Anda di halaman 1dari 3

1.

Terapi Anemia
Tujuan pengatasan anemia pada penderita gagal ginjal kronis adalah untuk meningkatkan
kapasitas pembawa oksigen sehingga mengurangi dyspnea, ortopenia, dan kelelahan, dan
untuk mencegah dampak jangka panjang seperti LVH dan mortalitas kardiovaskular.
a) ESA (Erithropoetin Stimulating Agent)
Manfaat pemberian erythropoietic stimulating agents (ESAs) pada pasien anemia CKD,
Tetapi tidak dapat mengoreksi Hb sampai ke range normal. Mekanisme ESA yaitu dengan
menstimulus sumsum tulang belakang untuk meningkatkan produksi sel darah merah. ESA
digunakan pada pasien yang Hbnya dibawah 100 g/L.

b) Terapi iron
Tujuan terapi iron untuk mengatasi defisiensi iron pasien anemia dan menjaga target level Hb.
Untuk pasien yang menerima terapi ESA dan memiliki Hb <110 g/L, iron harus diberikan
untuk menjaga keseimbangan ferritin >100 g/L
2. Terapi Proteinuria
Terapi anti-proteinuria bertujuan untuk mengurangi tubulointerstitial fibrosis maka akan
mengurangi progesi dari CKD. Semua terapi untuk mengurangi proteinuria harus
dioptimalkan pada kontrol tekanan darah (130/80 mmHg).

3. Terapi hyperkalemia
Pada gagal ginjal kronik jumlah nefron yang berfungsi menurun, sehingga ginjal tidak mampu
untuk menjaga keseimbangan Na+ karena adanya peningkatan jumlah garam dari konsumsi
garam. Jika asupan garam melebihi kapasitas kemampuan ekskresi dari sisa nefron yang
berfungsi, volume cairan ekstraseluler meningkat, akan terjadi edema maka akan
menyebabkan terjadinya hipertensi. Oleh karena itu perlu dilakukan pembatasan asupan Na+.
a) Kalium
Pada pasien gagal ginjal terjadi retensi elektrolit K+ menyebabkan hiperkalemia.

1. Menghindari penggunaan obat yang dapat menyebabkan atau memberikan kontribusi untuk
hiperkalemia
2. Membatasi asupan makanan K+ yaitu 40-60 mEq /hari
3. Terapi hyperkalemia dapat diberikan kalsium glukonas 10% secara IV, bikarbonat natrikus
50-150 secara iv dalam 15-30 menit, resin pengikat kalium (kayexalate) 25-50 g secara per
oral atau rektal
b) Fosfat
Meningkatnya fosfat dalam cairan tubuh menyebabkan mengerasnya jaringan lunak seperti
pengerasan pembuluh darah seperti aorta dan arteri koroner dan merangsang sekresi paratiroid
hormon (PTH)
Pengelolaan hyperphosphatemia meliputi (Anaizi, 2007) :
1. Pengurangan asupan makanan yang mengandung fosfat dilakukan dengan membatasi
jumlah minimal asupan kebutuhan protein. Protein tetap dibutuhkan untuk mencegah
malnutrisi.
Penghambatan penyerapan fosfat di usus dengan pengikat fosfat (phosphate binders).

Anda mungkin juga menyukai