Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gizi adalah salah satu faktor yang menentukan kualitas sumber daya manusia,
Kebutuhan gizi yang tidak tercukupi baik zat gizi makro maupun zat gizi mikro
dapat menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal, penurunan
perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja dan menurunkan
daya tahan tubuh yang dapat mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan
kematian (Siahaan, 2012). Anemia merupakan masalah gizi yang paling sering
dijumpai di seluruh dunia dan menjadi masalah kesehatan utama masyarakat
terutama di negara berkembang.

Anemia didefinisikan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan


jumlah sel darah merah dibawah nilai normal (Arisman, MB. 2010). Sintesis
hemoglobin memerlukan ketersediaan besi dan protein yang cukup dalam
tubuh. Protein berperan dalam pengangkutan besi ke sumsum tulang untuk
membentuk molekul hemoglobin yang baru. Keanekaragaman konsumsi
makanan berperan penting dalam meningkatkan penyerapan zat besi di dalam
tubuh. Absorpsi zat besi yang efektif dan efisien memerlukan suasana asam dan
adanya reduktor, seperti vitamin C. Sifat yang dimiliki vitamin C adalah
sebagai promotor terhadap absorpsi besi dengan cara mereduksi besi ferri
menjadi ferro (Kirana, 2011).

Anemia dapat menyebabkan lekas lelah, konsentrasi belajar menurun


sehingga prestasi belajar rendah dan dapat menurunkan produktivitas kerja,
Selain itu juga menurunkan daya tahan tubuh sehingga mudah terkena infeksi.
Prevalensi anemia yang tinggi dikalangan remaja jika tidak ditangani dengan
baik akan berlanjut hingga dewasa dan berkontribusi besar terhadap angka
kematian ibu, bayi lahir prematur, dan bayi dengan berat lahir rendah (Agus,
2004).

Faktor yang mempengaruhi kejadian anemia yang utama disebabkan oleh


kekurangan atau produksi sel darah merah yang abnormal, terjadi pemecahan
sel darah merah dan hilangnya sel darah merah secara berlebihan (USAID,
2003). Disamping itu juga terdapat faktor pengetahuan tentang gizi seseorang
berpengaruh terhadap keadaan gizi individu yang bersangkutan, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian Saraswati (1997) secara umum pengetahuan remaja
putri tentang anemia masih rendah. Lain halnya Sunarko (2002) menyatakan
bahwa sebab mendasar anemia yaitu masalah sosial ekonomi yang ditandai
dengan rendahnya pendidikan, rendanya pendapatan, status sosial yang rendah
dan lokasi geografis yang sulit. Sementara pendapat Wijiastuti (2006)
menyatakan sarapan pagi juga termasuk salah satu faktor anemia pada remaja
putri dan remaja yang suka jajan lebih banyak (18.5%) menderita anemia,
dibanding dengan responden yang tidak jajan (9,1%) (Rodih 2003).

Remaja dalam masa pertumbuhan membutuhkan energi, protein dan zat-zat


gizi lainnya yang lebih banyak dibanding dengan kelompok umur lain.

Pematangan seksual pada remaja menyebabkan peningkatan kebutuhan zat


besi, remaja putri lebih sering mengalami anemia disebabkan remaja putri
dalam usia reproduksi setiap harinya memerlukan zat besi tiga kali lebih
banyak dibandingkan dengan remaja putra, disisi lain remaja putri mengalami
masa menstruasi setiap bulannya dan adanya budaya atau pola konsumsi
remaja putri yang seringkali melakukan diet untuk pengurusan badan dengan
demikian menyebabkan kurangnya asupan zat besi yang dibutuhkan remaja
putri (Arisman, 2004). Nilai batas ambang anemia adalah untuk umur 5 - 11
tahun < 11,5 g/L, 11 - 14 tahun 2,0 g/L, remaja diatas 15 tahun untuk
anak perempuan < 12,0 g/L dan anak laki-laki < 3,0 g/L (WHO, 2001).

Berdasarkan survei secara global (PBB, 2006) diketahui bahwa prevalensi


anemia pada anak usia pra sekolah, wanita hamil, dan wanita tidak hamil di
dunia berturut-turut sebagai berikut 47,4%; 41,8% dan 30,2%. Sementara
prevalensi anemia wanita tidak hamil di benua Afrika adalah 44,4%, benua
Asia 33,0%, benua Eropa 15,2%, benua Amerika Latin dan Caribbean (LAC)
23,5%, benua Amerika Utara 7,6% dan benua Oceania prevalensi anemia
sebesar 20,2%. Di negara berkembang sekitar 27% remaja putra dan 26%
remja putri menderita anemia, sedangkan di negara maju hanya berada pada
angka 5% dan 7%. Berdasarkan gender, sebanyak 44% wanita di negara
berkembang ( 10 negara di Asia tenggara, termasuk Indonesia) mengalami
anemia kekurangan zat besi. (Arisman. 2010). Hasil survei yang dilakukan
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 menyatakan bahwa prevalensi anemia
pada remaja masih tergolong tinggi yaitu mencapai angka 26%. Beberapa

penelitian lain menunjuk prevalensi anemia yang tinggi terjadi pada remaja,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh saidin, permaesih, dan leginem
yaitu masing - masing menghasilkan 41%, 25%, 88%.

Prevalensi anemia di kalangan remaja putri masih tergolong dalam kategori


tinggi. Sependapat dengan data dari Departemen Kesehatan tahun 2005
menunjukkan penderita anemia pada remaja putri berjumlah 26,50% dan
wanita usia subur (WUS) 26,9%, Hal ini mengindikasikan anemia masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Di Jawa Timur ditemukan 16%
wanita usia subur menderita anemia, sedangkan untuk remaja putri dan calon
pengantin ditemukan masing-masing 80,2% dan 91,5% menderita anemia
(Dinkes Prop. Jatim, 2002).

Di Pondok Pesantren para santri ditempa dengan keprihatinan dan ilmu agama
sehingga para santri diwajibkan untuk memiliki disiplin waktu dan tanggung
jawab pada dirinya sendiri, namun terdapat satu masalah yakni para santriwati
mudah lelah yang dapat menghambat kegiatan para santriwati. Berdasarkan
studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti (2015) menunjukkan prevalensi
anemia pada santriwan santriwati di pondok pesantren Miftahul Ulum
Kaliwates Jember masih tergolong tinggi yaitu sebesar 44%. Prevalensi
anemia pada

santriwati lebih tinggi dibanding santriwan yaitu 72.72%

berbanding 15%.

Dari data tersebut diatas menggambarkan bahwa anemia pada remaja


merupakan masalah yang cukup tinggi utamanya pada remaja putri. Sampai
saat ini anemia masih merupakan salah satu faktor yang melatar - belakangi
tingginya kematian ibu di Indonesia, oleh sebab itu pencegahannya adalah
mengetahui sejak dini seseorang mengalami anemia atau tidak untuk segera
dilakukan langkah langkah penanggulangannya.

Tingginya prevalensi dan banyaknya faktor yang menjadi penyebab terajadinya


anemia melatar belakangi penulis untuk mengetahui fakator faktor yang
mempengaruhi kejadian anemia pada santriwan santriwati di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Kaliwates - Jember.

B. Rumusan Masalah
1. Pernyataan masalah
Anemia merupakan masalah kesehatan utama masyarakat terutama di Negara
berkembang, secara umum penyebab kejadian anemia terhadap remaja putri
yakni kurangnya pengetahuan (Saraswati, 1997), dan banyaknya faktor lain
yang dapat menyebabkan kejadian anemia, hal itu dapat diketahui dengan
mengidentifikasi faktor dominan pada penderita anemia sehingga dapat
digunakan sebagai jembatan pengetahuan kepada penderita, keluarga, maupun
masyarakat luas. Prevalensi anemia pada santriwati pondok pesantren
Miftahul Ulum Kaliwates Jember yaitu 72,72% dari 77 santriwati, hal tersebut
menunjukkan bahwa masih tingginya kejadian anemia pada santriwati yang
berpengaruh pada menurunnya konsentrasi belajar. Sebagai seorang perawat

seharusnya melaksanakan program kesehatan dengan prosedur Health


Education: (preventif) pencegahan, (promotif) promosi kesehatan, (kuratif)
pengobatan, dan (rehabilitatif) peningkatan kualitas hidup, Supaya dapat
menekan tingginya angka penderita anemia.

2. Pertanyaan Masalah
1. Bagaimana gambaran prevalensi status anemia pada santriwati Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Kaliwates Jember ?
2. Bagaimana gambaran faktor dari pengetahuan, pola makan, pola haid,
Indeks massa tubuh dan infeksi pada anemia di pondok pesantren
Miftahul Ulum Kaliwates Jember?
3. Apakah faktor dominan yang mempengaruhi kejadian anemia?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kejadian anemia pada
santriwati di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kaliwates - Jember.

2. Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi gambaran prevalensi status anemia pada santriwati
Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kaliwates Jember.
2. Mengidentifikasi gambaran faktor dari pengetahuan, pola makan, pola
haid, IMT dan infeksi pada anemia di pondok pesantren Miftahul Ulum
Kaliwates Jember.

3. Menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi kejadian anemia.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis
Penulis memperoleh wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang
menyebabkan kejadian anemia pada santriwati di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Kaliwates - Jember. Serta dapat digunakan sebagai bekal
untuk melaksanakan penelitian selanjutnya dengan hasil yang baik.
2. Bagi responden
Memberikan informasi dan menambah pengetahuan kepada santriwati
khususnya pada santriwati yang menderita anemia di Pondok Pesantren
Miftahul Ulum Kaliwates - Jember.
3. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan Fakultas Ilmu Kesehatan Prodi S-1 Keperawatan
sebagai bahan masukan dan referensi dalam penelitian lebih lanjut.
4. Bagi Pondo Pesantren
Memberikan informasi dan sebagai bahan untuk meningkatkan kuwalitas
SDM yang ada di Pondok Pesantren Miftahul Ulum Kaliwates Jember.

Anda mungkin juga menyukai