Anda di halaman 1dari 12

DISPEPSIA

Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys berarti sulit , dan Pepse berarti pencernaan).
Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di
perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus
klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi
termasuk dispepsia.
Epidemiologi
15 30 % orang dewasa pernah mengalami dispepsia dalam beberapa hari. Negara Barat
prevalensinya 7 41 %. Hanya 10 20 % yang mencari pertolongan medis. Angka insidens
diperkirakan 1- 8 %.
Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux dimana
asam lambung terdorong ke atas menuju esophagus. Hal ini menyebabkan nyeri di dada.
Beberapa obat-obatan, seperti obat anti inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang
penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
1.Menelan udara (aerofagi)
2.Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
3. Iritasi lambung (gastritis)
4.Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
5. Kanker lambung
6. Kolesistitis
7. Intoleransi laktosa
8. Kelainan gerakan usus
9. Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
10. Infeksi Helicobacter pylory

Pengertian dispepsia terbagi dua, yaitu :


1. Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya. Sindroma
dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (luka)
lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain. Dispepsia organic
antara lain adalah gastritis, tukak lambung dan tukak duodenum.
; - Gastritis
; Gastritis merupakan proses inflamasi pd mukosa dan submukosa lambung. Penyebabnya
antara lain infeksi Helicobacter pylori(Patogen gram negative, berbentuk batang atau spiral,
berflagel, hidup pada permukaan epitel, mengandung urease, hidup di antrum, dapat migrasi
ke proksimal dan jadi kokoid (bentuk dorman)), autoantibodi sel parietal, virus, jamur,
OAINS. Gejala yang timbul biasanya asimtomatik & tidak khas tapi dapat juga panas &
pedih di ulu hati, serta mual muntah. Untuk diagnosis infeksi H. pylori dapat dilakukan
pemeriksaan yang Invasif yaitu dengan Gastroskopi (pem. langsung, histopat. atau
mikrobiologi)serta pemeriksaan yang Non invasif yaitu Tes serologi dan Urea Breath
Test.Sedangkan untuk menegakkan diagnosis gastritis dapat dilakukan pemeriksaan
Endoskopi & Histopatologi. Pada pemeriksaan Endoskopi dapat ditemukan eritema,eksudatif,
flat erosion, raised erosion, perdarahan, edematous rugae. Sedangkan dengan pemeriksaan
Histopatologi dapat ditemukan degradasi epitel, infiltrasi neutrofil, kerusakan sel parietal,
sertakan pem. HP. Perjalanan alamiah gastritis dapat dibagi menjadi:
; - Gastritis kronik non atropi predominasi antrum (inflamasi moderat-berat di antrum).
; - Gastritis kronik non atropi multifokal (inflamasi hampir seluruh mukosa di antrum dan
korpus).
;
; Penatalaksanaan:
; Obat 1

; Obat 2

; Obat 3

; Obat 4

PPI dosis ganda

Klaritromisin2x500mg

Amoksisilin

PPI dosis ganda

Klaritromisin2x500mg

2x1000mg
Metronidazol

PPI dosis ganda

Tetrasiklin 4x500mg

2x500mg
Metronidazol

Bismuth subsalisilat

2x500mg
; - Tukak Lambung
Merupakan suatu gambaran bulat/semibulat/oval ukuran lebih dari 5 mm kedalaman
submukosal pada mukosa lambung karena terputusnya kontinuitas/integritas mukosa

lambung.Prevalensi tergantung social ekonomi & demografi. Pria lebih banyak dari wanita,
serta lebih banyak terjadi pada sosek rendah, tukak duodeni lebih banyak dari tukak
gaster.Patofisiologi terbagi dalam beberapa teori yaitu:
- No acid no ulcer, sekresi asam lambung pada sel parietal menyebabkan defek mukosa,
-

terkait genetik.
Balance theory, ggn keseimbangan faktor agresif (faktor endogen & eksogen)& defensif

(PG,mukus bikarbonat & pertahanan sel epitel).


- No Hp no ulcer.
Gambaran Klinis yaitu :
- Nyeri ulu hati
- Rasa tidak nyaman/discomfort
- Muntah
- Rasa sakit timbul setelah makan dan biasanya di sebelah kiri garis tengah perut
Pada pemeriksaan Fisik jika tanpa komplikasi jarang terjadi kelainan fisik, bisa juga
terdapat rasa sakit di ulu hati atau di kiri garis tengah perut & penurunan BB. Jika terjadi
Peritonitis akan timbul rasa sangat nyeri, nyeri tekan perut, tak terdengar peristaltik
usus.Pada perdarahan akan timbul takikardi, syok hipovolemik. Serta Pointing sign pada
komplikasi ke pankreas
Pada pemeriksaan penunjang
-

Lab : tidak ada yang spesifik

Radiologi : Endoskopi, Tukak jinak dapat terlihat luka terbuka dengan pinggiran teratur,
mukosa licin dan normal, lipatan yang teratur keluar dari pinggiran tukak.

Diagnosis ditegakkan dari pengamatan klinis, hasil pemeriksaan penunjang, dan hasil biopsi.
Komplikasi yang dapat timbul adalah perdarahan, perforasi/penetrasi, Obstruksi atau stenosis.
Terapi ditujukan untuk menghilangkan keluhan, menyembuhkan/memperbaiki kesembuhan
tukak, mencegah kekambuhan/rekurensi tukak, serta mencegah komplikasi. Terapi dapat dengan
medikamentosa, non medikamentosa dan tindakan operasi. Terapi medikamentosa terdiri dari :
Antasida
Koloid Bismut (Coloid Bismuth Subsitrat & Bismuth Subsalisilat), membentuk lapisan
penangkal, merangsang sekresi PG, bikarbonat dan mukus, bakterisidal terhadap Hp.
Sukralfat
Prostaglandin
ARH2
PPI

Program eradikasi H. pylori bertujuan :


-

Mengurangi keluhan

Penyembuhan tukak

Mencegah kekambuhan, perdarahan dan keganasan.

Program eradikasi H. pylori dilakukan dengan menggunakan terapi kombinasi menggunakan


tiga atau empat obat.
Terapi tripel
Obat 1
PPI 2 x 1

Obat 2
Obat 3
Keterangan
Amoksisilin 2 x 1000 Klaritromisin 2 x 500 Regimen terbaik

PPI 2 x 1

mg
mg
Metronidazol 2 x 500 Klaritromisin 2 x 500 Bila alergi penisilin

PPI 2 x 1

mg
mg
Metronidazol 2 x 500 Amoksisilin 2 x 1000 Kombinasi termurah

PPI 2 x 1

mg
mg
Metronidazol 2 x 500 Tetrasiklin 2 x 500 mg

Bila alergi penisilin

mg

dan klaritromisin

Terapi Kuadripel
-

PPI 2X1

Bismuth Subsalisilat 4X2

MNZ 4X250

Tetrasiklin 4x500

Tukak gaster refrakter merupakan Tukak yang belum sembuh walau telah diberi terapi
eradikasi penuh selama 14 hari diikuti pemberian PPI selama 10 minggu lagi dengan syarat :
1. Obat tetap dimakan
2. Bukan keganasan
3. Bukan inf. Hp, tidak merokok dan minum OAINS
4. Diagnosa benar
-

Tukak Duodenum

Terjadinya tukak duodenum melibatkan faktor defensif dan faktor agresif. Faktor agresif yaitu
faktor yang menyebabkan terjadinya tukak duodenum, terdiri dari :
1. Hp (Hp melekat dengan bantuan adhesin selanjutnya Sistem imun akan berusaha
menghancurkan Hp dengan aktivasi mediator inflamasi, Hp keluarkan sitotoksin &
urease, di antrum akan merusak sel D somatostatin)

2. OAINS (Efek asam akan mengganggu enzim COX 1 pada asam arakhidonat dan
menekan produksi Prostaglandin)
3. Lingkungan, pola hidup (merokok, stres, malnutrisi, genetik)
Faktor Defensif terdiri dari :
1. Faktor pre epitel (mukus bikarbonat)
2. Faktor epitel (kecepatan pergantian sel yang rusak)
3. Faktor sub epitel (PG endogen, aliran darah)
Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dan panas di epigastrium, tidak terlokalisasi, 90mnt-3 jam pp, berkurang
sementara setelah makan, minum antasida atau susu (Hunger Pain Food Relieve), timbul
lagi saat lapar atau malam hari.
2. Sakit disebelah kanan garis tengah perut.
3. Waspadai alarm symptom
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan palpasi nyeri epigastrium. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan endoskopi, biopsi lambung. Komplikasi yang dapat ditimbulkan adalah
perdarahan, perforasi, penetrasi.
Penatalaksanaan bertujuan untuk

menghilangkan gejala, mempercepat peyembuhan tukak,

mencegah komplikasi & kekambuhan. Bisa dengan medikamentosa, non medikamentosa (diet)
dan tindakan pembedahan. Medikamentosa terdiri dari :
1. TD kausa Hp : eradikasi Hp
2. TD dgn Hp & OAINS : kalau bisa hindari OAINS, beri PPI.
3. TD causa OAINS : kalau bisa hindari OAINS, atau beri PPI, ARH2, misoprostol.
4. TD non Hp non OAINS : antasida, PPI, ARH2
2. Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi.
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa
terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria
maupun wanita.
Manifestasi Klinis

Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan/gejala yang dominan, membagi dispepsia
menjadi tiga tipe :
1. Dispepsia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus-like dyspepsia), dengan gejala:
a. Nyeri epigastrium terlokalisas
b. Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid
c. Nyeri saat lapar
d. Nyeri episodik
2. Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspesia), dengan gejala:
a. Mudah kenyang
b. Perut cepat terasa penuh saat makan
c. Mual
d. Muntah
e.Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
f. Rasa tak nyaman bertambah saat makan
3. Dispepsia nonspesifik.
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis
sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas
jangka waktu tiga bulan.
Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin disertai dengan
sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita, makan dapat
memperburuk nyeri; pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya.
Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi.
Jika dispepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon
terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak
biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksaan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan untuk penanganan dispepsia terbagi beberapa bagian, yaitu:
1. Pemeriksaan laboratorium biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkap
dan pemeriksaan darah dalam tinja, dan urin. Dari hasil pemeriksaan darah bila
ditemukan lekositosis berarti ada tanda-tanda infeksi. Pada pemeriksaan tinja, jika

tampak

cair

berlendir

menderita

malabsorpsi.

sebaiknya

diperiksa

pencernaan

perlu

atau

banyak

Seseorang
asam

diperiksa

mengandung

yang

diduga

lambung.

petanda

lemak

tumor,

berarti

menderita
Pada

misalnya

kemungkinan

dispepsia

karsinoma
dugaan

tukak,
saluran

karsinoma

kolon

perlu diperiksa CEA, dugaan karsinoma pankreas perlu diperiksa CA 19-9.


2. Barium enema untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus halus dapat
dilakukan pada orang yang mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan
berat badan atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan.
3. Endoskopi bisa digunakan untuk memeriksa kerongkongan, lambung atau usus
kecil dan untuk mendapatkan contoh jaringan untuk biopsi dari lapisan lambung.
Contoh

tersebut

kemudian

diperiksa

apakah

lambung

terinfeksi

oleh

pemeriksaan

baku

emas,

selain

dibawah

mikroskop

Helicobacter
sebagai

pylori.
diagnostik

untuk

mengetahui

Endoskopi

merupakan

sekaligus

terapeutik.

Pemeriksaan yang dapat dilakukan dengan endoskopi adalah:


a. CLO (rapid urea test)
b. Patologi anatomi (PA)
c. Kultur mikroorgsanisme (MO) jaringan
d. PCR (polymerase chain reaction), hanya dalam rangka penelitian
4. Pemeriksaan radiologi, yaitu OMD dengan kontras ganda, serologi Helicobacter pylori, dan
urea breath test. Pemeriksaan radiologis dilakukan terhadap saluran makan bagian atas dan
sebaiknya dengan kontras ganda. Pada refluks gastroesofageal akan tampak peristaltik di
esophagus yang menurun terutama di bagian distal, tampak anti-peristaltik di antrum yang
meninggi serta sering menutupnya pilorus, sehingga sedikit barium yang masuk ke intestin.
Pada tukak baik di lambung, maupun di duodenum akan terlihat gambar yang disebut niche,
yaitu suatu kawah dari tukak yang terisi kontras media. Bentuk niche dari tukak yang jinak
umumnya reguler, semisirkuler, dengan dasar licin. Kanker di lambung secara radiologis, akan
tampak massa yang ireguler tidak terlihat peristaltik di daerah kanker, bentuk dari lambung
berubah. Pankreatitis akuta perlu dibuat foto polos abdomen, yang akan terlihat tanda seperti
terpotongnya usus besar (colon cut off sign), atau tampak dilatasi dari intestin terutama di
jejunum yang disebut sentinel loops.

5. Kadang dilakukan pemeriksaan lain, seperti pengukuran kontraksi kerongkongan


atau respon kerongkongan terhadap asam.
Penatalaksanaan
Berdasarkan Konsensus Nasional Penanggulangan Helicobacter pylori 1996, ditetapkan
skema penatalaksanaan dispepsia, yang dibedakan bagi sentra kesehatan dengan tenaga
ahli

(gastroenterolog

atau

internis)

yang

disertai

fasilitas

endoskopi

dengan

penatalaksanaan dispepsia di masyarakat. Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan


obat, yaitu:
1. Antasid 20-150 ml/hari Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan
menetralisir

sekresi

asam

Al(OH)3,

Mg(OH)2,

menerus,

sifatnya

triksilat

dapat

adsorben

lambung.

dan

Mg

hanya

dipakai

sehingga

Antasid
triksilat.

simtomatis,
dalam

bersifat

biasanya

Pemberian

unutk

waktu

lama,

namun

Na

antasid

mengurangi

lebih

nontoksik,

mengandung

dalam

jangan

rasa

juga

bikarbonat,
terus-

nyeri.

berkhasiat
dosis

Mg

sebagai

besar

akan

menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.


2. Antikolinergik
Perlu

diperhatikan,

selektif
dapat

karena

yaitu

pirenzepin

menekan

seksresi

kerja

obat

bekerja
asam

ini

tidak

spesifik.

sebagai

anti

reseptor

lambung

sekitar

Obat

28-43%.

yang

agak

muskarinik

yang

Pirenzepin

juga

memiliki efek sitoprotektif.


3. Antagonis reseptor H2
Golongan
atau

obat

esensial

ini

banyak

seperti

tukak

digunakan
peptik.

untuk

Obat

yang

mengobati
termasuk

dispepsia
golongan

organik
antagonis

respetor H2 antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin, dan famotidin. Ranitidin 300 mg sebelum
tidur atau 2x150 mg/hari.
4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)
Golongan
proses

obat
sekresi

ini

mengatur

asam

sekresi

lambung.

asam

Obat-obat

adalah omeperazol, lansoprazol, dan pantoprazol.

lambung
yang

pada

stadium

termasuk

akhir

golongan

dari
PPI

Esomeprazol 20-40 mg 1 x /hr

Lanzoprazol 30 mg 1 x/hr

Omeprazol 20 mg 1 x/hr

Pantoprazol 40 mg 1 x/hr

Rabeprazol 20 mg 1 x/hr

5. Sitoprotektif
Prostaglandin
Selain

sintetik

bersifat

parietal.

seperti

sitoprotektif,

Sukralfat

yang

selanjutnya

mukus

dan

lapisan

protektif

misoprostol
juga

berfungsi

menekan

(site

dan

sekresi

meningkatkan

memperbaiki

meningkatkan

(PGE1)

asam

sekresi

protective),

bikarbonat
yang

lambung

(PGE2).
oleh

prostoglandin

mikrosirkulasi,

sekresi

enprostil

endogen,

meningkatkan
mukosa,

bersenyawa

serta

dengan

sel

produksi
membentuk

protein

sekitar

lesi mukosa saluran cerna bagian atas (SCBA). Misoprostol (analog metilester PG E1 yang
menghambat sekresi HCl dan sitoprotektif )Dosis : 200 mg 4 x/hr atau 400 mg 2 x/hr. Sukralfat
(Senyawa alumunium sukrosa sulfat bentuk polimer dalam suasana asam dan terikat pada
jaringan nekrotik tukak secara selektif. Tidak diabsorbsi sistemik) Dosis 1 g 4 x/hr.
6. Golongan prokinetik
Obat

yang

termasuk

metoklopramid.
fungsional

Golongan
dan

refluks

golongan
ini

ini,

yaitu

cukup

sisaprid,

efektif

esofagitis

untuk

dengan

domperidon,
mengobati

mencegah

dan

dispepsia

refluks

dan

memperbaiki bersihan asam lambung (acid clearance).


7. Kadang kala juga dibutuhkan psikoterapi dan psikofarmaka (obat anti- depresi dan cemas)
pada pasien dengan dispepsia fungsional, karena tidak jarang keluhan yang muncul berhubungan
dengan faktor kejiwaan seperti cemas dan depresi.
Pengobatan farmakologis untuk pasien dispepsia fungsional belum begitu memuaskan.
Hasil

penelitian

controlled

trials

secara

umum

masih

mengecewakan

dan

hanya

menemukan manfaat yang relatif kecil mengenai placebo dengan histamin antagonis
reseptor H2, penghambat pompa asam (proton-pump inhibitors), dan pemberantasan
Helicobacter pylori. Walaupun sejumlah penelitian acak (randomized), controlled trials, dan
meta-analisis

telah

menunjukkan

keunggulan

sisaprid

dibandingkan

placebo,

sekarang kegunaan sisaprid terlarang di kebanyakan negara karena mengakibatkan efek


samping pada jantung.
Terapi non farmakologis
Hindari makanan pencetus serangan
Psikoterapi
Menghindari stress
Stop merokok & alkohol
Stop kafein (stimulan asam lambung)
Menghindari makanan dan minuman soda
Menghindari makan malam
Pencegahan
Biasakan makan dengan teratur
Kunyah makanan dengan baik
Jangan makan terlalu banyak
Jangan berbaring setelah makan
Hindari waktu makan yang terlalu ber-dekatan supaya proses mencerna tidak terganggu
(interval 2-3 jam)
Jangan makan sambil minum (setiap cairan yang dikonsumsi dengan makanan padat akan
mengurangi aktivitas cairan pencernaan yang terlibat dalam proses pencernaan)
Tingkatkan konsumsi makanan sumber serat
Konsumsi makanan probiotik
Kurangi konsumsi makanan pembentuk asam (protein hewani dan karbohidrat sederhana)
Jangan makan makanan yang terlalu panas atau dingin (dapat mengiritasi lapisan dinding
lambung)
Kurangi stress
Prognosis
Umumnya baik, tergantung pada beratnya penyakit dan penanganan yang cepat. Prognosis pada
kasus yang telah mengalami perforasi umumnya buruk.

Daftar Isi
1. D Dharmika. Dispepsia fungsional. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5 th Ed.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2009.p.529-33.
2. Hirlan. Gastritis. In: Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5 th Ed. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI;2009.p.509-12.
3. T Pengarapen. Tukak gaster. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jildi I. 5 th Ed. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI;2009.p.513-22.
4. HAM Akil. Tukak duodenum. In : Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. 5 th Ed. Jakarta :
Balai Penerbit FKUI;2009.p.523-8.

5. E Ari dan A Azalia. Obat lokal. In : Farmakologi dan terapi. 5th Ed. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI;2007.p.518-24.
6. Mansjoer, Arif et al. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Edisi Ketiga. Jakarta.: 48849.
7. Hadi, Sujono. 2002. Gastroenterologi. Bandung : 156,159.
8. Bazaldua, O.V. et al. 2006. Dyspepsia: What It Is and What to Do About It.
http://familydoctor.org/online/famdocen/home/common/digestive/dyspepsia.html,
Desember 2006
9. Anonim. 2001. Dyspepsia-Symptoms, Treatment, abd Prevention.
http://www.healthscout.com/ency/68/294/main.html, 2001

Anda mungkin juga menyukai