Laporan Kasus-Skizofrenia f.20.0
Laporan Kasus-Skizofrenia f.20.0
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. KF
Suku
: Flores
Agama
: Katolik Roma
Status Pernikahan
: Sudah menikah
Pendidikan terakhir
: Sarjana Ekonomi
Pekerjaan
Alamat
: Jl. Tuak Daun Merah No. III, Kelurahan Oebufu, Kecamatan Maulafa,
Kota Kupang.
Halaman 1
biru dan celana olahraga panjang warna hijau dengan garis putih, pasien tidak
mengenakan alas kaki.
Pagi itu pasien terlihat sedang berbaring di atas tempat tidurnya dan menggerakgerakkan tangan kanannya seolah sedang mengusir sesuatu. Sesekali pasien bangun
berdiri, mengatupkan kedua tangannya dan berbicara sendiri sambil menganggukanggukkan kepala, menggeleng beberapa kali lalu mengangguk lagi. Selanjutnya pasien
berbaring kembali sambil terus berbicara sendiri, volume suaranya sangat rendah
sehingga terdengar seperti sedang berbisik.
Pemeriksa kemudian menghampiri pasien dan menyapa, Selamat pagi Bapak.
Seketika pasien bangun dari tempat tidurnya, terlihat agak kaget namun berusaha
tersenyum dan menjawab, Selamat pagi nona. Pasien kemudian maju beberapa langkah
ke arah jendela ruang isolasi 1 dan meremas terali besi pada jendela sambil matanya
memperhatikan pemeriksa dengan seksama.
Pemeriksa melanjutkan dengan perkenalan, Kita kenalan dulu ya, saya dokter muda
Vinny, kalo Bapak? Pasien menjawab sambil menyeringai, seperti memaksakan diri
tersenyum sesaat setelah pemeriksa memperkenalkan diri, Oh ya nona dokter, saya
Bapak Kompas atau Fabianus, sebenarnya mereka salah tulis nama saya.
Ketika ditanya apakah ia bisa tidur atau tidak semalam, pasien menjawab dengan ketus
dan volume suara yang tiba-tiba meninggi, Tidak, saya mau pulang. Saya tidak gila.
Sudah, sudah! Pasien menggerak-gerakkan tangan ke arah pemeriksa seolah sedang
mengusir.
Tenang dulu ya Bapak Kompas, saya tanya sedikit dulu ee. Pemeriksa menenangkan
pasien dan melanjutkan pertanyaan. Saya rasa saya sehat seperti kemarin-kemarin kok.
Tidak ada perbedaan apa-apa. Obat, tidak ada obat sama saja. Saya rasa biasa-biasa
saja. Jawab pasien dengan ekspresi kurang nyaman saat ditanya mengenai suasana hati
dan perasaannya. Pemeriksa mengulang kembali pertanyaan dengan memberikan opsi
apakah pasien merasa marah, senang atau sedih, Kesal, saya kesal. Pasien menjawab
tanpa melihat ke arah pemeriksa.
Kermana Bapak tahu ko kenapa dibawa kesini? Bapak tahu ini di mana ko? Tanya
pemeriksa lagi. Pasien langsung menjawab dengan ekspresi marah sambil menunjuknunjuk ke arah anak-anaknya, bahkan terkesan pasien memotong pertanyaan pemeriksa,
Tahu, ini pasti karena saya banting dorang punya kacamata harga satu juta itu, karena
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 2
itu kacamata tidak pas untuk dia. Dia beli di mana ko, optik apa. Tidak pas untuk dia
kalau pake trus nanti mata sa pung anak bisa rusak, jadi sa banting kuat-kuat sampai
pecah. Tiba-tiba mereka teriak saya, ikat saya dan langsung bilang sa gila. Lalu mereka
bawa sa ke sini rumah sakit, dokter tidak ada guna. Pasien menjelaskan dengan volume
suara dan intonasi yang tinggi. Anak saya yang bungsu. Ya begitu saja. Tidak pas.
Bagaima Tambah pasien sambil berjalan ke arah tempat tidur (pasien kemudian duduk
di atas tempat tidur) saat ditanya kacamata siapa yang dibanting dan mengapa menurut
dirinya kacamata tersebut tidak cocok dengan anaknya.
Kenapa menurut Bapak kacamatanya tidak pas? Pasti kan ada alasan. Bapak yakin
ko? Apa buktinya? Pemeriksa mengulang pertanyaan yang sama dan pasien menjawab
ketus tanpa melihat ke arah pemeriksa, Ya begitu saja menurut saya. Oh jelas saya
yakin. He-eh. Itu alasan pribadiku, masa nanti saya jawab trus ditanya lagi setelah itu
apa, setelah itu apa, setelah itu apa. Kalau nona mau begitu ya saya tanya-tanya nona
juga. Kalau nona tanya terus, tidak akan ada waktu nanti. Sepuluh hari juga tidak cukup.
Pokoknya kenapa tidak pas, itu rahasia saya, masa orang lain percaya tapi kok bapak
sendiri tidak dipercaya. Menurut dia apa yang dilakukan bapaknya ini tidak baik. Sudah,
begitu. Cukup itu.
Pemeriksa kemudian berusaha memastikan lagi apakah pasien tahu alasan ia dibawa
ke rumah sakit, Jadi karena itu saja ko Bapak dibawa kesini?, Iya, dengan sebelumsebelumnya mereka bilang saya gila. Justru mereka itu yang gila, yang otak tidak beres.
Jawab pasien. Tidak tahu. Tanya mereka itu. Tanya orang nasihat-nasihat. Pasien
menambahkan sambil menunjuk ke arah anak-anaknya saat ditanya mengapa ia disangka
gila oleh keluarganya.
Pemeriksa melanjutkan dengan pertanyaan lain, Bapak, bisa cerita ko mungkin ada
suara yang bisik-bisik di telinga atau suruh-suruh Bapak tanpa Bapak lihat orangnya?
Atau hanya Bapak sendiri yang dengar?, Oh tidak, tidak. Semua itu tidak mau saya
cerita. Itu kan hak pribadiku untuk tidak menjawab. Dokter kan tugasnya melindungi,
mengobati pasien, tapi kalau pasien tidak mau? Kan itu hak. Pasien langsung menjawab
dan masih tidak melihat ke arah pemeriksa. Kalau bayang-bayang sa begitu? Yang
Bapak sendiri sa yang bisa lihat?, Saya sudah bilang nona, saya tidak gila. Jangan
berpikir saya gila ya. Jawab pasien dengan ekspresi serius. Kapan saya mau cerita itu
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 3
juga hak. Itu mereka bilang saya gila. Saya sangat normal. Mereka bilang saya ketawa
sendiri, tapi mereka tidak mengerti kenapa saya ketawa. Saya tidak bisa jelaskan ya
kecuali itu tadi, kalau semua rahasia mau dibongkar, kalau nona mau sepuluh hari kita
berdiri disini jangan makan-minum. Pasien menambahkan dengan volume suara yang
tinggi dan kurang bersahabat ketika pemeriksa berusaha membujuknya bercerita tentang
apa yang dialaminya. Ceritanya panjang, nona. Sangat panjang. Jangan kira saya gila.
Saya bukan orang sakit atau ada kelainan. Umpamanya saya ada kelainan sejak awal
pasti ada perubahan, ini sa rasa ti ada perubahan apa-apa kok. Pasien menjawab ketus
saat pemeriksa diam menunggu jawabannya untuk beberapa saat.
Bapak pernah ko rasa jadi orang lain, rasa diri tiba-tiba berubah atau jadi lebih hebat
mungkin?, Tidak pernah. Demikian jawab pasien singkat, berbalik sebentar lalu
memalingkan wajahnya lagi seolah menghindari kontak mata dengan pemeriksa. Saat
ditanya tentang pekerjaan dan kegiatannya di rumah, pasien menjawab dengan volume
suara sedang tanpa melihat ke arah pemeriksa. Sante-sante saja, mau tidur ya tidur, mau
makan ya makan, mau apa ya sudah buat.
Bapak, bapak pernah ko rasa ada pikiran yang berulang-ulang dalam kepala, bergema
begitu? Atau Bapak punya pikiran kayak kemasukan pikiran lain? Pemeriksa
melanjutkan pertanyaan. Untuk apa tanya itu? Apa gunanya? Pasien menjawab marah
dan melotot ke arah pemeriksa. Begini saya butuh informasi dari jawaban-jawaban
Bapak Kompas, jawab dulu ya. Pemeriksa berusaha menenangkan pasien. Saya bisa
baca pikiran orang, bisa komunikasi lewat pikiran. Coba sekarang nona tutup mata dan
pikirkan sesuatu, sa pasti tahu. Jawab pasien dengan tegas sambil mengangkat tangan
kanannya dan menunjuk pemeriksa lalu tangan kirinya ia letakkan di dahinya. Beberapa
saat kemudian, pasien tertawa menyeringai Hahah nona tidak pikir apa-apa., Lalu
apa buktinya Bapak bisa baca pikiran? Lanjut pemeriksa, Wah itu rahasia saya. Nanti
orang ikut-ikut. Jawab pasien sambil memalingkan wajahnya, Kenapa harus jadi
rahasia? Pemeriksa berusaha membuat pasien membahas hal ini lebih lanjut. Nona
tidak perlu tahu. Itu bukan urusan dokter. Jawab pasien dengan volume suara sedang
tanpa melihat ke arah pemeriksa.
Ketika pemeriksa meminta pasien bercerita tentang masa pendidikan dan
pekerjaannya, ia masih ingat sahabat-sahabatnya semasa SMP, SMA dan perguruan
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 4
Halaman 5
saat, namun memutuskan untuk pergi saat pasien tiba-tiba langsung berbaring menutup
mata dan tidak mau menjawab panggilan pemeriksa lagi. Beberapa jam kemudian,
pemeriksa datang lagi untuk mencoba mengajak pasien berbicara, namun ia tetap diam
dan tidak mau menjawab.
Pasien masih mengingat tanggal lahirnya, mengenali anggota keluarga, mengingat apa
yang dimakannya semalam, apa yang terjadi ketika ia dibawa untuk dirawat dan
mengetahui bahwa ia diwawancarai pada pagi hari.
b. Heteroanamnesis
Wawancara dilakukan pada isteri pasien (Ny. SS, 47 tahun) di ruang televisi bangsal
Empati RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang pada tanggal 27 Desember 2015 pukul
12.30 WITA. Pada siang itu suasana sedikit ribut (televisi menyala dan keluarga pasien
yang lain sedang mengobrol) dan cuaca sangat panas. Pemeriksa duduk di kursi kayu
panjang depan meja dan istri pasien duduk di sebelah kiri pemeriksa. Saat dilakukan
wawancara, isteri pasien tampak bersemangat menjawab pertanyaan dan bercerita tentang
suaminya, ia mengenakan baju kaos hitam garis putih dan rok pendek abu-abu, memakai
bedak cukup tebal, perona pipi, lipstik merah muda dan alis yang terlihat dibentuk dengan
pensil alis. Berdasarkan keterangan istrinya, pasien dibawa ke rumah sakit karena
mengamuk dan sering terlihat berbicara sendiri. Selanjutnya istri pasien bercerita bahwa
ia mulai berperilaku aneh sejak beberapa bulan yang lalu, namun semakin parah sejak 1
bulan terakhir. Menurut dirinya, pasien mengaku mendengar suara-suara. Suara-suara
tersebut diyakini sebagai suara Tuhan yang berbicara pada dirinya.
Sebelum sakit, pasien adalah orang yang periang namun temperamen. Pasien
seringkali marah karena hal-hal kecil dan merasa terganggu jika istri atau anak-anaknya
tidak mengikuti keinginannya. Kemarahan pasien ini menjadi sangat berlebihan setelah
pasien sakit, yakni ia mulai melukai istri dan anak-anaknya meski karena masalahmasalah kecil atau kurang penting. Sifat periang pasien ditandai dengan berbagai kegiatan
sosial yang diikutinya, dia termasuk anggota kelompok doa dan senang bergaul dengan
orang-orang disekitarnya. Pasien termasuk orang yang sangat rohaniah, rajin bergereja,
dan rajin berdoa. Pasien juga diakui oleh keluarganya (istri, anak-anaknya, adik iparnya)
bahwa ia memiliki karunia mimpi, menurut istrinya karunia ini sudah dialami sejak
masih berusia 10 tahun. Sejak saat itu apapun yang diimpikan oleh pasien selalu menjadi
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 6
kenyataan. Semua mimpinya kemudian ditulisnya menjadi satu buku. Selama mendapat
karunia ini, pasien tidak pernah berperilaku aneh. Namun, lama-kelamaan menjelang dua
tahun terakhir setelah pasien pensiun, ia mengaku mendengar suara Tuhan. Suara Tuhan
ini juga ia tulis. Malam demi malam pasien tidak tidur, sambil diterangi lilin di kamar
doanya, ia terus menulis suara Tuhan yang didengarnya. Sejak inilah pasien mulai
berperilaku aneh dan berubah menurut pandangan istri dan anak-anaknya.
Pasien memiliki satu orang istri dengan empat orang anak laki-laki, yakni (EK 24
tahun), (PF, 22 tahun), (AK, 16 tahun), (AT, 13 tahun), mereka semua tinggal bersama.
An. EK adalah pribadi yang acuh tak acuh dan kurang berinteraksi dengan keluarga
(jarang berada di rumah), sehingga walaupun tinggal bersama ia kurang memperhatikan
perubahan yang terjadi pada pasien. Selanjutnya An. PF pernah diminta oleh pasien untuk
diantar ke Soe tanpa tujuan yang jelas. Sedangkan An. AK sejak awal sudah merasa tidak
nyaman dengan perilaku pasien. Ia terus memperhatikan pasien sambil membaca tentang
gangguan jiwa di internet. Menurut istri pasien, An. AK sudah pernah menjelaskan
perihal gejala-gejala yang ditemui pada pasien yang sama dengan apa yang dibacanya di
internet dan meminta agar pasien dibawa ke dokter. An. AK juga sudah pernah mengajak
pasien secara pribadi, namun pasien menolak dengan tegas dan meyakini dirinya dalam
keadaan sehat serta mencurigai anak ketiganya An. AK ini menganggap dia mengalami
gangguan jiwa karena membencinya. Sedangkan An. AT adalah yang paling disayangi
oleh pasien, sehingga kakak-kakaknya menganggap pasien tidak adil dalam membagi
kasih sayang.
Menurut istrinya, awal perilaku aneh pasien dimulai pada saat ia mengatakan bahwa
Tuhan menyuruhnya ke Soe untuk bertemu dengan seseorang. Sepanjang perjalanan ke
sana pasien selalu memukul An. PF yang sedang membawa motor jika ada hal-hal yang
mengganggu pasien, misalnya seperti bunyi handphone. Pasien berkata pada An. PF agar
jangan berbicara dengan siapapun. Setibanya di Soe, pasien langsung masuk ke salah satu
rumah yang tidak dikenali oleh An. PF, kemudian ia marah-marah dan memaki orang
yang tinggal disitu, saat itu orang yang tinggal di rumah tersebut berniat melapor polisi,
namun pasien ketakutan dan berteriak-teriak lalu mengajak An. PF segera pulang. Hal ini
menyebabkan An. PF cemas sehingga ia menelepon keluarga agar menjemput pasien
menggunakan mobil. Saat dijemput, pasien menolak naik mobil karena ia yakin semua
keluarganya membencinya sehingga ia akhirnya memilih jalan kaki sampai daerah dekat
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 7
jembatan Noelmina barulah pasien mau digonceng dengan motor oleh An. PF. Sepulang
dari Soe pasien mengajak semua anggota keluarganya berdoa, namun dalam doanya itu
ia memaki satu per satu anggota keluarga dan mengungkit-ungkit kesalahan istri dan
anak-anaknya. Setelah itu pasien mengurung diri di kamar doanya selama satu minggu.
Hal ini membuat istri dan anak-anaknya merasa terganggu dan ketakutan. Minggu
berikutnya pasien menelepon istrinya sambil menangis, memaksanya untuk langsung
pergi ke rumah sakit karena Tuhan telah berbicara padanya bahwa istrinya akan
mengalami perdarahan. Ia kemudian mengajak anak-anaknya ke rumah sakit sambil
menunggu istrinya karena sangat yakin bahwa dalam waktu dekat istrinya akan
meninggal akibat perdarahan. Hari-hari selanjutnya pasien terus berkata tentang hal-hal
yang aneh, misalnya Tuhan menyuruhnya tinggal berpisah dengan keluarganya, Tuhan
mengatakan bahwa istrinya akan mengandung anak perempuan yang sangat cantik, dan
Tuhan mengatakan bahwa ia akan meninggal secara tiba-tiba dalam waktu dekat sehingga
istri dan anak-anaknya harus bersiap-siap. Pasien juga mulai tertutup, sering melamun
dan melakukan hal-hal aneh, seperti berdoa dan dilanjutkan dengan berbicara sendiri,
berdoa sambil membuka celana di ruang tamu, berlari tanpa menggunakan celana di
halaman, membakar patung Tuhan Yesus dan Bunda Maria di ruang doa, membakar buku
tentang mimpi-mimpi yang telah ditulisnya selama bertahun-tahun dan sering mengamuk
di rumah. Sasaran amukannya adalah istri dan anak-anaknya yang seringkali dilempar
dengan garpu, atau benda-benda lainnya yang dapat dijangkau pasien hingga melukai istri
dan anak-anaknya.
Istri pasien juga menjelaskan bahwa pasien seringkali merasa curiga terhadap orang
disekitarnya bahkan dengan orang yang telah dikenalnya, misalnya pasien sangat yakin
bahwa Tuhan telah mengatakan padanya kalau kelompok doanya bukanlah orang percaya
tetapi hanya sekelompok orang yang memanfaatkan dirinya untuk kepentingan mereka
sehingga harus dibubarkan, pasien juga yakin bahwa ia harus tinggal terpisah dengan
keluarganya karena ia adalah orang suci, menurutnya Tuhan telah berbicara dengannya
bahwa ia diwajibkan tinggal terpisah dengan keluarganya agar ia tidak meninggal dunia
sebab istri dan anak-anaknya akan menderita, selain itu pasien juga meyakini bahwa
anak-anaknya tidak akan mengurus dirinya dan istrinya pada masa tua mereka.
Keyakinan-keyakinan aneh tersebut terus dipertahankan pasien meskipun istrinya selalu
Halaman 8
Halaman 9
karena pasien meronta-ronta dan menolak untuk dibawa. Pasien dan keluarganya tiba di
rumah sakit mendekati tengah malam.
Menurut istrinya, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala berat yang sampai
menyebabkan kehilangan kesadaran sebelumnya, namun pernah dirawat inap selama 3
minggu di rumah sakit karena mengalami malaria falciparum. Ia juga adalah orang yang
tidak suka mengonsumsi obat jenis apapun. Beberapa hari terakhir sebelum dibawa ke
rumah sakit, pasien juga selalu menyangkal jika istri dan anak-anaknya berusaha
menjelaskan bahwa ia mungkin sedang mengalami gangguan jiwa dan selalu menolak
jika diajak ke rumah sakit untuk memeriksakan diri. Ia selalu berkata bahwa dirinya
sangat sehat dan suatu saat nanti ia yakin bahwa keluarganya akan memahami apa yang ia
lakukan.Ada serangan luar, ada banyak musuh. Demikian jawab pasien jika ia ditanya
mengapa berperilaku demikian oleh keluarganya.
c. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Menurut istri pasien, pasien pernah dirawat karena menderita penyakit malaria
falciparum beberapa bulan sebelumnya. Saat itu pasien dirawat selama tiga minggu dan
sangat sulit dibujuk untuk meminum obat secara teratur. Menurut istrinya, saat sakit
malaria pasien tidak pernah sampai kehilangan kesadarannya. Selanjutnya pasien tidak
pernah mengalami penyakit lain dan tidak pernah mengalami trauma kepala berat. Pasien
tidak pernah mengonsumsi alkohol maupun obat terlarang. Pasien juga bukan perokok
atau peminum kopi.
d. Riwayat Sifat Kepribadian Sebelumnya
Sebelum sakit, pasien adalah orang yang mudah marah. Ia seringkali marah karena
hal-hal yang remeh dan kurang penting, misalnya jika istrinya membersihkan rumah dan
membuat sedikit keributan, maka ia langsung berteriak marah agar istrinya berhenti
membersihkan rumah, atau jika anak-anaknya tidak menuruti perintahnya untuk
mengambil sesuatu, pasien langsung membentak marah. Menurut istrinya sifat pemarah
ini sudah ada sejak ia dan pasien berpacaran. Pasien juga adalah orang yang senang
bergaul, namun kurang terbuka mengenai masalah pribadinya. Pasien adalah pribadi yang
tidak suka mencari perhatian orang lain dan apa adanya.
e. Riwayat Kehidupan Pribadi
1. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Mengenai riwayat prenatal dan perinatal tidak dapat dideskripsikan karena keluarga
pasien dari pihaknya tidak dapat ditemui, sedangkan pasien tidak mengingatnya lagi.
2. Masa Kanak Dini (usia 0 3 Tahun)
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 10
Masa kanak dini pasien kurang jelas karena keluarga pasien dari pihaknya tidak
dapat ditemui dan keluarga dari pihak istrinya tidak mengetahui masa kanak dini
pasien. Namun berdasarkan follow up hari Senin tanggal 11 Januari 2016, pasien
mengatakan bahwa ia tidak mengalami keterlambatan perkembangan.
3. Masa Kanak Pertengahan (usia 3 11 Tahun)
Menurut keterangan pasien sendiri pada saat follow up hari Senin tanggal 11
Januari 2016, selama masa SD (kanak pertengahan) ia tinggal bersama dengan kelima
saudaranya. Saat itu diantara semua saudaranya ia adalah yang paling pintar dan yang
paling disayangi oleh kedua orang tuanya. Pasien memiliki banyak teman, namun
tidak memiliki teman dekat. Pada usia ini pasien memutuskan untuk melanjutkan
bersekolah di seminari dan menjadi seorang pastor.
4. Masa Remaja
Menurut keterangan pasien sendiri, selama masa remaja (SMP dan SMA), ia sangat
senang belajar. Ia bahkan sering tidak memedulikan keadaan disekitarnya jika sedang
belajar. Pasien termasuk anak yang disukai oleh guru-gurunya, namun kurang
disenangi teman-temannya karena selama ujian ia selalu mendapat nilai bagus dan
tidak mau berbagi dengan teman-temannya. Menurut pasien, hal tersebut cukup
menganggu dirinya dan membuat dirinya merasa bersalah, namun ia tidak mau
nilainya sama atau lebih rendah dibanding teman-temannya, sehingga ia segera
menghilangkan perasaan bersalah tersebut. Selama masa ini, pasien tidak banyak
bergaul. Selain karena ia tidak mau berbagi, namun sebagian besar teman-temannya
dikeluarkan dari sekolah karena tidak mencapai standar nilai yang ditetapkan, hingga
pada akhirnya hanya tersisa 11 orang dari 35 orang di kelasnya yang bertahan sampai
lulus dari seminari. Pasien menceritakan hal ini sambil tersenyum bangga. Diantara 11
orang inilah akhirnya pasien mendapatkan dua orang sahabat yang kemudian bertemu
lagi pada saat bekerja.
5. Masa Dewasa
Riwayat pendidikan
Pasien menempuh sekolah dasar di SD Satermese Manggarai, SMP dan SMA
di Seminari Kisol, Manggarai. Selama bersekolah, pasien tidak pernah tahan
kelas dan selalu mendapat ranking di kelasnya. Setelah menyelesaikan SMAnya, pasien akhirnya memutuskan untuk melanjutkan kuliah. Keinginan untuk
melanjutkan kuliah ini didukung oleh guru-gurunya semasa SMA dan orang
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 11
tuanya. Namun saat itu, orang tua pasien tergolong orang yang kurang mampu
sehingga pasien harus membiayai kuliahnya sendiri. Dengan modal tekad
pasien berangkat ke Surabaya untuk melanjutkan kuliah. Selanjutnya di
Surabaya pasien berkuliah di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Surabaya
sambil bekerja sebagai sales man. Pekerjaan sales man ini ia jalani selama 2
tahun perkuliahannya, namun dianggap kurang cukup secara finansial, pasien
lalu melamar untuk mengajar di suatu sekolah dasar di Surabaya. Uang yang
didapatkannya ia gunakan untuk bertahan hidup dan membiayai kuliahnya.
Seringkali pasien harus membolos saat kuliah karena harus mengajar, namun
teman-temannya bersedia membantu mengenai absen. Pada saat ini pasien juga
kurang bergaul karena jarang memiliki waktu bersama dengan teman-teman
menunggu
dikerjakannya.
Riwayat Psikoseksual
Pasien mulai berpacaran dengan istrinya sekarang saat istrinya berusia 22
tahun. Saat itu ia sudah selesai kuliah, kemudian setelah diterima sebagai PNS
di Kota Kupang, pasien memutuskan untuk menikah. Perbedaan usia
keduanya, cukup jauh yakni 17 tahun. Selama berumah tangga kehidupan
keduanya harmonis.
Riwayat Agama
Halaman 12
Pasien memeluk agama Katolik Roma. Menurut istrinya, pasien adalah orang
yang sangat rohaniah. Ia memiliki jam-jam doa di rumah, memiliki kamar doa
khusus dan seringkali diminta untuk mendoakan orang lain. Pasien juga sangat
rajin beribadah di gereja dan mengikuti kegiatan kelompok doa di
lingkungannya.
Aktivitas Sosial
Pasien adalah orang yang senang bergaul. Namun semasa ia bekerja, ia kurang
aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial di lingkungannya karena sibuk. Hal ini
menyebabkan ia kurang berinteraksi dengan orang-orang sekitarnya, kecuali
kelompok doanya.
Halaman 13
di rumah. An. EK dan pasien sudah tidak saling berbicara sejak tahun 2013
karena pada saat itu pasien memarahi dirinya dan pacarnya di depan umum.
Pasien selalu berusaha mengajak An. EK berbicara, namun An. EK tidak
pernah menanggapi pasien sejak kejadian tersebut.
10
11
12
T
E
R
A
S
Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Kedua orang tua pasien
telah meninggal saat pasien masih bekerja serabutan di Manggarai, saudara
keduanya juga meninggal saat bayi. Dari tujuh orang tersisa enam orang
dengan empat orang anak perempuan dan dua orang anak laki-laki, termasuk
dirinya. Saat ini ia telah menikah dan memiliki empat orang anak laki-laki.
Menurut keterangan istrinya, tidak ada anggota keluarga pasien yang memiliki
keluhan atau gejala yang sama. Istri pasien juga mengatakan bahwa pasien
kurang dekat dengan keluarganya. Saat ini pasien dan saudara-saudaranya
hidup terpisah dengan keluarga masing-masing dan jarang bertemu.
Halaman 14
Keterangan
: Laki - laki
: Perempuan
: Meninggal
: Pasien
III.
Halaman 15
C. Pembicaraan
Pembicaraan tidak spontan, pasien hanya menjawab jika ditanya. Volume dan intonasi
suara sedang sampai tinggi.
D. Persepsi
Halusinasi auditorik (+), berdasarkan pengamatan pemeriksa pasien seringkali pasien
berbicara sendiri, demikian juga melalui heteroanamnesis dengan isteri pasien,
menurutnya pasien sering terlihat berbicara sendiri (komat-kamit).
E. Proses Pikir
Bentuk : Tidak logis
Arus
: Koheren
F. Isi Pikir
Waham (+), waham curiga (Berdasarkan heteroanamnesis, pasien meyakini kelompok
doanya bukanlah orang percaya, namun hanya memanfaatkan dirinya. Pasien juga
meyakini bahwa anak ketiganya membenci dirinya, meyakini kacamata anak ketiganya
tidak cocok dengan mata anak ketiganya). Waham kebesaran (Berdasarkan
heteroanamnesis dan pengamatan pemeriksa, pasien meyakini dirinya adalah orang suci
sehingga harus tinggal terpisah dengan keluarganya, pasien meyakini ia mampu
mendengar suara Tuhan yang berbicara padanya, pasien juga meyakini ia mampu
membaca pikiran orang lain). Pada pasien juga terdapat thought of insertion, dimana
pasien merasa bahwa pikirannya dapat disisipi oleh pikiran pemeriksa.
G. Kesadaran dan Kognisi
1. Taraf Kesadaran dan Kesigapan : GCS 15 (E4V5M6), kesadaran compos mentis.
2. Orientasi
a. Waktu : tidak terganggu (pasien mengetahui waktu saat dilakukan wawancara,
yakni pada pagi hari).
b. Tempat : tidak terganggu (pasien mengetahui saat ini berada di rumah sakit).
c. Orang : tidak terganggu (pasien mengenali istri, anak serta peemriksa yang
melakukan wawancara).
3. Daya Ingat
a. Daya ingat jangka panjang : tidak terganggu (pasien dapat mengingat tanggal
lahirnya, tahun lulus kuliah, nama sahabatnya saat sekolah).
b. Daya ingat jangka sedang : tidak terganggu (pasien dapat mengingat dan
menjelaskan dengan baik apa yang terjadi sebelum ia dibawa ke rumah sakit).
c. Daya ingat jangka pendek : tidak terganggu (pasien mengingat aktivitas yang
baru saja dilakukannya yakni, mandi).
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 16
4. Konsentrasi dan perhatian : sulit dinilai (pasien tidak mau menjawab saat pasien
memintanya berhitung secara serial atau mengulangi angka-angka yang diurutkan
pemeriksa).
5. Kemampuan visuospasial : tidak terganggu (pasien tidak mau menggambar atau
meniru gambar jam yang diberikan pemeriksa, namun ia mampu menjelaskan
dengan baik denah dari rumah sakit ke rumahnya, saat diminta untuk menggambar
pasien tidak mau).
6. Pikiran abstrak : sulit dinilai (pasien tidak mau menjawab pertanyaan pemeriksa).
7. Intelegensi dan kemampuan informasi : tidak terganggu (pasien mampu
menjelaskan dengan baik cara menera mesin-mesin yang membutuhkan standar
tertentu, misalnya mesin pengisi bensin).
8. Bakat kreatif : menurut pasien ia sangat senang menulis.
9. Kemampuan menolong diri sendiri : tidak terganggu (pasien dapat merawat dan
menjaga kebersihan diri seperti makan dan mandi sendiri).
H. Pengendalian Impuls
Tidak terganggu.
I. Daya Nilai dan Tilikan
1. Penilaian Realita : terganggu.
2. Tilikan : 1 (Penyangkalan total terhadap penyakitnya).
J. Taraf dapat dipercaya : dapat dipercaya.
IV.
V. TEMUAN-TEMUAN POSITIF
1. Pasien memiliki sifat cepat marah, ia cenderung langsung marah ketika ada hal-hal yang
tidak sesuai dengan keinginannya.
2. Halusinasi auditorik (+), berdasarkan pengamatan pemeriksa pasien seringkali pasien
berbicara sendiri, demikian juga melalui heteroanamnesis dengan isteri pasien,
menurutnya pasien sering terlihat berbicara sendiri (komat-kamit).
3. Waham curiga (+), berdasarkan heteroanamnesis, pasien meyakini kelompok doanya
bukanlah orang percaya, namun hanya memanfaatkan dirinya. Pasien juga meyakini
bahwa anak ketiganya membenci dirinya, meyakini kacamata anak ketiganya tidak cocok
dengan mata anak ketiganya. Waham kebesaran (+), berdasarkan heteroanamnesis dan
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 17
pengamatan pemeriksa, pasien meyakini dirinya adalah orang suci sehingga harus tinggal
terpisah dengan keluarganya, pasien meyakini ia mampu mendengar suara Tuhan yang
berbicara padanya, pasien juga yakin ia bisa membaca pikiran orang lain.
4. Thought of insertion (+), pasien merasa pikirannya disisipi oleh pikiran orang lain.
5. Status mental
a. Perilaku dan aktivitas motorik : tampak gelisah.
b. Sikap pada pemeriksa: kurang kooperatif, kontak mata tidak adekuat.
c. Pembicaraan : tidak spontan, volume dan intonasi sedang sampai tinggi.
d. Mood, afek dan keserasian : iritabel, afek meluas, dan serasi.
e. Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
f. Bentuk pikir tidak logis dan arus pikir koheren.
g. Daya nilai realita terganggu, tilikan 1.
V. FORMULASI DIAGNOSTIK
AKSIS I : F. 20.0 Skizofrenia Paranoid
Memenuhi kriteria pedoman diagnostik skizofrenia, yaitu:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau
lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- thought
insertion or withdrawal = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh suatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought of broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
- delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar;
- delusion of passivity =
waham
tentang
dirinya
tidak
berdaya
dan
Halaman 18
- delusional
bermakna
perception
sangat
mukjizat.
c. Halusinasi auditorik
- Suara halusinasi
-
khas
yang
pengalaman
bagi
dirinya,
berkomentar
penderita
inderawi
yang
biasanya
secara
diantara
tak
bersifat
terus
mereka
wajar, yang
mistik
menerus
sendiri
atau
terhadap
(diantara
Halaman 19
namun hanya memanfaatkan dirinya. Pasien juga meyakini bahwa anak ketiganya
membenci dirinya, meyakini kacamata anak ketiganya tidak cocok dengan mata anak
ketiganya). Waham kebesaran (Berdasarkan heteroanamnesis, pasien meyakini dirinya
adalah orang suci sehingga harus tinggal terpisah dengan keluarganya, pasien meyakini ia
mampu mendengar suara Tuhan yang berbicara padanya.
3. Gejala-gejala tersebut dialami sudah lebih dari satu bulan.
Adapun diagnosis skizofrenia pada kasus ini adalah skizofrenia paranoid karena telah
memenuhi kriteria pedoman diagnostik untuk skizofrenia paranoid sebagai berikut :
AKSIS II : Z03.2 Tidak ada diagnosis, ciri kepribadian anankastik dan emosional tak
stabil.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian anankastik:
a. Perasaan ragu-ragu dan hati-hati yang berlebihan;
b. Preokupasi dengan hal-hal yang rinci, peraturan, daftar, urutan, organisasi atau jadwal;
c. Perfeksionisme yang mempengaruhi penyelesaian tugas;
d. Ketelitian yang berlebihan;
e. Keterpakuan dan keterikatan yang berlebihan pada kebiasaan sosial;
f. Kaku dan keras kepala;
Halaman 20
g. Pemaksaan yang tak beralasan agar orang lain mengikuti persis caranya mengerjakan
sesuatu atau keengganan yang tak beralasan untuk mengijinkan orang lain
mengerjakan sesuatu.
h. Mencampur-adukkan pikiran atau dorongan yang memaksa dan yang enggan.
Untuk diagnosis membutuhkan 3 dari seluruh kriteria di atas. Berdasarkan keterangan
istrinya, pasien sangat memperhatikan daftar pendapatan dan pengeluaran rumah tangga.
Pasien juga merasa terganggu jika benda-benda yang biasa digunakannya tidak ada pada
tempatnya pada saat ia ingin menggunakannya. Selain itu, pasien ingin agar semua
pekerjaan rumah itu mengikuti apa yang ia tetapkan, hal ini menjadi berlebihan ketika
pasien sudah pensiun. Pasien juga sangat terganggu jika mengalami kegagalan atau
membuat orang yang mempercayainya kecewa.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian emosional tak stabil:
a. Terdapat kecenderungan yang mencolok untuk bertindak secara impulsif tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya, bersamaan dengan ketidakstabilan emosional.
b. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.
Berdasarkan heteroanamnesis, pada pasien ditemukan salah satu poin yakni ia sering
bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi dan menunjukkan kurangnya pengendalian
diri.
AKSIS III : Tidak ada diagnosis.
AKSIS IV : - Masalah dengan primary support group.
Keluarga pasien adalah keluarga yang tergolong sibuk. Istri pasien adalah
seorang PNS yang harus bekerja dan menghabiskan hampir sebagian besar waktunya di
kantor, sehingga jarang berbincang-bincang dengan pasien atau menghabiskan waktu
bersama. Biasanya jika istri sudah kelelahan sepulang bekerja, maka ia akan langsung
istrahat. Anak pertama pasien, An. EK tidak pernah berbicara lagi dengan pasien sejak tahun
2013, sedangkan ketiga anaknya yang lain menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah.
Sehingga setelah pasien pensiun, ia sering sendirian di rumah dalam waktu yang lama dan
tidak ada pekerjaan yang dapat menyibukkan dirinya.
- Masalah dengan pekerjaan
Menurut keterangan istrinya, tampaknya pasien kurang menyetujui keinginan
pimpinannya untuk mengangkatnya menjadi Kepala UPT, namun pasien merasa tidak enak
hati sehingga ia mengiyakannya dan menjalaninya dengan membawa beban, karena takut
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 21
VII.
DAFTAR MASALAH
a. Organobiologik : Tidak ada.
b. Psikologik :
Gangguan Persepsi : Halusinasi (+)
Gangguan Isi Pikir : Waham curiga, waham kebesaran, thought of insertion
Arus Pikir
: Koheren
Bentuk Pikir
: Tidak logis
Ciri Kepribadian
: Ciri kepribadian anankastik dan emosional tak stabil
c. Sosial : Pasien menuntut perhatian lebih dari keluarganya ketika ia sudah pensiun
karena tidak ada hal lain yang menyibukkan dirinya.
Halaman 22
c. Psikoedukasi Keluarga :
Edukasi kepada keluarga agar rajin membawa pasien untuk kontrol rutin di poli
jiwa, jika sudah keluar serta memperhatikan pemberian obat pada pasien sehingga
tidak putus obat mengingat pengobatan pada pasien membutuhkan waktu yang
IX.
X.
cukup lama.
Memberi perhatian kepada pasien, menghabiskan waktu bersama pasien.
PROGNOSIS
Dubia et Bonam
a. Faktor yang memperingan :
1. Skizofrenia paranoid
2. Pasien dapat merawat dan menjaga kebersihan dirinya
3. Tidak merokok dan tidak minum alkohol
4. Tidak ada riwayat keluarga
5. Keluarga mendukung dan memotivasi pasien
b. Faktor yang memperberat :
1. Tidak teratur minum obat
2. Laki-laki
DISKUSI
Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum
diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah
akibat yang tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya.1
Hampir 1% penduduk dunia menderita skizofrenia selama hidup mereka. Gejala
skizofrenia biasanya muncul pada usia remaja akhir atau dewasa muda. Awitan pada lakilaki biasanya antara 15-25 tahun, dan 25-35 tahun untuk perempuan. Prognosisnya
biasanya lebih buruk pada laki-laki bila dibandingkan dengan perempuan. Awitan setelah
umur 40 tahun jarang terjadi.2 Pada kasus Tn. KF ini, gejala pertama kali dialami pasien
pada tahun 2013, saat itu pasien menjelang pensiun. Meskipun menurut epidemiologi
gejala skizofrenia lebih sering muncul pada usia dewasa muda yaitu pada usia 25-35
tahun, namun pada usia 40 tahun ke atas juga dapat terjadi.
Etiologi skizofrenia belum ditemukan dengan pasti, namun ada beberapa hasil
penelitian yang dilaporkan saat ini, dari segi biologi, gangguan yang paling banyak
dijumpai yaitu pelebaran ventrikel tiga dan lateral yang stabil yang kadang-kadang sudah
terlihat sebelum awitan penyakit; atropi bilateral lobus temporal medial dan lebih spesifik
yaitu girus parahipokampus, hipokampus dan amigdala; disorientasi spasial sel piramid
Halaman 23
biokimia,
hipotesis
yang
paling
banyak
yaitu
adanya
gangguan
(gangguan
spektrum
skizofrenia),
gangguan
obsesif-kompulsif,
dan
Halaman 24
bersama. Biasanya jika istri sudah kelelahan sepulang bekerja, maka ia akan langsung
istrahat. Anak pertama pasien, An. EK tidak pernah berbicara lagi dengan pasien sejak tahun
2013, sedangkan ketiga anaknya yang lain menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah.
Sehingga setelah pasien pensiun, ia sering sendirian di rumah dalam waktu yang lama dan
tidak ada pekerjaan yang dapat menyibukkan dirinya. Kemungkinan etiologi lagi pada kasus
ini, yakni post power syndrome dimana pasien merasa tiba-tiba kehilangan hal yang harus
dikerjakannya setelah pensiun, sedangkan pasien adalah jenis orang yang tidak bisa jika
tidak ada pekerjaan.
Manifestasi klinik skizofrenia antara lain :
a. Gangguan pikiran
Gangguan proses pikir : asosiasi longgar, pemasukan berlebihan, neologisme,
Halaman 25
halusinasi auditorik dan waham curiga terhadap orang sekitarnya serta waham kebesaran.
Terapi skizofrenia secara farmakologis yaitu antipsikotika (AP). Antipsikotika dibagi
menjadi dua kelompok, berdasarkan mekanisme kerja, yaitu
1. Dopamine reseptor antagonist (DRA) atau antipsikotika generasi I (APG-I) atau
disebut antipsikotika konvensional atau tipikal. Berguna terutama untuk mengontrol
gejala-gejala positif, namun untuk gejala negatif hampir tidak berguna karena
mekanisme kerja APG-I adalah memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik
neuron di otak khususnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine
D2 receptor antagonist).
2. Serotonin-dopamine antagonist (SDA), atau antipsikotika generasi II (APG-II) atau
disebut antipsikotika baru/atipikal. Standar emas baru adalah APG-II bermanfaat
baik untuk gejala positif maupun untuk gejala negatif karena selain memblokade
Dopamine D2 receptor juga terhadap Serotonin 5 HT2 Receptors. APG-II memiliki
efek samping yang lebih ringan dari APG-I namun harganya lebih mahal.2
Tabel 1. Daftar Obat Anti Psikotika, Dosis dan Sediaannya3
Obat Anti Psikotika
Dosis Anjuran
Bentuk Sediaan
(mg/hari)
Anti Psikotik Generasi I (APG-I)
Klorpromazin
Perfenazin
Trifluoperazin (stelazine)
Haloperidol
300-1000
12-24
10-15
5-15
12.5-25 (i.m)
(APG-II)
Aripiprazol
Klozapin
Olanzapin
Quetiapin
10-15
25-100
10-20
50-400
Risperidon
2-6
mg)
Tablet (1 mg, 2 mg, 3 mg), tetes
Fluphenazine decanoate
Anti Psikotik Generasi II
Halaman 26
minggu
10-15
Pada kasus ini, Tn. KF diberikan Haloperidol 2 x 2,5 mg, Trihexyphenidil 2 x 2 mg dan
Chlorpromazin 2 x 50 mg.
Pemberian obat dimulai dengan dosis awal sesuai dengan dosis anjuran, lalu dinaikkan
setiap 2-3 hari sampai mencapai dosis efektif (mulai timbul peredaan sindrom psikosis).
Pemberian obat pada dosis efektif, perlu dieveluasi setiap 2 minggu, lalu naikan dosis hingga
mencapai dosis maksimal, dan pertahankan selama 8-12 minggu, lalu diturunkan dosis setiap 2
minggu. Pengobatan berlanjut pada dosis maintenance, dimana dosis dipertahankan selama 6
bulan sampai 2 tahun, dan diselingi dengan drug holiday (hari tanpa minum obat) selama 1-2
hari/minggu. Dilanjutkan dengan tapering off dimana dosis diturunkan tiap 2-4 minggu, lalu
pengobatan dihentikan.3
Pemberian terapi farmakologis antipsikosis pada pasien, perlu diperhatikan efek samping
yang dapat timbul, dapat berupa: sedasi dan inhibisi psikomator (rasa mengantuk, kewaspadaan
berkurang, kinerja psikomotor menurun); gangguan otonomik (hipotensi, mulut kering, kesulitan
miksi dan defekasi, gangguan irama jantung, dan lainnya); gangguan ekstrapiramidal (sindrom
parkinson, akathisia, distonia akut); dan gangguan sistem endokrin (amenorrhoe, gynecomastia,
jaundice) pada pemakaian jangka panjang. Pada pemberian chlorpromazine sering mengalami
hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh. Efek samping ini dapat dicegah dengan
tidak langsung bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran sekitar 5-10 menit.
Pemberian Haloperidol adalah yang paling sering menurunkan ambang batas kejang dan memilki
efek samping gejala ekstrapiramidal, untuk mengatasinya diberikan tablet trihexyphenidyl 3-4 x
2mg/hari, dan sulfas atropine 0.50-0.75 mg (i.m).3
Gambaran klinis yang dikaitakan dengan prognosis baik skizofrenia adalah:2
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Halaman 27
FOLLOW UP
Jumat, 1 Januari 2016
S : Wawancara dilakukan di depan ruang isolasi 1 Bangsal Empati RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johannes Kupang. Pada saat pemeriksa menghampiri pasien, ia sedang baring-baring di atas
tempat tidurnya. Saat pemeriksa menyapa pasien, pasien menjawab Halo nona dokter.
Jawab pasien sambil tersenyum. Tiba-tiba pasien berdiri diam, melipat tangan dan
menunduk-nunduk sambil berbicara sendiri dan menutup matanya.
Pemeriksa kemudian berusaha mengajak pasien berbicara, namun pasien tidak bergeming.
Sampai akhirnya untuk kesekian kalinya pemeriksa bertanya, Bapak Kompas bagaimana
perasaannya hari ini?, pasien membuka mata, mendekat ke arah pemeriksa dan menjawab
Biasa-biasa saja. Dengan ekspresi datar. Begini saya mau cerita, ini dokter muda
siapa?, Vinny, Bapak. Jawab pemeriksa. Ya, dokter Vinny. Begini orang bilang saya ini
supernova, tapi supernova itu Allah jelas itu bukan saya. Saya, Kompas. Tadi saya bicara
dengan Allah. Besok dokter Vinny bisa masuk ke sini kah? Nanti saya kasih uang 50 juta dan
ada tambahan 50 juta dari yang diatas. Lanjut pasien. Yang diatas siapa Bapak?
Pemeriksa melanjutkan pertanyaan. Allah to nona. Jadi nanti totalnya 100 juta ya. Tapi ada
syaratnya. Besok saya cium nona sedikit, itu nanti istri saya lihat. Kata pasien sambil
menunjuk ke arah istrinya. Besok dokter datang lagi ya. Nanti kita bicara direkam. Mereka
yang kurung saya itu jahat. Saya tahu mereka taruh racun dalam makanan, dalam itu obat
juga to? Saya tidak mau. Tambah pasien. Pemeriksa membantah hal tersebut, namun pasien
tetap mempertahankan pendapatnya dan berkata, Sudah, sudah nona dokter jalan sudah.
Sambil berjalan ke arah kamar mandi.
O : a. Deskripsi umum
Penampilan : Pasien laki-laki tampak sesuai usia, pasien tmenggunakan baju kaos warna
abu-abu dan celana panjang berbahan kain warna coklat tua. Pasien tampak rapi dan
bersih, terlihat dari rambut, kuku serta gigi yang bersih.
Zevhinny - Laporan Kasus Skizofrenia Paranoid
Halaman 28
Halaman 29
Penampilan : Pasien laki-laki tampak sesuai usia, pasien menggunakan baju kaos berkerah
warna biru tua dan celana panjang olahraga warna hijau. Pasien tampak rapi dan bersih,
terlihat dari rambut, kuku serta gigi yang bersih.
Psikomotor : tampak tenang. Terlihat berbicara sendiri.
Sikap terhadap pemeriksa : kurang kooperatif dan kontak mata adekuat.
b. Pembicaraan : tidak spontan, volume dan intonasi suara sedang.
c. Mood / Afek / Keserasian : eutimik / menyempit / sesuai
d. Bentuk / Arus / Isi pikir : Tidak logis / koheren / waham curiga (+), waham kebesaran (+),
thought of broadcasting
e. Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
A : Skizofrenia paranoid
P : Haloperidol 2 x 2,5 mg
Trihexyphenidil 2 x 2 mg
Chlorpromazin 2 x 50 mg
Halaman 30
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Maslim, R. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III.
Jakarta: Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2001.p.46-8,103.
Amir N. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI. 2010. Bab
12, Skizofrenia; p.170-7,194-5.
Maslim R. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 2007. Bab2, Obat Anti-psikosis;
p.149.
Halaman 31
Halaman 32