Anda di halaman 1dari 11

Makalah Kajian Kurikulum PKn

BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran wajib untuk sekolah dasar,
menengah, atas hingga perguruan tinggi. Pendidikan kewarganegaraan atau PKn sering disebut
dengan Civic Education. PKn ini merupakan maple fisiologis yang mana berkembang dengan
perubahan zaman, sehingga dibutuhkan kurikulum sebagai acuan para guru maple ini untuk
mengajarkan materi tersebut dengan baik.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka secara otomatis
pola pikir masyarakat berkembang dalam setiap aspek. Hal ini sangat berbengaruh besar
terutama dalam dunia pendidikan yang menuntut adanya inovasi baru yang dapat menimbulkan
perubahan, secara kualitatif yang berbeda dengan sebelumnya. Tanggung jawab melaksanakan
inovasi diantaranya terletak pada penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dimana guru
memegang peranan utama dan bertanggung jawab menyebarluaskan gagasan baru, baik terhadap
siswa maupun masyarakat melalui proses pengajaran dalam kelas.
Pendidikan perlu mengantisipasi dampak global yang membawa masyarakat berbasis
pengetahuan dimana IPTEK sangat berperan sebagai penggerak utama perubahan. Oleh karena
itu, kurikulum dalam pendidikan khususnya mapel PKn ini harus dikembangkan secara berkala
dan berkesinambungan sejalan dengan IPTEK. Perubahan yang terjadi pada kurikulum ini
diharapkan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik lagi. Kurikulum yang
diberlakukan sekarang yaitu kurikulum 2006 (KTSP), diharapkan dapat berjalan secara
operasional, sehingga dapat memberikan kompetensi yang cukup bagi peserta didik untuk
mengembangkan dirinya, namun tidak menyimpang dari peraturan dan norma-norma yang
berlaku di masyarakat.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PKN
Pendidikan Kewarganegaraan dikenal civic educationdalam konteks wacana pendidikan
untuk kewarganegaraan yang demokratis menurut konstitusi negaranya masing-masing.
Sebagaimana berkembang di berbagai belahan dunia, tercatat adanya berbagai nomenklatuur
untuk itu, yakni: Citizenship education (UK), termasuk di dalamnya civic education (USA)
atau disebut juga pendidikan kewarganegaraan (Indonesia), atau talimatul muwwatanah/at
tarbiyatul alwatoniyah (Timur Tengah) atau educacion civicas (Mexico), atau Sachunterricht
(Jerman) atau civics (Australia) atau social studies (New Zealand) atau Life Orientation
(Afrika Selatan) atau People and society (Hungary), atau Civics and moral education
(Singapore).
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) atau Civic Education adalah program program
pendidikan/pembelajaran

yang

secara

programatik-prosedural

berupaya

memanusiakan

(Humanizing) dan membudayakan (Civilizing) serta memberdayakan (empowering) manusia


dalam hal ini peserta didik (diri dan kehidupannya menjadi warganegara yang baik sebagimana
tuntutan keharusan/ yuridis konstitusional bangsa/ Negara yang bersangkutan (Kosasih
djahiri,2006:9).
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37
dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran wajib untuk
jenjang sekolah dasar. Dengan pernyataan ini PKn memiliki dasar hukum yang sangat kuat dan
wajib tidak saja untuk diselenggarakan tetapi juga dikembangkan sesuai dengan tuntutan
perubahan jaman.
Pendidikan

Kewarganegaraan

(Citizenship)

merupakan

mata

pelajaran

yang

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945 (Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2004).
Sedangkan dalam Encyclopedia of Educational Research dijelaskan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan dapat dibagi 2, yaitu dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit,
pendidikan kewarganegaraan membahas masalah hak dan kewajiban. Sedangkan dalam arti luas,
pendidikan kewarganegaraan membahas masalah: moral, etika, sosial, serta berbagai aspek

kehidupan ekonomi (Suriakusumah, 1992). Sedangkan Turner dkk., mengungkapkan bahwa


Civics merupakan suatu studi tentang hak-hak dan kewajiban dari warga negara.
Kewarganegaraan mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai
dari Civic Education, Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan,
sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan.
Pendidikan Kewarganegaraan dapat diartikan sebagai wahana untuk mengembangkan
dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang
diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai
individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Landasan PKn adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang
No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun
2004 serta Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran
Kewarganegaraan yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan Nasional-Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar Menengah-Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Dalam kurikulum 2006 materi keilmuwan mata pelajaran Pkn mencakup dimensi
pengetahuan (knowledge), ketrampilan (skills), dan nilai (values). Sejalan dengan ide pokok
mata pelajaran Pkn yang membentuk warga negara yang ideal yaitu warga negara yang memiliki
keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, pengetahuan, ketrampilan, dan nilainilai sesuai dengan konsep dan prinsip-prinsip PKn. Pada gilirannyawarga Negara yang baik
tersebut diharapkan dapat membantu terwujudnya masyarakat yang demokratis.
B. TUJUAN PKN
Sebagaimana

lazimnya

semua

mata

pelajaran,

mata

pelajaran

pendidikan

kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang lingkup isi.


Visi mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah terwujudnya suatu mata
pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character
building) dan pemberdayaan warga negara.
Adapun misi mata pelajaran ini adalah membentuk warga Negara yang baik, yakni warga
negara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibannya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, sesuai dengan UUD 1945.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006:78) merumuskan tujuan mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai
berikut:
1. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertangung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.
3.

Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter
masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
C. RUANG LINGKUP PKN
Berdasarkan Permendiknas No.22 tahun 2006 Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-asek
sebagai berikut :
1. Persatuan dan kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam Perbedaan, Cinta lingkungan,
kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan
Republik Indonesia, Keterbukaan dan Jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi : tertib dalam kehidupan keluarga, Tata tertib di sekolah,
Norma yang berlaku didalam masyarakat, peraturan-peraturab daerah, norma-norma dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan
Internasional.
3. Hak Asasi Manusia, meliputi : Hak dan Kewajiban Anak, Hak dan Kewajiban aggota
masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Penghormatan dan perlindungan HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong rotong, Harga diri sebagai Warga masyarakat,
kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,
prestasi diri, persamaan kedudukan warga Negara.
5. Konstitusi Negara, meliputi: proklamasi kemerdekaan dan Konstitusi yang pertama, konstitusi
yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi.

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan
otonomi, pemerintahan pusat, Demokrasi dan sistim Politik, budaya politik, Budaya demokrasi
meniju masyarakat madani, sistim pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.
7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan idiologi Negara, Proses
perumusan Pancasila sebagai dasar Negara, Pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan
sehari-hari, Pancasila sebagai idiologi terbuka.
8. Globalisai, meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era
Globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan
mengevaluasi globalsasi.
Untuk Perguruan Tinggi, objek pembahasan PKn menurut Kep. Dirjen Dikti No.
267/dikti/Kep./ 2000 meliputi pokok bahasan sebagai berikut:
1) Pengantar PKn
a.

Hak dan kewajiban warga negara

b. Pendidikan Pendahuluan Bela Negara


c.

Demokrasi Indonesia

d. Hak Asasi Manusia


2) Wawasan Nusantara
3) Ketahanan Nasional
4) Politik dan Strategi Nasional
Prinsip penyajian dalam PKn menurut Abdul Aziz Wahab (2002: 28) ada empat yaitu
sebagai berikut:
1. Dari mudah ke sukar
Prinsip ini digunakan dalam pengajaran khususnya dalam pendidikan nilai, moral, dan
teori-teori pendidikan. Untuk memahami hal-hal yang bersifat sukar dimulai dari yang bersifat
mudah. Apabila di lihat dari peinsip perkembangan anak, prinsip ini memang sangat tepat untuk
siswa SD.
2. Dari sederhana ke rumit
Prinsip ini pada dasarnya adalah konsep atau nilai dan moral yang berkenaan dengan
pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-haari. Jadi konsep atau nilai dan moral
temasuk dalam hal ketrampilan (skill) mulai dari yang sederhana ke yang rumit.
Melalui pembiasaan, latihan atau keteladanan yang di mulai sejak kecil, akan terbiasa
dengan hal-hal yang baik yang sifatnya masih sederhana, kemudian ditingkatkan secara bertahap

ke hal-hal yang sifatnya lebih sukar. Kematangan usia juga sangat memiliki peran dalam
kaitannya dengan fase-fase perkembangan. Siswa SD mudah menangkap dari hasil pengamatan.
3. Dari yang bersifat kongkrit ke Abstrak
Siswa SD pada prinsipnya lebih mudah menaangkap hal-hal yang sifatnya kongkrit dari
pada yang sifatnya abstrak. Guru dapat memberikan contoh-contoh sederhana yang dapat di tiru
oleh siswa. Media sangat di perlukan untuk mengkongkritkan sesuatu hal yang di rasa sangat di
perlukan guna mempermudah pemahaman siswa.
4. Dari lingkungan paling dekat ke lingkungan lebih luas
Lingkungan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak adalah lingkunga keluarga.
Dalam keluaarga anak lebih banyak melakukan interaksi. Namun apakah lingkungan keluarga
menjadi lingkungan pertama dan utama dalam memperoleh pendidikan..
Anak dibesarkan dalam keluarga yang pada dasarnya dilakukan oleh orang tua sebagai
wujud tanggungjawab. Hal itu sebagai wujud alamiah yang didasari oleh rasa kasih sayang orang
tua kepada anaknya. Sehingga apabila orang tua melakukan dengan tanggung jawab, maka hal
itu sebagai suri tauladan bagi anaknya. Demikian juga sebaliknya apabila orang tua tidak
mempedulikan anaknya dengan tidak memberikan kasih sayang maka yang terjadi adalah sikap
tidak tanggung jawab. Proses ini akan memberikan gambaran kepada anaka bahwasannya ada
aturan-aturan atau norma-norma yang harus dipatuhi dalam bergaul atau berinteraksi dengan
orang lain.

D. PENGERTIAN KURIKULUM PKN


Kurikulum adalah seperangkat rencana/acuan dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Kurikulum PKn adalah acuan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan
Kewarganegeraan yang merangsang siswa untuk memiliki kecakapan berfikir secara kritis,
rasional dan Kreatif. di samping itu untuk meningkatkan partisipasi aktif dan rasa bertanggung
jawab serta membiasakan bertindak cerdas dalam kegiatan masyarakat dalam menanggapi isu-isu
kewarganegaraan.
Kemasan kurikuler pendidikan Pancasila secara historis-kurikuler telah mengalami
pasang surut (Winataputra:2001). Dalam kurikulum sekolah sudah dikenal, mulai dari Civics
tahun 1962, Pendidikan Kewargaan Negara dan Kewargaan Negara tahun 1968, Pendidikan
Moral Pancasila tahun 1975, Pendidikan Pencasila dan Kewarganegaraan tahun 1994, dan
Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2003.
Sementara itu di perguruan tinggi sudah dikenal Pancasila dan Kewiraan Nasional tahun
1960-an, Pendidikan Pancasila dan Pendidikan Kewiraan tahun 1985, dan Pendidikan
Kewarganegaraan tahun 2003.
Sementara itu ditetapkan pula bahwa Kedalaman muatan kurikulum pada setiap mata
pelajaran pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang harus dikuasai
peserta didik sesuai dengan beban belajar yang tercantum dalam struktur kurikulum. Kompetensi
yang dimaksud terdiri atas standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dikembangkan
berdasarkan standar kompetensi lulusan. Muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri
merupakan bagian integral dari struktur kurikulum pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.
Kebijakan Kurikulum PKn untuk Masa Depan
Ada beberapa asumsi normatif dan asumsi positif mengenai PKn masa depan, sebagai
berikut.
1. Bahwa Pembukaan UUD 1945, tidak akan berubah karena diterima sebagai inti komitmen
nasional kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia, dan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI) merupakan bentuk final ketatanegaran RI, sebagaimana hal itu menjadi
komitmen MPR.
2. Bahwa tatanan kehidupan demokrasi Indonesia pada dasarnya merupakan sistem kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia yang bersumber dari dasar negara Pancasila sebagaimana
tersurat pada alinea keempat Pembukaan UUD 1945.
3. Bahwa pembangunan demokrasi konstitusional Indonesia mengandung misi pembangunan ide,
nilai, prinsip dan konsep demokrasi melalui instrumentasi demokrasi dalam berbagai latar
kehidupan dan pendidikan demokrasi untuk generasi muda sebagai pewaris bangsa di masa
depan yang berdasarkan konstitusi. Demokrasi konstitusional dapat diartikan sebagai demokrasi
yang berlandaskan pada prinsip negara hukum, yang di dalamnya terkandung kehidupan berdasar
pada rule of law yang memberikan implikasi pada pentingnya pendidikan kewarganegaraan
untuk menumbuhkan kesadaran hukum warga negara.
4. Bahwa pendidikan

kewarganegaraan

kurikuler, sosio-andragogis pada

merupakan

domain

wahana

sosial-kultural,

psiko-pedagogis pada

domain

danepistemologis pada

domain

akademik, dalam pendidikan demokrasi konstitusional Indonesia.


5. Bahwa sebagai wahana pendidikan demokrasi, pendidikan kewarganegaraan berfungsi
mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak yang koheren dari konsepsi
pendidikan tentang demokrasi, pendidikan melalui demokrasi, pendidikan untuk membangun
demokrasi.
6. Bahwa pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan
menengah serta pendidikan tinggi, memiliki fungsi sebagai pendidikan untuk membangun
karakter bangsa, yang secara substansial dirancang secara nasional, dan diwujudkan sebagai
praksis pendidikan yang konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada
tingkat satuan pendidikan.
7. Bahwa pendidikan untuk kewarganegaraan Indonesia yang demokratis yang menjadi misi PKn,
tidak bersifatchauvinistik, melainkan berwawasan kosmopolit gunamenghasilkan warganegara
Indonesia yang baik, cerdas, partisipatif,
Lepas dari ke 7 asumsi tersebut, ada beberapa substansi kebijakan nasional tentang
Kurikulum PKn Masa depan sebagai berikut.
1. Sebagai sumber ide dan norma inti dari PKn, perlukajian mendalam terhadap ide dan nilai yang
secara substantif terkandung dalam Pembukaan UUD 1945,dalam konteks historis dan sosiopolitis tumbuh dan berkembangnya komitmen nasional kehidupan berbangsa dan bernegara

Indonesia, dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan bentuk final
ketatanegaran RI.
2. Sebagai instrumentasi dari ide dan norma inti Pancasila dan UUD 1945, perlu kajian
mendalam secara komprehensif terhadap tatanan kehidupan demokrasiIndonesia sebagai sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia yang bersumber dari dasar negara Pancasila dan
UUD 1945.
3. Dalam rangka pembangunan demokrasi konstitusional Indonesia yang mengandung misi
pembangunan ide, nilai, prinsip dan konsep demokrasi Pancasila, perlukajian mendalam secara
komprehensif terhadap visi dan misi nasional dari instrumentasi demokrasi dalam berbagai latar
kehidupan dan aras pendidikan demokrasi untuk generasi muda sebagai pewaris bangsa di masa
depan.
4. Diperlukan reposisi, rekonseptualisasi, dan reaktualisasi pendidikan kewarganegaraan sebagai
wahana: psiko-pedagogis pada domain kurikuler, sosio-andragogis pada domain sosial-kultural,
dan epistemologis pada domain akademik dalam pendidikan demokrasi konstitusional
Indonesia agar lebih efektif dan mampu diimplementasikan dalam kehidupan bermasyarakat
sesuai tuntutan zaman.
5. Pendidikan kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi, perlu difungsikan sebagai
wahana pendidikan yang mampu mewujudkan kesatuan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak
semua unsur bangsa Indonesia secara koheren dengan konsepsipendidikan tentang demokrasi,
pendidikan melaluidemokrasi, pendidikan untuk membangun demokrasi.
6. Pendidikan kewarganegaraan sebagai muatan wajib kurikulum pendidikan dasar dan menengah
serta pendidikan tinggi, perlu dirancang secara sistematis dan sistemik untuk membangun
karakter bangsa, yang secara substansialnasional dapat diwujudkan sebagai praksis pendidikan
yang konsisten dan koheren dengan komitmen kebangsaan Indonesia pada tingkat satuan
pendidikan.
7. Perlu dilakukan antisipasi yang komprehensif agar pendidikan untuk kewarganegaraan Indonesia
yang

demokratis

berwawasan kosmopolit dalam

melalui

PKn, tidak

menghasilkanwarganegara

bersifat chauvinistik,melainkan
Indonesia

yang

baik,

partisipatif, dan bertanggungjawab dan sekaligus menjadi warga dunia yang toleran.

cerdas,

BAB III
PENUTUP
Pendidikan

Kewarganegaraan

(Citizenship)

merupakan

mata

pelajaran

yang

memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia
dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang
diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki visi, misi, tujuan dan ruang
lingkup isi, sebagaimana mata pelajaran lainnya.
Ruang lingkup Pendidikan kewarganegaraan antara lain :Persatuan dan kesatuan
Bangsa, Norma, hukum dan peraturan, Hak asasi manusia, Kebutuhan warga, Konstitusi Negara,
Kekuasan dan Politik, Pancasila, dan Globalisasi.
Kurikulum PKn adalah acuan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran pendidikan
Kewarganegeraan yang merangsang siswa untuk memiliki kecakapan berfikir secara kritis,
rasional dan Kreatif. di samping itu untuk meningkatkan partisipasi aktif dan rasa bertanggung
jawab serta membiasakan bertindak cerdas dalam kegiatan masyarakat dalam menanggapi isu-isu
kewarganegaraan.

DAFTAR PUSTAKA
Puskur, 2007. Kajian Kebijakan Kurikulum PKn
Satianingsih, Rarasaning dkk, Konsep Dasar Pkn. Universitas PGRI Adi Buana Surabaya
http://pamudikutoharjo.blogspot.com/2011/01/pamudi-nim-282010019-pengertian.html
http://pskgjpatib.blogspot.com/2011/01/tugas-mandiri-pkn.html

Anda mungkin juga menyukai