BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Secara anatomi, kedua ginjal terletak pada setiap sisi dari kolumna tulang
belakang antara T12 dan L3. Ginjal kiri terletak agak lebih superior dibanding ginjal
kanan. Permukaan anterior ginjal kiri diselimuti oleh lambung, pankreas, jejunum,
dan sisi fleksi kolon kiri. Permukaan superior setiap ginjal terdapat kelenjar adrenal.
Fungsi utama ginjal adalah memproduksi urine. Pembentukan urine dimulai
dengan filtrasi sejumlah besar cairan yang bebas protein dari kapiler glomerulus ke
kapsula Bowman. Kebanyakan zat dalam plasma, kecuali untuk protein, difiltrasi
secara bebas sehingga konsentrasinya pada filtrat glomerulus dalam kapsula Bowman
hampir sama dengan plasma. Ketika cairan yang telah difiltasi meninggalkan kapsula
Bowman dan mengalir melewati tubulus, cairan diubah oleh reabsorpsi air dan zat
terlarut yang kembali ke dalam darah atau oleh sekresi zat-zat lain dari kapiler
peritubulus ke dalam tubulus.
Produksi urine akan memelihara homeostasis tubuh dengan meregulasi volume
dan komposisi dari darah melalui tiga proses berikut yaitu.
1.1.1 Filtrasi pada saat filtrasi, tekanan darah akan menekan air untuk menembus
membran filtasi. Pada ginjal, membran filtasi meliputi glomerulus,
1.1.2
1.1.3
diserap kembali adalah nutrien gizi yang diperlukan tubuh (seperti elektrolit).
Sekresi merupakan transportasi larutan dari peritubulus ke epitel tubulus
dan menuju cairan tubulus. Sekresi merupakan proses penting sebab filtrasi
tidak mengeluarkan seluruh material yang dibuang dari plasma.
Gagal ginjal akut (GGA) adalah suatu keadaan fisiologik dan klinik yang
ditandai dengan pengurangan tiba-tiba glomerular filtration rate (GFR) dan perubahan
kemampuan fungsional ginjal untuk mempertahankan eksresi air yang cukup untuk
keseimbangan dalam tubuh. Atau sindroma klinis akibat kerusakan metabolik atau
patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi yang nyata dan cepat
serta terjadinya azotemia. (Davidson 1984).
Gagal ginjal akut adalah penurunan laju filtrasi glomerulus secara tiba-tiba,
sering kali dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah, serta asidosis
metabolic dan hiperkalemia. ( D. Thomson 1992 : 91 ).
Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah penurunan fungsi ginjal mendadak dengan
akibat hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeostasis tubuh.
Akibat penurunan fungsi ginjal terjadi peningkatan metabolit persenyawaan nitrogen
seperti ureum dan kreatinin, serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang
seharusnya dikeluarkan oleh ginjal. Kriteria diagnosis GGA yaitu terjadinya
peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5 mg/dL per hari. Peningkatan
kadar ureum darah adalah sekitar 10-20 mg/dL per hari, kecuali bila terjadi keadaan
hiperkatabolisme dapat mencapai 100 mg/dL per hari.
Gagal Ginjal Akut adalah kemunduran yang cepat dari kemampuan ginjal
dalam membersihkan darah dari bahan-bahan racun, yang menyebabkan penimbunan
limbah metabolik di dalam darah (misalnya urea). Gagal ginjal aku juga merupakan
suatu keadaan klinis yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal secara mendadak
dengan akibat terjadinya peningkatan hasil metabolit seperti ureum dan kreatinin
(Lynda Juall carpernito).
1.2.1.2 Etiologi
Tiga kategori utama kondisi penyebab GGA adalah :
1. GGA prarenal
1) Hipovolemia
a)
Pendarahan
b)
Kehilangan cairan melalui GIT seperti muntah dan diare
2) Penurunan volume vaskular efektif
a)
Sepsis akibat vasodilatasi
b)
Luka bakar, trauma akibat pengumpulan cairan di ruang ketiga
c)
Sindrom nefrotik akibat hipoalbuminemia dan edema yang hebat.
3) Penurunan cardiac output
a)
Gagal jantung
b)
Kardiomiopati
c)
Pasca bedah jantung
2. GGA renal / intrinsik
1) Kelainan vaskular intrarenal
a)
Sindrom hemolitik uremik (trias anemia hemolitik mikroangiopati,
trombositopenia, gagal ginjal akut)
b)
Trombosis arteri/vena renalis
c)
Vaskulitis misalnya pada poliarteritis nodosa, purpura Schonlein
Henoch Pupura Henoch Schonlein adalah vaskulitis sistemik pembuluh
darah kecil akibat reaksi imunologis, yang secara primer menyerang kulit,
saluran cerna, sendi, & ginjal.
2) Glomerulonefritis
a)
Pasca streptokokus
b)
GN kresentik: idiopatik dan sindrom Goodpasture.
3) Nefritis interstisial
a)
Obat
b)
Infeksi
c)
Pielonefritis
4) Kerusakan tubulus
a. Nekrosis tubular akut
a) Tipe iskemik: GGA prarenal yang berlangsung lama
b) Tipe nefrotoksik: obat aminoglikosida, hemoglobinuria, mioglobinuria
b. Anomali Kongenital ginjal
a) Agenesis ginjal
b) Ginjal polikistik
c) Ginjal hipoplastik - displastik
3. GGA pascarenal (uropati obstruktif)
a. Kelainan kongenital
a)
Katup uretra posterior
b)
Obstruksi ureter bilateral pada hubungan ureterovesika
b. Didapat
a)
Batu atau bekuan darah bilateral
b)
Kristal asam jengkol
c)
Asam urat
c. Tumor
Menurut referensi lainnya Gagal ginjal akut disebabkan karena
Tiga kategori utama kondisi penyebab GGA adalah :
1. B.1. Pra Renal
1) Dimana aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan turunnya laju filtrasi
2)
3)
4)
5)
6)
glomerulus.
Penurunan volume vaskuler
Kehilangan darah/plasma : perdarahan luka baker
Kehilangan cairan ekstraselluer : muntah,diare
Kenaikan kapasitas kapiler : Sepsis, Blokade ganglion, Reaksi anafilaksis
Penurunan curah jantung/kegagalan pompa jantung : Renjatan kardiogenik,
mekanisme
hemolisis
melewati
membran
glomerulus
dan
Oleh karena berbagai sebab prarenal, volume sirkulasi darah total atau efektif
menurun, curah jantung menurun, dengan akibat aliran darah ke korteks ginjal
menurun dan laju filtrasi glomerulus (LFG) menurun. Tetapi fungsi reabsorbsi
tubulus terhadap air dan garam terus berlangsung. Oleh karena itu pada GGA prarenal
ditemukan hasil pemeriksaan osmolalitas urin yang tinggi >300 mOsm/kg dan
konsentrasi natrium urin yang rendah <20 mmol/L serta fraksi ekskresi natrium
(FENa) yang rendah (<1%). Sebaliknya bila telah terjadi nekrosis tubulus (GGA
renal) maka daya reabsorbsi tubulus tidak berfungsi lagi. Ditemukan kadar
osmolalitas urin yang rendah <300 mOsm/kg sedangkan kadar natrium urin tinggi
>20 mmol/L dan FENa urin juga tinggi (>1%). Pemeriksaan ini dapat digunakan
untuk membedakan apakah pasien GGA prarenal yang terjadi sudah menjadi GGA
renal. GGA renal terjadi apabila hipoperfusi prarenal tidak cepat ditanggulangi
sehingga terjadi kerusakan parenkim ginjal. Pembedaan ini penting karena GGA
prarenal memberi respons diuresis pada pemberian cairan adekuat dengan atau tanpa
diuretika, sedangkan pada GGA renal tidak.
Beberapa mekanisme terjadi pada hipoperfusi. Peningkatan pelepasan renin dari
aparatus jukstaglomerularis menyebabkan peningkatan produksi aldosteron, di mana
terjadi peningkatan resorbsi natrium di tubulus kolektivus. Sebagai tambahan,
penurunan volume cairan ekstraseluler menstimulasi pelepasan hormon antidiuretik
(ADH), terjadilah peningkatan absorbsi air di medulla. Hasil akhirnya adalah
penurunan volume urin, penurunan kadar natrium urin, yang semuanya adalah
karakteristik dari GGA prarenal. Penyebab tersering GGA prarenal pada anak adalah
dehidrasi berat karena muntah dan diare, perdarahan, luka bakar, syok septik, sindrom
nefrotik, pembedahan jantung, dan gagal jantung.
2. GGA renal
Berdasarkan etiologi penyakit, penyebab GGA renal dapat dibagi menjadi
beberapa kelompok: kelainan vaskular, glomerulus, tubulus, interstisial, dan anomali
kongenital. Tubulus ginjal yang merupakan tempat utama penggunaan energi pada
ginjal, mudah mengalami kerusakan bila terjadi iskemia atau oleh obat nefrotoksik
oleh karena itu kelainan tubulus berupa nekrosis tubular akut adalah penyebab
tersering dari GGA renal.
1) Kelainan Tubulus ( Nekrosis Tubular Akut / NTA)
NTA mengacu pada temuan histologik yang sering terdapat pada GGA.
Bentuk nekrosis tubulus ada 2 tipe. Tipe pertama terjadi akibat zat nefrotoksik
misalnya merkuriklorida; terjadi kerusakan sel-sel tubulus yang luas
(tubulolisis) tetapi membran basal tubulus tetap utuh. Sel-sel tubulus yang
mengalami nekrosis masuk ke lumen tubulus dan dapat menyumbat lumen.
Tipe kedua akibat iskemia, kerusakan terjadi lebih distal dan setempat dengan
kerusakan fokal pada membran basal tubulus (tubuloreksis). NTA tipe iskemik
ditemukan akibat gastroenteritis dehidrasi, sindrom nefrotik, luka bakar,
septisemia gram negatif dan asfiksia perinatal, sedangkan tipe nefrotoksik
ditemukan akibat karbon tetraklorida, hemoglobin, atau mioglobinuria, obat
aminoglikosida.
Mekanisme terjadinya gagal ginjal pada NTA masih belum jelas.
Beberapa mekanisme yang dianggap berperan adalah perubahan hemodinamik
intrarenal, obstruksi tubulus oleh sel dan jaringan yang rusak dan perembesan
pasif filtrat tubulus melalui dinding tubulus yang rusak masuk ke jaringan
interstisial dan peritubular. Pada GGA aliran darah ginjal menurun 40-50%,
daerah korteks lebih terkena daripada medula. Beberapa mediator diduga
berperan sebagai penyebab vasokonstriksi ginjal yaitu angiotensin II,
menurunnya vasodilator prostaglandin, stimulasi saraf simpatis, vasopresin, dan
endotelin.
2) Kelainan Vaskular
Kelainan vaskular sebagai penyebab GGA dapat berupa trombosis atau
vaskulitis. Trombosis arteri atau vena renalis dapat terjadi: pada neonatus yang
mengalami kateterisasi arteri umbilikalis, diabetes melitus maternal, asfiksia
dan kelainan jantung bawaan sianotik. Pada anak besar kelainan vaskular yang
menyebabkan GGA ditemukan pada pasien Sindrom Hemolitik Uremik (SHU).
SHU adalah penyebab GGA intrinsik tersering yang dikarenakan kerusakan
5) Kelainan interstisial
Ditemukan pada:
a. Nefritis interstisial akut misalnya pada pasien artritis rheumatoid juvenil atau
pemakaian obat-obatan
b. Pielonefritis akut. Lebih sering ditemukan pada neonatus dan sering disertai
sepsis.
6) Anomali congenital
Anomali kongenital yang dapat menyebabkan GGA ialah:
a. Agenesis ginjal bilateral
b. Ginjal hipoplastik
c. Ginjal polikistik infantil Terjadinya GGA karena jumlah populasi nefron
sedikit atau tidak ada sama sekali.
3. GGA pascarenal
Obstruksi aliran urin dapat bersifat kongenital atau didapat. Istilah obstruksi
pascarenal adalah obstruksi yang terjadi distal dari nefron. GGA pascarenal terjadi
ketika obstruksi melibatkan kedua ginjal atau satu ginjal pada orang dengan satu
ginjal. Kelainan kongenital yang paling sering menyebabkan GGA pascarenal adalah
katup uretra posterior. Di Indonesia GGA pascarenal didapat biasanya adalah akibat
dari kristal-kristal jengkol (intoksikasi jengkol). Mirip dengan GGA prarenal,
kerusakan parenkim ginjal dapat minimal, dan tergantung dari lamanya obstruksi
berlangsung serta sifat kepenuhan obstruksi. GGA pascarenal biasanya reversibel
apabila dikenali dan dikoreksi secara dini.
Adaptasi fungsional ginjal terhadap obstruksi terjadi sejalan dengan waktu.
Pada stadium awal, aliran darah ginjal biasanya meningkat walaupun LFG dan
volume urin menurun. Osmolalitas urin dapat tinggi dengan konsentrasi natrium urin
yang rendah seperti yang terlihat pada GGA prarenal. Stadium ini berlangsung cepat
dan sering tidak dikenali. Stadium akhir ditandai dengan penurunan aliran darah ke
ginjal dan disfungsi tubular sehingga menghasilkan urin yang encer dengan
peningkatan konsentrasi natrium. Hilangnya obstruksi pada fase awal GGA dapat
mengakibatkan diuresis yang berlebihan, di sini berperan faktor intrinsik dalam ginjal
dan juga akibat penumpukan cairan pada saat oligo/anuria. Makin lama obstruksi,
makin sedikit kemungkinan LFG untuk pulih kembali. Obstruksi kurang dari 7 hari
sangat mungkin dapat mengalami perbaikan LFG secara penuh, tetapi lebih lama
kemungkinan ini bertambah sedikit. Bukti yang ada saat ini menunjukkan bahwa
obstruksi jangka pendek (72 jam) ternyata sudah menimbulkan kerusakan permanen
pada nefron, dan pulihnya LFG kembali normal adalah akibat dari hiperfiltrasi nefron
yang masih sehat. Tergantung pada derajat dan durasi obstruksi, pengeluaran urin
dapat bervariasi dari tidak sama sekali sampai beberapa liter per hari. Tetapi
pengeluaran urin saja tidak dapat dipakai untuk membedakan GGA pascarenal dari
GGA prarenal dan GGA renal/intrinsik.
4. GGA pada Gagal Ginjal Kronik (GGK)
Salah satu yang harus dicari dan disingkirkan dalam menghadapi pasien GGA
adalah apakah pasien tidak menderita GGA pada GGK atau bahkan suatu gagal ginjal
terminal. GGA pada GGK terjadi apabila pasien GGK mengalami diare akut dengan
dehidrasi, infeksi saluran kemih, obstruksi saluran kemih. Untuk mencari kedua
kemungkinan tersebut maka perlu ditanyakan riwayat dan gejala penyakit gagal ginjal
kronik sebelumnya, antara lain:
a. Apakah ada riwayat atau gejala penyakit ginjal sebelumnya seperti hematuria,
bengkak, sering sakit kencing, dll.
b. Apakah ada keluarga yang menderita penyakit ginjal yang membuat kita berpikir
ke arah nefropati herediter misalnya; Sindrom Alport, ginjal polikistik, dll.
c. Adanya hambatan pertumbuhan.
d. Bila pasien hipertensi, apakah ada tanda-tanda retinopati hipertensif kronik.
e. Adanya anemia berat juga merupakan tanda dari GGK, akan tetapi penilaian harus
hati-hati, karena prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi, dan adanya
hemodilusi pada pasien GGA yang mendapat pemberian cairan berlebih
sebelumnya.
f. Bila perlu dilakukan bone survey untuk menemukan tanda osteodistrofi ginjal.
g. Pemeriksaan radiologi ginjal (USG, foto polos abdomen) untuk melihat
pengerutan kedua ginjal dan hidronefrosis bilateral lanjut.
Menurut referensi lainnya beberapa kondisi berikut yang menyebabkan
pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi,
penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif, obstruksi ginjal atau traktus
urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau ginjal, obstruksi vena atau arteri
bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki sebelum ginjal rusak secara
permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang berhubungan dengan
gagal ginjal akut dapat ditangani. Terdapat 5 stadium gagal ginjal akut yaitu :
Chronic renal failure (CRF) berbeda dengan acute renal failure (ARF). Pada
CRF kerusakan ginjal bersifat progresif dan irreversibel. Progresifitas CRF melewati
lima tahap. Gagal ginjal kronik selalu berkaitan dengan penurunan progresif laju
filtrasi glomerulus (Muttaqin, 2011: 167). Stadium-stadium gagal ginjal kronik
didasarkan pada tingkat LFG (laju filtrasi glomerulus) yang tersisa dan terdiri dari
(Admin, 2013).
1) Stadium 1
Kerusakan ginjal dengan GFR normal (90 atau lebih). Kerusakan pada
ginjal dapat dideteksi sebelum GFR mulai menurun. Pada stadium pertama
penyakit ginjal ini, tujuan pengobatan adalah untuk memperlambat perkembangan
CKD dan mengurangi risiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
10
2) Stadium 2
Kerusakan ginjal dengan penurunan ringan pada GFR (60-89). Saat fungsi
ginjal kita mulai menurun, dokter akan memperkirakan perkembangan CKD kita
dan meneruskan pengobatan untuk mengurangi risiko masalah kesehatan lain.
3) Satdium 3
Penurunan lanjut pada GFR (30-59). Saat CKD sudah berlanjut pada stadium ini,
anemia dan masalah tulang menjadi semakin umum. Kita sebaiknya bekerja
dengan dokter untuk mengobati masalah ini.
4) Stadium 4
Penurunan berat pada GFR (15-29). Teruskan pengobatan untuk komplikasi
CKD dan belajar semaksimal mungkin mengenai pengobatan untuk kegagalan
ginjal. Masing-masing pengobatan membutuhkan tindakan untuk memperbesar
dan memperkuat pembuuh darah dalam lengan agar siap menerima pemasukan
jarum secara sering. Penurunan fungsi ginjal sudah berat dan perlu
dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan hemodialisis. Untuk dialisis peritonea,
sebuah kateter harus diatanam dalam perut kita. Atau mungkin kita ingin minta
anggota keluarga atau teman menyumbang satu ginjal untuk dicangkok.
5) Stadium 5
Kegagalan ginjal (GFR di bawah 15). Saat ginjal kita tidak bekerja cukup untuk
menahan kehidupan kita, kita akan membutuhkan dialisis atau pencangkokan
ginjal
Dalam klinik GFR ditentukan dengan:
1) Endogenous creatinine clearance (Hasil Endogen CR.CL=10-15% inuline CL)
a. Kumpul urine 24 jam
b. Ukur creatinin urin
c. Ukur creatinin plasma selama periode pengumpulan urin.
d. Hitung rumus GFR dengan rumus
GFR = creat.excreted (mg/mnt)=..ml/mnt
Plasma creatinin (mg/mnt)
Karena GFR merupakan fungsi dari luas permukaan tubuh (body surface
area=BSA), hasilnya harus dikoreksi dengan standart BSA orang dewasa
Standart BB orang dewasa = 66,5 Kg
BSA = (0.02x66,5)+0.40= 1,73 M2
Corrected CR.CL = Patients CR x 1.73 = C CR
Patients BSA
2) GFR yang paling diukur dengan
a. Inuline clearance
11
b. Iothalamate clearance
c. Sebagai GUIDE untuk ukuran GFR dapat dipakai serum creatine level
d. GUIDE lainnya : level BUN ifant child, 1.5 mg/dl-normal
Kerusakan
sel tubulus
Penurunan
aliran
darah
Penurunan
aliran
darah
Pe
pelepasan
NaCl ke
macula densa
Obstruksi
tubulus
Kerusakan
glomerulus
Kebocoran
fitrat
Penurunan
ultrafiltrasi
glomerulus
Penurunan
GFR
Retensi Cairan
interstisial
dan pH
Diuresis
ginjal
Endema paru
Asidosis
metabolik
Devisit
Volume
cairan
Pola napas
tidak efektif
Penurunan
pH pada
cairan
serebro
Penurunan
perfusi
serebral
Deficit neurologic
Risiko tinggi
kejang
Respons psikolog
Penurunan produksi
urine Azotemia
Kecemasan
Pemenuhan
Informasi
Akskresi
Kalium
menurun
Peningkatan
metabolit
pada
jaringan otot
Ketidakseimban
gan elektrolit
Kerusakan
hantaran
impuls saraf
Risiko
aritmia
Peningkatan
kelelahan
otot Kram
otot
Perubahan
konduksi
elektrikal
jantung
Curah
jantung
Peningkatan
metabolit
pada
Gastrointestin
Bau ammonia
pada mulut.
Mual, muntah,
anoreksia
Kelemahan
fisik
Respons
nyeri
Intake nutrisi
tidak adekuat
Nyeri
Gangguan
ADL
Pemenuhan
nutrisi
12
atau
13
14
2. Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat
sementara untuk menangani heperkalemia) Natrium polistriren sulfonat (kayexalate)
(terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan dengan tindakan jangka panjang
lain) Pembatasan diit kalium Dialisis.
Keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan masalah utama pada gagal
ginjal akut ; hiperkalemia merupakan kondisi yang paling mengancam jiwa pada
gangguan ini. Oleh karena itu pasien dipantau akan adanya hiperkalemia melalui
serangkaian pemeriksaan kadar elektrolit serum ( nilai kalium > 5.5 mEq/L ; SI : 5.5
mmol/L), perubahan EKG (tinggi puncak gelombang T rendah atau sangat tinggi),
dan perubahan status klinis. Pningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan
pemberian ion pengganti resin (Natrium polistriren sulfonat [kayexalatel]), secara
oral atau melalui retensi enema.
3. Menurunkan laju metabolisme
a. Tirah baring
b. Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
4. Pertimbangan nutrisional
a. Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
b. Tinggi karbohidrat
c. Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi,
maksimal 2 gram/hari
d. Bila perlu nutrisi parenteral
5. Merawat kulit
a. Masase area tonjolan tulang
b. Alih baring dengan sering
c. Mandi dengan air dingin
6. Koreksi asidosis
a. Memantau gas darah arteri
b. Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
c. Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk
mengurangi keasaman
7. Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal
akut yang serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki
15
16
17
dilakukan
tindakan
Nic
Fluid balance management :
keperawatan
ada
dyspneu/ortopneu
3. Terbebas dari distensi vena jugularis,
4. Memelihara tekanan vena sentral, tekanan
jika
diperlukan
3. Monitor hasil lab yang sesuai
dengan retensi cairan (BUN ,
cairan
8. Monitor status nutrisi
9. Berikan diuretik sesuai interuksi
10. Kolaborasi pemberian obat:
11. Monitor berat badan
12. Monitor elektrolit
13. Monitor tanda dan gejala dari
odema
Nic
18
Nutritional management :
Weight Control
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
tubuh
kreteria hasil:
nutrisi
dapat
kurang
teratasi
untuk
menentukan
kalori
dan
nutrisi
jumlah
yang
dari
dibutuhkan pasien
dengan 3. Yakinkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
1.
2.
3.
4.
5.
jaringan
konjungtiva
12. Monitor intake nuntrisi
13. Informasikan pada klien dan
keluarga
nutrisi
14. Kolaborasi
tentang
dengan
manfaat
dokter
19
berhubungan
dengan
penurunan
produksi
energi
Nic
Energy Management :
Energy Conservation
Nutritional Status: Energy
terhadap
pucat,
1.
2.
3.
4.
5.
6.
aktivitas
tekanan
(takikardi,
hemodinamik
20
4: sering menunjukan
aktivitas
untuk
mencegah
kelelahan
8.Jelaskan pada pasien hubungan
kelelahan
dengan
penyakit
9.Kolaborasi
tentang
dengan
cara
proses
ahli
gizi
meningkatkan
meningkatkan
(membaca,
relaksasi
mendengarkan
musik)
13. Tingkatkan pembatasan bedrest
dan aktivitas
14. Batasi stimulasi
lingkungan
Nic
dilakukan
tindakan
dari
dan keluarga
2. Jelaskan
patofisiologi
keluarga
menyatakan
21
yang
biasa
muncul
pada
bagi
keluarga
tentang
kemajuan
pasien
mengeksplorasi
mendapatkan
untuk
atau
second
opinion
22
23
yang tepat
8. Mendiskusikan pilihan terapi atau penanganan
9. Mendukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
10. Mengeksplorasikan kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang
tepat
1.1.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi yang merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dilakukan
dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau tidak.
1. Haluaran urine tepat dengan berat jenis/hasil laboratorium mendekati normal;
berat badan stabil; tanda vital dalam batas normal; tak ada edema.
2. Mempertahankan/meningkatkan berat badan seperti yang diindikasikan.
3. Melaporkan perbaikan rasa berenergi.
4. Menyatakan pemahaman kondisi/proses penyakit, prognosis dan pengobatan.
1.3 Konsep Dasar Gagal Ginjal Kronik
24
25
26
Pada tahap ini, beberapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, diantaranya:
(1) Laju filtrasi glomerulus 10-20% normal.
(2) BUN dan kreatinin serum meningkat.
(3) Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic.
(4) Poliuria dan nokturia.
(5) Gejala gagal ginjal
Pada tahap ini, penderita merasakan beberapa gejala, antara lain mual,
muntah, nafsu makan berkurang, sesak napas, pusing, sakit kepala, air kemih
berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan mengalami penurunan kesadaran
hingga koma. Oleh karena itu, penderita tidak dapat melakukan tugas seharihari.
4) Stadium IV (End Stage Meal Disease/ESRD)
Pada tahap ini, bebrapa hal yang terjadi dalam tubuh penderita, diantaranya:
Pada tahap ini, bebrapa hal yang terjadi dalam tubuh pasien, diantaranya:
(1) Lebih dari 85% nefron tidak berfungsi
(2) Laju filtrasi glomerulus kurang dari 10% normal
(3) BUN dan kreatinin tinggi.
(4) Anemia, azotemia, dan asidosis metabolic.
(5) Berat jenis urine tetap 1,010
(6) Oliguria
(7) Gejala gagal ginjal.
Pada stadium akhir, kurang lebih 90% masaa nefron telah hancur. Nilai GFR
10% dibawah batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan
kurang dari jumlah tersebut. Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar
BUN juga meningkat secara mencolok.
Pada stadium akhir gagal ginjal, pasien tidak sanggup mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya, pasien menjadi
oliguria (Pengeluaran kemih kurang dari 500ml/hari karena kegagalan
glomerulus). Pada stadium akhir gagal ginjal, pasien harus mendapatkan
pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau dialysis.
5) Stadium V
Pada stadium akhir, kurang dari 90% masa nefron telah hancur. Nilai GFR 10% di
bawah batas normal dan kadar kreatinin hanya 5-10 ml/menit, bahkan kurang dari
jumlah tersebut. Selain itu, peningkatan kreatinin serum dan kadar BUN juga
meningkat secara mencolok.
Pada stadium akhir aggal ginjal kronik, pasien tidak sanggup mempertahankan
homeostasis cairan dan elektrolit didalam tubuh. Biasanya pasien menjadi
27
28
Penurunan kadar kalsium serum menyebabkan sekresi dari parathormon dan kelenjar
parathiroid.
Adanya gagal ginjal tubuh tidak berespon terhadap peningkatan parathormon
akibatnya kalsium ditulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan
penyakit tulang.
29
Web Of Caution
PenurunanIskemi
fungsidan
glomerulus
infeksi nefron
Angiopati
nefron
sehingga
ginjal Vaskularisasi
jar. Ginjal
<
Kerusakan
jaringan
da
Jaringan ginjal < O dan nutrisi
Gagal Ginjal
Pencernaan
Kulit
Hematologi
Kardiovaskular
En
Ggn.Metab.protein
>Urokrom Gatal ekskariosis
Anaemia
Restless Leg sindrom.Hipertensi Ggn.Sek
Ggn.Tole
Ureum > daripada
Urea Frost
air liur
Ggn Fungsi
Burning Feet sindrom.Odema
Ggn.Me
Cegukan
dan Trombositopeni
Ensepalopati
lemak
Gastritis
Ggn Fungsi
metab.
Ggn.Me
leukosit
Miopati
30
31
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan, kedutan otot, kejang, perubahan tingkat
kesadaran, tidak mampu berkonsentrasi).
1.3.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Suyono (2001), untuk menentukan diagnosa pada GGK dapat
dilakukan cara sebagai berikut:
1. Pemeriksaan laboratorium
Menentukan derajat kegawatan GGK, menentukan gangguan sistem dan
membantu menetapkan etiologi.
2
Pemeriksaan USG
Untuk mencari apakah ada batuan, atau massa tumor, juga untuk mengetahui
untuk
32
Anemia
Neuropati perifer
Komplikasi karidiopulmoner
Komplikasi GI
Disfungsi seksual
Defek skeletal
Parestesia
Disfungsi saraf motorik, seperti foot drop dan paralisis flasid
Fraktur patologis.
33
(2) Adanya gejala panas atau menggigil, sering lelah, perubahan berat badan,
perubahan nafsu makan, sering haus, retensi cairan, sakit kepala, pruritus, dan
penglihatan kabur.
3. Riwayat kesehatan sebelumnya
Kelainan yang mempengaruhi fungsi ginjal atau traktus urinarius (diabetes
mellitus, hipertensi, trauma abdomen, cedera medula spinalis, kelainan neurologi lain,
lupus eritematosus sistemik, scleroderma, infeksi.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Kaji adanya riwayat penyakit ginjal pada keluarga atau penyakit turunan seperti
penyakit infeksi saluran kemih, hipertensi, sindrom alports dan penyakit keluarga
lainnya.
5. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Meliputi keadaan status kesehatan secara umum, meliputi : status mental,
tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik sistem perkemihan, latergi, lemah, sianosis, dan
kerusakan integritas kulit.
2) Teknik pemeriksaan fisik kemungkinan adanya kelainan yang ditemukan
(1) Inspeksi
Catat turgor, warna kulit, kerusakan kulit, dan lain-lain.Palpasi
(2) Ginjal
Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk
mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi. Jangan lakukan
palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung
iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi
retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal.
Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada
laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek
kongenital. Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke
neoplasma atau patologis renal yang serius. Pembesaran kedua ginjal,
34
35
4) Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral b/d Iritasi kimia,
perubahan urea dalam saliva menjadi amonia.
1.3.2.3 Intervensi Keperawatan
1. Kerusakan integritas kulit, berhubungan dengan sirkulasi (anemia dengan iskemia
jaringan) dan sensasi(neuropati perifer).
Kriteria Hasil : Mempertahankan kulit utuh, menunjukkan prilaku atau teknik untuk
mencegah kerusakan/cidera kulit.
Intervensi
Rasional
Mandiri
Inspeksi
warna,
kulit
terhadap
perubahan Menandakan
area
kemerahan,
ekskoriasi.
sirkulasi
yang
Observasi menimbulkan
dapat
pembentukan
dikubitus/infeksi.
Mendeteksi
adanya
dehidrasi
atau
tingkat seluler.
Jaringan edema lebih cenderung
edema.
rusak/robek.
Menurunkan
menurunkan
terbatas/pembentukan edema.
Soda kue, mandi dengan
menurunkan
tekanan
pada
iskemia.
gatal
dan
edema,
Peninggian
tepung
mengurangi
36
S3/s4
Rasional
dengan
tonus
muffled,
dan
edema/
distensi
jugular
menunjukan ggk.
Kaji adanya/derajat hipertensi: awasi td: Hipertensi bermakna dapat terjadi
perhatikan perubahan postural, contoh karena
duduk, berbaring, berdiri.
gangguan
aldosteron
pada
sistem
renin-angiotensin
pada
ggk
dapat
nyeri,kurang
lebih
apakah tidak menetap dengan inspirasi pasien ggk dengan dealisis mengalami
37
Evaluasi
bunyi
jantung
(perhatikan Adanya
hipertensi
tiba-tiba.
penyempitan
penurunan/tak
Nadi
tekanan
adanya
nadi
penyimpangan
menunjukan
mental
cepat
tanponade,
yang
tingkat
aktivitas,
respons
terhadap aktivitas.
pada
tingkat
kesepian
berdasarkan
informasi
yang
akurat,
Rasional
Mandiri
Yakinkan persepsi/pemahaman
pasien.
Program terapi mungkin tidak sesuai
38
pasien
secara
internal
cenderung
menjadi
4. Resiko tinggi terhadap perubahan membran mukosa oral b/d Iritasi kimia,
Hasil
mempertahankan
integritas
membram
mukosa,
Rasional
Mandiri
Inspeksi rongga mulut; perhatikan
infeksi.
39
perdarahan.
Bahan ini mengiritasi mukosa dan
menimbulkan ketidaknyamanan.
alkohol.
40
merupakan aktifitas yang berkelanjutan yang meliputi klien, keluarga, perawat dan
anggota tim kesehatan lain.
Langkah evaluasi dari proses keperwatan mengukur respon klien ke arah
pencapaian tujuan. Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur
perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari- hari, dan dalam ketersediaan atau
sumber eksternal. Selama evaluasi, perawat memutuskan apakah langkah proses
keperawatan sebelumnya telah efektif dengan menelaah respon klien dan
membandingkannya dengan perilaku yang disebutkan pada kriteria hasil.
1.
2.
3.
4.