Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Diagnosis dan intervensi komunitas
Diagnosis dan intervensi komunitas adalah suatu kegiatan untuk
menentukan adanya suatu masalah kesehatan di komunitas atau masyarakat
dengan cara pengumpulan data di lapangan dan kemudian melakukan intervensi
sesuai dengan permasalahan yang ada. Diagnosis dan intervensi komunitas
merupakan
suatu
prosedur
atau
keterampilan
dari
ilmu
kedokteran
Konsep Perilaku
behaviorini timbul
karena
perangsangan
tertentu.
Perangsangan
ini
disebut
reinforcing
sehubungan
dengan
pemulihan
kesehatan
(health
Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak
mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan
terhadap masalah yang dihadapi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang :
a) Faktor Internal
Merupakan faktor dari dalam diri sendiri, misalnya intelegensia, minat dan
kondisi fisik.
b) Faktor Eksternal
Merupakan faktor dari luar diri, misalnya keluarga, masyarakat, atausarana.
c) Faktor pendekatan belajar
Merupakan faktor yang berhubungan dengan upaya belajar, misalnya strategi
dan metode dalam pembelajaran.
Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu :
1) Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) terhadap suatu materi
yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (Comprehension)
Suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang
diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.
3) Aplikasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya
4) Analisis
Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
dan ada kaitannya dengan yang lain.
5) Sintesa
Sintesa menunjukkan suatu kemampuan
untuk
meletakkan
atau
Pengukuran
juga
dapat
dilakukan
secara
langsung,
yakni
dengan
kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu
sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem
nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa
kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk
suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat.Faktor-faktor ini
terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut
faktor pemudah.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors):
1
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari golongan Arbovirosis group A
dan B yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD),
Chikungunya dan Japanese Encephalitis (JE). Ketiga penyakit tersebut sama-sama
ditularkan oleh gigitan vektor nyamuk tetapi mempunyai beberapa perbedaan antara lain
jenis/spesies nyamuk penularnya, pola penyebaran, gejala penyakit, tata laksana
pengobatan maupun upaya pencegahannya.
Penyakit DBD mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1968 di Surabaya dan
Jakarta, dan setelah itu jumlah kasus DBD terus bertambah seiring dengan semakin
meluasnya daerah endemis DBD. Penyakit ini tidak hanya sering menimbulkan KLB
tetapi juga menimbulkan dampak buruk sosial maupun ekonomi. Kerugian sosial yang
terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota
keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk.
Pada tiga tahun terakhir (2008-2010) jumlah rata-rata kasus dilaporkan sebanyak
150.822 kasus dengan rata-rata kematian 1.321 kematian. Situasi kasus DBD tahun
2011 sampai dengan Juni 2011 dilaporkan sebanyak 16.612 orang dengan kematian
sebanyak 142 orang (CFR=0,85%). Dari jumlah kasus tersebut, proporsi penderita DBD
pada perempuan sebesar 50,33% dan laki-laki sebesar 49,67% . Disisi lain angka
kematian akibat DBD pada perempuan lebih tinggi dibanding laki-laki.
Situasi ini perlu diatasi dengan segera agar indikator kinerja/target pengendalian
DBD yang tertuang dalam dokumen RPJMN yaitu IR DBD pada tahun 2014 adalah
51/100.000 penduduk, serta ABJ sebesar 95% dapat dicapai. (Kemenkes RI, 2011)
2.5 Pengendalian Nyamuk Demam Berdarah
2.5.1 Pengertian Pengendalian Nyamuk Demam Berdarah
Target pengendalian DBD tertuang dalam dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kementerian
Kesehatan 2010-2014 dan KEPMENKES 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan
Minimal yang menguatkan pentingnya upaya pengendalian penyakit DBD di Indonesia
hingga ketingkat Kabupaten/Kota bahkan sampai ke desa. Melalui pelaksanaan program
pengendalian penyakit DBD diharapkan dapat berkontribusi menurunkan angka
kesakitan, dan kematian akibat penyakit menular di Indonesia.
Pengendalian DBD yang tepat adalah pemutusan rantai penularan yaitudengan
pengendalian vektornya, karena vaksin dan obat masih dalam prosespenelitian. Vektor
DBD sudah menyebar ke seluruh wilayah Indonesia, hal ini disebabkan oleh adanya
9
vektor
terpadu
atau
dikenal
sebagai
Integrated
Vector
vektor
biologi
menggunakan
agent
biologi
seperti
predator/pemangsa, parasit, bakteri, sebagai musuh alami stadium pra dewasa vektor
DBD. Jenis predator yang digunakan adalah Ikan pemakan jentik (cupang, tampalo,
10
gabus, guppy, dll), sedangkan larva Capung, Toxorrhyncites, Mesocyclops dapat juga
berperan sebagai predator walau bukan sebagai metode yang lazim untuk
pengendalian vektor DBD.
Jenis pengendalian vektor biologi :
Parasit : Romanomermes iyengeri
Bakteri : Baccilus thuringiensis israelensis
Golongan insektisida biologi untuk pengendalian DBD (Insect Growth
Regulator/IGR dan Bacillus Thuringiensis Israelensis/BTi), ditujukan untuk stadium
pra dewasa yang diaplikasikan kedalam habitat perkembangbiakan vektor.
Insect Growth Regulators (IGRs) mampu menghalangi pertumbuhan nyamuk
di masa pra dewasa dengan cara merintangi/menghambat proses chitin synthesis
selama masa jentik berganti kulit atau mengacaukan proses perubahan pupae dan
nyamuk dewasa. IGRs memiliki tingkat racun yang sangat rendah terhadap mamalia
(nilai LD50 untuk keracunan akut pada methoprene adalah 34.600 mg/kg ).
Bacillus thruringiensis (BTi) sebagai pembunuh jentik nyamuk/larvasida yang
tidak menggangu lingkungan. BTi terbukti aman bagi manusia bila digunakan dalam
air minum pada dosis normal. Keunggulan BTi adalah menghancurkan jentik
nyamuk tanpa menyerang predator entomophagus dan spesies lain. Formula BTi
cenderung secara cepat mengendap di dasar wadah, karena itu dianjurkan pemakaian
yang berulang kali. Racunnya tidak tahan sinar dan rusak oleh sinar matahari
3. Managemen
lingkungan
seperti
mengelola
ataumeniadakan
habitat
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
yang sejenis seminggu sekali.
Menggunakan kelambu
Permenkes
Nomor
374/Menkes/Per/III/2010
tentang
berbentuk
asap
(pengasapan/fogging)
yang
dilakukan
untuk
13
Polusi udara lebih kecil. Untuk target area dan efektifitas yang sama penggunaan
pestisida (dosis) dapat lebih kecil dibanding operasional thermal foging (dapat
sampai 50%nya).
Tidak ada bahaya kebakaran, karena ULV tidak memerlukan dorongan gas yang
panas
Tidak memberi dampak gangguan pada kesibukan kota dan keramaian lalu
lintas, karena fog ULV tidak mengganggu pengelihatan bila dibanding dengan
thermal fog
14
15
16
Variabe
l
Definisi
Operasional
Alat Ukur
Cara
Ukur
Skala
ukur
Hasil
Ukur
Variabel
1.
Perilaku
Pengendalian
Nyamuk
Demam
Berdarah
Kegiatan atau
aktivitas untuk
menurunkan
populasi
nyamuk
dengan
pencegahan
atau
pemberantasan
vektor nyamuk
Kuesi
oner
Wawa
ncara
Ordinal
2.
Pengetahuan
Segala sesuatu
yang
responden
ketahui
Kues
ioner
Waw Nomina
ancara l
Skor tiap
pilihan:
A=2, B=1, C=0
Baik : Bila
menjawab 1618 poin
Cukup : bila
menjawab 1215 poin
Kurang : bila
hanya
menjawab < 12
poin
Tiap jawaban
benar, skor : 2
Baik (Skor 812)
17
mengenai
pencegahan
nyamuk DBD
Buruk
(Skor <8)
3.
Sikap
Reaksi atau
respon
responden
terhadap
pengendalian
nyamuk DBD
Kues
ioner
Waw Ordinal
ancara
4.
Keyakinan
Sikap yang
ditunjukan
responden
setelah merasa
tahu mengenai
pencegahan
nyamuk DBD
Kues
ioner
Waw
ancara
5.
Lingkungan
Keadaan
sekitar
individu yang
berpengaruh
terhadap
pengendalian
nyamuk DBD
Kues
ioner
Wawa
ncara
6.
Sarana dan
Prasarana
Segala sesuatu
yang dapat
dipakai
sebagai alat
serta
penunjangnya
yang
memudahkan
pengendalian
Kues
ioner
Waw
ancara
Skor tiap
pilihan :
Sgt setuju=4
Setuju=3
Tidak Setuju=2
Sgt Tdk
setuju=1
Baik (Skor
>16)
Buruk (Skor
16)
Skor tiap
pilihan :
Sgt setuju=1
Setuju=2
Tidak Setuju=3
Sgt Tdk
setuju=4
Baik (Skor
>10)
Buruk (Skor
10)
Skor tiap
pilihan :
A = 2, B = 1, C
=0
Mempengaruhi
(Skor 4)
Tidak
Mempengaruhi
(Skor <4)
Skor tiap
pilihan :
A = 1, B = 0
Mendukung
(Skor 2)
Tidak
Mendukung
(Skor <2)
18
nyamuk DBD
19