Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 adalah
tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk, agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur
kesejahteraan umum dan tujuan pembangunan nasional (Depkes RI, 1999).
Keberhasilan suatu negara dapat dilihat dari indikator angka kematian ibu
(AKI), sampai saat ini AKI di Indonesia masih sangat tinggi yaitu 334/100.000
kelahiran hidup (SDKI, 1997). Penyebab masih tingginya AKI di Indonesia
menurut Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT, 1994) yaitu karena
perdarahan (45,2 %), preeklamsi (12,9 %), infeksi (9,61), abortus (11,1 %),
partus lama (6,5 %). Target yang ingin dicapai 2010 adalah menurunnya AKI
menjadi 125/100.000 kelahiran hidup (WHO, 2000), hal ini merupakan
tantangan dari berbagai pihak dalam upaya menurunkan AKI di Indonesia.
Tingginya angka kejadian di atas perlu dapatkan perhatian dari tenaga
kesehatan terutama Propinsi Bengkulu untuk dapat memberikan pelayanan
kesehatan kebidanan pada ibu hamil, bersalin dan masa nifas.
Pelayanan antenatal care adalah pelayanan kesehatan dari tenaga kesehatan
yang professional untuk ibu yang sedang dalam masa kehamilan yang sesuai dengan
standar pelayanan antenatal care (7T) yaitu timbang berat badan (BB), ukur

tekanan darah (TD), ukur tinggi fundus uteri (TFU), imunisasi Tetanus Toxoid
(TT) lengkap, pemberian tablet zat besi (SF) dan tes terhadap penyakit menular
dan diakhiri dengan temu wicara dalam rangka persiapan perujukan (Sarwono,
2001). Pelayanan antenatal minimal 4 kali kunjungan selama hamil, 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III. Hal ini
bertujuan untuk mengawasi dan menilai apakah tumbuh kembang janin dalam
kandungan berlangsung normal dan apakah kehamilan termasuk beresiko tinggi
khususnya seperti anemia, kurang gizi dan hipertensi serta memberikan
pelayanan imunisasi TT. Idealnya ibu hamil mendapatkan pelayanan antenatal
sebanyak 12 sampai 13 kali yaitu: 1 kali pada setiap bulan pada trimester I dan II,
pada umur kehamilan 28 sampai 32 minggu dua kali dalam sebulan dan 4 kali
kunjungan pada umur kehamilan 36 minggu (Warsono, 1999).
Upaya pemantauan pelayanan antenatal dewasa ini digunakan indikator
cakupan layanan yaitu K1 (kunjungan pertama kali ibu hamil) dan K4
(kunjungan keempat kali ibu hamil). Guna mendapat pelayanan antenatal dengan
standar yang telah ditetapkan. Target nasional yang harus dicapai K1 adalah 90%
dan K4 85%. Menurut Profil Kesehatan Bengkulu (2005) jumlah cakupan K1
Kota Bengkulu yaitu 723 (48,01%) dan K4 berjumlah 623 (4,37 %).
Menurut hasil penelitian Sadik (1996), bahwa responden yang mempunyai
anak kurang dari 3 pemeriksaannya lebih baik dari ibu yang mempunyai anak
lebih dari 3 orang. Sedangkan menurut Kodim (1999), ibu dengan kehamilan

paritas 4 atau lebih cenderung memeriksakan kehamilan kurang teratur bila


dibandingkan ibu yang mempunyai paritas kurang dari 3.
Indikator keberhasilan pembangunan kesehatan khususnya pelayanan
kebidanan di suatu negara dapat dilihat dari rendahnya angka kematian ibu dan
perinatal (Depkes RI, 2000). Saat ini angka kematian ibu dan angka kematian
perinatal di Indonesia masih sangat tinggi yaitu AKI 334 orang/100.000
kelahiran hidup, target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah menurunkan
AKI menjadi 125 orang/100.000 kelahiran hidup dan AKB

16 orang/1000

kelahiran hidup (Prawiharjo S. 2002).


Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan primer dapat dicapai melalui
ANC, salah satunya pelayanan komprehensig asuhan ANC pada ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk mengetahui keadaan ibu dan janin
secara berkala. Pemeriksaan ANC sebaliknya dilakukan paling sedikit 4 kali
kunjungan selama kehamilan yaitu kunjungan pertama (KI) satu kali pada
trimester I (sebelum umur kehamilan 14 minggu), kunjungan kedua (KII) 1 kali
trimester II (umur 14-28 minggu), dua kali selama trimester III (antara umur
kehamilan 28-36 minggu dan sesudah 36 umur kehamilan) (Saifuddin, 2001).
Berdasarkan survey awal dari Puskesmas Sawah Lebar, data dari bulan
Januari 2006, jumlah ibu hamilnya sebanyak 60 orang dan jumlah ibu hamil yang
terdapat mengalami Anemia pada K1 sebanyak 23 orang (38,33%), sedangkan
bumil anemia pada K4 sebanyak 16 orang (26,66%) dan ibu hamil yang
mengalami anemia pada umumnya paritasnya lebih dari satu kali.
Pemeriksaan Antenatal care tersedia di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu
dan pada setiap kunjungan Antenatal care di Puskesmas ibu hamil diberikan

tablet Fe untuk mengatasi anemia ibu hamil yang diberikan cukup dan gratis
untuk selama kehamilannya, walaupun demikian hal ini dan hal-hal lain
mengenai pentingnya Antenatal care belum merupakan daya tarik untuk ibu
hamil memeriksakan kehamilannya di puskesmas karena target cakupan K1 dan
K4 di Puskesmas Sawah Lebar jauh dari yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk meneliti
apakah ada hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan Antenatal
care di Puskesmas Sawah Lebar tahun 2006.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan permasalahannya yaitu:
Apakah ada hubungan Paritas Ibu Hamil dengan keteraturan kunjungan
Antenatal Care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mempelajari hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan
kunjungan antenatal care.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui paritas ibu hamil di Puskesmas Sawah Lebar
Bengkulu.
2. Untuk mengetahui keteraturan kunjungan antenatal care pada ibu
hamil di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

3. Untuk mengetahui hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan


kunjungan antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti
1. Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terutama masalah
ibu hamil sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya.
2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan ilmiah dan
literatur untuk penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan
keteraturan kunjungan antenatal care pada ibu hamil.
1.4.2. Manfaat Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran
dalam upaya peningkatan program pelayanan antenatal care di Puskesmas
Sawah Lebar Bengkulu.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kehamilan


Menurut Sulaiman, S. (1983) pengertian kehamilan yaitu masa yang
dimulai dengan konsepsi (pembuahan) dan berakhir dengan persalinan
(Manuaba, 1998) kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin mulai
sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan, Ibrahim (1996)
kehamilan adalah suatu keadaan dimana seorang wanita mengandung suatu sel
telur yang telah dibuahi sperma.
2.1.1. Konsep Antenatal Care (ANC)
Menurut Depkes RI (1993) antenatal care adalah pemeriksaan
kehamilan yang dilakukan untuk memeriksakan ibu dan janin secara
berkala yang diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan yang
ditemukan, sehingga dapat menjaga agar ibu hamil dapat melalui masa
kehamilan, persalinan dan nifas dengan baik dan selamat serta
melahirkan bayi dengan sehat.
Menurut Depkes RI (2002) pemeriksaan kehamilan adalah
pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) yang mempunyai tugas untuk
memeriksakan kehamilan dan konseling kepada ibu hamil serta
keluarganya agar dapat melalui kehamilan dengan sehat dan selamat.

Standar pelayanan ANC 7T yaitu meliputi timbang berat badan,


ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet zat besi,
tes penyakit menular seksual, temu wicara dalam rangka persiapan
rujukan.
2.1.2. Tujuan Antenatal Care
Menurut Manuaba (1998) tujuan antenatal care adalah:
a. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyakit yang terdapat saat
kehamilan, saat kehamilan, saat persalinan dan kala nifas.
b. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan
dan kala nifas.
c. Memberi nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan,
persalinan kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana.
d. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal.
e. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan
tumbuh kembang janin.
f. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial
ibu dan janin.
2.1.3. Manfaat Pemeriksaan Kehamilan
Adapun manfaat dari pemeriksaan kehamilan adalah:
a. Mengenali dan menangani penyakit-penyakit yang dijumpai dalam
kehamilan persalinan dan nifas.

b. Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita


sedini mungkin.
c. Memberi nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari keluarga
berencana, kehamilan, persalinan dan laktasi.
2.1.4. Jadwal Pemeriksaan Kehamilan
Untuk jadwal pemeriksaan kehamilan sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali selama masa kehamilan (Depkes RI 2002).
a. Satu kali pada triwulan pertama (0-14 minggu).
b. Satu kali pada triwulan kedua (14-28 minggu).
c. Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu ke 28-36 dan sesudah
minggu ke 36 ).
Menurut Sarwono P (1999) adapun kunjungan tersebut yaitu:
a. Pemeriksaan pertama
Sungguh amat ideal bila tiap wanita mau memeriksakan dirinya
ketika haidnya terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. Keuntungan
bahwa kelahiran yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan
tersebut dapat segera diketahui sebelum berpengaruh tidak baik pada/
terhadap kehamilan.
b. Selama trimester I dan II dilakukan satu kali tiap bulannya.
c. Selama trimester III dilakukan satu kali setiap bulannya.
d. Dan untuk kehamilan di atas 36 minggu periksa ulang setiap minggu.

e. Periksa khusus bila terdapat keluhan tentang kehamilan baik itu


selama trimester I, II, ataupun III.
2.1.5. Dampak atau Akibat Ibu Tidak Melakukan Pemeriksaan Kehamilan
Secara Teratur
Menurut Sarwono. P (1999) dampak atau akibat ibu tidak
melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur adalah :
1. Tidak dapat diketahui kelainan-kelainan pada ibu dan janin.
2. Tidak dapat diketahui faktor-faktor resiko yang mungkin terjadi pada
ibu.
3. Tidak dapat mendeteksi secara dini penyakit yang ada pada ibu
selama hamil.
2.1.6. Nasehat bagi ibu hamil
Menurut Manuaba (1998) kepada ibu hamil dapat diberikan nasehat
untuk memelihara kesehatan selama hamil yaitu:
1. Diet Ibu Hamil
Pada dasarnya dianjurkan makanan empat sehat lima
sempurna, karena kebutuhan akan protein dan bahan makanan tinggi,
dianjurkan tambahan sebuah telur sehari. Nilai gizi dapat ditentukan,
dengan bertambahnya berat badan sekitar 6,5 sampai 15 kilogram
selama hamil. Berat badan yang bertambah terlalu besar atau kurang
perlu mendapat perhatian khusus karena kemungkinan terjadi

10

penyulit kehamilan. Kenaikan berat badan tidak boleh lebih dari


kg/minggu.
2. Pekerjaan Rumah Tangga
Pekerjaan rutin dapat dilaksanakan, bekerjalah sesuai dengan
kemampuan dan makin dikurangi dengan semakin tua kehamilan.
3. Wanita pekerja di luar rumah
Partisipasi wanita dalam pembangunan makin besar, sehingga
banyak wanita karier, kehamilan bukanlah merupakan halangan untuk
berkarya asalkan dikerjakan dengan pengertian sedang hamil. Wanita
karier yang hamil mendapat hak cuti hamil selama tiga bulan, yang
dapat diambil sebulan menjelang kelahiran dan dua bulan setelah
persalinan.

Selama

hamil

perhatian

hal-hal

yang

dapat

membahayakan kelangsungan hamil, dan segera memeriksakan diri.


4. Hubungan seksual
Hamil bukan merupakan halangan untuk melakukan hubungan
seksual. Hubungan seksual disarankan untuk dihentikan bila :
a. Terdapat tanda infeksi dengan pengeluaran cairan disertai rasa
nyeri atau panas.
b. Terjadi perdarahan saat hubungan seksual
c. Terdapat pengeluaran cairan (air) yang mendadak.
d. Hentikan hubungan seksual pada mereka yang sering mengalami
gugur kandungan persalinan sebelum waktunya, mengalami

11

kematian dalam kandungan, sekitar dua minggu menjelang


persalingan.
5. Olahraga saat hamil
Pelaksanaan olahraga saat hamil, merupakan masalah
kontroversi dengan pengertian perlu dipertimbangkan. Olah raga
mutlak dikurangi bila dijumpai :
a. Sering mengalami keguguran
b. Persalinan belum cukup bulan
c. Pada mereka yang mempunyai sejarah persalinan sulit.
d. Pada kasus infertilitas
e. Umur saat hamil relatif tua (primi tua)
f. Hamil dengan perdarahan dan pengeluaran cairan.
Yang banyak dianjurkan adalah jalan-jalan waktu pagi hari untuk
ketenangan dan mendapatkan udara segar.
6. Pakaian hamil
Pakaian hamil yang dianjurkan adalah pakaian yang longgar
dan terbuat dari katun sehingga mempunyai kemampuan menyerap,
terutama pakaian dalam. Pakaian dalam atas (BH) dianjurkan yang
longgar dan mempunyai kemampuan untuk menyangga payudara
yang makin berkembang. Pakaian dalam sering diganti untuk
menjaga kebersihan dan menghalangi suasana lembab di sekitar
pelipatan.

12

7. Pemeliharaan payudara
Payudara yang dipersiapkan untuk dapat memberikan laktasi,
perlu perhatian yang seksama. Dengan pakaian dalam (BH) yang
longgar, maka perkembangan payudara tidak terhalang. Puting susu
penting diperhatikan agar tetap bersih. Puting susu perlu ditarik-tarik
sehingga menonjol dan memudahkan untuk memberikan ASI. Puting
susu yang terlalu masuk dikeluarkan dengan jalan operasi atau
dengan pompa susu.
8. Pengawasan gigi
Saat hamil sering terjadi karies yang berkaitan dengan emesishiperemis gravidarum, hipersalivasi dapat menimbulkan timbunan
kalsium di sekitar gigi. Memeriksakan gigi sat hamil diperlukan
untuk mencari kerusakan gigi yang dapat menjadi sumber infeksi.
9. Jadwal istirahat dan tidur
Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik,
karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani

dan

rohani

untuk

kepentingan

perkembangan

dan

pertumbuhan janin.
10. Pemberian obat-obatan
Pengobatan penyakit saat hamil harus selalu memperhatikan
apakah obat tersebut tidak berpengaruh terhadap tumbuh kembang

13

janin. Pengaruh obat terhadap janin dapat digolongkan sebagai


berikut :
a. Obat yang tergolong tidak boleh diberikan saat hamil.
b. Obat yang dapat diberikan saat hamil dengan keamanan terbatas
umpamanya aman bila diberikan setelah hamil trimester kedua.
c. Obat yang aman diberikan, tetapi tidak ada keterangan tertulis
yang lengkap pada perpustakaan.
d. Obat atau bahan kimia yang pemberiannya saat hamil
memerlukan pertimbangan yang seksama.
e. Obat atau bahan kimia yang aman bila diberikan pada kehamilan,
yaitu vitamin khusus untuk ibu hamil.
11. Merokok, minum alkohol dan kecanduan narkotik.
Ketiga kebiasaan ini secara langsung dampak mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan janin dan menimbulkan kelahiran
dengan berat badan rendah bahkan dapat menimbulkan cacat bawaan
atau kelainan pertumbuhan dan perkembangan mental.
12. Keadaan darurat pada kehamilan
Keadaan darurat saat hamil yang mengharuskan ibu hamil untuk
memeriksakan diri adalah :
a. Berkaitan dengan janin
1) Badan panas disertai tanda infeksi lainnya.
2) Gerak janin terasa berkurang atau menghilang.

14

3) Perut terasa semakin kecil


b. Berkaitan dengan keadaan ibu
1) Mual muntah berlebihan
2) Terjadi pengeluaran abnormal = cairan mendadak, lendir
apalagi bercampur darah, pendarahan.
3) Tanda subjektif gestosis = sakit kepala; pemandangan kabur ;
nyeri pada epigastrium / ulu hati ; pembengkakan tangan,
muka, kelopak mata dan kaki ; air seni berkurang.
4) Sakit perut mendadak
5) Terjadi tanda-tanda inpartu = perut sakit disertai pengeluaran.
13. Imunisasi
Vaksinasi dengan toksoid tetanus dianjurkan untuk dapat menurunkan
angka kematian bayi karena infeksi tetanus. Vaksinasi toksoid tetanus
dilakukan dua kali selama hamil

2.2. Konsep Keteraturan dan Kunjungan


2.2.1. Pengertian Keteraturan
Pengertian keteraturan adalah kegiatan atau proses yang terjadi
beberapa kali atau lebih (menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi
kedua). Sedangkan kunjungan ANC adalah frekuensi jumlah ibu hamil
yang

memeriksakan

(Dinkes, 1992).

kehamilan

yang

tercatat

di register ANC

15

2.2.2. Pengertian Kunjungan Antenatal Care


Menurut Saifudin, kunjungan antenatal care sebaiknya dilakukan paling
sedikit 4 kali kunjungan selama kehamilan.
a. Kunjungan pertama (KI) satu kali pada trimester pertama (mulai
terlambat haid sampai umur kehamilan 14 minggu).
b. Kunjungan kedua (KII) satu kali pada trimester kedua (antara minggu
ke 14-28).
c. Kunjungan ketiga (KIII) satu kali pada trimester ketiga (antara
minggu ke 28-36).
d. Kunjungan keempat (KIV) satu kali pada trimester ketiga (36 minggu
lahir).

2.2.3. Jadwal Kunjungan Ulangan


Menurut Sarwono (2002), jadwal kunjungan ulang ANC adalah :
a. Kunjungan kesatu (KI): mulai terlambat haid sampai dengan umur
kehamilan 14 minggu dilakukan untuk:
-

Penapisan dan pengobatan anemia

Perencanaan persalinan

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan.

b. Kunjungan (KII): antara minggu ke 14-28 minggu dilakukan untuk:


-

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

16

Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran


perkemihan.

Mengulang perencanaan persalinan.

c. Kunjungan (KIII): antara minggu ke 28-36 minggu dilakukan untuk:


-

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran


perkemihan.

Mengulang perencanaan persalinan.

d. Kunjungan (KIV): 36 minggu sampai lahir dilakukan untuk:


-

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.

Penapisan preeklamsi, gameli, infeksi alat reproduksi dan saluran


perkemihan.

Mengulang perencanaan persalinan.

Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi

Memantapkan rencana persalinan

Mengenal tanda-tanda persalinan.

e. Pelayanan/asuhan standar minimal 7 T


Menurut Sarwono, 2001 pelayanan asuhan standar minimal 7T
terdiri dari:
1. Timbang berat badan, pengukuran tinggi badan, dan LILA yang
dapat dimanfaat untuk menilai status gizi ibu.
2. Ukur tekanan darah

17

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih 140/90 mmHg, bila


tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan
diastolic 15 mmHg, atau lebih, harus dicurigai adanya gejala
preeklamsi.
3. Ukur fundus uteri
Sesudah kehamilan lebih dari 24 minggu TFU diukur dengan
menggunakan meteran kain untuk memperkirakan pertumbuhan
janin.
4. Pemberian imunisasi (tetanus toksoid) TT lengkap jadwal
pemberian imunisasi TT :
Jenis

Waktu Pemberian

TT1 Pada kunjungan ante natal


TT2 4 minggu setelah TT1
TT3 6 bulan setelah TT2
TT4 1 tahun setelah TT3
TT5 1 tahun setelah TT4
Keterangan :

Lama
Perlindungan
3 tahun
5 tahun
10 tahun
25 tahun

%
Perlindungan
80%
95%
95%
99%

Artinya apabila dalam waktu 3 tahun WUS tersebut melahirkan,


maka bayi yang akan dilahirkan akan terlindung dari TN (Tetanus
Neonatorum)
5. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama hamil yaitu :
Pemberian vitamin zat besi dimulai dengan memberi satu tablet
sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet Fe
mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dari asam folat 500

18

mg, minimal masing-masing 90 tablet, tablet Fe sebaiknya


diminum sebelum tidur atau tidak diminum bersama teh atau kopi
karena akan mengganggu penyerapan.
6. Test terhadap penyakit menular seksual : dilakukan untuk
mewaspadai bila kemungkinan hal itu dapat mempengaruhi
kesehatan ibu dan bayi selama kehamilan.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan : berikan pada ibu
dan keluarga, ini dilakukan untuk persiapan bila ibu tersebut perlu
mendapat pertolongan oleh petugas kesehatan secara cepat.
2.2.4. Hal-Hal Yang Dilakukan Selama Pemeriksaan Kehamilan
1. Anamnesa
Menurut Depkes (2002) anamnesa bertujuan untuk mengetahui
keadaan kesehatan dan keluhan yang dirasakan oleh ibu dan sebaiknya
dilakukan pada kunjungan pertama.
2. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum ibu dan kesadaran.
2) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan suhu dan BB,
tinggi badan LILA, Hb.

19

b. Pemeriksaan khusus obstetric


1) Infeksi
Pemeriksaan secara infeksi yang perlu dilakukan yaitu muka,
leher, dada, perut, vulva dan ekstremitas.
2) Palpasi
Cara melakukan Palpasi adalah menurut Leopold :
Leopold I

: Untuk menentukan tuanya kehamilan dan bagian


apa terdapat dalam fundus.

Leopold II : Terutama untuk menentukan dimana letaknya


punggung anak dan dimana letaknya bagianbagian kecil.
Leopold III : Untuk menentukan apa yang terdapat di bagian
bawah, dan apakah bagian bawah anak ini sudah
atau belum terpegang oleh pintu atas panggul.
Leopold IV : Untuk menentukan apa yang terjadi bagian
bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke
dalam rongga panggul.
3) Auskultasi
Digunakan stetoskop monoaural atau dapat digunakan doptone
untuk mendengarkan denyut jantung bayi (DJJ)
4) Perkusi
Digunakan dengan refleks hammer untuk menentukan pattells
positif atau negatif.

20

3. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan bertujuan sebagai
pemeriksaan penunjang untuk lebih memastikan diagnosa apakah
terdapat masalah atau tidak pada kehamilan ibu tersebut. Untuk
pertama kali dilakukan pemeriksaan urine yaitu menggunakan plano
test. Ini dilakukan pada kehamilan di bawah 12 minggu untuk
mengetahui apakah ibu benar hamil atau tidak yaitu dengan melihat
peningkatan Human Chorfonic Gonadotropin (HCG) dalam urine ibu
dan tak kalah penting adalah pemeriksaan proteinuria yang bertujuan
untuk

mengetahui

apakah

ibu

menderita

preeklamsi

dalam

kehamilannya serta reduksi urine untuk mengetahui apakah ibu


menderita penyakit DM. pemeriksaan Hb dilakukan tiap trimester,
untuk mengetahui apakah ibu menderita anemia atau tidak (Sarwono,
1999).
2.2.5. Kebijakan Teknis Antenatal Care
Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponenkomponen sebagai berikut, (Muchtar, 1998).
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini, komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal
serta rujukan yang diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.

21

d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan


jika terjadi komplikasi.
2.2.6. Tanda-tanda Bahaya Dalam Kehamilan
Menurut Hanifah (1999) tanda-tanda bahaya dalam kehamilan
yaitu:
a. Keluarnya darah dari jalan lahir
Perdarahan pada kehamilan kurang dari 22 minggu dicurigai adanya
kehamilan ektopik dan kehamilan mola hidatidosa.
Perdarahan pada kehamilan setelah 22 minggu dicurigai adanya
placenta previa dan solutio placenta.
b. Keluar air ketuban sebelum waktunya.
Warna cairan ketuban yang normal adalah jernih keputihan, warna
hijau berarti cairan ketuban tercampur mekonium yang menunjukkan
bahaya dan janin dalam keadaan asfiksia.
c. Demam tinggi dan kejang
d. Nyeri perut hebat
Nyeri perut dapat merupakan gejala penyakit atau komplikasi yang
fatal.
e. Gerakan janin tidak ada atau berkurang dalam sehari semalam
dicurigai adanya gawat janin.

22

f. Sakit kepala atau kaki bengkak yang tidak segera hilang setelah
bangun tidur perlu dicurigai adanya hipertensi pada kehamilan.
g. Muntah terus dan tidak biasa makan pada kehamilan muda.
h. Selaput kelopak mata pucat.
Menurut Depkes (2000), tanda-tanda ibu hamil yang sehat :
a. Cukup tenaga dan semangat
b. Tidak pusing-pusing atau mengalami perubahan penglihatan
c. Tidak mual dan muntah-muntah berlebihan
d. Nafsu makan baik
e. Tidak merasa panas di saluran kemih ketika buang air kecil
f. Tidak gatal-gatal pada vagina
g. Tidak ada duh / cairan vagina yang berbau
h. Tidak konsultan dalam bernafas
i. Tidak ada ras nyeri yang berasal dari perut, punggung atau tungkai.
j. Tidak perdarahan dari vagina
k. Tidak ada bengkak pada tangan dan kaki.
2.2.7. Peralatan Yang Diperlukan Untuk Pelayanan Antenatal Care
Menurut Depkes (1998), peralatan yang diperlukan untuk pelayanan antenatal
care yaitu:

23

a. KMS ibu hamil diberikan guna mencatat perkembangan kehamilan ibu


setiap bulan yang hasil perusahaannya dapat dilihat oleh ibu hamil
dalam KMS.
b. Tensimeter dan stetoskop: digunakan untuk mengetahui tekanan arah
ibu.
c. Timbang berat badan: digunakan untuk mengetahui kenaikan berat
badan ibu setiap bulan.
d. Pita pengukur dalam Cm, digunakan untuk mengukur lingkaran
lengan atas ibu hamil.
e. Pengukur tinggi badan: untuk mengetahui tinggi badan ibu.
f. Alat pengukur Hb: dapat digunakan untuk mengecek hemoglobin
darah ibu sehingga dapat diketahui apakah ibu tersebut mengalami
anemia atau tidak.
g. Mononal/statescope janin: digunakan untuk mengetahui detak jantung
janin dalam rahim.
h. Kartu pencatat hasil pemeriksaan: digunakan sebagai bukti bahwa
telah melakukan pemeriksaan ANC.
i. Tablet zat besi: diberikan untuk mencegah terjadinya kekurangan zat
besi pada ibu hamil.
j. Meteran: digunakan untuk mengukur fundus uteri.
k. Reflek Hammer: digunakan untuk mengetahui adanya reflek pada
tonus otot.

24

2.2.8. Pengertian Paritas


Paritas berasal dari kata bahasa artinya keadaan wanita yang
berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan kemiripan yang mendekati
kesamaan (Ahmad Ramali, 1991). Selain itu paritas adalah jumlah anak
yang telah dilahirkan oleh seorang wanita (Dorland, 1996).
1. Klasifikasi
Menurut Manuaba (1999) klasifikasi paritas dapat dibedakan menjadi
3, yaitu :
a. Primipara
Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak yang
cukup besar untuk hidup di dunia luar (matur/prematur) (Rahmad
Mahali, 1996), sedangkan menurut Muchtar (1998) primipara
adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali.
b. Multipara
Menurut Manuaba (1998), multipara adalah wanita yang telah
melahirkan anak hidup beberapa kali dimana persalinan tersebut
tidak lebih 5 kali, sedangkan menurut Muchtar (1998) multipara
adalah wanita yang pernah melahirkan bayi beberapa kali.
c. Grandemultipara
Grandemultipara adalah wanita yang melahirkan 5 orang anak
hidup atau lebih (Sastra Winata, 1983).

25

2. Hubungan Paritas dengan keteraturan kunjungan Antenatal care


Menurut hasil penelitian Sadik (1996) bahwa responden yang
mempunyai anak kurang dari 3 pemeriksaan kehamilannya lebih baik
dari ibu yang mempunyai anak lebih dari 3 orang. Ibu yang
mempunyai anak sedikit masih sangat mengharapkan kehamilannya,
sehingga ia akan memeriksakan kehamilannya dengan baik dan
mendapatkan anak sehat. Sedangkan menurut penelitian (Kodim. N,
1999), ibu dengan kehamilan paritas 4 atau lebih cenderung
memeriksakan kehamilan kurang teratur bila dibandingkan dengan
ibu yang memungut paritas kurang dari 4.
Kehamilan yang paling optimal adalah kehamilan kedua sampai
dengan keempat, kehamilan pertama dan kehamilan setelah keempat
mempunyai resiko yang meningkat. Grande multipara adalah istilah
yang digunakan untuk wanita dengan kehamilan kelima atau lebih.
Kehamilan pada kelompok wanita ini sering disertai penyulit.
Penyulit seperti kelainan letak, perdarahan antepartum, perdarahan
post partum dan lain-lain. Di negara kita wanita dengan paritas tinggi
masih sering ditemukan dan usaha untuk mengurangi kehamilan pada
usia dan paritas tinggi dapat dilakukan dengan usaha prefentif yaitu
melalui program keluarga berencana yang telah ada, yang penting
adalah bagaimana kita dapat memberikan motivasi agar mereka

26

mempunyai minat untuk berkeluarga kecil (Menurut Djamhoer,


1982).

2.3. Kerangka Konseptual


Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka di atas, maka kerangka
konseptual tentang hubungan paritas ibu hamil dengan keteraturan kunjungan
Antenatal care pada penelitian ini.
Variabel Independent

Variabel Dependent
Keteraturan kunjungan
Antenatal Care

Paritas

2.4. Defenisi Operasional


Tabel 2.4. Defenisi operasional variabel independent dan variabel dependent
Variabel
Independent

Defenisi
Operasional

Cara
Ukur

Alat
Ukur

Jumlah anak
yang dilahirkan
oleh ibu

Format
pengumpulan
data

Format
pengumpulan
data

Variabel
Defenisi
Dependent
Operasional
Keteraturan
Keteraturan ibu
kunjungan
hamil
Antenatal care memeriksakan
kehamilan yang
minimal 4 kali
kunjungan
selama hamil

Cara
Ukur
Format
pengumpulan
data

Alat
Ukur
Format
pengumpulan
data

Paritas

Hasil
Ukur

Skala

- Primipara
Nominal
M
ultipara
G
randemultipara

Hasil
Ukur
-

Skala
T

eratur = jika ibu


melakukan
kunjungan
minimal 4 kali
kunjungan
-

Ti
dak teratur = bila
kurang dari 4 kali

Nominal

27

2.5. Hipotesis
Ha : Ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan keteraturan
kunjungan Antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.
Ho : Tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan keteraturan
kunjungan Antenatal care di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

28

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi, Waktu dan Objek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu, sedangkan
waktu penelitian dilaksanakan dari tanggal 5 September 2005 sampai dengan 5
Mei 2006, dengan objek penelitian yaitu seluruh ibu hamil yang berkunjung
memeriksakan kehamilan di Puskesmas Sawah Lebar Bengkulu.

3.2. Populasi dan Sampel


3.2.1. Populasi adalah keseluruhan dari objek yang akan diteliti (Notoatmodjo,
1993 : 35). Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu hamil yang
berkunjung untuk memeriksakan kehamilannya di Puskesmas Sawah
Lebar Bengkulu berjumlah 60 orang
3.2.2. Sampel adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap
mewakili seluruh populasi (Srikandi K, 1997 : 18), kriteria sampel dalam
penelitian ini:
-

Ibu-ibu hamil yang bersedia untuk diteliti

Ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya.

Sampling adalah suatu proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Burns Grove, 1991 : 37). Penelitian ini menggunakan
metode total sampling. Dimana seluruh populasi dijadikan sampel penelitian.
28

29

3.3. Rancangan Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cross
Sectional, variabel sebab (paritas) dan variabel akibat (keteraturan kunjungan
Antenatal care) diukur atau dikumpulkan sekaligus dalam waktu yang bersamaan
(Notoatmodjo, 1993).

3.4. Teknik Pengumpulan Data


Penelitian ini dilakukan dengan observasi langsung dan pengisian lembar
observasi pada klien ibu-ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya untuk
memperoleh data, peneliti membuat instrumen berupa pedoman wawancara dan
quesioner. Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara melakukan
wawancara dan quesioner data yang dicari data skunder, yang menunjukkan ibuibu yang memeriksa kehamilannya data tersebut langsung didapat dari klien
berupa hasil isian format quesioner dan hasil observasi langsung.
Langkah-langkah pengumpulan data:
1. Klien mengatakan persetujuan untuk menjadi responden.
2. Wawancara dengan klien tentang kunjungan antenatal.
3. Membimbing klien untuk mengisi format wawancara pemeriksaan ibu hamil.
Pengumpulan data yang telah dikelompokkan dilakukan dengan komputer.

30

3.5. Teknik Analisa Data


3.5.1. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukan untuk menggambarkan distribusi
frekuensi dari variabel yang diteliti.
3.5.2. Analisa Bivariat
Analisa Bivariat bertujuan untuk menguji dugaan hubungan variabel
paritas ibu hamil dengan variabel keteraturan kunjungan Antenatal Care,
setelah digunakan uji Chi-Square.

31

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, 1996, Prosedur Penelitian, Rineka Cipta, Jakarta.


Depkes RI, 1998. Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (PWSKIA).
Depkes RI, 2002, Program Safe Motherhood di Indonesia. Direktorat Jenderal Bina
Kesmas, Jakarta.
Dinkes Bengkulu, 2003, Profil Kesehatan Bengkulu, Sub Dinas Program, Bengkulu
Firman F. Januari 2003. Majalah Obstetri dan Gynekologi Indonesia.
Notoatmodjo, S, 2001. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.
Muchtar, 1998, Sinopsis Obstetri, Fisiologi Obstetri Patologi, Edisi Ke II.
Manuaba, I.B.G, 1998, Ilmu Kebidanan, Edisi Ke III, YBPSP, Jakarta.
Sarwono, 2001. Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina
Pustaka.
Sulaiman Sastra Winata, 1983, Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran, Bandung.
Sadik, 1996, Dikutip oleh Rifah Aini, Gambaran Faktor-faktor yang Berhubungan
dengan Pemberian Imunisasi TT Terhadap Persatuan dan Sikap Ibu Hamil di
Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan.
Sukernas, 2001. Studi Tindak Lanjut Ibu Hamil, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Depkes RI, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai