrasi, membrane yang digunakan lebih berpori jika
dibandingkan dengan proses separasi membran lainnya, sehingga menghasilkan
flux yang lebih tinggi. Aplikasi filtrasi jenis ini kebanyakan digunakan dalam
menghilangkan material penyebab turbiditas dan menggantikan proses granular
filtrasi konvensional. Ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, yaitu:
-

Tekanan transmemran
Kecepatan tangensial
Faktor resirkulasi
Ukuran dan geometri dari modul membran
Sistem treatment wastewater komersial didesain dibawah permukaan air

hingga tangki beton berbentuk persegi panjang. Desain ini digunakan sebelum
adanya sistem modular membran dimana biasanya digunakan membran dengan
ukuran pori 0.2 mikron. Sebuah pompa vakum mendorong air melewati fiber
membran menuju tangki filter terbuka. Fiber yang digunakan adalah material
polypropylene yang juga digunakan dalam proses filtrasi konvensional. Jika
sistem beroperasi dalam keadaan vakum, tekanan maksimum yang digunakan
berkisar antara 85-100 kPa.
Hanya ada beberapa studi tentang kinerja membran mikrofiltrasi untuk
keluaran secondary wastewater. Membran mikrofiltrasi umumnya digunakan
untuk mencapai hasil dengan turbiditas sangat rendah dan standar kualitas air
yang ketat. Dikarenakan bakteri dan mikroorganisme yang lain juga dihilangkan,
maka membran desinfeksi dapat menghindari penggunaan klorin atau desinfektor
lainnya. Garam logam dari besi atau aluminium juga dapat ditambahkan untuk
menambah kinerja dari membran. Proses koagulasi dari material koloid juga dapat
meningkatkan ukuran partikel efektif dan flux permeate dari membran dengan
cara
(1) Mengurangi masuknya foulant kedalam pori-pori membran

(2) Membentuk porous cake lebih banyak pada permukaan membran


(3) Mengurangi adanya akumulasi material pada membran
(4) Meningkatkan karakterisitik backflushing pada membran
Membran mikrofiltrasi dalam skala pilot telah menghasilkan permeate
yang memiliki kualitas lebih baik dibandingkan dengan filtrasi konvensional,
termasuk penghilangan bakteri coli. Hasil yang didapat sama efektifnya dengan
proses klorinasi sehingga hanya dibutuhkan satu tahapan saja dalam proses
treatment secondary wastewater. Selain itu, terdapat studi tentang pretreatment
koagulasi yang dapat menurunkan kadar phosphorus dalam air limbah. Tidak
terlalu ada perbedaan signifikan antara membran yang dioperasikan dengan aliran
crossflow maupun deadend.
Meskipun membran sukses digunakan selama bertahun- tahun dalam
proses desalinasi air laut, terdapat beberapa memban jenis baru yang dapat
memproses air untuk segala jenis penggunaan. Membran ini menjanjikan kualitas
air yang lebih baik dibandingkan dengan proses konvensional, seperti filtrasi
granular media, filtrasi carbon dan desinfeksi menggunakan klorin. Terdapat
beberapa klasifikasi membran seperti berdasarkan driving force (tekanan, suhu,
konsentrasi dan potensial listrik), mekanisme separasi, struktur dan komposisi
kimia serta konstruksi geometri. Dalam proses pengolahan air limbah, membran
yang sering digunakan adalah berdasarkan driving force tekanan. Setiap proses
membran efektif terhadap separasi tertentu. Sebagai contoh, mikrofiltrasi (MF)
dan ultrafiltrasi (UF) yang beroperasi dalam tekanan rendah, efektif untuk separasi
partikel dan mikroorganisme. Reverse osmosis (RO) efektif untuk desalinasi
brackish water dan air laut, penghilangan material organik (alami atau sintesis)
dan penghilangan senyawa kimia sintesis (organik dan inorganik). Sedangkan
nanofiltrasi (NF) digunakan dalam proses pelunakan air yang mengandung ion
kalsium dan magnesium, selain itu juga digunakan untuk menghilangkan
precursor yang ada dalam produk samping desinfeksi.
Beberapa dekade lalu, penggunaan membran tekanan rendah seperti MF
dan UF untuk desinfeksi dan penghilangan partikel hanya pada studi atau terbatas.
Semakin lama, penggunaan senyawa kimia semakin dibatasi sehingga dibutuhkan
separasi fisik yang juga menghasilkan kualitas air yang baik. Seiring dengan itu,
ditemukan bahwa mikroorgansime patogen Cryptosporidium semakin tahan
terhadap desinfektan konvensiona, seperti klorin.

Keuntungan lain dari penggunaan membran dibandingkan pengolahan


konvensional lainnya adalah pengurangan unit proses yang dibutuhkan (seperti
clarifier dan desinfektor) serta memudahkan automasi proses dan desain plant.
Desain pengolahan limbah air yang menggunakan membran lebih sederhana dan
konfigurasi modularnya dapat ditingkatkan dengan mudah. Selain itu, membran
juga mengurangi sludge yang dihasilkan karena tidak menggunakan senyawa
kimia, sepeti koagulan atau polymer.
Desain plant membran dimulai dengan memilih komposisi membran,
apakah organik atau inorganik. Kebanyakan membran NF dan RO komersial
merupakan polymer organik dengan bentuk asimetris. Permukaan aktif berfungsi
untuk proses separasi dengan tebal beberapa mikrometer dan dilapisi lapisan
sangat permeable untuk meningkatkan ketahanan mekanis membran. salah satu
jenis membran asimetris NF dan RO adalah thin-film composite (TFC) yang
memiliki kinerja baik dalam proses pengolahan air portable. Membran ini
terbentuk dari lapisan aktif ultrathin yang dilapisi oleh lapisan mikropori dan
tahan terhadap keadaan basa kuat. Membran TFC umunya memiliki permeabilitas
air yang tinggi dan secara kimia lebih tahan terhadap membran simetris.
Sedangkan pada membran MF dan UF dapat terbentuk secara asimetris maupun
simetris dan terbuat dari material polymer hidrofilik atau hidropobik. Polymer
yang digunakan seperti cellulosic polymers, polypropylene, polysulfones dan
polyamides. Pemilihan material akan mempengaruhi karakteristik kontaminan
rejeksi, durabilitas dan potensi fouling.
Sistem membran terdiri dari beberapa elemen membran atau modul.
Membran NF dan RO yang digunakan sebagai portable treatment pada umumnya
dibuat berbentuk spiral. Desain yang perlu diperhatikan adalah adanya ruang
kosong yang dapat memberikan turbulensi sehingga fouling dapat dikurangi.
Sedangkan pada membran MF dan UF pada umumnya berbentuk hollow fiber.
Bentuk ini tidak membutuhkan pretreatment yang ekstensif karena fiber dapat
dibersihkan secara berkala. Aliran pada fiber dapat dari dalam membran menuju
luar (inside-out flow) atau dari luar membran menuju dalam (outside-in flow).
Pada membran NF biasanya berbentuk tubular.
Sistem membran MF dan Uf dapat didesain beroperasi pada berbagai
macam konfigurasi proses. Konfigurasi yang paling umum digunakan adalah

feedwater dipompakan dengan aliran cross flow melewati membran dengan


didahului oleh proses crude prescreening (50-300 m). Air yang tidak tersaring
oleh membran akan disirkulasi kembali sebagai konsentrat dan dicampurkan
tambahan feedwater.
Selain aliran seperti diatas, aliran yang dapat digunakan adalah aliran
langsung tanpa resirkulasi atau biasa disebut dead-end filtration. Feedwater yang
dialirkan melewati membran sudah menjalani proses prescreening sehingga tidak
ada air yang terbuang. Plant membran MF dan UF biasanya menggunakan sistem
backwashing liquid atau pneumatic dan aliran jenis ini. Pemilihan ini dikarenakan
menghemat energi dan biaya karena tidak membutuhkan pompa dan pipa untuk
resirkulasi.
Sedangkan pada sistem membran RO dan NF biasanya beroperasi dalam
beberapa series atau stage. Pada sistem three-stage, first stage terdiri dari tiga
bejana bertekanan, yang berisi 4-8 modul; second stage terdiri dari dua bejana
bertekanan dan stage terakhir terdiri dari satu bejana bertekanan. Dalam skala
plant, modul yang digunakan memiliki panjang 1,000 mm dengan diameter 200
mm. Jika digunakan dalam aplikasi groundwater, umumnya dibutuhkan proses
pretreatment dengan adanya penambahan asam atau antiscalant. Selanjutnya
feedwater akan dialirkan menuju cartridge filter. Sedangkan pada apliaksi surface
water, pretretment yang dibutuhkan lebih banyak, seperti treatment konvensional,
MF, UF, slow sand filtration atau dalam beberapa kasus adsoprsi karbon aktif.
Salah satu proses inovatif dalam treatment surface water dan tertiary
wastewater adalah penggunaan dua jenis membran, yaitu membran tekanan
rendah dan membran tekanan tinggi. Treatment ini efektif dalam menghilangkan
kontaminan mikrobiologi dan senyawa kimia. Membran pertama (MF atau UF)
digunakan untuk mencegah fouling pada membran kedua.
Uji pilot plant merupakan salah satu kunci sukses desain plant membran.
Terdapat beberapa alasannya yaitu evaluasi pengaruh kualitas membran jika
terjadi fouling, peraturan kewajiban demontrasi plant, identifikasi proses yang
paling efektif dan sesuai.
Proses filtrasi membran menyebabkan adanya fouling pada permukaannya
sehingga kinerja menjadi kurang efektif. Fouling yang terjadi pada umumnya
adalah akumulasi dari partikel inorganik (tanah liat, besi, mangan dan silika),
senyawa organik (asam humic, asam fulvic, material hydropilik dan hidropobik

serta protein). Bakteri juga dapat menempel pada permukaan membran sehingga
membentuk lapisan biofilm. Sistem membran beroperasi dalam dua mode, yaitu
constant transmembrane water flux (flow rate per unit membrane area) dengan
variable variable tekanan atau constant pressure dengan variabel transmembrane
water flux. Mode pertama inilah yang lebih umum digunakan. Fouling
kebanyakan terjadi saat peningkatan tekanan transmembran atau saat penurunan
flux saat sistem dioperasikan dalam keadaan tekanan konstan.
Uji akurat untuk memprediksi adanya fouling belum benar-benar
ditemukan. Peneliti hanya bisa menganalisis asal dan komposisi kontaminan
untuk kemudian dilakukan pretreatment dan chemical cleansing yang tepat.
Fouling dapat dikontrol pertumbuhannya dengan metode hidrodinamik, metode
kimia, backwashing secara teratur, dan chemical cleansing. Selain itu dapat juga
memperbaiki proses pretreatment dan mengubah kondisi operasi.
Chemical scaling juga merupakan salah satu bentuk fouling yang terjadi
pada plant NF dan Ro. Scaling ini terjadi karena adanya garam seperti kalsium
karbonat, kalsium dan barium sulfate yang larut dan mengalami pemansan.
Sehingga penting bagi plant untuk menjalankan sistem operasinya dibawah
critical point garam ini untuk mencegah scaling. Selain itu, untuk mencegah
scaling juga bisa dengan mengatur pH atau penambahan zat antiscalant.

Reverse Osmosis (RO)


Ketika air murni dan larutan garam dikontakkan di sisi berlawanan dari
membran semipermeabel dalam wadah berongga, air murni berdifusi melalui
membran dan mengencerkan larutan garam. Pada kesetimbangan, tingkat cairan di
sisi air garam membran akan berada di atas yang di sisi air tawar; Proses ini
dikenal sebagai osmosis dan digambarkan pada Gambar 9. Lihat di sebelah kiri
menggambarkan dimulainya osmosis dan kondisi tampilan pusat pada
kesetimbangan. Penggerak yang efektif adalah atas aliran tekanan osmotik.
Tekanan ini memiliki besaran tergantung pada karakteristik membran, suhu air,
dan garam properti larutan dan konsentrasi larutan. Dengan memberikan tekanan
pada air garam, proses aliran melalui membran dapat dibalik. Ketika tekanan
diterapkan pada larutan garam lebih besar dari tekanan osmotik, air tawar
berdifusi ke arah yang berlawanan melalui membran dan murni pelarut diekstrak
dari larutan campuran. Proses ini disebut reverse osmosis (RO). Perbedaan
mendasar antara reverse osmosis dan elektrodialisis yang di reverse osmosis
pelarut menembus membran, sementara di elektrodialisis bergerak zat terlarut
melalui membran.

Reverse osmosis adalah alat untuk memisahkan padatan terlarut dari


molekul air dalam larutan air sebagai akibat dari membran yang terdiri dari
polimer khusus yang memungkinkan molekul air melewati sambil menahan
molekul yang paling banyak. Karena "pori-pori" tidak ada dalam membran,
padatan tersuspensi juga ditahan oleh superfiltration. Pada sistem reverse osmosis

Gambar 9. Prinsip Reverse Osmosis.


yang sebenarnya, sistem berjalan beroperasi di proses aliran kontinyu,
memperlakukan umpan air atau desalinated agar beredar melalui bagian input dari
sel, dipisahkan dari produk keluaran cara bagian air dengan membran.
Aliran umpan dibagi menjadi dua fraksi - bagian yang dimurnikan disebut
air produk (permeat) dan porsi yang lebih kecil yang disebut konsentrat yang
berisi sebagian besar kotoran di aliran umpan. Di ujung dari bagian umpan,
konsentrat keluar melalui aliran reject dari sel. Setelah menembus membran,
produk (air tawar) aliran dikumpulkan. Persentase air produk yang diperoleh dari
aliran umpan disebut pemulihan, biasanya sekitar 75 persen.
Rasio

(FP)
, atau konsentrasi komponen zat terlarut dalam umpan
F

(F) dikurangi konsentrasi zat terlarut dalam produk (P). Rejeksi dapat dinyatakan
untuk ion tertentu, molekul, atau konglomerat seperti TDS atau kesadahan.

Padatan Rejeksi tergantung pada faktor-faktor seperti jenis dan bentuk padatan,
jenis membran, pemulihan, tekanan, dan pH. padatan tersuspensi (biasanya
didefinisikan sebagai partikel yang lebih besar dari 0,5 mikron, dan termasuk
koloid, bakteri, dan ganggang) ditolak 100 persen; yaitu, tidak dapat melewati
membran. Padatan ionisasi lemah (biasanya organik, tetapi mungkin termasuk
bahan lain seperti silikat) mencapai rejeksi 90 persen pada pemulihan normal
untuk membran tertentu. Meskipun pH dapat sangat mempengaruhi rejeksi, ketika
berat molekul padatan tersebut kurang dari 100, rejeksi mengalami penurunan
yang signifikan. padatan terionisasi, atau garam, ditolak independen dari berat
molekul dan pada berat molekul jauh di bawah 100. Pada 75 persen pemulihan
dan tekanan lebih besar dari 250 pon per inci persegi, Rejeksi keseluruhan total
padatan terlarut (TDS) adalah sekitar 90 persen. Rejeksi bervariasi dengan
tekanan karena aliran garam yang sebenarnya melalui membran tetap cukup
konstan, tetapi perembesan air tergantung hampir linear pada tekanan,
mempengaruhi rasio konsentrasi. Misalnya, Rejeksi natrium klorida dapat jatuh
dari 90 persen pada 300 pound per square inch hingga 20 persen pada 50 pound
per inci persegi, menunjukkan kebutuhan untuk beroperasi pada tekanan tertinggi.
Selulosa asetat merupakan bahan membran yang umum, namun yang
lainnya antara lain nilon dan poliamida aromatik. Mekanisme di permukaan
membran melibatkan air aliran masuk dan kotoran melewati sisi bertekanan, tapi
hanya air murni dan kotoran tertentu larut dalam membran muncul dari sisi
berlawanan. Berbagai konfigurasi membran dengan rasio permukaan ke volume
yang berbeda dan kemampuan fluks yang berbeda dengan galon per hari per kaki
persegi (gpdl.ft-2) telah dikembangkan. Setiap jenis membran adalah film plastik
fleksibel dengan tebal tidak lebih dari 4 sampai 6 mils. desain dasar antara lain
pelat dan bingkai, modul spiral-wound (konfigurasi jelly-roll), tubular, dan yang
terbaru dari desain proses adalah serat hollow-fine. Serat mempunyai ukuran
berkisar 25-250 mikron (0,001-0,01 di.), dapat menahan tekanan besar, dan dapat
dikemas sangat kompak dalam pipa penahan. Ketika aliran produk per kaki
persegi permukaan serat kurang dari itu ke daerah setara dengan membran datar,
perbedaan luas permukaan lebih dari mengkompensasi untuk satuan fluks
berkurang.

masalah utama yang melekat dalam aplikasi umum sistem RO harus


dilakukan dengan (1) adanya partikel dan materi koloid dalam air umpan, (2)
pengendapan garam terlarut, dan (3) makeup fisik dan kimia dari air umpan.
Semua membran RO bisa menjadi tersumbat, beberapa lebih mudah daripada
yang lain. Masalah ini yang paling berat bagi spiral-wound dan hollow-fiber
modul, terutama ketika submikron dan partikel koloid masuk ke unit (partikel
yang lebih besar dapat dihilangkan dengan metode filtrasi standar). Masalah
serupa adalah terjadinya polarisasi-konsentrasi, dibahas sebelumnya untuk proses
ED. Polarisasi-konsentrasi disebabkan oleh akumulasi zat terlarut pada atau dekat
permukaan membran dan menghasilkan fluks yang lebih rendah dan mengurangi
penolakan garam.
Tingkat konsentrasi yang dapat dicapai oleh RO mungkin dibatasi oleh
pengendapan garam larut dan kerak yang dihasilkan dari membran. Endapan yang
paling merepotkan adalah kalsium sulfat. Penambahan polifosfat untuk influen
akan menghambat pembentukan kerak kalsium sulfat, bagaimanapun, dan
precipitationof banyak garam lainnya, seperti kalsium karbonat, dapat dicegah
dengan sebelum memperlakukan umpan baik dengan pelunak asam atau zeolit,
tergantung pada bahan membran.
Hidrolisis membran selulosa asetat adalah masalah operasional lain dan
terjadi setiap kali pakan yang terlalu asam atau basa; yaitu, pH menyimpang
melampaui batas jangkauan dirancang. Yang mungkin mudah terjadi, setiap kali
CO2 melewati membran, permeat yang dihasilkan memiliki pH rendah. Solusi
operasional adalah untuk menghapus gas dari serapan dengan deaerators, dengan
resin anion basa kuat atau misalnya sistem komplementer, RO dan pertukaran ion,
dalam seri. Aromatik poliamida atau nilon membran jauh lebih sensitif terhadap
pH dari selulosa asetat. Senyawa seperti fenol dan klorin bebas yang baik larut
dalam membran atau sebaliknya akan buruk ditolak dan dapat merusak membran.
Prosedur Untuk meningkatkan makeup air umpan dan dengan demikian
mengurangi kerusakan membran tersebut termasuk pretreatment asam dari air
umpan, klorinasi, pembersihan secara berkala atau penggantian membran,
penyerapan kation, koagulasi dan filtrasi organik, dan penggunaan alternatif,
bahan membran lebih tahan lama.

proses reverse osmosis diterapkan atau menjalani evaluasi untuk aplikasi


ke sejumlah kebutuhan air termasuk dengan kemurnian tinggi produksi air bilasan
untuk industri elektronik (semikonduktor manufaktur), air minum perkotaan
disediakan untuk masyarakat baru dikembangkan (misalnya, pabrik untuk
meningkatkan payau air sumur yang terkontaminasi oleh intrusi air laut),
persediaan air umpan boiler, menghabiskan pengolahan minuman keras untuk
pabrik pulp dan kertas, dan perlakuan terhadap air asam tambang.
Dalam operasi desalting, pabrik penyulingan telah menyediakan sebagian
besar dari kapasitas dunia. Sebagai persyaratan di dunia untuk diperlakukan
peningkatan air, namun, dan standar kualitas air menjadi lebih ketat, proses
pengobatan membran pada umumnya maupun komersial proses RO khususnya
telah mengalami perkembangan yang cukup. faktor penting dalam perluasan
aplikasi RO komersial kebutuhan daya menguntungkan rendah dan realisasi
perbaikan teknis yang terus-menerus di membran yang digunakan dalam sistem
RO. Sebuah pedoman umum dalam benefisiasi air yang RO paling sering
dipertimbangkan untuk kasus di mana TDS lebih besar dari 2.000 ke 3.000. ppm;
ED umumnya berlaku saat TDS kurang dari 2.000 ke 3.000 ppm. Namun, banyak
terdapat pengecualian, berdasarkan spesies Umpan-air dan persyaratan produk.
Salah satu aplikasi yang paling penting dari RO dalam reklamasi dalam
jumlah besar air limbah kota dan industri dan konsentrasi padatan untuk
pembuangan yang disederhanakan. Nilai dari air reklamasi mengimbangi biaya
RO, dan konsentrasi encer limbah mengarah ke ekonomi dalam pengolahan
limbah cair yang diperlukan lebih lanjut. penggunaan air limbah tak terbatas dari
reklamasi untuk air minum, bagaimanapun, memerlukan pemeriksaan yang
seksama. Sementara bisa dibilang menjadi hambatan yang lengkap untuk virus,
bakteri, dan entitas yang beracun lainnya yang harus dijauhkan dari pasokan
minum, membran RO bisa menimbulkan masalah serius akan adanya gangguan
mengembangkan mekanisme pemisahan mereka. Mengingat kemurnian dan
kejelasan air limbah RO-diperlakukan, bagaimanapun, mungkin menguntungkan
untuk menggunakan TO dan kemudian tunduk produk untuk prosedur desinfeksi.

yang seharusnya ingat bahwa RO menggunakan membran semipermeabel. Dengan demikian, membran ini dapat ditembus hanya molekul yang
sangat ringan seperti air. Dalam kondisi atmosfer air tawar mengalir ke dalam
larutan yang disebut aliran osmotik. Tapi untuk tujuan pemurnian, ini tidak ada
gunanya, dan karenanya kami mempekerjakan kebalikan dari aliran osmotik. Agar
hal ini terjadi, kita perlu menerapkan tekanan eksternal lebih dari tekanan
osmotik. Tekanan osmotik seperti berikut ini :
p = nRT
Tentu saja, Anda harus terbiasa dengan persamaan ini (Ideal Goeslaw), di
mana 'n' adalah konsentrasi molar dari zat terlarut, R adalah universal hukum gas
konstan, dan T adalah suhu mutlak dalam "K. Aliran serapan dapat dihitung dari:
Jw = Am (P - p)
Dalam ungkapan ini, A, adalah koefisien permeabilitas membran.
Hal ini berguna untuk membandingkan manfaat dari berbagai proses untuk
desalinasi air laut. Meskipun perbandingan akan terutama kualitatif, harus
membantu dalam memberikan pemahaman yang lebih dalam mengenai kekuatan
dan kelemahan dari proses. Terutama di antara aspek perbandingan adalah
konsumsi energi dari setiap proses yang dipertimbangkan. Dengan spesifikasi
proses yang dikenal, secara teori untuk menghitung kerja minimum atau energi
yang diperlukan untuk pemisahan air murni dari air garam. Untuk proses nyata,
bagaimanapun, pekerjaan yang sebenarnya dibutuhkan adalah mungkin kali
minimum teoritis mungkin. Hal ini karena sebagian besar pekerjaan yang
diperlukan untuk menjaga proses akan pada tingkat yang terbatas daripada untuk
mencapai pemisahan.
Pekerjaan minimal yang dibutuhkan adalah sama dengan perbedaan energi
bebas antara umpan yang masuk (yaitu air laut atau air payau) dan aliran keluar
(yaitu produk air dan debit air garam). Untuk air laut normal (3,45 persen garam)
pada suhu 25o C, untuk pemulihan biasa kerja minimal telah dihitung sebagai
sama dengan sekitar 0,86 kWh / m3. Tabel 5 membuat perbandingan yang
diinginkan.

Tabel 5. Kebutuhan energi untuk industri proses desalinasi (Source:


International Atomic Energy Agency, 1992)
MSF
ukuran unit yang mungkin 60.000
konsumsi energi (kWh / 4-6

MEB
60.000
2-2,5

MEB / VC
60.000
7-9

RO
24.000
5-7

30-120

Tidak ada

Tidak ada

m3)
Listrik / mekanik
konsumsi energi (kWh / 55-120
m3)
Panas
setara dengan listrik untuk

8-18

2,5-10

Tidak ada

Tidak ada

energi panas (kWh / m3)


Total energi yang setara

12-24

4,5-12,5

7-9

5-7

(kWh / m3)
Tidak ada kendala teknis utama untuk desalinationas sarana untuk
memberikan pasokan terbatas air segar, tapi tingginya kebutuhan energi dari
proses ini menimbulkan tantangan besar. Secara teoritis, sekitar 0,86 kwh energi
yang dibutuhkan untuk menghilangkan garam 1 m3 air garam (34.500 ppm). Hal
ini setara dengan 3 kJ.kg-1. Sekarang pabrik desalinasi sehari menggunakan 5-26
kali sebanyak teori minimum ini tergantung pada jenis proses yang digunakan.
Jelas, maka perlu untuk membuat proses desalinasi sebagai energi seefisien
mungkin melalui peningkatan teknologi dan skala ekonomi.
Desalinasi seperti apa yang diterapkan didorong hampir seluruhnya oleh
pembakaran bahan bakar fosil. bahan bakar ini dalam pasokan terbatas, mereka
juga mencemari udara dan berkontribusi terhadap perubahan iklim global. Seluruh
karakter masyarakat manusia di abad ke-20 dalam hal sejarah, ekonomi dan
politik telah dibentuk oleh energi yang diperoleh sebagian besar dari minyak.
Hampir semua minyak yang diproduksi sampai saat ini adalah apa yang disebut
conventionaloil, yang dapat dibuat untuk mengalir bebas dari sumur (yaitu
excludingoil dari pasir tar dan shale). Dari sumber daya yang luas ini, sekitar 1600
miliar barel sejauh ini telah ditemukan, dan lebih dari 800 miliar barel telah
digunakan pada akhir tahun 1997. Diperkirakan bahwa mungkin ada lebih 400

miliar barel minyak konvensional belum ditemukan. Dengan konsumsi global


tahunan saat minyak menjadi sekitar 25 juta barel, andrising pada 2 persen per
tahun, "bisnis seperti biasa" skenario akan menyarankan bahwa sisa minyak akan
exhaustedby 2050. Pasokan minyak pasti akan didorong oleh peningkatan
persediaan dari sumber yang tidak konvensional, terutama pasir tar dan serpih dari
Kanada dan "lumpur Orinoco" dari Venezuela. Minyak ini hanya dapat diekstraksi
menggunakan input energi tinggi, dan pada environmentalcosts sangat tinggi.
Akan ada strongpolitical dan internationalpressure terhadap pengembangan
sumber daya ini, namun, ketika harga minyak dunia cukup tinggi, produksi pasti
akan meningkat. Secara teori, minyak konvensional bisa meregangkan pasokan
minyak dunia oleh lain 30 tahun. Dalam prakteknya, tentu saja, tingkat konsumsi
minyak akan sangat dipengaruhi oleh ekonomi dan berbagai faktor lainnya,
sehingga diperkirakan di daerah ini sangat sulit. Situasi politik dua produsen
potensial terbesar di dunia, Iran dan Irak, bisa sangat relevan dengan pasokan
serta ekonomi politik global. Hal ini jelas, bagaimanapun, bahwa salah satu yang
paling penting dari faktor yang mempengaruhi akan menjadi biaya relatif energi
terbarukan dan seberapa cepat dunia bisa beralih ke teknologi yang berkelanjutan.
Tidak ada keuntungan dengan menunda investasi di daerah ini, dan semuanya
kalah dengan menunda lebih lama lagi.
Sementara

salinitas

atau

air

asin,

umumnya

digunakan

untuk

menggambarkan dan mengukur air laut atau limbah industri tertentu, kita
menggunakan Total Dissolved Solid ("TDS") untuk menggambarkan air yang
tinggi di berbagai senyawa garam dan mineral terlarut. Sementara satu bisa
memiliki padatan sangat tinggi total terlarut, dan salinitas sangat rendah dari sudut
pandang kimia, di sini kita berbicara tentang TDS tinggi. Total Dissolved Solids
(TDS) mengacu pada jumlah padatan terlarut (biasanya berbagai senyawa garam,
mineral dan logam) dalam volume tertentu air. Hal ini dinyatakan dalam bagian
per juta (juga dikenal sebagai miligram per liter) dan ditentukan oleh penguapan
sejumlah kecil jumlah air di laboratorium, dan berat padatan yang tersisa. Cara
lain untuk sekitar menentukan TDS adalah dengan mengukur konduktivitas
sampel air dan mengkonversi perlawanan di micromhos untuk TDS. TDS di air
perkotaan di berbagai daerah dari 90 ppm untuk lebih dari 1000 ppm. Kisaran

yang paling umum di atas air kota 200 - 400 ppm. Tingkat kontaminan maksimum
yang ditetapkan oleh US EPA adalah 500 ppm. California menetapkan standar
1000 ppm, mungkin karena tingginya jumlah sumber air tanah di negara bagian.
MCL ini dikenal sebagai Standar Sekunder dan di satu sisi, mengacu pada kualitas
estetika dari air yang diberikan. Semakin tinggi TDS, yang kurang enak air
dianggap. berkisar air laut dari 30,000to 40,000ppm. Banyak payau persediaan air
tanah yang digunakan di seluruh California dan kami memiliki banyak klien yang
air sumur pribadi memiliki TDS dari 1500- 2000 ppm. Dalam beberapa kasus
tingkat melebihi 7000 ppm. Umumnya, salah satu menginginkan TDS kurang dari
500 untuk keperluan rumah tangga. Dalam pengalaman kami, tampak bahwa
orang dapat mentolerir untuk keperluan rumah tangga umum, air bersih yang
lembut dengan TDS sampai 1500 ppm. Ketika Tingkat mulai melebihi 1500 ppm,
kebanyakan orang mulai mengeluh kulit kering, laundry, dan korosi perlengkapan.
Bercak putih dan film pada permukaan dan perlengkapan juga umum pada tingkat
ini bisa sangat sulit atau tidak mungkin untuk menghapus.
TDS juga mempengaruhi rasa, dan perairan lebih 500-600 ppm dapat
merasakan air yang buruk. Ketika tingkat atas 1.500 ppm, kebanyakan orang akan
melaporkan selera air yang sangat mirip dengan alka-seltzer lemah. TDS dihapus
oleh distilasi, reverse-osmosis atau elektrodialisis. Di daerah Anda, sebagian besar
proyek desalinasi, baik besar dan kecil yang dicapai dengan reverse-osmosis.
Tergantung pada kimia air, sistem reverse osmosis paling populer, mengingat
mereka biaya rendah dan kemudahan penggunaan. Penyuling bekerja sangat baik
juga, dan menghasilkan kualitas air sangat tinggi, tetapi memerlukan listrik dan
lebih tinggi pemeliharaan dari sistem reverse osmosis. Untuk perawatan seluruh
rumah, sistem reverse osmosis komersial berukuran biasanya pendekatan yang
terbaik. Anda akan menemukan kompilasi penelitian dan artikel review pada akhir
bab ini yang akan memberikan Anda lebih banyak informasi mendalam pada
masing-masing teknologi tertutup.

Anda mungkin juga menyukai