Disusun oleh:
1.
1.1.
Praktikum pembuatan susu fermentasi ini dilakukan di pada hari Jumat, 20 Mei 2016 di
Laboratorium Rekayasa Pangan Jurusan Teknologi Pangan Universitas Katolik
Soegijapranata. Praktikum dilaksanakan mulai pukul 15.00 WIB didampingi oleh
asisten dosen Rr. Panulu, Beatrix Restiani, Graytta Intannia, dan Ivana Chandra. Pada
praktikum ini dibuat yoghurt, kefir, dan acidophilus milk. Pengamatan dilakukan pada
hari Sabtu, 21 Mei 2016.
1.2.
Tujuan Praktikum
Praktikum susu fermentasi ini bertujuan untuk mengetahui prinsip pembuatan yoghurt
dan kefir dengan tipe inokulum berbeda yakni menggunakan kultur segar dan kultur
komersial, mengetahui cara pembuatan acidophilus milk, mengetahui karakteristik
yoghurt, kefir, dan acidophilus milk yang dihasilkan dari tipe inokulum yang berebeda
dan dilihat pada kekentalan dan derajat keasaman, mengetahui perbedaan karakteristik
yoghurt, kefir, dan acidophilus milk.
2.
HASIL PENGAMATAN
Kekentalan
Derajat Keasaman
Hasil
4,5
++
4,5
+++
4,5
++
4,5
+++
4,5
Keterangan:
Hasil: beri tanda centang bila produk berhasil, silang bila gagal
Kekentalan:
+
= encer
++
= kurang kental
+++
= kental
++++
= sangat kental
Dari tabel hasil pengamatan diatas dapat dilihat bahwa kekentalan yang didapat
berbeda-beda dimana pada yoghurt penggunaan plain yogurt komersial menghasilkan
yoghurt yang lebih kental sedangkan pada produk kefir yang lebih kental adalah
penggunaan fresh culture. Derajat keasaman setiap kelompok hasilnya sama dan semua
perlakuan menghasilkan produk.
3.
PEMBAHASAN
Pada praktikum Produk Susu Fermentasi kali ini, dilakukan pembuatan 3 macam susu
yang difermentasi yaitu yoghurt, kefir, dan acidophilus milk. Pembuatan masing-masing
akan berbeda-beda caranya dan hasil yang didapatkan juga akan berbeda pula. Menurut
Gianti & Evanuarini (2011), susu fermentasi merupakan salah satu cara pengolahan
susu dengan menggunakan 1 atau beberapa mikroorganisme. Prinsipnya adalah dengan
penambahan mikroorganisme ke dalam susu lalu diinkubasi selama waktu tertentu.
Untuk prosesnya dapat dilakukan penambahan gula untuk mendapatkan hasil yang
berbeda.
Yoghurt merupakan produk yang terbuat dengan susu dan dibuat dengan cara
penambahan starter. Starter yang biasa digunakan dalam pembuatan yoghurt adalah
Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus. Prinsip dari pembuatannya
adalah dengan perombakan laktosa menjadi asam laktat oleh bakteri tersebut. Asam
laktat dapat memberikan rasa yang khas pada yoghurt serta menjadi pengawet alami
(Suprihatin, 2010).
Menurut Fellows (1990) Lactobacillus bulgaricus dan Streptococcus thermophillus
merupakan 2 jenis bakteri yang hidup dengan saling memberikan keuntungan pada satu
sama lain atau simbiosus mutualisme. Lactobacillus bulgaricus yang ditambahkan akan
memberikan asam amino esensial untuk Streptococcus thermophilus sehingga dapat
berkembang sekaligus menyediakan asam format serta berbagai macam komponen
untuk pertumbuhan Lactobacillus bulgaricus. Proses pembentukan Asam laktat saat
metabolisme sangat penting karena mengkoagulasi protein susu dan membentuk gel
yoghurt dengan cara menurunkan kestabilan membrane kasein. Pada mulanya
Streptococcus thermophilus berkembang biak dengan lebih cepat dan memproduksi
asam laktat, diasetil, asam formiat, serta asam asetat. Lactobacillus bulgaricus yang
pertumbuhannya lebih lambat, aktivitas protease akan lemah namun tetap dapat
melepaskan peptida yang ada pada protein susu. Hal ini akan merangsang pertumbuhan
Streptopcoccus
thermophilus
lalu
akan
terjadi
peningkatan
asam
sehingga
serta
yeast
yang
digunakan
adalah
Saccharomyces,
Candida,
menghasilkan asam laktat dan alkohol yang tinggi. Yusriyah & Agustini (2014)
menambahkan bahwa waktu fermentasi juga mempengaruhi pembentukan dari kefir.
Seperti pembuatan yoghurt, saat membuat kefir yang pertama kali dilakukan adalah
pasteurisasi pada susu namun susu yang digunakan hanya susu sapi segar. Setelah itu
230 mL susu dimasukkan ke dalam wadah kaca yang steril dan segera ditutup. Setelah
susu dingin, ditambahkan 8% kultur starter yaitu sekitar 20 mL. Pada praktikum ini
digunakan kefir komersial dan juga starter murni. Penambahan ini dilakukan secara
aseptis didekat api dengan tujuan agar kemungkinan kontaminasi dari mikroorganisme
kontaminan dapat diminimalisir (Potter, 1987). Setelah ditutup, wadah kembali ditutup
dengan plastic atau alumunium foil sehingga kontaminasi dapat diminimalkan dan
diinkubasi selama 1 hari pada suhu 20-25oC tanpa gangguan. Setelah inkubasi selesai,
dimasukkan ke dalam suhu 4oC dan diaduk meratam setelah terbentuk gumpalan dan
dianalisa serta dibandingkan dengan kefir komersial. Proses fermentasi yang terjadi.
Menurut Yusriyah & Agustini (2014), suhu 30oC merupakan suhu yang optimal bagi
pertumbuhan bibit kefir. Namun pada suhu yang lebih rendah kefir juga dapat
bertumbuh dengan baik yaitu pada 20-25oC. Penyimpanan pada pendingin bertujuan
agar asam tidak diproduksi secara berlebih karena jika terlalu asam maka bakteri yang
non toleran dapat dicegah kerusakannya (Hayes, 1995).
Produk selanjutnya yang dibuat pada praktikum ini adalah pembuatan acidophilus milk.
Jenis ini merupakan salah satu produk olahan susu yang menggunakan bakteri
Lactobacillus acidophilus. Bakteri ini merupakan bakteri asam laktat sehingga laktosa
akan dipecah menjadi asam laktat dan akan timbul gumpalan-gumpalan (Goldin &
Gorbach, 1992). Bakteri yang digunakan ini merupakan mikroba Intestinal implantable,
yaitu jenis mikroorganisme yang dapat masuk ke saluran pencernaan manusia. Contoh
dari mikroorganisme ini adalah bakteri golongan probiotik. Fungsi dari mikroorganisme
ini adalah untuk membunuh bakteri patogen yang dapat menimbulkan berbagai macam
penyakit. Zat yang menghambat perkembangan bakteri patogen ini contohnya asam
organic, bakteriosin, serta hydrogen peroksida (Kanbe, 1992). Mitzuoka (1996)
menambahkan bahwa bakteri ini dapat mengkonversi senyawa yang memiliki manfaat
baik bagi manusia. Lactobacillus merupakan bakteri asam laktat yang dapat menjadi
mengalami proses fermentasi akan memiliki pH 4,53. Dari teori ini juga dapat diambil
kesimpulan bahwa hasil praktikum sesuai dengan teori.
Selain penggunaan susu sapi, Machmud et al. (2013), dapat juga digunakan susu jagung
yang ditambahkan sukrosa atau laktosa. Pada penelitian tersebut didapatkan hasil yang
tidak berbeda nyata antara hasil penambahan sukrosa jika dibandingkan dengan
penambahan laktosa. Pada penelitian ini juga ditambahkan Lactobacillus bulgaricus
seperti pada praktikum ini dalam pembuatan yoghurt. Dari sini didapatkan inovasi
pembuatan susu fermentasi menggunakan susu jagung.
4.
KESIMPULAN
Terdapat beberapa jenis susu fermentasi yaitu yoghurt, kefir, dan acidophilus
milk.
Setelah fermentasi yoghurt akan memiliki pH yang rendah dan memiliki cita
rasa yang khas dan mempunyai rasa asam.
Bakteri yang digunakan pada Acidophilus milk merupakan salah satu bakteri
intestinal implantable yaitu bakteri yang dapat masuk ke saluran pencernaan
manusia dan memiliki manfaat baik.
Proses fermentasi dilakukan selama waktu tertentu pada suhu yang cocok untuk
pertumbuhan masing-masing mikroorganisme.
Kefir dan acidophilus milk memiliki derajat keasaman rendah dan kekentalannya
encer
Asisten Dosen,
Natanael Hogan S.
10
5.
DAFTAR PUSTAKA
11
12
Kanbe, M. (1992). Uses of Intestinal Lactic Acid Bacteria and Health. In: Nazakawa, Y.
and A. Hosono (Editors). Function of Fermented Milk : Chalenges for The Health
Science. Elsevier Applied Science Publishers. London.
Kosikowski, F. V. (1982). Cheese and Fermented Foods 3rd ed. F. V. Kosikowski & Asc.
New York.
Linda, Triana, Triana. (2013). Penggunaan Starter Biji Kefir dengan Konsentrasi yang
Berbeda Pada Susu Sapi Terhadap pH dan Kadar Asam Laktat. Jurnal Ilmiah
Peternakan 1: Purwokerto
Machmud, N Afni, Retnowati, Yuliana, Uno, Winrnangsi D. (2013). Aktivitasi
Lactobacillus bulgaricus Pada Fermentasi Susu Jagung (Zea mays) Dengan
Penambahan Sukrosa dan Laktosa.
Mitzuoka, T. (1996). Intestinal Flora and Human Health. Asia Pacific J Clin Nutr (1996)
Vol. 5, No. 1 : 2-9.
Potter, N. N. & Hotchkiss, J. H. (1995). Food Science Fifth Edition. Chapman & Hall,
Inc. New York.
Suprihatin. 2010. Teknologi Perpindahan Massa Dalam Perancangan Proses Reaksi.
UNESA University Press.
Usmiati,
S.
(2007).
Kefir,
Susu
Fermentasi
dengan
Rasa
Menyegarkan.
http://www.pustaka-deptan.go.id/publikasi/wr292078.pdf.
Uum, U. (1989). Mengolah Susu Menjadi Yoghurt. Majalah Tani No 17. Surabaya
Walstra, P., J. T. M. Wouters & T. J. Geurts. (2006). Dairy Science and Technology 2 nd
Ed. Taylor & Francis Group, LLC. Boca Raton.
Widodo, W. 2002. Bioteknologi Fermentasi Susu. Pusat Pengembangan Bioteknologi.
Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Yusriyah, N. Hafidzoh & Agustini, Rudiana. (2014). Pengaruh Waktu Fermentasi dan
Konsentrasi Bibit Kefir Terhadap Mutu Kefir Susu Sapi. Journal of Chemistry Vol 3:
Universitas Negeri Surabaya.
13
6.
LAMPIRAN
6.1.
Abstrak Jurnal
6.2.
Laporan Sementara
14