Anda di halaman 1dari 9

STEP 7

1. Why lessions shaped polysiclic and erythematous ?


Bercak merah
Bercak merah bisa berasal dari vasodilatasi pembuluh kapiler, sehingga terdapat
warna merah pada permukaan kulit. Penyebabnya bias dikarenakan adanya proses
inflamasi dalam tubuh. Dimana terdapat antigen yang masuk kemudian sistem imun
tubuh melawan dengan mengeluarkan mediator-mediator inflamasi dalam proses
inflamasi, dan salah satu tanda dari proses inflamasi itu adalah vasodilatasi pembuluh
kapiler. Bercak merah juga bias dikarenakan pecahnya pembuluh darah di perifer, yang
mengakibatkan erythrosit keluar dari pembuluh darah, sehingga memunculkan warna
merah di permukaan kulit. Untuk membedakan kedua hal tersebut, bisa dilakukan
pemeriksaan diaskopi. Pada permukaan kulit yang terjadi perubahan warna menjadi
merah tersebut ditekan menggunakan object glass, jika setelah penekanan tersebut
terjadi perubahan warna dari merah menjadi pucat, maka hampir bias dipastikan
penyebab kemerahan tersebut adalah vasodilatasi pembuluh kapiler. Namun, jika
warna merah tersebut tetap dan tidak berubah, kemungkinan bias dikarenakan
erythrosit yang keluar dari pembuluh darah.
Umumnya dermatofitosis pada kulit memberikan morfologi yang khas yaitu bercakbercak yang berbatas tegas disertai efloresensi-efloresensi yang lain, sehingga
memberikan kelainan-kelainan yang polimorf, dengan bagian tepi yang aktif serta
berbatas tegas sedang bagian tengah tampak tenang (Boel, 2003)
2. Why itchy more disturbing when sweating and wearing shoes ?
3. How are the respon of hosts immune to fungi infection ?
Reaksi imun non spesifik:
Makrofag: makrofag memfagosit secara langsung.
Neutrofil: jamur merangsang produksi sitokin (iL 1 dan tnf alfa) meningkatkan
adhesi neutrofil pada endotel melakukan infiltrasi ke tempat infeksi neutrofil
mengeluarkan bahan fungisida (zat pembunuh fungi: ROI/reactive oxygen intermediet,
enzim lisosom) membunuh fungi.
Yang bekerja neutrofil dulu baru makrofag.
Reaksi imun spesifik
4. What the diagnosis & dd of the skenario and why ?
Diagnosis Banding
1. Tinea Versikolor (panu)

2.
3.
4.
5.

Kandidiasis intertriginosa
Eritrasma
Psoriasis vulgaris
Pitiriasis rosea

KANDIDOSIS INTERTRIGINOSA

Penyebab tersering adalah Candida albicans. Lesi terdapat di daerah lipatan kulit ketiak, lipat paha,
intergluteal, lipat payudara, antara jari-jari tangan atau kaki, glans penis, dan umbilicus. Gejala dan
tanda: (Kuswadji, 2007)
1. Berupa bercak yang berbatas tegas, bersisik, basah, dan eritematosa.
2. Lesi dikelilingi oleh satelit berupa vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila
pecah meninggalkan daerah yang erosif dengan pinggir yang kasar dan berkembang seperti lesi
primer disebut hens and chickens.
ERITRASMA
Eritrasma adalah salah satu penyakit bakteri kronik pada stratum korneum yang disebabkan oleh
Corynebacterium minitussismum ditandai dengan adanya lesi berupa eritema dan skuama halus
terutama di daerah ketiak dan lipat paha. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat.
Lesi eritroskuamosa, berskuamosa halus kadang-kadang dapat berupa dapat terlihat merak
kecoklatan (Budimulja, 2008).
Gejala dan tanda: (Soepardiman, 2007)
1. Lesi kulit dapat berukuran sebesar miliar sampai plakat
2. Lesi eritroskuamosa berskuama halus kadang-kadang dapat terlihat merah kecoklatan, tergantung
pada area lesi dan warna kulit penderita.
3. Tempat predileksi di daerah ketiak dan lipat paha. Kadang-kadang berlokasi di daerah
intertriginosa lain terutama pada penderita gemuk.
4. Perluasan lesi terlihat pada pinggir yang eritematosa dan serpiginosa. Lesi tidak menimbul dan
tidak terliha vesikulasi. Skuama kering yang halus menutupi lesi dan pada perabaan terasa berlemak.
5. Eritrasma tidak menimbulkan keluhan subjektif kecuali bila terjadi eksematisasi oleh karena
penderita berkeringat banyak atau terjadi maserasi pada kulit
PSORIASIS VULGARIS
Psoriasis vulgaris adalah kulit yang disebabkan oleh respon autoimun tipe 1. Psoriasis vulgaris
adalah penyakit inflamasi pada kulit yang menyebabkan perubahan seluler termasuk hiperplasia
epidermis, perubahan diferensiasi keratinosit, angiogenesis dan inflamasi pada kulit (Chamlan, dkk,
2004). Psoriasis adalah keadaan kulit yang tidak normal dimana kulit penderita menebal lebih cepat
dari kulit yang normal. Psoriasis biasanya mengenai pada kulit kepala, lutut, dan siku, dapat juga
mengenai bagian tubuh lain termasuk kuku dan tulang (Azman, 2006). Gejala dan tanda :
(Dharmawan, 2010)
1. Gatal
2. UKK: Plak, eritema, skuama tebal, berlapis-lapis keperakan seperti mika, berbatas tegas, ukuran
lentikular
3. Auspitz Sign: Jika skuama dikerok, muncul bintik perdarahan yang disebut papilomatosis
4. Koebner phen: Muncul lesi baru yang isomorfik pada tempat yang terkena trauma 7-14 hari
setelah trauma
5. Fenomena tetesan lilin
PITIRIASSI ROSEA
Pitiriasis rosea adalah penyakit kulit yang belum diketahui penyebabnya, dimulai dengan sebuah lesi
inisial berbentuk eritema dan skuama halus kemudian disusul oleh lesi-lesi yang lebih kecil di badan,

lengan, paha atas yang tersusun sesuai dengan lipatan kulit dan biasantyaa sembuh sendiri dalam
waktu 3-8 minggu. Tetapi ada hipotesis yang mengemukakan bahwa penyebabnya virus, karena
penyakit ini merupakan penyakit swasima (self limiting disease) (Djuanda, 2007). Gejala dan Tanda:
(Dharmawan, 2010; Vijayabhaskar, 2008)
1. Gejala Prodormal (+)
2. Gatal ringan
3. Diawali lesi inisial (herald patch / medalion): plak eritem 2-5 cm dengan skuama halus di bagian
pinggirnya oval, berbatas tegas, lokasi pada badan, leher, atau ekstrimitas proksimal.
4. Erupsi sekunder muncul 2 minggu setelah lesi inisial: berlangsung beberapa hari sampai 10 hari,
lokasi di badan, punggung yang disebut christmast tree pattern.
5. Pitriasis rosea atipikal: lesi terdapat di wajah dan di leher, lesi primer mungkin muncul satusatu / (-) / multiple
5. Patofisiologi of central healing ?

Central healing adalah proses penyembuhan yang berada di bagian tengah lesi, sedangkan bagian
tepi lesi masih aktif. Umumnya central healing terjadi pada penyakit yang disebabkan oleh jamur
dikarenakan sifat jamur yang tumbuh secara radier dan adanya produksi enzim aspartil proteinase
dan fosfolipase yang berfungsi menghancurkan keratin.
(Junquiera dan Carneiro, 2007; Price dan Wilson, 2005).
6. What the factor of red scaly patches ?
kulit bersisik (squama)
Kulit mengalami proses ceratinisasi karena adanya proses mitosis secara terus
menerus, yang dilakukan oleh stratum germinativum yang terdiri atas stratum basale
dan bagian bawah stratum spinosum. Proses pergantian ini berlangsung setiap 15-30
hari. Namun pada beberapa kasus penyakit kulit ditemukan adanya sisik atau squama,
hal ini bias disebabkan karena pemendekan siklus (hanya 3-4 hari) atau peningkatan
jumlah sel yang berproliferasi di stratum germinativum ini. (jancuira,..). akibatnya kulit
di permukaan luar belum mengelupas karena belum saatnya tergantikan atau masih
tebal, namun dari dalam sudah ada sel-sel ceratinosit yang siap menggantikan.
Sehingga, timbulah squama tersebut.
(Junquiera dan Carneiro, 2007; Price dan Wilson, 2005).
7. Mengapa jamur masih bisa hidup si stratum korneum, padahal stratum korneum secara
periodik berganti ? mekanisme deskuamasi ?

Mekanisme Deskuamasi
Proses pembentukan lapisan tanduk (keratin) dikenal sebagai proses keratinisasi.
Keratinosit dimulai dari sel basal mengadakan pembelahan, lalu sel basal akan
berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel
menjadi makin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti
menghilang, mengalami apoptosis dan menjadi sel tanduk yang amorf. Sel-sel yang
sudah mengalami keratinisasi akan meluruh dan digantikan dengan sel di bawahnya
yang baru saja mengalami keratinisasi untuk kemudian meluruh kembali, begitu
seterusnya. Proses ini memakan waktu sekitar empat minggu untuk epidermis dengan
ketebalan 0.1 mm
(Junquiera dan Carneiro, 2007; Price dan Wilson, 2005).

8. Patofisiologi papules, vesicels ?

9. What is mycosis ?
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur, misalnya penyakit kurap
Dorland W. A. Newman.2006.Kamus Kedokteran Dorland.Edisi XXIX.Jakarta:EGC
10.Explain classification of fungi infection or mycosis ?jelaskan satu-satu !

MIKOSIS
Mikosis dikelompokkan atas dasar tempat infeksinya pada tubuh manusia, yaitu mikosis superfisial, mikosis
kutan, mikosis subkutan dan mikosis sistemik (profunda).
Mikosis Superfisial (non dermatophyta)
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial, yaitu kulit, rambut,
kuku.
1. Tinea versicolor : Merupakan infeksi ringan yang nampak dan terjadi akibat pertumbuhan
Malassezia furfur yang tidak terkendali. Dalam bahasa lokal dikenal sebagai panu.
Klinis
: Muncul bercak putih kekuningan disertai rasa gatal pada kulit dada, punggung,
axila leher dan perut bagian atas. Daerah yang terserang akan mengalami
depigmentasi.
Pencegahan
: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
Pengobatan
: 1 % selenium sulfida yang digunakan setiap dua hari selama 15 menit
kemudian dicuci. Pada kasus yang berkaitan dengan kateter adalah dengan
`
mengangkat kateter yang terpasang.
2. Tinea nigra
Klinis

Pencegahan
Pengobatan

: Infeksi pada lapisan kulit (stratum korneum) akibat serangan Exophiala weneckii.
: Muncul bercak-bercak (makula) berwarna coklat kehitaman. Bercak tersebut terisi
oleh hifa bercabang, bersepta, dan sel-sel yang bertunas, akan tetapi tetap terlihat
datar menempel pada kulit (tidak membentuk bagian yang menonjol, seperti sisik
ataupun reaksi yang lain)
: dengan menjaga kebersihan badan dan pakaian serta menghindari penularan.
: Pemberian asam undersilenat atau anti jamur azol.

3. Piedra : Dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu White Piedra disebabkan oleh Trichosporon Beigelli
dan Black Piedra diakibatkan oleh Piedraia hortae.
Klinis
: terbentuknya nodul hitam keras di sekitar rambut kepala (Black piedra) terbentuk
nodul yang lebih halus pada rambut ketiak, kemaluan, janggut.
Pengobatan : Pemotongan rambut dan pemalkaian anti jamur tropikal.
4. Tinea Flavosa : Infeksi pada kulit kepala, kulit badan yang tidak berambut dan berkuku disebabkan
oleh Trichopyton schoenleinii.
Klinis
: Gejala awal berupa bintik-bintik putih pada kuli kepala kemudian membesar
membentuk kerak yang berwarna kuning kotor, Kerak sangat lengket, bila diangkat
akan meninggalkan luka basah. Dapat menyebabkan kebotakan yang menetap.
5. Otomycosis : Infeksi pada telinga luar dan liang telinga disebabkan oleh serangan
Aspergillus, Penicillium, Mocor, Rhizpus, Candida.
Klinis
: muncu rasa gatal dan sakit pada lubang telinga dan kulit sekitar. Jika
terjadi infeksi skunder oleh bakteri, akan menjadi bernanah.
Mikosis Kutan (dermatophyta)
Adalah infeksi yang disebakan oleh jamur yang menyerang pada daerah superfisial yang terkeratinisasi ,
yaitu kulit, rambut, kuku. Tidak ke jaringan yang lebih dalam.
1. Tinea pedis (kaki atlet) : Infeksi menyerang jaringan antara jari-jari kaki dan berkembang menjadi
vesikel-vesikel kecil yang pecah dan mengeluarkan cairan encer, disebabkan oleh Trichophyton
rubrum, T. Mentagrophytes, Epidemirmophyton floccosum.

Klinis
Pencegahan
Pengobatan

: Kulit antara jari kaki mengalami pengelupasan dan kulit pecah-pecah, dapat juga
terjadi infeksi skunder.
: Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
: Fase akut : rendam dalam kalium permanganat 1 : 5000 sampai peradangan mereda,
kemudian berikan bahan kimia anti jamur (asam benzoat, asam salisilat, krim asam
undersilat, krim mikonazol).
fase menahun : Berikan bahan kimia krim antijamur pada waktu malam dan bahan
kimia bedak antijamur pada siang hari.

2. Tinea Korporis, Tinea Kurtis (Kurap) : Menyerang kulit tubuh yang tidak berambut, disebabkan oleh
serangan jamur T. Rubrum, T metagrophytes, E. floccosum. Hifa tumbuh aktif ke arah pinggir cincin
stratum korneum yan belum terserang.
Klinis
: Sering menimbulkan lesi-lesi anuler kurap, dengan bagian tengah bersisik dikelilingi
oleh pingiran merah meninggi sering mengandung volikel. Waktu hifa menjadi tua
dan memisahkan diri menjadi artrospora, sel-sel yang mengandung artrosphora
mengelupas, sehinga pada beberapa kasus terdapat bagian tengah yang bersih pada
lesi kurap.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan.
Pengobatan : Gunakan asam benzoat, asam salisilat, krim asam undersilat, krim mikonazol.
3. Tinea kaptitis (kurap kulit kepala) : Infeksi microsporum terjadi pada masa kanak-kanak dan
biasanya aka sembuh pada saat memasuki masa puberitas. Sedangkan jika infeksi disebabkan oleh
Trichophyon yang tidak diobati akan menetap sampai dewasa.
Klinis
: infeksi dimulai pada kulit kepala , selanjutnya ermofita tumbuh ke bawah mengikuti
dinding keratin folikel rambut. Infeksi pada rambut terjadi di atas akar rambut.
Rambut menjadi mudah patah dan meninglakna potongannya yang pendek. Pada
bagian kulit kepala yang botak terlihat bentuk kemerahan, edema, bersisik dan
membentuk vesikel, pada kasus yang lebih parah dapat menyebabkan peradangan
dan mengarah pada mikosis sistemik.
Pencegahan : Jaga kebersihan badan dan lingkungan. Kasus-kasus sporadis biasanya diperoleh
dari anjing atau kucing. Mencegah penggunaan gunting dan alat cukur untuk
bersama. Hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.
Pengobatan : pada infeksi kuli kepala rambut dapat dicabut degan tangan, sering keramas dan
mengunakan krim antijamur mikonizol.
Mikosis Subkutan
Adalah Infeksi oleh jamur yang mengenai kulit, mengenai lapisan bawah kulit meliputi otot dan
jaringan konektif (jaringan subkutis) dan tulang.
1. Sporotrichosis : Akibat infeksi Sporothrix schenckii, yang merupakan jamur degan habitat pada tumbuhtumbuhan atau kayu. Invasi terjadi ke dalam kulit melalui trauma, kemudian menyebar melalui aliran getah
bening.
Klinis
: Terbentuk abses atau tukak pada lokasi yang terinfeksi, Getah bening menjadi tebal, Hampir
tidak dijumpai rasa sakit, terkadang penyebaran infeksi terjadi juga pada persendian dan
paru-paru. Akibat secara histologi adalah terjadinya peradangan menahun, dan nekrosis.
Pengobatan : Pada kasus infeksi dapat sembuh dengan sendirinya walaupun menahun, meskipun
demikian dapat juga diberikan Kalium iodida secara oral selama beberapa minggu.
2. Kromoblastosis : infeksi kulit granulomatosa progresif lambat yang disebabkan oleh Fonsecaea pedrosoi,
Fronsecaea compacta, Phialophora verrucosa, Cladosporium carrionii. Habitat jamur ini adalah di daerah
tropik, terdapat di dalam tumbuhan atau tanah, di alam berada dalam keadaan saprofit.
Klinis
: Terbentuknya nodul verrucous atau plaque pada jaringan subkutan. Jamur masuk melalui
trauma ke dalam kulit biasanya pada tungkai atau kaki, terbentuk pertumbuhan mirip kutil
tersebar di aliran getah bening
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,
kebun dll.)

Pengobatan : Dilakukan pembedahan pada kasus lesi yang kecil, sedangkan untuk lesi yang lebih besar
dilakukan kemoterapi dengan flusitosin atau itrakonazol.
3. Mycetoma (madura foot) : Infeksi pada jaringan subkutan yang disebabkan oleh jamur Eumycotic mycetoma
dan atau kuman (mikroorganisme) mirip jamur yang disebut Actinomycotic mycetoma.
Klinis
: ditandai dengan pembengkakan seperti tumor dan adanya sinus yang bernanah. Jamur
masuk ke dalam jaringan subkutan melalui trauma,terbentuk abses yang dapat meluas
sampai otot dan tulang. Jamur terlihat sebagai granula padat dalam nanah. Jika tidak diobati
maka lesi-lesi akan menetap dan meluas ke dalam dan ke perifer sehingga berakibat pada
derormitas.
Pencegahan : Pemakaian sepatu pada saat beraktifitas di lingkungan terbuka ( lapangan tanah, sawah,
kebun dll.)
Pengobatan : dengan kombinasi streptomisin, trimetropin-sulfametoksazol, dan dapson pada fase dini
sebelum terjadi demorfitas. Pembuatan drainase melaui pembedahan dapat membantu
penyembuhan.
Mikosis Sistemik (profunda)
Adalah infeksi jamur yang mengenai organ internal dan jaringan sebelah dalam. Seringkali
tempat infeksi awal adalah paru-paru, kemudian menyebar melalui darah. Masing-masing jamur
cenderung menyerang organ tertentu. Semua jamur bersifat dimorfik, artinya mempunyai daya
adaptasi morfologik yang unik terhadap pertumbuhan dalam jaringan atau pertumbuhan pada
suhu 37oC. Mikosis subkutan akut kerapkali juga berdampak pada terjadinya mikosis sistemik
melalui terjadinya infeksi skunder.
1. Blastomikosis : infeksi yang terjadi melalui saluran pernafasan, menyerang pada kulit, paru-paru, organ
vicera tulang dan sistem syaraf yang diakibatkan oleh jamur Blastomycetes dermatitidis dan Blastomycetes
brasieliensi
Klinis
: Kasusnya bervariasi dari ringan hinga berat, pada kasus ringan biasanya dapat sembuh
dengan sendirinya. Berbagai gejala umum akibat mikosis ini tidak dapat dibedakan dengan
infeksi pernafasan bawah akut lain ( demam, batuk, berkeringat malam). Jika terjadi
penyebaran maka dapat mengakibatkan timbulnya lesi-lesi pada kulit di permukaan terbuka
(leher,muka, lengan dan kaki).
Pengobatan : melalui pemberian ketokonazol dan intrakonazol selama 6 bulan akan bermanfaat.
2. Kokodiodomikosis : disebabkan oleh Coccidiodes immitis yang hidup di tanah, mikosis ini menyerang paruparu.
Klinis
: Infeksi dapat terjadi melalui inhalasi, gejala yang umum timbul adalah demam, batuk, sakit
kepala, kompleks gejala tersebut dikenal sebagai demam valley atau desert rheumatism, dan
biasanya dapat sembuh dengansendirinya.
Pengobatan : setelah sembuh dari infeksi primer oleh Coccidiodes immitis biasanya telah terbentuk
imunitas terhadap infeksi serupa. Pada kasus penderita dengan difisiensi imun maka
diberikan amfoterisin B dan diikuti dengan pemberian azol oral dalam beberapa bulan.
3. Hitoplasmosis : Disebabkan oleh Hitoplasma capsulatum, jamur ini hidup pada tanah dengan kandungan
nitrogen tinggi (tanah yang terkontaminasi dengan kotoran unggas atau ternak)
Klinis
: Infeksi terjadi melalui proses pernafasan. Konidia yang terhirup diliputi oleh makrovag
areolar akhir-nya berkembang menjadi sel-sel bertunas. Meskipun infeksi dapat menyebar
secara cepat namun 99% infeksi bersifat asimtomatik. Gejala yang timbul berupa sindroma
flu yang dapat sembuh dengan sendirinya. Pada kasus penderita dengan defisiensi imun,
hipoplasmosis dapat berakibat pada terjadinya pembengkakan limpa dan hati, demam tinggi,
anemia. Juga dapat terjadi tukak-tukak pada hidung, mulut lidah, dan usus halus.
Pengobatan : Setelah sembuh dari infeksi ini maka akan terbentuk imunitas dalam tingkat tertentu yang
mencegah terjadinya infeksi serupa. Jika infeksi telah menyebar maka pemberian
amfoterisin B sering kali dapat menyembuhkan. Akan tetapi pada penderita AIDS
diperlukan terapi khusus.

4. Parakoksidiomikosis : Mikosis yang diakibatkan oleh jamur Paracoccidioides brasiliensis (Blastomyces


brasiliensis). Organisme infektif terhirup pada proses pernafasan.
Klinis
: Gejala yang terlihat antara lain adalah pembesaran kelenjar getah bening atau gang-guan
gastrointestinal. Pada awal infeksi akan terbentuk lesi-lesi pada paru-paru, kemudian
penyebarannya terjadi menuju limpa, hati, selaput mukosa dan kulit.
Pengobatan : pemberian sulfoamida secara oral, terbukti efektif pada Parakoksidiomikosis ringan, jika
penaganan tersebut belum menunjukkan hasil yang berarti maka diberikan keto-konazol,
sedangkan pada kasus yang lebih berat, maka digunakan Amfoterisin
Institute for International Cooperation in Animal Biologics / The Center for Food Security and Public Health
Iowa State University. Dermatophytosis. Available from URL http://www.cfsph.iastate.edu (last updated in
2005; accessed August 23, 2011)
11.What are the factor that affect growth of fungi ?
Menurut Petrus 2005 & Utama 2004 faktor yang mempengaruhi adalah udara yang
lembab, lingkungan yang padat, sosial ekonomi yang rendah, adanya sumber
penularan disekitarnya, obesitas, penyakit sistemik, penggunaan obat antibiotik,
steroid, sitostatika yang tidak terkendali.

Modifikasi Green 1980 (Notoatmojo,2003) & Model segitiga epidemiologi John Goron (Subaris & Kristiawan,2009)
1. Faktor virulensi dari dermatofita
Virulensi ini tergantung pada afinitas jamur itu, apakah jamur Antropofilik, Zoofilik atau Geofilik. Selain afinitas ini masing-masing
jenis jamur ini berbeda pula satu dengan yang lain dalam afinitas terhadap manusia maupun bagian-bagian dari tubuh Misalnya :
Trikofiton rubrum jarang menyerang rambut, Epidermatofiton flokosum paling sering menyerang lipat pada bagian dalam.
2. Faktor trauma
Kulit yang utuh tanpa lesi-lesi kecil, lebih susah untuk terserang jamur.
3. Faktor-suhu dan kelembaban
Kedua faktor ini sangat jelas berpengaruh terhadap infeksi jamur, tampak pada lokalisasi atau lokal, di mana banyak keringat
seperti lipat paha dan sela-sela jari paling sering terserang penyakit jamur ini.
4. Keadaan sosial serta kurangnya kebersihan
Faktor ini memegang peranan penting pada infeksi jamur di mana terlihat insiden penyakit jamur pada golongan sosial dan
ekonomi yang lebih rendah, penyakit ini lebih sering ditemukan dibanding golongan sosial dan ekonomi yang lebih baik.
5. Faktor umur dan jenis kelamin
Penyakit Tinea kapitis lebih sering ditemukan pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, dan pada wanita lebih sering
ditemukan infeksi jamur di sela-sela jari dibanding pria dan hal ini banyak berhubungan dengan pekerjaan. Di samping

faktor-faktor tadi masih ada faktor-faktor lain seperti faktor perlindungan tubuh (topi, sepatu dan sebagainya) , faktor transpirasi
serta pemakaian pakaian yang serba nilan, dapat mempermudah penyakit jamur ini.

http://repository.usu.ac.id/bitstream

12.What are therapy of disease skenario ? pemeriksaan penunjang !

a. Penggolongan obat Jamur Topikal


Obat jamur kulit yang ada di Indonesia , antara lain:
1. Griseofulvin
Obat ini efektif untuk infeksi jamur di kulit, rambut, dan kuku yang disebabkan berbagai jamur
dermatofit seperti Trichophyton, Epidermophyton, dan Microsporum. Griseofulvin bekerja dengan
menghambat mitoisi jamur dengan mengikat protein mikrotubuler dalam sel.
2. Imidazol dan Triazol
Obat jamur golongan imidazol mempunyai spektrum yang luas. Kelompok ini adalah mikonazol,
klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan bifonazol. Angka penyembuhan tinea pedis dengan
mikonazol sebesar 95%.
3. Tolnaftat
Tolnaftat merupakan suatu tiokarbamat yang efektif untuk sebagian besar dermatofitosis yang
disebabkan T. Rubrum, T. metagrophites, T. tonsurans, E. Floccosum, M.canis, M. Auduoini dan
P.orbiculare tapi tidak efektif terhadap candida. Angka penyembuhan tolnaftat pada tinea pedis sebesar
80%.
4. Nistatin
Obat ini merupakan suatu antibiotik polien yang dihasilkan olehStreptomyces noursei. Nistatin
terutama digunakan infeksi kandida di kulit, selaput lendir dan saluran cerna.
5. Lainnya
kandisidin, asam benzoat dan asam salisilat, asam uindesilat, haloprogin,

natamisin,

siklopiroksolamin.
Pada infeksi umum, jamur tersebar di tubuh atau mengakibatkan infeksi dalam organ tubuh, yang
kadang-kadang dapat membahayakan jiwa.
b. Penggolongan Obat Jamur Sistemik
Obat jamur untuk infeksi jamur sistemik:
1.
Amfoterisin B. Obat ini dapat menghambat aktivitas Histoplasma capsulatum,
Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, beberapa spesies Candida, Torulopsis glabrata,
Rhodotorula, Blastomyces dermatitis, Paracoc braziliensis, beberapa strain Aspergillus,Sporotrichum
schenckii, Microsporum audiouini dan spesies Trichophyton.
2. Flusitosin. Obat ini efektif untuk pengobatan Kriptokokosis, Kandidosis, Kromomikosis,
Torulopsis dan Aspergilosis.
3. Ketokonazol dan Triazol. Sebagai turunan Imidazol, Ketokonazol mempunyai aktivitas
anti jamur baik sistemik maupun nonsistemik, Efektif terhadap Candida, Coccioides immitis,
Cryptococcus neoformans, H.capsulatum, B.dermatitidis, Aspergillus dan Sporothrix.
4. Kalium Iodida adalah obat terpilih untuk Cutaneous lymphatic sporotrichosis.
Infeksi jamur (mikosis) sistemik jarang dijumpai, tetapi berbahaya dan sifatnya kronis. Amfoterisin B
merupakan obat jamur yang efektif untuk infeksi sistemik yang berat. Dikarenakan toksisitasnya, obat
ini harus diberikan dengan infus di rumah sakit oleh tenaga medis yang kompeten.Amfoterisin B
berikatan kuat dengan sterol yang terdapat pada membran sel jamur. Ikatan ini akan menyebabkan
membran sel bocor sehingga terjadi kehilangan bahan intrasel dan mengakibatkan kerusakan yang

tetap pada sel.Disamping Amfoterisin B, Ketokonazol adalah suatu obat jamur untuk infeksi sistemik
yang berspektrum luas.
(Bahri dan Setyabudi, 2005)
Pemeriksaan Penunjang
Pengecatan KOH
CD4
CT Scan

Anda mungkin juga menyukai