Notebook (laptop), printer, flashdisk, dan lain sebaginya akan melalui tahapan
proses perencanaan desain produk yang meliputi: pemilihan material, penentuan
dimensi produk, standar proses manufaktur, studi kelayakan dan lain sebagainya.
Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut, kemudian dilakukan uji coba produk
untuk dilakukan IPQ (Initial Part Qualifying) yaitu pengukuran 100% dimensi
berdasarkan drawing serta pengecekan kelengkapan dokumen yang diperlukan
sebelum masuk ke tahapan pre-production dan mass production. Setelah
dikeluarkannya kebijakan RoHS Compliance, tahapan pemilihan material merupakan
tahapan prioritas utama sebelum masuk ke tahapan produksi.
Pada DIRECTIVE 2002/95/EC article 4.1 menyatakan bahwa mulai tanggal 1 Juli
2006 seluruh peralatan elektronik dan listrik baru yang beredar di pasar Eropa
harus terbebas dari kandungan zat-zat berbahaya (RoHS). Zat-zat berbahaya yang
dimaksud dengan RoHS (atau di Indonesia dikenal dengan logam berat )
sebagaimana yang tertulis dalam directive tersebut antara lain: Lead/Timbal (Pb),
Cadmium (Cd), Mercury/Air Raksa (Hg), Hexavalent Chromium (Cr(VI)),
Polybrominated Biphenyls (PBB), dan Polybrominated Diphenyls Ethers (PBDE).
Tetapi kebijakan ini mendapatkan reaksi keras dari kalangan industri yang selalu
mengekspor peralatannya ke Uni Eropa karena tidak mungkin menghilangkan 100%
penggunaan zat-zat tersebut, sehingga pada tanggal 19 Agustus 2005 dilakukan
amandemen terhadap kebijakan tersebut. Kebijakan yang baru menetapkan batas
nilai konsentrasi maksimum yang diperbolehkan untuk Pb, Hg, Cr(VI), PBB, dan
PBDE adalah 1000 ppm, sedangkan Cd 100 ppm.
Pelarangan penggunaan zat-zat berbahaya dalam produk elekronik dan listrik
secara berlebih bukan hanya berdasarkan dampak pada perusakan lingkungan saja
terlebih dikarenakan banyak penyakit berbahaya yang muncul karena tubuh
manusia terkontaminasi dengan zat-zat tersebut. Penyakit-penyakit yang bisa
timbul diantaranya: kanker, ginjal, kerusakan jaringan tubuh secara permanent,
iritasi usus, hati, kerusakan saluran metabolik, hipertensi darah, hiperaktif,
kerusakan otak, lumbago, kerusakan tulang karena tulang menjadi lunak dan
keracunan kronis.
Melihat banyak sekali penyakit-penyakit berbahaya yang timbul akibat
terkontaminasinya tubuh dengan zat-zat berbahaya tersebut, maka kebijakan yang
tertulis dalam DIRECTIVE 2002/96/EC tentang WEEE mengkatagorikan apa saja
produk-produk elektronik dan listrik yang harus memenuhi ketentuan RoHS. Produkproduk tersebut antara lain: peralatan besar dan kecil rumah tangga (House hold),
telekomunikasi dan teknologi informasi, peralatan hiburan, penerangan, perkakas
listrik dan elektronik, peralatan olah raga, mainan anak-anak, dan dispenser
otomatis.
Batam sebagai salah satu pulau yang memiliki kawasan industri terbanyak dan
terbesar di Indonesia memiliki kepentingan dalam memfasilitasi kebutuhan industri