Anda di halaman 1dari 7

KEPEMIMPINAN PENDIDIDKAN OLEH KEPALA SEKOLAH BAB I PENDAHULUAN

A, Latar Belakang Pendidikan di Indonesia sedang melakukan pembenahan untuk mencapai


tujuan pendidikan yang diharapkan. Sesuai dengan UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 Bab II
pasal 2, dikatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan seorang pemimpin atau kepala sekolah yang
berkualitas. Dalam satu situasi kepemimpinan terlihat adanya unsur seperti orang-orang yang
dapat mempengaruhi orang lain disatu pihak, orang-orang yang mendapat pengaruh dilain pihak,
adanya tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai dan adanya serangkaian tindakan untuk
mempengaruhi dan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Kepemimpinan mencakup distribusi
kekuasaan yang tidak sama di antara pemimpin dan anggotanya. Pemimpin mempunyai
wewenang untuk mengarahkan anggota dan juga dapat memberikan pengaruh, dengan kata lain
para pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan, tetapi juga
dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya. Sehingga terjalin suatu
hubungan sosial yang saling berinteraksi antara pemimpin dengan bawahan, yang akhirnya tejadi
suatu hubungan timbal balik. Oleh sebab itu bahwa pemimpin diharapakan memiliki kemampuan
dalam menjalankan kepemimpinannya, karena apabila tidak memiliki kemampuan untuk
memimpin, maka tujuan yang ingin dicapai tidak akan dapat tercapai secara maksimal.
Kehadiran kepala sekolah sebagai seorang pemimpin pada satuyan pendidikan sangat
menentukan keberhasilan instansi pendidikan tersebut dalam mencapai tujuan pendidikan pada
tingkat mikro yang pada akhirnya akan bersama-sama mewujudkan pendidikan pada tingkat
mezo dan makro. Beberapa implikasi kualitas kepemimpinan kepala sekolah pada dunia
pendidikan adalah: a. Kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain yaitu para guru
dan staf administasi sekolah agar mereka memiliki kemauan dan kesadaran untuk menerima
arahan dari pemimpin. b. Seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang dengan kekuasaannya
mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Kekuasaan itu dapat
bersumber dari: Hadiah, hukuman, otoritas dan karisma. c. Pemimpin harus memiliki kejujuran
terhadap diri sendiri, sikap bertanggung jawab yang tulus, pengetahuan, keberanian bertindak
sesuai dengan keyakinan, kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain dalam membangun
organisasi. Tanpa adanya kehadiran pemimipin yang berkualitas, akan sulit rasanya pendidikan
mencapai tujuan yang diharapkan. Kehadiran guru yang berkualitas tanpa adanya pemimpin atau
kepala sekolah akan menjadikan pendidikan berjalan terpecah karena guru dan staf berjalan
tanpa adanya kesinergian yang baik. Berdasarkan hal di atas, kami tertarik mengangkat
permasalahan kepemimpinan pada makalah ini. Kami berharap, dengan makalah ini akan dapat
membuka pikiran kita untuk menjadi pemimpin yang baik demi mencapai tujuan pendidikan
pada skala mikro, mezo, dan makro. B. Permasalahan Berpijak pada hal-hal di atas, maka kami
mengajukan permasalahan yang perlu dikupas untuk menciptakan kepemimpinan yang
berkualitas. Permasalah tersebut adalah: 1. Bagaimana keterampilan kepemimpinan yang
seharusnya dimiliki oleh kepala sekolah? 2. Bagaimana implementasi ketrampilan
mempengaruhi, menggerakan, mengembangkan, dan memberdayakan yang telah dilakukan? 3.
Bagaimana rencana tindakan yang yang akan dilaksanakan? BAB II PEMBAHASAN A.
Keterampilan kepemimpinan yang seharusnya dimiliki oleh kepala sekolah. Kepala sekolah
sebagai pemimpin memiliki tugas dan kewajiban mengarahkan bawahan kepada suatu komitmen

dalam pelaksanaan tugas. Dengan demikian bahwa kepala sekolah harus senantiasa
mempengaruhi bawahan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. Hal ini bisa kita kaji
gagasan dari Ki Hajar Dewantara yaitu Ing ngarso Sung Tuladha, artinya seorang pemimpin
hendaknya menjadi panutan (contoh) bagi bawahan; Ing Madya mangun karsa, yang artinya
pemimpin ikut kegiatan menggugah semangat anak buahnya; dan Tut Wuri Handayani, yang
berarti pemimpin berupaya memberikan dorongan dari belakang. Bagi orang Islam
kepemimpinan Rassulullah wajar dijadikan landasan filosofis, dimana kepemimpinan beliau
sangat mengedepankan contoh contoh perbuatan yang baik. Dikatakan dalam alquran bahwa
dalam diri Rasulullah telah terdapat contoh yang baik (Uswatun Khasanah). Dengan demikian
bagi seorang pemimpin yang dapat memberikan contoh nanti tidak akan sulit mengarahkan
bawahan kearah yang diharapkan. Dalam pelaksanaannya keberhasilan kepemimpinan kepala
sekolah sangat dipengaruhi oleh hal hal sebagai berikut : a. Kepribadian yang kuat. Kepala
sekolah harus mengembangkan pribadi percaya diri, berani, bersemangat, murah hati dan
memiliki kepekaan sosial. b. Memahami tujuan pendidikan dengan baik. Pemahaman yang baik
merupakan bekal utama kepala sekolah agar dapat menjelaskan kepada guru, siswa dan pihak
lain serta menemukan strategi yang tepat untuk mencapainya. c. Pengetahuan yang luas. Kepala
sekolah harus memiliki pengetahuan yang luas tentang bidang tugasnya maupun bidang lain
yang terkait. d. Keterampilan profisional yang terkait dengan tugasnya sebagai kepala sekolah,
yaitu : Keterampilan teknis, misalnya penyusun jadwal pelajaran mengsupervisi pengajaran,
memimpin rapat dan dan seterusnya. Keterampilan hubungan kemanusiaan, misalnya
bekerjasama dengan orang lain, memotivasi, mendorong guru dan seterusnya. Keterampilan
konseptual, misalnya mengembangkan konsep pengembangan sekolah memperkirakan masalah
yang akan muncul dan mencari pemecahannya. Dalam prosesnya, kepemimpinan tidak selalu
berjalan mulus. Keberadaan struktur, sistem, dan budaya merupakan hambatan perubahan
daripada berfungsi sebagai fasilitator. Tingkat kepentingan yang tinggi sangat membantu dalam
menyelesaikan semua tahap proses transformasi. Jika tingkat perubahan eksternal terus naik,
maka tingkat kepentingan menjadi dominan, organisasi harus (memposisikan diri) dalam arus
pengembangan era global. Model abad kedua puluh bukanlah merupakan periode yang panjang,
tenang atau puas, karena periode ini begitu singkat, sementara aktivitas kerja sangat padat.
Tingkat kepentingan yang lebih tinggi memicu dinamisasi kependidikan yang lebih kreatif dan
inovatif. Peningkatan urgensi kepemimpinan pendidikan membutuhkan sistem informasi kinerja
yang jauh lebih unggul daripada apa yang biasanya. Sistem penyediaam informasi kinerja
selayaknya dapat menginformasikan yang valid dan originalitas, terutama tentang kinerja.
Informasi tentang kepuasan peserta didik harus dikumpulkan lebih akurat. Dengan demikian,
para manajer pendidikan seharusnya meningkatkan intensitas melihat dan mendengar keluhan
para pelanggan (pelanggan pendidikan) khususnya mereka yang tidak puas terhadap layanan
pendidikan. Untuk menciptakan sistem dan memanfaatkan out put secara produktif, budaya
sekolah dimulai dengan penanaman nilai-nilai luhur, kejujuran, menggabungkan norma dan
kebijakan. Kemudian jumlah rutinitas kinerja yang kurang efektif harus dihilangkan. Perubahan
dimulai dari pemimpin pendidikan, kemudian memberikan pengaruh terhadap beberapa personel
sekolah melalui contoh perilaku yang dapat membentuk budaya sekolah sehingga menghasilkan
beberapa keuntungan oraganisasi sekolah. Semua organisasi pendidikan membutuhkan
pemimpin yang baik yang bertanggung jawab. Kerja sama tim diperlukan untuk menghadapi
transformasi secara periodik. Suksesi di bagian pemimpin organisasi mungkin tidak lagi menjadi
media untuk melatih dan memilih satu orang untuk mengantikan yang lain. Suksesi bisa menjadi
proses pengembangan kepemimpinan pendidikan Sebagai leader atau pemimpin, kepala sekolah

yang baik harus memiliki kemampuan mempengaruhi, menggerakkan, mengambangkan, dan


memberdayakan (4 M) sumber daya sekolah yang dmiliki baik berupa sumber daya manusia
(SDM) maupun sumber daya materialnya. Keempat keterampilan saling terkait satu sama lainnya
demi suksesnya pencapaian tujuan pendidikan. Pada pembahasan bagian ini akan dijelaskan
tentang bagian demi bagian dari 4 M Ketermapilan yang harus dimiliki oleh kepala seorang
kepala sekolah. Keterampilan Mempengaruhi Keterampilan mempengaruhi dilihat dari
kemampuan seorang kepala sekolah mengajak bawahannya (warga sekolah) untuk melaksanakan
kebijakan yang telah menjadi ketetapan sekolah. Semakin patuh bawahan melaksanakan garis
kebijakan sekolah dengan penuh kesadaran, mengindikasikan ketercapaian keterampilan
mempengaruhi pada diri kepala sekolah. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam menentukan kebijakan sekolah agar kebijakan tersebut menjadi tanggung jawab bersama
seluruh warga sekolah sehingga mereka dengan penuh kesadaran melaksanakan sesuatu yang
telah diputuskan. Hal-hal tersebut antara lain: 1. Kebijakan yang diambil bukan semata-mata
untuk kepentingan sekelompok orang tetapi kebijakan yang diambil harus memiliki tujuan yang
jelas untuk memajukan pendidikan secara umum pada tingkat mikro. 2. Kebijakan yang diambil
menampung semaksimal mungkin aspirasi bawahan sehingga kebijakan tersebut menjadi
tanggung jawab bersama. 3. Lakukan analisis dampak negatif dan positif bersama dengan
pembantu kepala sekolah sebelum kebijakan tersebut diluncurkan. 4. Hindari mengambil
keputusan yang tidak populer yang hanya akan mengakibatkan kontroversi pada tingkat bawah.
Keterampilan Menggerakkan Keterampilan menggerakkan merupakan kemampuan kepala
sekolah agar sumber daya yang ada (terutama manusia) dapat bekerja dan bersinergi untuk
pencapaian tujuan yang diharapkan. Sumber daya manusia merupakan hal yang unik karena di
situ terdapat keberanekaan harapan dan keinginan. Oleh karena itu, kesalahan dalam
menggerakan sumber daya manusia akan dapat mengakibatkan penyelewengan dari sebagaian
atau keseluruhan sumber daya yang ada. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam upaya
menggerakkan sumber daya manusia yang ada di antaranya adalah: 1. Perlakukan mereka
sebagai manusia yang memiliki kebebasan berpikir, mengeluarkan gagasan atau pendapat, dan
memerlukan penghargaan terhadap prestasi kerja. Dengan demikian segala yang terkait dengan
hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan usaha menggerakan
sumberdaya tersebut. 2. Lakukan kontrol secara kontinu terhadap pelaksanaan kebijakan tanpa
menimbulkan kesan mencari kesalahan.Penghargaan terhadap progres kerja akan menjadi
motivasi yang mujarab dalam penggerakan SDM. 3. Selalu motivasi bawahan baik secara formal
maupun nonformal. Dengan motivasi agar muncul perasaan dihargai pada diri bawahan sehingga
kinerja terbaiklah yang akan ditampilkan. 4. Lakukan komunikasi yang harmonis terhadap gejala
tindakan indisipliner dan atau penyelewengan terhadap pelaksanaan kebijakan untuk mengetahui
alasan penyelewengan tersebut. Dengan demikian akan segera dilakukan solusi yang tepat untuk
menyelamatkan pelaksanaan program kebijakan. Keterampilan Mengembangkan Pengembangan
sekolah sebagai suatu institusi pendidikan menjadi hal yang harus dilakukan oleh seorang kepala
sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah harus memiliki sense of development karena
pengembangan sekolah tidak hanya didasarkan pada teori semata tetapi perlu adanya teknik dan
strategi yang jitu. Kepala sekolah yang memiliki keterampilan mengembangkan akan dapat
meningkatkan kualitas wrga pendidikan yang berada dalam wilayah kerjanya. Pendidik dan
kependidikan akan berkembang kualitas dirinya sehingga dapat meningkatkan kinerja menjadi
lebih baik sesuai dengan harapan. Dari peserta didik juga akan meningkat baik secara kuantitatif
maupun kualitatif. Sejalan dengan itu, meningkat pula sarana dan prasarana pendukung untuk
meningkatkan pembelajaran lebih berkualitas. Keterampilan mengembangkan belum sepenuhnya

dimiliki oleh kepala sekolah. Pada umumnya, kepala sekolah lebih fokus pada pengembangan
sarana dan prasarana pendidikan. mereka lupa bahwa kualitas pendidikan tidak hanya
dipengaruhi oleh unsur sarana, tetapi juga pendidik sebagai prosesor, dan peserta didik sebagai
input dan sekaligus output yang akan mengindikasikan keberhasilan pendidikan pada suatu
instansi pendidikan. Terkait dengan hal tersebut, berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam upaya mengembangkan sekolah sebagai instutsi pendidikan: 1. Lakukan analisis
kebutuhan masyarakat atau stakeholder terhadap mutu lulusan. 2. Buat program dengan
penyesuaian terhadap kebutuhan masyarakat. 3. Lakukan pembinaan secara terprogram dalam
rangka meningkatkan kompetensi warga sekolah. 4. Program-program peningkatan kompetensi
menjadi sesuatu yang harus direncanakan dan dilakukan. Program ini bisa dilakukan baik secara
mandiri maupun kontingensi pada kegiatan peningkatan kompetensi di tingkat lain.
Keterampilan Memberdayakan Memberdayakan berarti memanfaatkan sumber daya yang ada
secara maksimal dalam rangka pencapaian tujuan yang diharapkan. Dalam kaitannya dengan
kepemimpinan kepala sekolah, kepala sekolah dianggap telah berhasil atau memiliki
keterampilan memberdayakan apabila terdapat indikasi sebagai berikut: 1. Pembagian tugas pada
guru dan staf administrasi telah sesuai dengan kompetensi personil yang bersangkutan bukan lagi
berdasarkan Daftar Urut Kepangkatan (DUK) semata. 2. Pemanfaatan sumber nonmanusia telah
semaksimal mungkin oleh sebagaian besar warga sekolah dalam mengupayakan tercapaianya
pelayanan pendidikan yang optimal. 3. Semua personil dalam naungan pembinaan kepala
sekolah telah berjalan dengan baik dalam melaksanakan tugas masing-masing. 4. Tidak terdapat
ketidaktermanfaatkan potensi baik dari sumber daya manusia maupun nonmanusia. Terkait
dengan hal tersebut, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberdayakan
sumber daya yang ada secara baik seperti: 1. Lakukan analisis yang baik terhadap peta kekuatan
seluruh sumber daya yang ada. Hasil analisis ini tentunya akan menjadi dasar dalam langkah
selanjutnya yaitu pembagian kerja. 2. Prinsip right man in the right place harus menjadi dasar
dalam pembagian tugas. 3. Lakukan evaluasi terhadap kinerja bawahan secara teliti untuk
mengetahui kekurangberdayaan personil yang telah ditunjuk. 4. Pembinaan personil dalam
rangka menjaga ritme kerja dilakukan secara terencana dan terarah.

etelah kemaren membahas tentang Definisi Kepemimpinan, maka pada kesempatan kali ini
saya juga akan membahas mengenai Tipe-Tipe Kepeminpinan, yang mana tipe kepemimpinan
sering kali menjadi perdebatan para tokoh-tokoh besar. Karena kepemimpinan sangat berguna
sekali dalam kehidupan kita, minimal bagi seorang laki-laki nantinya akan memimpin sebuah
keluarga. Langsung saja tidak usah terlalu panjang basa-basinya, Menurut beberapa kelompok
sarjana (dalam Kartono, 2003); Shinta (2002) membagi Tipe Kepemimpinan berbagai macam.

Macam macam Tipe Kepemimpinan:


1. Tipe Kepemimpinan Kharismatis
Tipe kepemimpinan karismatis memiliki kekuatan energi, daya tarik dan pembawaan yang luar
biasa untuk mempengaruhi orang lain, sehingga ia mempunyai pengikut yang sangat besar
jumlahnya dan pengawal-pengawal yang bisa dipercaya. Kepemimpinan kharismatik dianggap
memiliki kekuatan ghaib (supernatural power) dan kemampuan-kemampuan yang superhuman,
yang diperolehnya sebagai karunia Yang Maha Kuasa. Kepemimpinan yang kharismatik
memiliki inspirasi, keberanian, dan berkeyakinan teguh pada pendirian sendiri. Totalitas
kepemimpinan kharismatik memancarkan pengaruh dan daya tarik yang amat besar.

2. Tipe Kepemimpinan Paternalistis/Maternalistik


Kepemimpinan paternalistik lebih diidentikkan dengan kepemimpinan yang kebapakan dengan
sifat-sifat sebagai berikut: (1) mereka menganggap bawahannya sebagai manusia yang
tidak/belum dewasa, atau anak sendiri yang perlu dikembangkan, (2) mereka bersikap terlalu
melindungi, (3) mereka jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengambil
keputusan sendiri, (4) mereka hampir tidak pernah memberikan kesempatan kepada bawahan
untuk berinisiatif, (5) mereka memberikan atau hampir tidak pernah memberikan kesempatan
pada pengikut atau bawahan untuk mengembangkan imajinasi dan daya kreativitas mereka
sendiri, (6) selalu bersikap maha tahu dan maha benar.
Sedangkan tipe kepemimpinan maternalistik tidak jauh beda dengan tipe kepemimpinan
paternalistik, yang membedakan adalah dalam kepemimpinan maternalistik terdapat sikap overprotective atau terlalu melindungi yang sangat menonjol disertai kasih sayang yang berlebih
lebihan.
Baca juga : Pengertian Kepemimpinan Menurut Para Ahli
3. Tipe Kepemimpinan Militeristik

Tipe kepemimpinan militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah: (1) lebih banyak menggunakan sistem
perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan seringkali kurang bijaksana, (2)
menghendaki kepatuhan mutlak dari bawahan, (3) sangat menyenangi formalitas, upacaraupacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan, (4) menuntut adanya disiplin yang
keras dan kaku dari bawahannya, (5) tidak menghendaki saran, usul, sugesti, dan kritikankritikan dari bawahannya, (6) komunikasi hanya berlangsung searah.
4. Tipe Kepemimpinan Otokratis (Outhoritative, Dominator)
Kepemimpinan otokratis memiliki ciri-ciri antara lain: (1) mendasarkan diri pada kekuasaan dan
paksaan mutlak yang harus dipatuhi, (2) pemimpinnya selalu berperan sebagai pemain tunggal,
(3) berambisi untuk merajai situasi, (4) setiap perintah dan kebijakan selalu ditetapkan sendiri,
(5) bawahan tidak pernah diberi informasi yang mendetail tentang rencana dan tindakan yang
akan dilakukan, (6) semua pujian dan kritik terhadap segenap anak buah diberikan atas
pertimbangan pribadi, (7) adanya sikap eksklusivisme, (8) selalu ingin berkuasa secara absolut,
(9) sikap dan prinsipnya sangat konservatif, kuno, ketat dan kaku, (10) pemimpin ini akan
bersikap baik pada bawahan apabila mereka patuh.
5. Tipe Kepemimpinan Laissez Faire
Pada tipe kepemimpinan ini praktis pemimpin tidak memimpin, dia membiarkan kelompoknya
dan setiap orang berbuat semaunya sendiri. Pemimpin tidak berpartisipasi sedikit pun dalam
kegiatan kelompoknya. Semua pekerjaan dan tanggung jawab harus dilakukan oleh bawahannya
sendiri. Pemimpin hanya berfungsi sebagai simbol, tidak memiliki keterampilan teknis, tidak
mempunyai wibawa, tidak bisa mengontrol anak buah, tidak mampu melaksanakan koordinasi
kerja, tidak mampu menciptakan suasana kerja yang kooperatif. Kedudukan sebagai pemimpin
biasanya diperoleh dengan cara penyogokan, suapan atau karena sistem nepotisme. Oleh karena
itu organisasi yang dipimpinnya biasanya morat marit dan kacau balau.
Baca juga : Psikologi Industri Organisasi
6. Tipe Kepemimpinan Populistis
Kepemimpinan populis berpegang teguh pada nilai-nilai masyarakat yang tradisonal, tidak
mempercayai dukungan kekuatan serta bantuan hutang luar negeri. Kepemimpinan jenis ini
mengutamakan penghidupan kembali sikap nasionalisme.
7. Tipe Kepemimpinan Administratif/Eksekutif
Kepemimpinan tipe administratif ialah kepemimpinan yang mampu menyelenggarakan tugastugas administrasi secara efektif. Pemimpinnya biasanya terdiri dari teknokrat-teknokrat dan
administratur-administratur yang mampu menggerakkan dinamika modernisasi dan
pembangunan. Oleh karena itu dapat tercipta sistem administrasi dan birokrasi yang efisien

dalam pemerintahan. Pada tipe kepemimpinan ini diharapkan adanya perkembangan teknis yaitu
teknologi, indutri, manajemen modern dan perkembangan sosial ditengah masyarakat.
8. Tipe Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien
kepada para pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan
penekanan pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi terletak pada
partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan
sugesti bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya masing-masing.
Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin pada saat-saat dan kondisi
yang tepat.

Refleksi dari Tipe Kepemimpinan tsb:


Pada dasarnya Tipe kepemimpinan ini bukan suatu hal yang mutlak untuk diterapkan, karena
pada dasarnya semua jenis gaya kepemimpinan itu memiliki keunggulan masing-masing. Pada
situasi atau keadaan tertentu dibutuhkan gaya kepemimpinan yang otoriter, walaupun pada
umumnya gaya kepemimpinan yang demokratis lebih bermanfaat. Oleh karena itu dalam
aplikasinya, tinggal bagaimana kita menyesuaikan gaya kepemimpinan yang akan diterapkan
dalam keluarga, organisasi/perusahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang menuntut
diterapkannnya gaya kepemimpinan tertentu untuk mendapatkan manfaat.
Read more: KEPEMIMPINAN : Tipe Tipe Kepemimpinan

Anda mungkin juga menyukai