Anda di halaman 1dari 6

PENETAPAN LUAS PERCONTOH KOMUNITAS TUMBUHAN

Oleh:

Widya Adriani1), Syafarudinsyah2)


2015102003110241), 2015102003110412)

Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No.246 Ds. Landungsari Kec. Dau Kab. Malang

ABSTRAK
Luas minimum merupakan suatu daerah vegetasi atau komunitas yang pada umumnya sudah
memperlihatkan kekhususan dari vegetasi atau komunitas secara keseluruhan. Luas minimum
digunakan untuk memperoleh luasan petak contoh (sampling area) yang dianggap representatif
dengan suatu tipe vegetasi atau komunitas pada suatu habitat tertentu yang sedang dipelajari
karena dalam mempelajari vegetasi atau komunitas tumbuhan tidak mungkin dilakukan penelitian
pada seluruh area yang ditempati vegetasi atau komunitas, terutama apabila area tersebut luas.
Praktikum penetapan luas percontoh komunitas tumbuhan ini dilakukan dengan tujuan memahami
dan menguasai cara menentukan luas minimum, jumlah minimum serta cara menyebarkan
percontoh. Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat yaitu bentuk bujur
sangkar dan lingkaran. Hasil dari praktikum penetapan luas percontoh komunitas tumbuhan ini
yaitu komunitasnya merupakan rumput-rumputan.
Kata kunci: Luas minimum, jumlah minimum, bentuk plot bujur sangkar dan lingkaran

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki berbagai
macam penggunaan lahan, mulai dari
yang
paling
ekstensif
misalnya
agroforestri kompleks yang menyerupai
hutan, hingga paling intensif seperti
sistem pertanian semusim monokultur.
Indonesia juga merupakan salah satu
negara tropis yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan
termasuk ke dalam delapan negara mega
biodiversitas di dunia, baik flora
maupun fauna yang penyebarannya
sangat luas (Heriyanto, 2004).
Keanekaragaman
spesies,
ekosistem dan sumberdaya genetik
semakin menurun pada tingkat yang
membahayakan
akibat
kerusakan
lingkungan. Dalam mencegah berbagai
masalah- masalah negatif yang disebabkan oleh
manusia atau yang lainnya tersebut perlu
adanya pemanfaatan ekologi tumbuhan
di seluruh Indonesia, atau penelitian
hutan - hutan, tanaman masa kini,
tanaman masalampau dan tanaman masa
akan datang, itu perlu di teliti dan di data

secarastatistik berupa vitalitas, prioditas


dan stratifikasi (Budiman, 2004).
Luas minimum adalah luas
terkecil
yang
dapat
mewakili
karakteristik komunitas tumbuhan atau
vegetasi secara keseluruhan. Luas
minimum dan jumlah minimum dapat
digabung dengan menentukan luas total
dari jumlah minimum yang sesuai
dengan luas minimum yang sudah dapat
didapat terlebih dahulu. Penyebaran
individu suatu populasi mempunyai tiga
kemungkinan yaitu penyebaran acak,
penyebaran secara merata, penyebaran
secara kelompok, untuk mengetahui
apakah penyebaran individu suatu
polpulasi secara merata atau kelompok
maka penentuan letak percontoh dalam
analisis vegetasi dapat dibedakan
dengan
cara
pendekatan
yaitu
penyebaran percontohan secara acak,
penyebaran
percontohan
secara
sistematik, penyebaran secara semi acak
dan semi sistematik ( Rahadjanto, 2001).

.Dalam mempelajari ekologi


tumbuhan kita tidak dapat melakukan
penelitian pada seluruh area yang
ditempati
komunitas
tumbuhan,
terutama apabila area itu cukup luas.
Dengan syarat bagian tersebut dapat
mewakili komunitas tumbuhan yang ada
(Rasyid dan Santoso, 2016).
Luas daerah dalam satuan kecil
yaitu komunitas atau vegetasi yang
sangat
bervariasi
keadaannya.
Keberadaannya merupakan himpunan
dan spesies populasi yang sangat
berinteraksi dengan banyak faktor
lingkungan yang khas untuk setiap
vegetasi. Dapat dikatakan representatif
bila
didalamnya
terdapat semua
sebagian besar jenis tumbuhan yang
membentuk komunitas atau vegetasi
tersebut.
Daerah
minimal
yang
mencerminkan kekayaan komunitas atau
vegetasi disebut luasminimum. Suatu
metode yang menentukan luas minimum
suatu daerah disebutmetode luas
minimal. Menurut Marsono (1977),
vegetasi merupakan kumpulan tumbuhtumbuhan, biasanya terdiri dari beberapa
jenis yang hidup bersama-sama pada
suatu tempat.
Luas minimum atau kurva
spesies area merupakan langkah awal
yang digunakan untuk menganalisis
suatu vegetasi yang menggunakan petak
contoh (kuadrat). Luas minimum
digunakan untuk memperoleh luasan
petak contoh (sampling area) yang
dianggap representatif dengan suatu tipe
vegetasi pada suatu habitat tertentu yang
sedang dipelajari. Luas petak contoh
mempunyai hubungan erat dengan
keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut. Makin tinggi
keanekaragaman jenis yang terdapat
pada areal tersebut, makin luas petak
contoh yang digunakan. Bentuk luas
minimum dapat berbentuk bujur

sangkar, persegi panjang dan dapat pula


berbentuk lingkaran. Luas petak contoh
minimumyang mewakili vegetasi hasil
luas minimum, akan dijadikan patokan
dalamanalisis vegetasi dengan metode
kuadrat.
Metodologi-metodologi
yang
umum dan sangat efektif serta efisien
jikadigunakan untuk penelitian, yaitu
metode kuadrat, metode garis, metode
tanpaplot dan metode kwarter (Syafei,
1990).
Metode
kuadrat,
bentuk
percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat
atau
lingkaran
yang
menggambarkan luas area tertentu.
Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan
bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu
luas minimumnya. Untuk analisis yang
menggunakan metode ini dilakukan
perhitungan terhadap variabel-variabel
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi
(Syafei, 1990).
Faktor-faktor
yang
dapat
mempengaruhi jumlah spesies di dalam
suatu daerah adalah iklim, keragaman
habitat, ukuran. Fluktuasi iklim yang
musiman merupakan faktor penting
dalam membagi keragaman spesies.
Suhu
maksimum
yang
ekstrim,
persediaan air, dan sebagainya yang
menimbulkan
kemacetan
ekologis
(bottleck) yang membatasi jumlah
spesies yang dapat hidup secara tetap di
suatu daerah. Habitat dengan daerah
yang beragam dapat menampung spesies
yang keragamannya lebih besar di
bandingkan habitat yang lebih seragam.
Daerah yang luas dapat menampung
lebih besar spesies di bandingkan
dengan daerah yang sempit. Beberapa
penelitian telah membuktikan bahwa
hubungan antara luas dan keragaman
spesies secara kasaradalah kuantitatif.
Rumus umumnya adalah jika luas
daerah 10 x lebih besar dari daerah lain

maka daerah itu akan mempunyai


spesies yang dua kali lebih besar (Harun,
1993).

BAHAN DAN METODE


Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum
penetapan
luas
percontoh komunitas tumbuhan ini
dilakukan di Parkiran Baru Universitas
Muhammadiyah Malang pada Senin, 14
Maret 2016.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada
praktikum penetapan luas percontoh
komunitas tumbuhan yaitu sebidang
tanah seluas 1 x 1 m2.
Alat-alat yang digunakan pada
praktikum penetapan luas percontoh
komunitas tumbuhan yaitu pasak 20
buah, tali rafiah, gunting, cutter,
meteran, kamera dan buku album
tanaman.
Prosedur Praktikum
Tahapan Kegiatan
Penentuan
luas
percontoh
komunitas tumbuhan dengan metode
kuadrat bujur sangkar dilakukan dengan
cara menyiapkan alat dan bahan yang
akan digunakan, membuat plot bujur
sangkar dengan sisi-sisinya 1 x 1 m2
dengan menancapkan pasak pada tiap
sudut, membagi dua bagian bujur
sangkar secara sama dengan ukuran 50 x
100 cm2, membagi dua bagian yang
sama plotnya ukuran 50 x 100 cm2
sehingga menjadi 50 x 50 cm2, membagi
dua bagian yang sama plot ukuran 50 x
50 cm2 sehingga menjadi 25 x 50 cm2,
membagi dua bagian yang sama plot
ukuran 25 x 50 cm2 sehingga menjadi 25
x 25 cm2, membatasi masing-masing
plot dengan tali rafia yang diletakkan
pada pasak yang ada.

Metode
kuadrat
lingkaran
dilakukan dengan cara menyiapkan alat
dan bahan yang akan digunakan,
membuat lingkaran dengan diameter 25
cm2, membuat lingkaran dengan
diameter 50 cm2 dengan pusat lingkaran
yang sama dengan lingkaran yang
berdiameter 25 cm2, membuat lingkaran
dengan diameter 100 cm2 dengan pusat
lingkaran yang sama dengan lingkaran
yang berdiameter 25 cm2.
Sedangkan metode kerja untuk
menentukan jumlah minimum yaitu
menghitung semua jenis tanaman
(gulma) pada masing-masing plot,
mengidentifikasi semua jenis tanaman
(gulma) pada masing-masing plot,
mencatat
hasil
perhitungan
dan
identifikasi.
Rancangan Percobaan dan Analisis
Data
Praktikum
penetapan
luas
percontoh
komunitas
tumbuhan
dilakukan dengan rancangan percobaan
meggunakan metode kuadrat yaitu
kuadrat bujur sangkar dan kuadrat
lingkaran.
Rancangan percobaan metode
kuadrat bujur sangkar yaitu dengan lima
kali perluasan sedangkan metode
kuadrat lingkaran yaitu dengan tiga kali
perluasan diameter.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1. Hasil Pengamatan Luas Minimum Bentuk Bujur Sangkar

Ukuran Plot

No
.

Nama Tanaman

Jumlah

25 x 25 cm2

1.

Lulangan (Eleusine indica L.)

2.

Gletang (Tridax procumbens)

1.

Lulangan (Eleusine indica L.)

2.

Gletang (Tridax procumbens)

1.

Lulangan (Eleusine indica L.)

2.

Gletang (Tridax procumbens)

1.

Lulangan (Eleusine indica L.)

22

2.

Gletang (Tridax procumbens)

1.

Lulangan (Eleusine indica L.)

43

2.

Gletang (Tridax procumbens)

3.

Bayam duri (Amaranthus spinosus)

25 x 50 cm2

50 x 50 cm2

50 x 100 cm2

100 x 100 cm2

Tabel 2. Hasil Hasil Pengamatan Luas Minimum Bentuk Lingkaran

Ukuran Plot

No.

Nama Tanaman

Jumlah

25 cm2

50 cm2

1.

Bayam duri (Amaranthus spinosus)

2.

Lulangan (Eleusine indica L.)

1.

Bayam duri (Amaranthus spinosus)

10

2.

Lulangan (Eleusine indica L.)

24

100 cm2

Praktikum
penetapan
luas
percontoh komunitas pertumbuhan ini
menggunakan metode kuadrat. Menurut
Weaver dan Clements (1938) kuadrat
adalah daerah persegidengan berbagai
ukuran. Ukuran tersebut bervariasi dari
1 dm2 sampai 100 m2. Bentuk petak
sampel dapat persegi, persegi panjang
atau lingkaran. Metodekuadrat, bentuk
percontoh atau sampel dapat berupa segi
empat
atau
lingkaran
yang
menggambarkan luas area tertentu.

Luasnya bisa bervariasi sesuai dengan


bentuk vegetasi atau ditentukan dahulu
luas minimumnya. Untuk analisis
yangmenggunakan metode ini dilakukan
perhitungan
terhadap
variabelvariabelkerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi (Syafei, 1990)
Menurut
Suprianto
(2001)
ukuran plot minimal dapat ditentukan
dengancara survey pendahuluan untuk
menentukan ukuran luas plot minimal.
Menentukan luas minimal plot dapat

dilakukan dengan cara membuat kurva


luasminimal terlebih dahulu. Untuk
bentuk plot persegi dimulai dengan
membuatsebuah plot (bidang datar)
persegi pada satu tegakan dengan
kuadrat (luas) terkecil, misalnya untuk
lapangan rumput adalah 25 x 25 cm2.
Kemudian kuadrat diperluas dua kali
luas semula dan kemudian penambahan
spesies baru yangterdapat di dalam
kuadrat luasan dicatat.
Berdasarkan hasil pengamatan
diatas dapat diketahui bahwa jumlah
tumbuhan disetiap kuadrat berbedabeda. Perbedaan jumlah tumbuhan pada
suatu komunitas atau vegetasi dapat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban, keadaan
tanah, senyawa organik dan lain-lain.
Menurut Harun (1993) bahwa faktorfaktor yang dapat mempengaruhi jumlah
spesies di dalam suatu daerah adalah
iklim, keragaman habitat, ukuran.
Fluktuasi
iklim
yang
musiman
merupakan faktor penting dalam
membagi keragaman spesies. Suhu
maksimum yang ekstrim, persediaan air,
dan sebagainya yang menimbulkan
kemacetan ekologis (bottleck) yang
membatasi jumlah spesies yang dapat
hidup secara tetap di suatu daerah.
Selain itu penambahan suatu areal akan
dihentikan bila pengamatan pada areal
berikutnya ditemukan jenis tumbuhan
yang sama dengan areal sebelumnya.
Disamping itu juga dapat disimpulkan
bahwa dalam pengamatan dengan
menggunakan luas minimum ini dapat
mewakili dari semua vegetasi atau
komunitas tumbuhan rumput-rumputan.
Dimana data pengamatan pada plot
bujur sangkar 25 x 25 cm2, 25 x 50 cm2,
50 x 50 cm2, 50 x 100 cm2, 100 x 100
cm2
yang
mendominasi
adalah
tumbuhan rumput lulangan (Eleusine
indica L.) dan gletang (Eleusine indica

L.) sehingga dapat disebut sebagai


vegetasi atau komunitas tumbuhan
rumput-rumputan. Sama halnya dengan
plot bujur sangkar, pada plot lingkaran
tumbuhan yang mendominasi adalah
lulangan (Eleusine indica L.) dan
gletang (Eleusine indica L.) dengan
diameter 25 cm2, 50 cm2, dan 100 cm2.
Suatu daerah yang didominasi
oleh hanya jenis-jenis tertentu saja,
maka
daerah
tersebut
dikatakan
memiliki keanekaragaman jenis yang
rendah. Keanekaragaman jenis terdiri
dari dua komponen, yaitu jumlah jenis
dalam komunitas yang sering disebut
kekayaan jenis dan kesamaan jenis.
Kesamaan menunjukkan bagaimana
kelimpahan spesies itu, yaitu jumlah
individu, biomassa, penutup tanah, dan
sebagainya, yang tersebar antara banyak
spesies itu (Ludwiq and Reynolds,
1988).

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Praktikum
penetapan
luas
percontoh tumbuhan dilakukan dengan
metode kuadrat dengan dua bentuk plot
yaitu plot bujur sangkar dan plot
lingkaran. Hasilnya menunjukkan bahwa
pada lahan parkiran baru Universitas
Muhammadiyah Malang vegetasi atau
komunitasnya adalah rumput-rumputan
dengan lulangan (Eleusine indica L.)
dan gletang (Eleusine indica L.) yang
mendominasi.
Saran

Praktikum
penetapan
luas
percontoh
tumbuhan
pada
saat
menghitung jumlah tumbuhan dan jenis
tumbuhan sebaiknya dilakukan dengan
teliti.
DAFTAR PUSTAKA

Budiman, Basri. 2004. Ekosistem


Hutan Indonesia. UI Press:
Jakarta
Harun, 1993. Ekologi Tumbuhan.
Bina Pustaka. Jakarta.
Heriyanto, N.M dan Garsetiasih, R.
2004. Potensi Pohon Kulim
(Scorodocarpusborneensis
Becc).
Kelompok
Hutan
Gelawan Kampar: Riau
J.E. Weaver and F.E. 1993. Plant
ecology. Clements. - 2nd ed.
N.Y : Mcgraw-hill, - McGrawHill publications in the
botanical sciences
Ludwig, John A. and James F.
Reynolds. 1988. Statistical
ecology: a primer of methods
and computing. Wiley Press,
New York, New York. 337 pp
Marsono, 1977. Ekologi Tanaman.
Rajawali Press: Jakarta

Rahardjanto Abdul Kadir. 2005.


Buku
Petunjuk
Pratikum
Ekologi Tumbuhan. UMM
Press. Malang
Rasyid, Harun dan Untung Santoso.
2016.
Modul
Praktikum
Terpadu
Agroteknologi.
Laboratorium
Agronomi
Fakultas Pertanian Peternakan
Universitas
Muhammadiyah
Malang

Anda mungkin juga menyukai