Anda di halaman 1dari 24

Sarana fisik dan peralatan instalasi kamar jenazah

Di kamar jenazah tempat tidur untuk perawatan pasien sebelum ditunjukkan kepada
keluarga. Terdapat troli untuk menempatkan alat alat yang dibutuhkan untuk pelayanan
jenazah. Terdapat brankart untuk memindahkan jenazah dari rumah sakit
ke
mobil
jenazah. Di dalam kamar jenazah terdapat lemari penyimpanan APD. Dan keranjang
atau box untuk meletakkan APD yang telah dipakai untuk perawatan jenazah. Yang nantinya
akan dibawa ke ruang laundry.
Terdapat wastafel dan antiseptic serta handwash untuk petugas mencuci tangan
setelah menyiapkan jenazah. Peralatan yang diperlukan di kamar jenazah antara lain :
1. Peralatan antropometri
2. System komunikasi internal (PABX)
3. Sarung tangan panjang
4. Apron plastic
5. Masker
6. Tutup kepala
7. Surat kematian
8. Label jenazah
9. Senter

Pelayanan kamar jenazah adalah kegiatan mempersiapkan jenazah sebelum


diperlihatkan kepada keluarga. Untuk memberikan pelayanan yang lebih baik pada pasien
meninggal, maka diperlukan alur penanganan jenazah yang jelas. Tersedianya kamar
jenazah yang standar dapat dipakai sebagai acuan oleh petugas kamar jenazah dalam
memberikan mutu pelayanan yang baik bagi keluaga pasien.
ALUR PENANGANAN JENAZAH DI KAMAR JENAZAH RUMAH SAKIT UMUM
1. Pasien dari instalasi lain yang sudah dinyatakan meninggal (jenazah) dikirim ke kamar
jenazah.
2. Di kamar jenazah dilakukan perawatan sebelum ditunjukkan kepada keluarga. Di kamar
jenazah dilakukan pemeriksaan kembali. Kepala diberi tali kassa sampai mulut jenazah
tertutup. Tangan diposisikan diatas perut kemudian pergelangan tangan ditali. Kemudian
diantara jempol kaki diselipkan kassa dan ditali kembali. Setelah posisi dan keadaan
jenazah sudah dirapikan, keluarga dipanggil untuk melihat keadaan keluarganya yang
meninggal.
3. Setelah
dilakukan
perawatan
memberikan surat kematian.

di

kamar

jenazah

petugas

kamar

jenazah

4. Kemudian keluarga membawa surat kematian ke ruang administrasi rumah sakit untuk
mengurus biaya perawatan selama di Rumah sakit. Setelah surat kematian dan biaya
administrasi telah selesai, keluarga menunjukkan kepada petugas instalasi kamar
jenazah.
5. Setelah
ditunggu
2
jam
jenazah
diperbolehkan
dibawa
pulang
dengan
menggunakan kereta/ brankart khusus untuk jenazah menuju ke mobil jenazah rumah
sakit
A. Tata Cara Mengurus Jenazah
1.
Hal-hal yang harus dilakukan setelah seseorang meninggal

Apabila menjumpai seseorang yang telah menghembuskan nafasnya yang terakhir, maka
diharuskan untuk melakukan hal-hal seperti berikut:
1.
Segera memejamkan mata sang mayat dan mendoakannya
2.
Menutup seluruh badan sang mayat dengan pakaian selain yang dikenakannya
3.
Menyegerakan pengurusan jenazah hingga proses pemakamannya bila telah nyata
kematiannya.
2.

Memandikan mayat
Apabila seorang meninggal dunia, maka wajib bagi sekelompok muslim untuk segera
memandikannya. Dalam memandikan mayat, hendaknya menjaga hal-hal sebagai
berikut:
1.
Memandikan tiga kali lebih sesuai dengan yang dibutuhkan
2.
Hendaklah memandikan dengan hitungan ganjil (3 kali, 5 kali, 7 kali, dan
seterusnya)
3.
Hendaklah air yang digunakan untuk memandikan dicampurkan dengan sabun atau
sejenisnya
4.
Pada akhir memandikannya hendaknya mencampuri airnya dengan parfum, kapur
barus, atau sejenisnya
5.
Menguraikan rambutnya
6.
Memulai memandikannya dari sebelah kanan, dan anggota badan yang dibasuh
ketika berwudhu
7.
Hendaklah yang memandikan mayat laki-laki adalah orang laki-laki, dan yang yang
memandikan mayat perempuan adalah orang-orang perempuan
8.
Cara memandikannya dengan menggunakan kain pembersih atau semisalnya. Lalu
digosok-gosokkan di bawah kain penutup, setelah pakaiannya dilepaskan. Dianjurkan
untuk memotong kukunya jenazah, mencukur bulu ketiak dan kemaluan, menyisir rambut
jenazah. Lalu menyekanya dengan handuk.

3.

Mengkafani jenazah
Setelah usai memandikan jenazah, maka diwajibkan mengkafaninya. Kafan yang
digunakan utuk membungkus jenazah hendaklah mencukupi untuk menutup seluruh
tubuhnya. Mengkafani jenazah dilakukan dengan cara: dianjurkan mengkafani dengan 3
helai kain kafan yang berwarna putih bagi jenazah laki-laki, dan 5 helai kain kafan untuk
jenazah perempuan. Kain kafan tersebut dibubuhi wewangian kemudian membalut
jenazah dengan kain kafan tersebut.
Pada lapis yang pertama dibubuhi wewangian khusus, kemudian letakkan jenazah
diatas kafan tersebut dalam posisi terlentang. Lalu letakkan kapas yang telah dibubuhi
wewangian pada selakangan jenazah. Hendaklah menyediakan kain yang telah dibubuhi
kapas untuk menutupi aurat jenazah dengan melilitkannya (seperti popok) kemudian
hendaklah membubuhi wewangian pada lekuk wajah jenazah. Kemudian lembaran
pertama dilipat dari sebelah kanan terlebih dahulu, menyusul lembaran kedua dan ketiga
seperti halnya lembaran yang pertama. Kemudian menambatkan tali-tali pengikatnya
yang berjumlah tujuh utas tali. Lalu gulung lebihan kain kafan pada ujung kepala dan
kakinya agar tidak lepas ikatannya, kemudian lipat kea rah kaki dan arah kepala.
Jenazah wanita dikafani dengan lima helai kain yaitu kain sarung untuk menutupi
bagian bawahnya, kerudung untuk menutupi bagian kepalanya, baju kurung (yang
terbuka sisi kanan dan kirinya) serta dua helai kain yang digunakan untuk menutupi
sekujur tubuhnya.[1]

B.

Menyolatkan jenazah

Mensholatkan jenazah orang Islam adalah fardhu kifayah. Mensholatkan jenazah


dengan cara sebagai berikut:
1.

Imam hendaklah berdiri setentang dengan kepala jenazah, apabila jenazahnya laki-

laki, dan berdiri tepat pada bagian tengah jenazah apabila jenazahnya perempuan
2.
Kemudian imam takbir empat kali. Setelah takbir pertama, membaca taawudz,
kemudian surat al-fatihah
3.
Pada takbir kedua, membaca sholawat nabi sebagaimana yang biasa dibaca dalam
tashyahud
4.
Kemudian setelah takbir ketiga, membaca doa. Setelah takbir keempat juga
membaca doa lalu mengucapkan sekali salam kekanan. Pada setiap takbir mengangkat
kedua tangan.[2]

C.

Penguburan Jenazah

Menguburkan jenazah dengan cara memasukkan jenazah ke liang lahat dari arah
kaki kuburan, lalu diturunkan kedalam liang kubur secara perlahan, jika tidak
memungkinkan boleh menurunkan dari arah kiblat. Dalam meletakkan jenazah kedalam
liang kubur, hendaknya membaringkan jenazah dengan posisi lambung kanan dibawah
dan wajahnya menghadap kea rah kiblat. Sementara kepala dan kedua kainya bertumpu
pada sisi kanan dan menghadap kiblat.
Dimustahabkan (disukai) bagi orang yang mengantar jenazah ke pemakaman
untuk melemparkan tiga kali genggaman tanah dengan kedua tangannya usai penutupan
liang lahatnya. Hal-hal yang disunahkan sesudah pemakaman jenazah adalah seperti
berikut:
Pertama: meninggikan kuburan sekadar sejengkal dari permukaan tanah dan tidak
diratakan dengan tanah, agar dikenali makamnya dan tidak ditelantarkan.
Kedua: hendaknya gundukan tanah lebihan dibentuk seperti punuk.
Ketiga: hendaknya memberi tanda pada makam dengan batu atau sejenisnya agar
diketahui bagi keluarganya.
Keempat: hendaklah salah seorang berdiri di samping kuburan jenazah untuk
memohonkan kemantapan dalam menjawab setiap Tanya dalam kubur dan ampunan bagi
jenazah, seraya menyuruh kepada yang hadir untuk melakukan hal yang sama.

D. Mempraktikkan Tata Cara Pengurusan Jenazah


1. Memandikan jenazah
Hukum memandikan jenazah adalah fardlu kifayah, artinya kewajiban ini dibebankan
kepada semua mukalaf di tempat itu, tetapi apabila dilakukan oleh sebagian orang,
gugurlah kewajiban seluruh mukalaf.
Berkaitan dengan memandikan jenazah, berikut dibahas mengenai syarat memandikan
jenazah, orang yang memandikan jenazah, dan tata cara memandikan jenazah.
a. Syarat memandikan jenazah
Ketika memandikan jenazah, tidak semua orang boleh hadir. Mereka yang hadir aadalah
orang yang diperlukan kehadirannya. Oleh sebab itu, ada syarat tertentu yang harus
diperhatikan, antara lain :
1) Orang muslim, berakal, dan balig cukup umur.
2) Orang yang wajib memandikan jenazah wajib niat.
3) Orang jujur, saleh, dan dapat dipercaya. Hal itu dimaksudkan agar orang itu hanya
menyiarkan mana-man yang baik dan menutupi mana-man yang jelek tentang si mayat.
b. Orang yang utama memandikan jenazah.
1) Untuk jenazah laki-laki, orang yang utama memandikan adalah orang yang diberi
wasiat, kemudian bapak, kakek, keluarga terdekat, mahram dari pihak laki-laki, dan boleh
juga istrinya.
2) Untuk jenazah perempuan, yang memandikan adalah ibunya, neneknya, atau keluarga

terdekat dari pihak wanita serta suaminya.


3) Jika jenazah anak laki-laki, boleh perempuan memandikannya. Jika anak perempuan
boleh laki-laki memandikannya,
4) Jika perempuan yang mati dan semuanya yang hidup laki-laki dan tidak ada suaminya
atau sebaliknya, jenazah tersebut tidak dimandikan, tetapi ditayamumkan oleh salah
seorang dari mereka dengan memakai lapis tangan. Rosulullah saw bersabda sebagai
berikut.
, , , ,
Artinya :
Jika seseorang perempuan meninggal di lingkungan laki-laki dan tidak ada perempuan
lain atau laki-laki meninggal di lingkungan perempuan-perempuan dan tidak ada laki-laki
selainnya maka hendaklah mayat-mayat itu ditayamumkan, lalu dimakamkan. Keduanya
itu sama halnya dengan orang yang tidak mendapatkan air.(HR. Abu Dawud dan alBaihaqi)
c. Tata cara memandikan jenazah
1) Ambil kain penutup dan gantikan dengan kain basahan sehingga aurat utamanya tidak
kelihatan.
2) Mandikan jenazah pada tempat yang tertutup.
3) Pakailah sarung tangan dan bersihkan jenazah dari segala kotoran.
4) Ganti sarung tangan yang baru, lalu bersihkan seluruh badannya dan tekan perutnya
perlahan-lahan jika jenazah tidak hamil.
5) Tinggiakan kepala jenazah agar air tidak mengalir ke arah kepala.
6) Masukkan jari tangan yang telah dibalut dengan kain basah ke mulut jenazah, gosok
giginya, dan bersihkan hidungnya. Kemudian, wudlukan seperti wudlu untuk sholat.
7) Siramkan air ke tubuh yang sebelah kanan dahulu. Kemudian ke sebelah kirinya.
8) Mandikan jenazah dengan air sabun dan air mandinya yang terakhir dicampur dengan
wangi-wangian.
9) Perlakukan jenazah dengan lembut ketika membalik dan menggosok anggota
tubuhnya.
10) Memandikan jenazah satu kali jika dapat membasuh ke seluruh tubuhnya, itulah yang
wajib. Sunnah mengulanginya beberapa kali dalam bilangan ganjil.
11) Jika keluar najis dari jenazah itu setelah dimandikan dari badannya, wajib dibuang dan
dimandikan kembali. Jika keluar najis setelah di atas kafan, tidak perlu untuk diulang
mandinya, tetapi cukup untuk membuang najisnya saja.
12) Keringkan tubuh jenazah setelah dimandiakan dengan kain atau handuk sehingga
tidak membasahi kafannya.
13) Selesai mandi, sebelum dikafani berilah wangi-wangian yang tidak mengandung
alkohol. Pembaerian wewangian untuk jenazah sebaiknya menggunakan kapur barus.
2. Mengafani jenazah

Mengafani jenazah adalah menutupi atau membungkus jenazah dengan sesuatu yang
dapat menutupi tubuhnya walau hanya sehelai kain. Hukum mengafani jenazah muslim
dan bukan mati syahid adalah fardlu kifayah.
Dalam mengafani jenazah, terdapat hal-hal yang disunnahkan, antara lain:
a. Kain yang digunakan hendaklah bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh.
b. Kain kafan hendaklah berwarnah putih.
c. Jumlah kain kafan bagi laki-laki hendaklah tiga lapis, sedengkan perempuan lima lapis.
d. Sebelum digunakan untuk membungkus, kain kafan hendaknya diberi wangi-wangian.
e. Tidak berlebihan dalam mengafani jenazah.
a. Cara mengafani jenazah laki-laki
1) Bentangkan kain kafan sehelai demi sehelai, yang paling bawah lebih lebar dan luas.
Sebaiknya masing-masing helai diberi kapur barus.
2) Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain
kafan memanjang lalu ditaburi dengan wangi-wangian.
3) Tutuplah lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.
4) Selimutkan kain kafan sebelah kanan yang paling atas, kemudian ujung lembar sebelah
kiri. Selanjutnya, lakukan selembar demi selembar dengan cara yang lembut.
5) Ikatlah dengan tali yang sudah disiapkan sebelumnya dibawah kain kafan tiga atau
lima ikatan. Lepaskan ikatan setelah dibaringkan di liang lahat.
6) Jika kain kafan tidak cukup menutupi seleruh badan jenazah, tutupkanlah bagian
auratnya. Bagian kaki yang terbuka boleh ditutup dengan rerumputan atau daun kayu
atau kertas dan semisalnya. Jika tidak ada kain kafan kecuali sekadar untuk menutup
auratnya saja, tutuplah dengan apa saja yang ada. Jika banyak jenazah dan kain kafannya
sedikit, boleh dikafankan dua atau tiga orang dalam satu kain kafan. Kemudian, kuburkan
dalam satu liang lahat, sebagaimana dilakukan terhadap syuhadak dalam perang uhud/
b. Cara mengafani jenazah perempuan
Kain kafan perempuan terdiri atas lima lembar kain kafan putih, yaitu:
1) Lembar pertama yang paling bawah untuk menutupi seluruh badannya yang lebih
lebar.
2) Lembar kedua untuk kerudung kepala.
3) Lembar ketiga untuk baju kurung.
4) Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.
5) Lembar kelima untuk pinggul dan pahanya.
Mengafani jenazah perempuan sebagai berikut:
1) Susunlah kain kafan yang sudah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan
tertib. Kemudian angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkna
diatas kain kafan sejajar, serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

2) Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.


3) Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.
4) Pakaikan sarung ( cukup disobek saja, tidak di jahit )
5) Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek saja, tidak di jahit )
6) Dandanilah rambutnya tiga dandanan, lalu julurkan kebelakang.
7) Pakaikan penutup kepalanya ( kerudung )
8) Membungkusnya dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung
kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain
kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan,
dan ddilepaskan ikatanya setelah diletakkan di dalam liang lahat. Setelah itu, siap untuk
di sholatkan.
3. Menyalatkan jenazah
Telah disepakati para ulama bahwa menyalatkan jenazah hukumnya adalah fardlu
kifayah. Seperti yang diriwayatkan oleh Rasulullah.

Artinya:
Sholatilah oranng yang meninggal dunia diantaramu. (HR.Ibnu Majah dari Jabir bin
Abdillah)
Sholat jenazah mempunyai rukun-rukun yang apabila salah satu diantaranya tidak
dipenuhi maka ia batal dan tiadak dianggap sah oleh syarak. Diantara rukun menyalatkan
jenazah sebagai berikut:
a. Berniat menyalatkan jenazah
sebelum menyalatkan jenazah, hendaklah wudlu terlebih dahulu seperti sholat biasa.
Kemudian, berniat hendak menyolatkan jenazah.
Niat menegakkan sholat jenazah karena Allah swt baik jenazah laki-laki, perempuan
maupun anak-anak (hadir atau gaib ). Niat dibaca dalam hati.
b. Takbir empat kali.
1) Takbir pertama untuk melakukan sholat dengan mengangkat tangan dilanjutkan
membaca surat al-Fatiha.
2) Mengangkat tangan untuk takbir kedua. Lalu membaca shalawat berikut.
.
. .
Artinya:
Ya Allah limpahkanlah rahmad kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah
Engkau beri rahmad kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah keberkahan
kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau beri keberkahan
kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Di seluruh ala mini, engkaulah yang Maha Terpuji
lagi Maha Mulia.

3) Mengangkat tangan untuk takbir ketiga, lalu mendoakan si jenazah. Dengan doa
seperti berikut.

.
Artinya :
Ya Allah, ampunilah dia, berilah dia rahmad dan kesejahteraan, maafkanlah dia,
hormatilah kedatangannya, luaskanlah tempat tinggalnya, bersihkanlah dia dengan air
dan salju serta smbun. Bersihkanlah dia dari segala dosanya, sebagaimana kain putih
yang bersih dari segala kotoran, gantilah buat dia rumah yang lebih baik dari rumahnya
yang dahulu, gantilah buat dia ahli keluarganya yang lebih baik dari pada ahli
keluarganya yang dahulu, peliharalah dia dari bencana kubur dan siksa api neraka.
4) Mengangkat tangan dan takbir keempat, lalu diam sejenak atau membaca doa. Doa
merupakan rukun sholat jenazah yang telh disepakati para fukaha. Disunnahkan doa
setelah takbir keempat, meskipun seseorang telah berdoa setelah takbir . doa untuk
jenazah laki-laki seperti berikut:

Artinya :
Ya Allah, janganlah Engkau halangi kami dari mendapat pahalanya, janganlah Engkau
jadikan fitnah kami setelah dia tiada, ampunilah kami dan dia.
5) Mengucapkan salam
c. Berdiri bagi yang kuasa
Berdiri merupakan rukun menyalatkan jenazah menurut jumhur ulama. Oleh sebab itu,
tidak sah menyalatkan jenazah sambil berkendaraan.
4. Menguburkan jenazah
Setelah disholatkan, jenazah segera dikuburkan. Jenazah sebaiknya dipikul oleh empat
orang jamaah. Sebelum proses penguburan sebaiknya lubanng kubur dipersiapkan
terlebih dahulu, dengan kedalaman minimal 2 m agar bau tubuh yang membusuk tidak
tercium ke atas dan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Selanjutnya, secara
perlahan jenazah dimasukkan ke dalam kubur di tempatkan pada lubang lahat, dengan
dimiringkan ke arah kiblat. Selanjutnya, tali pengikat jenazah bagian kepala dan kaki
dibuka agar menyentuh tanah langsung.
Agar posisi jenazah tidak berubah, sebaiknya diberi ganjalan dengan bulatan tanah atau
bulatan tanah kecil. Selanjutnya, lubang tanah ditutup dengan kayu atau bambu sehingga
waktu penimbunan tubuh jenazah tidak terkena dengan tanah.[3]

2.3.
A.

Konsep Perawatan Jenazah Menurut Beberapa Agama


Konsep Kematian Menurut Agama Islam
Orang disebut mati apabila nyawanya telah meniggalkan tubuh. Oleh karena itu,

manusia dan hewan juga mengalami kematian. Dalam ajaran islam, mati hanyalah masa
istirahat untuk mejelang hidup yang abadi di akhirat nanti. Suatu masa hidup yang tidak
berkesudahan.
Seperti yang tercantum dalam ayat Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan. (QS. 29:57) tiap orang yang pernah
hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap
orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal
dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan
menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat
pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara
kebetulan saja.
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua kenyataan dalam hidup tibatiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan hari-hari indah di dunia ini. Renungkanlah
segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda,
menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda.
Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati
seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala
keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya.
Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah
dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh
datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang
dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.
Dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Bagi orang yang tunduk dan patut kepadanya
maka surga sebagai balasannya. Kita juga tidak tahu kapan dan dimana akan datangnya
maut. Bahkan apa yang kita peroleh pada hari esok, belum tahu apa yang terjadi. Adanya
kematian yang menimpa seseorang, berarti akan memutus kelezatan dunia. Manusia tinggal
menunggu balasan amal perbuatannya ketika masih di dunia.
B. Konsep Kematian menurut Agama Kristen
Antropologi Perjanjian Lama menjelaskan bahwa manusia bukan berasal dari Allah
melainkan diciptakan oleh Allah (Kej 1:27) atau dibentuk oleh Allah dari debu tanah dan
diberi kehidupan setelah Allah menghembus nafas hidup ke dalam hidungnya (Kej. 2:7). Bila
manusia disebut ciptaan maka di dalam manusia ada unsur
ketidakkekalan (mortality). Dalam Kej. 2:16-17 terdapat larangan makan buah pengetahuan
yang baik dan jahat dengan akibat mati. Perintah Allah itu itu dilanggar sssmanusia
sehingga manusia mati dalam pengertian terpisah dengan Allah atau mati rohani. Rasul

Paulus juga berbicara bahwa manusia mati (nekros) karena pelanggaran dan dosa (Ef 2:1,
Rm 7:9). Selain itu dalam Roma 6:23, Rasul Paulus mengatakan bahwa upah dosa adalah
maut (thanatos). Akibat dosa, manusia terputus hubungannya dengan Allah. Dalam Kej 2:7
dikatakan bahwa Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah. Allah memasukkan
nafas (neshamah) ke dalam bentuk jasmani, dan dengan cara itu manusia menjadi makhluk
hidup (nefesh chayyah). Tetapi bukan berarti manusia menerima jiwa atau roh ilahi (divine
soul or spirit).
Paham immortalitas jiwa tidak dikenal dalam Alkitab. Manusia mengalami
kematian bukan karena Tuhan, tetapi karena kemauan manusia sendiri yang hendak menjadi
sama seperti Allah. Dosa utama ini yang membawa kematian dalam hidup manusia.
Pandangan rohani yang dalam ini berasal dari konflik antara tradisi Yahwis berhadapan
dengan konsepsi dunia Timur kuno. Manusia yang terdiri dari tubuh, roh dan jiwa disebut
sebagai manusia seutuhnya; manusia sebagai suatu totalitas. Manusia yang utuh ini yang
Allah ciptakan dan sekaligus diselamatkan Allah setelah jatuh dalam dosa. Keselamatan
yang Allah berikan bukanlah keselamatan untuk jiwanya saja, tetapi keselamatan untuk
tubuhnya juga. Kalau manusia mati, ia mati seluruhnya sebagai tubuh dan jiwa. Allah
bersama-sama manusia dalam hidupnya dan Allah juga bersama-sama dengan manusia
pada waktu manusia mati dan sesudah manusia mati. Jelas bahwa manusia mati sebagai
manusia dalam totalitas dirinya. Ia mati sebagai diri yang rohani dan badani. Maka kematian
badani adalah lambang yang tepat yang menjelaskan lebih mendalam bahwa maut adalah
akibat dosa dan tidak terelakkan. Bila dosa mengakibatkan kematian, maka Kristus telah
diutus Allah untuk menghapuskan dosa manusia sehingga di dalam Kristus manusia
didamaikan dengan Allah. Dengan jalan itu, Allah memberikan kepada manusia
kemungkinan baru untuk hidup sebagai partnerNya.
(Stephen. 2007. Perspektif dan Sikap Theologis. Diakses dari :
http://www.sabdaspace.org/kematian
C. Konsep Kematian Menurut Agama Hindu
Manusia pada umumnya selalu takut datangnya kematian, manusia dengan segala
cara selalu menjaga kesehatannya dengan harapan proses kematian jangan terlalu cepat
sehingga dapat lama menikmati kehidupan ini. Rasa takut manusia menghadapi kematian
adalah suatu pertanda bahwa sudah banyak penderitaan yang lain pada saat matinya dalam
kehidupan yang sebelumnya. Agama Hindu mengatakan setelah mati tubuh hancur, kembali
menjadi panca maha buta. Sedangkan jiwa mungkin mencapai moksha atau lahir kembali ke
dunia ini.
Salah satu kitab dalam yang disakralkan oleh umat Hindu adalah kitab Upanishad.
Kitab Upanishad mengajarkan bahwa di luar dunia ini, "brahmanatman"lah (sesuatu seperti
Allah) satu-satunya yang benar-benar ada dan berarti. Apa yang
manusia lihat, dunia ruang, dan waktu adalah maya. Maya sifatnya hanya sementara dan
tidak memiliki makna yang nyata. Namun, semua yang hidup dan bernapas memiliki
"atman" atau jiwa yang merupakan bagian dari "paramatman" atau dunia arwah. Setiap
"atman", saat berada dalam dunia maya, mencoba untuk kembali ke "paramatman".

Kitab Upanishad menyatakan bahwa jalan satu-satunya bagi "atman" untuk kembali
ke asalnya adalah melalui "punar-janman" atau reinkarnasi. "Atman" (jiwa) seseorang
mungkin berawal dari cacing, kemudian melalui kematian dan kelahiran kembali, jiwa itu
menjadi sesuatu yang lebih tinggi derajatnya sampai menjadi manusia. Saat "atman"
menjadi manusia, "atman" itu harus tumbuh dengan mencapai kelas sosial yang lebih tinggi.
Manusia mencapai kelas sosial yang lebih tinggi dengan mengikuti darmanya -- tugasnya
untuk melakukan sesuatu hal tertentu sesuai dengan kelasnya. Tugas tersebut meliputi
tugas moral, sosial, dan agama -- ketiganya sangat penting dalam agama Hindu.
Cara lain untuk membebaskan jiwa adalah melalui yoga -- kedisiplinan yang
menahan hasrat jasmani di bawah penguasaan diri sehingga "atman" dapat lolos dari
lingkaran kematian dan kelahiran kembali untuk kemudian bergabung ke "paramatman"
(dunia arwah). Sekalinya "atman" dapat masuk ke "paramatman" (kenyataan yang
sebenarnya), maka "atman" tersebut telah diterima di nirwana. Kemudian yang ada
hanyalah hidup yang lebih tinggi. Ia berhasil masuk ke dalam keabadian.
Orang Hindu meyakini bahwa dunia ini tidak bermakna karena dunia ini hanya
sementara dan satu-satunya realitas adalah sesuatu yang dapat ia lihat sekilas melalui
disiplin dan meditasi yang intensif. Mereka percaya bahwa jiwa mereka telah melalui
lingkaran kelahiran, kematian, kelahiran kembali yang panjang dan akan terus begitu
sampai menemukan kelepasan di nirwana (keabadian). Orang Hindu percaya bahwa
Upanishad memberi mereka hikmat yang mereka perlukan untuk menolak dunia agar
jiwanya dapat mencapai"paramatman" yang kekal.
Hinduisme ini mengajarkan bahwa keselamatan dapat diperoleh melalui salah satu
dari tiga cara, yakni dengan menjalankan darma atau tugas; pengetahuan yang diajarkan
Upanishad; dan pengabdian kepada salah satu dewa, misalnya Wisnu atau Siwa. Cara yang
terakhir adalah cara yang paling banyak digunakan orang-orang dari kelas bawah
(mayoritas orang India) karena cara itu menawarkan kemudahan bagi jiwa mereka untuk
mencapai kelas yang lebih tinggi, dan akhirnya nirwana.
Menurut agama Hindu, setelah mengalami tahap-tahap kehidupan yang sempurna
dan melewati reinkarnasi, mereka akan bertemu dengan Dewa Brahma (Pencipta).
(Kebenaran Reinkarnasi. Diakses dari :
http://www.Hindubatam.com/kebenaranreinkarnasi.html)
D. Konsep Kematian menurut Agama Budha
Kematian menurut definisi yang terdapat dalam kitab suci agama Buddha adalah
hancurnya Khanda. Khanda adalah lima kelompok yang terdiri dari pencerapan, perasaan,
bentuk-bentuk pikiran, kesadaran dan tubuh jasmani atau materi. Keempat kelompok yang
pertama adalah kelompok batin atau NAMA yang membentuk suatu kesatuan kesadaran.
Kelompok kelima adalah RUPA, yakni kelompok fisik atau materi. Gabungan batin dan
jasmani ini secara umum dinamakan individu, pribadi atau ego. Sebenarnya apa yang ada
bukanlah merupakan suatu individu yang berwujud seperti itu. Namun dua unsur pembentuk
utama, yakni NAMA dan RUPA hanya merupakan fenomena belaka. Kita tidak melihat bahwa
kelima kelompok ini sebagai fenomena, namun menganggapnya sebagai pribadi karena

kebodohan pikiran kita, juga karena keinginan terpendam untuk memperlakukannya sebagai
pribadi serta untuk melayani kepentingan kita.
Kita akan mampu melihat segala sesuatu sebagaimana adanya, bilamana memiliki
kesadaran dan keinginan untuk melakukannya, yakni bila kita ingin melihat ke dalam pikiran
sendiri dan mencatat dengan penuh perhatian (Sati). Mencatat secara objektif tanpa
memproyeksikan suatu ego ke dalam proses ini dan kemudian mengembangkan latihan
tersebut untuk waktu yang cukup lama, sebagaimana telah diajarkan oleh Sang Buddha
dalam SATIPATHANA SUTTA. Maka kita akan melihat bahwa kelima kelompok ini bukan
sebagai suatu pribadi lagi, melainkan sebagai suatu serial dari proses fisik dan mental.
Dengan demikian kita tidak akan menyalah-artikan kepalsuan sebagai kebenaran. Lalu kita
akan dapat melihat bahwa kelompok-kelompok tersebut muncul dan lenyap secara berturutturut hanya dalam sekejap, tak pernah sama untuk dua saat yang berbeda; tak pernah diam
namun selalu dalam keadaan mengalir; tak pernah dalam keadaan yang sedang
berlangsung namun selalu dalam keadaan terbentuk. Kelompok materi atau jasmani
berlangsung sedikit lebih lama, yakni kira-kira tujuh belas kali dari saat berpikir tersebut.
Karena itu setiap saat sepanjang kehidupan kita, bentuk-bentuk pikiran muncul dan
lenyap. Lenyapnya yang dalam waktu sekejap mata ini merupakan suatu bentuk dari
kematian.
Lenyapnya elemen-elemen dalam waktu sekejap ini tidaklah jelas, karena kelompokkelompok yang berturutan akan muncul dengan segera untuk menggantikan yang lenyap,
dan mereka inipun muncul dan lenyap sebagaimana terjadi dengan hal-hal terdahulu. Inilah
yang kita katakan sebagai Terus berlangsungnya kehidupan. Namun dengan berjalannya
waktu, maka kelompok materi atau jasmani kehilangan kekuatannya dan mulai terjadi
kelapukan. Saatnya akan tiba di mana kelompok-kelompok ini tidak dapat berfungsi lebih
lanjut, dan istilah yang biasa dipakai inilah akhir dari suatu kehidupan yang kita sebut
sebagai terjadinya kematian.
Menurut agama Budha, kematian dapat terjadi disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1.

Kematian dapat disebabkan oleh habisnya masa hidup sesuatu makhluk


tertentu.Kematian semacam ini disebut AYU-KHAYA.

2.

Kematian yang disebabkan oleh habisnya tenaga karma yang telah membuat
terjadinya kelahiran dari makhluk yang meninggal tersebut. Hal ini disebutKAMMAKHAYA.

3.

Kematian yang disebabkan oleh berakhirnya kedua sebab tersebut di atas, yang
terjadi secara berturut-turut. Disebut UBHAYAKKHAYA.

4.

Kematian yang disebabkan oleh keadaan luar, yaitu: kecelakaan, kejadian-kejadian


yang tidak pada waktunya, atau bekerjanya gejala alam dari suatu karma akibat
kelahiran terdahulu yang tidak termasuk dalam butir (c) di atas(UPACHEDAKKA).
Ada suatu perumpamaan yang tepat sekali untuk menjelaskan keempat macam
kematian ini, yaitu perumpamaan dari sebuah lampu minyak yang cahayanya diibaratkan
sebagai kehidupan.Cahaya dari lampu minyak dapat padam akibat salah satu sebab
berikut ini:

1.

Sumbu dalam lampu telah habis terbakar. Hal ini serupa dengan kematian akibat
berakhirnya masa hidup suatu makhluk.

2.

Habisnya minyak dalam lampu seperti halnya dengan kematian akibat berakhirnya
tenaga karma.

3.

Habisnya minyak dalam lampu dan terbakar habisnya sumbu lampu pada saat
bersamaan, sama halnya seperti kematian akibat kombinasi dari sebab-sebab yang
diuraikan pada kedua hal di atas.

4.

Pengaruh dari faktor luar, misalnya ada angin yang meniup padam api lampu. Sama
halnya seperti yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar.
Oleh karena itu karma bukan merupakan satu-satunya sebab dari kematian. Dalam

Anguttara Nikaya dan Kitab-kitab lainnya, Sang Buddha menyatakan dengan pasti bahwa
karma bukan merupakan penyebab dari segala hal.

E.Konsep kematian menurut agama konghucu


Kematian adalah bagian dari setiap orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak
mungkin dihindari. Ia begitu menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia,
jabatan, dan Agama. Alkitab secara konsisten mengaitkan kematian itu dengan dosa atau
maut. (bnd Kej. 2:17; Maz 90:7-11; Rm 5:12; 6:23; 1 Kor 15:21 dan Yak 1:1-5).
Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja (Ibr 9:27), walaupun sering kita
mendengar orang mengatakan ada yang mati dan hidup lagi, biasanya itu yang disebut
dengan mati suri. Sebenarnya kematian itu tidak sesuai dengan kodrat manusia, hal ini
disebabkan oleh pemberontakkannya kepada Allah. Bruce Milne, menambahkan bahwa ini
merupakan salah satu bentuk hukuman ilahi. Namun menurut firman Tuhan , walaupun
kematian itu tak terelakkan, bukan merupakan akhir dari segala sesuatu. Itu sebabnya pada
masa manusia itu diberi kesempatan untuk hidup, haruslah mempergunakan kesempatan
itu dengan sebaik-baiknya.
Kematian bagi kalangan Tionghoa dalam hal ini orang Tionghoa tradisi masih
sangat tabu untuk dibicarakan, sebab mereka percaya bahwa kematian merupakan sumber
malapetaka atau sial. Itulah sebabnya perlu ditangani dengan ritual keagamaan yang
benar sehingga kelak mereka tidak diganggu oleh roh yang meninggal itu.
a. Hubungan Anak dan Orangtua
Tradisi Tionghoa sangat menuntut agar anak-anaknya senantiasa menghormati
orangtua. Tradisi ini sebenarnya wajar dilakukan jikalau orangtua yang dimaksud masih
hidup. Yang menjadi tidak wajar adalah tatkala orang tersebut sudah matipun harus
dihormati dan diangap sekan-akan masih hidup. Parrinder menjelaskan bahwa, yang
dimaksud dengan menghormati orangtua yang sudah mati adalah dengan cara menjalankan
kewajiban memberikan mereka korban dan makanan. Atau ada juga yang mengirimkan
mereka rumah, pakaian, uang, mobil, computer (laptop) dan sebaginya.

Penghormatan terhadap orangtua disebut Hao (Hshiao)yang bagi mereka harus


disertai sikap hormat pada orang-orang yang lebih tua sebagai pernyataan kasih. Sikap
hormat ini berlangsung setiap hari kepada mereka yang masih hidup dan setelah meninggal
dilakukan dengan cara yang berbeda. Oleh sebab itu seorang anak sangat dipentingkan oleh
keluarga orang Tionghoa, terutama anak laki-laki. Bagi mereka anak bukan hanya untuk
melanjutkan marga (She) dan membawa berkat (Hokky) , tetapi yang terutama untuk
mengganti sang ayah merawat abu leluhur.
Menurut Nio Joe Lan, ada dua macam pendapat tentang pemujaan terhadap arwah
leluhur :
1.

Arwah manusia itu hidup terus, dengan memujanya maka diharapkan arwah leluhur

itu akan melindungi keturunannya dari malapetaka.


2.

Pemujaan terhadap arwah leluhur semata-mata hanya merupakan peringatan

terhadap leluhur, yakni mereka yang telah memberi hidup pada generasi masa kini. Jadi
dengan kata lain, memelihara meja abu tersebut hanya untuk mengenang orangtua yang
sudah meninggal.

Seorang anak laki-laki yang tidak mengurus abu leluhur, disebut Put Hao
(tidak berbakti), bahkan yang lebih dahsyat lagi keluarga yang tidak memiliki anak laki-laki
juga digolongkan sebagai Put Hao. Itu sebabnya ada kelurga yang terpaksa mengadopsi
anak laki guna memenuhi syarat ini, bahkan yang lebih celaka konsep ortodox mereka,
seorang suami diijinkan menikah lagi demi untuk mendapat anak laki-laki.
b.

Konsep Kematian bagi orang Tionghoa


Sampai saat ini orang Tionghoa masih menganggap kematian ini merupakan suatu

hal yang tabu untuk dibicarakan, apalagi pada saat seseorang yang lagi merencanakan
menikah atau melahirkan anak. Bagi orang Tionghoa, seseorang yang sudah meninggal
secara otomatis statusnya berubah menjadi dewa, bahkan umurnya boleh ditambah tiga
tahun (satu tahun untuk Bumi, satu tahun untuk udara dan satu tahun untuk laut),oleh
sebab itu orang tersebut harus disembah terutama oleh mereka yang lebih muda, termasuk
anak cucu.
Penyembahan dilakukan di kubur, selain itu dapat juga dilakukan di rumah dengan
cara memanggil roh arwah tersebut di depan altar ( Hio Lo)-nya. Biasanya Hio Lo ini
dipasang di rumah putra sulung, kecuali atas persetujuan keluarga maka boleh ditempatkan
di rumah anak yang lain. Jaman ini tersedia fasilitas khusus untuk meletakkan abu leluhur,
dan ada orang-orang volunteer yang bersedia mengurusnya. Untuk mengetahui apakah roh
yang dipanggil itu sudah hadir atau belum maka diadakanPuak Poi yakni dengan
melemparkan dua keping uang logam. Apabila jatuhnya berlainan sisi sebanyak tiga kali
berturut-turut, itu berarti roh arwah yang dipanggil sudah hadir.
Menurut kepercayaan mereka, orang yang mati secara tragis misalnya,
tabrakan,bunuh diri, dan dibunuh, rohnya akan gentayangan; karena belum tiba saatnya
dipanggil masuk dunia orang mati. Nama mereka belum tercantum di dalam kerajaan maut

(Im Kan) yang dikuasai raja Giam Lo (Ong = raja). Roh gentayangan inilah yang biasanya
disembah mereka pada hai Cui Ko, yakni bulan ke tujuh tanggal lima belas.
b.Tempat Persemayaman
Pada jaman dulu, mengurus jenazah orang mati selalu menjadi tugas keluarga. Saat
itu banyak orang yang matinya di rumah bukan di rumah sakit. Anggota keluarga
memandikan dan menyiapkan tubuh itu sebelum dimakamkan, tukang kayu setempat
membuat peti mati, pesuruh gereja menggali lubang; sedangkan upacara diadakan di gereja
atau di rumah. Dengan dihadiri sanak famili dan kerabat-kerabat, tubuh (Jenazah)
dibaringkan dipekuburan milik gereja atau halaman rumah.
Menurut tradisi Tionghoa, jikalau seseorang meninggal, maka mayatnya harus
disemayamkan bebrapa hari sambil mengadakan upacara-upacara sembahyang dan pada
malam hari mayatnya harus tetap dijaga, sebab menurut kepercayaan mereka apabila
mayat tersebut dilangkahi kucing maka mayat itu bisa bangkit berdiri. Pada saat inilah
sanak keluarga mengadakan penyembahan kepada roh orang yang meninggal sebagai
suatu penghormatan (Hao).
Tempat persemayaman jenazah biasanya dilakukan di rumah, namaun sekarang
orang lebih senang memakai rumah sosial, di Surabaya misalnya Yayasan Sosial Adi Jasa
dan sebagainya. Sebenarnya bagi orang Tionghoa tradisi, menyemayamkan orang mati di
rumah sendiri itu lebih baik, hal ini jugga untuk menunjukkan Hao mereka, namun karena
pada masa sekarang karena masalah keamanan, rumah yang tidak memadai, parkir,
membuat orang-orang memakai rumah sosial.

2.4.
A.

Perawatan Jenazah Menurut Beberapa Agama


Perawatan Jenazah menurut Agama Islam

Perawatan jenazah menurut Islam meliputi memandikan jenazah, mengkafani,


menyolatkan dan menguburkan.
1.

Memandikan jenazah

Syarat-syarat jenazah wajib dimandikan adalah:


a.

Jenazah itu harus orang Islam

b.

Didapati tubuhnya walaupun sakit

c.

Bukan mati syahid

d.

Bayi lahir sebelum waktunya dan belum ada tanda-tanda hidup, misalnya belum
menangis, belum bernafas dan denyut nadi belum bergerak.

e.

Orang yang meninggal karena kecelakaan yang fatal sehingga tubuhnya nyaris
rusak/hancur.

Bila jenazah disemayamkan lebih dari 24 jam sebaiknya tidak dimandikan tetapi
cukup dilap dengan kain yang agak basah sampai kering, kemudian diberi borehan dengan
alkohol atau spiritus. Sesudah itu diberi bedak dengan maksud agar mayat tetap kering an
tidak mendatangkan bau yang kurang sedap.
Orang-orang yang berhak memandikan jenazah:
a.

Jika mayat telah mewasiatkan kepada seseorang untuk memandikannya maka orang
itulah yang berhak.

b.

Jika mayat tidak mewasiatkan maka yang berhak adalah ayahnya atau kakeknya atau
anaknya laki-laki atau cucunya laki-laki.

c.

Jika tidak ada yang mampu keluarga mayat boleh menunjuk orang yang amanah yang
terpercaya buat mengurusnya.
Persiapan sebelum memandikan jenazah:

a.
b.

Menutup aurat si mayat dengan kain basahan atau handuk besar.


Melepas pakaian yang masih melekat di tubuhnya.

c.

Menggunting kuku tangan dan kaki kalau panjang.

d.

Mencukur bulu ketiak dan merapikan kumis.

e.

Membersihkan hidung dan mulut serta menutupnya dengan kapas ketika dimandikan
lalu dibuang setelah selesai.

Tata cara memandikan jenazah:


a.

Jenazah dibaringkan di tempat yang tinggi.

b.

Jenazah dimandikan di tempat tertutup.

c.

Ketika dimandikan dipakaikan kain basah.

d.

Bersihkan isi perut dengan tangan kiri yang telah terbalut.

e.

Jenazah dibersihkan dari nazis yang melekat di tubuhnya atau yang keluar dari
duburnya.

f.

Setelah dibersihkan lalu dengan menggunakan air, sabun mandi, seluruh tubuh dari
rambut sampai telapak kaki dimandikan sampai bersih. Disunnahkan jenazah tersebut
dimandikan tiga kali atau lima kali.

g.

Setelah jenazah selesai dimandikan, kemudian badannya dikeringkan dengan


memakai handuk.

2.

Mengkafani jenazah
Tata cara mengkafani jenazah adalah:
Jenazah laki-laki atau wanita minimal dibungkus dengan selapis kain kafan yang

menutupi seluruh tubuhnya. Namun untuk jenazah laki-laki sebaiknya dibungkus tiga lapis
dan untuk wanita lima lapis yaitu kain basahan, baju, tutup kepala, kerudung dan kain kafan
yang menutupi seluruh tubuhnya.

3.

Menyolatkan jenazah
Syarat-syarat sah sholat jenazah adalah:

a.

Menutup aurat, suci dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempatnya
serta menghadap kiblat.

b.

Mayat sudah dimandikan dan dikafani.

c.

Letak mayat sebelah kiblat orang yang menyolatinya, kecuali kalau sholat dilakukan di
atas kubur atau sholat gaib

B.Perawatan Jenazah menurut Agama Kristen


a.

Cara merawat jenazah


Tindakan ini dilakukan untuk menjaga privasi keluarga sekaligus merawat
jenazah supaya tahan lama dan kelihatan bersih dan menghargai jenazah.

1.

Perlengkapan memandikan jenazah


Adapun perlengkapan yang diperlukan dalam memandikan jenazah:

a.

Air bersih secukupnya

b.

Sabun mandi untuk membersihkan

c.

Sarung tangan atau handuk untuk membersihkan kotoran-kotoran

d.

Lidi atau sebagainya untuk membersihkan kuku

e.

Handuk untuk mengeringkan badan atau tubuh jenazah setelah selesai dimandikan

2.

Cara-cara memandikan jenazah

a.

Bujurkan jenazah di tempat yang tertutup, tetapi jika jenazah dapat didudukkan di
kursi bisa didudukan dikursi.

b.

Seandainya jenazah perempuan maka yang memandikan perempuan demikian juga


sebaliknya.

c.

Lepaskan seluruh pakaian yang melekat dan menutup

d.

Tutup bagian auratnya

e.

Lepaskan logam seperti cincin dan gigi palsu seandainya ada.

f.

Bersihkan kotoran nazisnya dan meremas bagian perutnya hingga kotorannya keluar,
hal ini dialakukan dalam keadaan duduk.

g.

Bersihkan rongga mulut

h.

Bersihkan kuku, jari dan tangannya

i.

Diusahakan menyiram air mulai dari anggota yang kanan, diawali dari kepala bagian
kanan terus ke bawah, kemudian bagian kiri terus kebawah dan diulang sampai bersih

3.

Cara pelaksanaan memandikan jenazah

a.

Mulai menyiram anggota tubuh secara urut, tertib segera dan rata hingga bersih
minimal 3 kali serta dimulai anggota tubuh sebelah kanan.

b.

Menggosok seluruh tubuh dengan air sabun.

c.

Menyiram beberapa kali sampai bersih.

d.

Setelah bersih seluruh tubuh dikeringkan dengan handuk kering hingga kering.

e.

Pakailah baju jenazah dengan warna gelap atau pakaian kesukaannya.

f.

Diangkat ke rumah di ruang tengah dimana dialasi tikar pandan.

4.

Hal-hal yang diperhatikan

a.

Dilarang memotong rambut, hal ini dihindari karena dianggap menganiaya jenazah
dengan menimbulkan kerusakan atau cacat tubuh.

b.

Saat menyiram air pada wajah dan muka tutuplah lubang mata, hidung, mulut dan
telinganya agar tidak kemasukan air.

c.

Apabila anggota tubuh terluka dalam menggosok dan membersihkan bagian terluka
supaya hati-hati dilakukan dengan lembut seakan memperlakukan pada waktu masih
hidup.

b.

Cara memformalin jenazah


Formalin yang digunakan 70% sebab dapat membunuh bakteri dengan membuat

jaringan dalam bakteri dehidrasi kekurangan air, sehingga sel bakteri akan kering dan

membentuk lapisan baru dipermukaan, hal ini bertujuan untuk melindungi lapisan dibawah,
supaya tahan terhadap serangan bakteri lain.
Formalin digunakan kurang lebih 4 liter supaya tahan lama kurang lebih satu minggu,
untuk tiga hari jumlah 2 liter dimana konsentrasinya sama 70%, untuk penyuntikan formalin
dipercayakan kepada pihak RS atau bidan. Jika di RS penyuntikan ini dipercayakan kepada
perawat sedang di luar RS dipercayakan kepada bidan. Ini disuntikan pada tubuh jenazah.
Salah satu tempatnya di bagian yang banyak mengandung air dan berongga contohnya di
bagian sela-sela iga. Formalin juga dapat dimasukkan ke pembuluh vena saphena magna.
Pembuluh ini letaknya di atas persendian kaki supaya tidak merusak organ tubuh lainnya.
Ada juga yang disuntikkan di pelipatan paha. Namun, di dunia kedokteran sudah
menggunakan standar di kaki karena selain mencarinya mudah juga pembuluh sudah
kelihatan.

C.Perawatan Jenazah menurut Agama Hindu


a.

Terlebih dahulu jenazah harus dimandikan dengan air tawar yang bersih dan sedapat
mungkin dicampur dengan wangi- wangian.

b.

Setelah itu diberi secarik kain putih untuk menutupi bagian muka wajah dan bagian
alat kelaminnya.

c.

Kemudian barulah diberi pesalin dengan kain atau baju yang baru (bersih), rambutnya
dirapikan (perempuan : rambutnya digulung sesuai dengan arah jarum jam), posisi
tangan dengan sikap "menyembah" ke bawah. Setelah itu dibungkus dengan kain putih.

d.

Pada saat membungkus jenazah tersebut supaya diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
Bila jenazah itu laki- laki maka lipatan kainnya: yang kanan menutupi yang kiri, dan bila
perempuan maka lipatan kainnya: yang kiri menutupi yang kanan. Setelah terbungkus
rapi ikatlah bagian ujung (kepala dan kaki) serta bagian tengah jenazah yang
bersangkutan dengan benang atau sobekan kain pembungkus tadi. Setelah selesai
perawatan di atas, barulah jenazah tersebut disemayamkan di tempat yang telah
ditetapkan.

D.Cara Perawatan Jenazah menurut Agama Budha


1.

Mempersiapkan perlengkapan memandikan jenazah

a.Meja atau dipan untuk tempat memandikan jenazah


b.Air basah
c.Air kembang
d.Air yang dicampur dengan minyak wangi
e.Sabun mandi dan sampo

f.Sikat gigi
g.Handuk.
2.

Mempersiapkan pakaian
a.Pakaian harus bersih dan rapi, dan yang paling penting adalah bahwa baju yang
dikenakan pada jenazah merupakan pakaian yang paling disenanginya sewaktu
masih hidup Sarung tangan dan kaos kaki yang berwarna putih
b.Pakaian yang disesuaikan dengan adat masing-masing, misalnya dengan
menggunakan kain putih
3. Tindakan Perawatan Jenazah
a.Sesaat setelah almarhumah/almarhum menghembuskan nafas yang terakhir,
badannya digosok dengan air kayu cendana, atau dengan menaruh es balokan di
bawahnya agar jenazah tidak kaku
b.Setelah itu jenazah diletakkan di atas meja dan ditutupi kain setelah itu baru
dibacakan paritta-paritta atau doa-doa
4.

Pelaksanaan Pemandian

a.Jenazah setelah disembahyangkan kemudian diusung ke tempat pemandian yang


telah disiapkan
b.Jenazah dimandikan dengan air bersih terlebih dahulu, kemudian air bunga, lalu
dibilas dengan air yang sudah dicampur dengan minyak wangi.
c.Jenazah dikramasi rambutnya dengan sampo, kemudian disabun seluruh badannya
dan giginya disikat dan kukunya dibersihkan, setelah itu dibilas lagi dengan air
bersih
d.Sehabis itu jenazah dilap dengan handuk.
5.

Pemakaian pakaian

a.Jenazah laki-laki
Pakaian jenazah laki-laki, baju lengan panjang, celana panjang, dan yang paling
disenangi oleh almarhum sewaktu masih hidup, rambut disisir rapi, bila perlu diberi
minyak rambut, lalu kedua tangannya dikenakan sarung tangan, dan juga kedua
kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.

b.Jenazah Perempuan
Pakaian jenazah perempuan adalah pakaian nasional, misalnya kebaya dan memakai
kain (pakaian adat daerah) dan khuusnya pakaian yang disenangi olehnya sewaktu
dia hidup. Mukanya diberi bedak, rambutnya disisir rapi, bila rambutnya panjang bisa

disanggul. Lalu kedua tangannya diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi
kaos kaki berwarna putih.

c.Jenazah Khusus Pandita


Pakaian khusus Pandita adalah memakai jubah berwarna kuning dan tangannya
diberi sarung tangan, dan kedua kakinya diberi kaos kaki berwarna putih.

6.

Sikap Tangan Jenazah

Sikap tangan diletakkan di depan dada, tangan kanan di atas tangan kiri, dan sambil
memegang tiga tangkai bunga, satu pasang lilin berwarna merah, tiga batang dupa wangi,
yang sudah diikat dengan benang merah. Sikap kedua kakinya biasa, dengan telapak kaki
tetap ke depan.

(Pemuda dan mahasiswa Buddhis.1999. Petunjuk Teknis Perawatan Jenazah bagi Umat
Beragama Buddha di Indonesia. Diakses dari :
http://groups.yahoo.com/group/pemuda_buddhis/message/126.

E.Perawatan jenazah menurut agama konghucu


Perlengkapan-perlengkapan dalam Perkabungan
1. Pakaian
- Pakaian orang mati
Pakaian ini mulai disediakan tatkala seseorang anggota keluarga itu lanjut usia.
Biasanya karena penyakit ketuaan yang diderita bertahun-tahun, sehingga si sakit meminta
anak cucunya untuk menyediakan pakaian itu baginya. Untuk membeli pakaian ini, harus
memeilih hari dan bulan baik yang dibaca melalui bukuThong Su (semacam ensiklopedi
Tioinghoa). Nama pakaian ituSui I (Baju panjang umur). Mernurut Martin C. Yang, pakaian
tersebut dapat segera dikenakan pada si sakit apabila diperkirakan orang itu sudah hampir
menghembuskan nafasnya yang terakhir.

- Pakaian Berkabung
Orang yang berkabung (istilahnya Hao Lam) mengenakan pakaian serba putih, topi
putih yang terbuat dari kain blacu. Mereka yang lebih kental tradisinya lagi memakai
pakaian serba hiam. Selain itu juga dipasang Ha di lengan baju kiri tanda berkabung. Tujuan
mereka memakai pakaian berkabung adalah untuk meringankan penderitaan orang yanag
meninggal, semakin kental tradisi itu dijalankan maka semakin ringan penderitaannya.

Sedangkan dampaknya bagi yang berkabung, mereka akan mendapat pengaruh baik
atau Hokky , semakin lama masa berkabung, maka semakin banyak pengaruh baiknya.

-Peti Mati
Peti mati yang dipakai orang Tionghoa tradisi kelihatannya menyeramkan, sebab
selain ukurannya besar, berat ditambah lagi banyak ukir-ukiran kuno. Merupakan
kebanggan tersendiri, apabila sanak keluarga mampu membeli sendiri peti mati, sebab ada
kepercayaan mereka siapa yang yang membeli, dialah yang akan mendapat banyak rezeki.
Bagi mereka peti mati merupakan sarana untuk menghantar orang mati ke dalam kuburnya,
oleh sebab itu semua barang-barang kesayangan almarhum supaya dimasukkan juga ke
dalamnya. Pembelian peti mati yang mahal juga merupakan salah satu bukti Hao nya anakanak, dan ada kebiasaan peti tersebut tidak boleh ditawar harganya.

- Tempat Dupa
Tempat dupa (Hio Lo), merupakan sebuah bokor kecil yang fungsinya sebagai
tancapan dupa. Benda ini mempunyai dua buah kuping, sedangakan pada bagian depannya
terukir sebuah kata Hi (bahagia). Lazimnya Hio Lo itu terbuat dari timah, namun sekarang ini
tidak jarang kita lihat Hio Lo yang terbuat dari tanah liat. Hio Lo itu diisi abu dapur yang
kemudian dipercayai sebagai abu leluhur dan harus dipelihara sampai generasi turuntemurun. Dupa (Hio) merupakan alat sembahyang yang dibakar dan mengeluarkan bau-bau
harum. Makna yang terkandung dalam pembakaran dupa ialah menemukan jalan suci.
Dalam konteks kematian seperti ini Hio menyatakan bahwa yang bersangkutan hadir dalam
acara perkabungan. Melalui Hio ini akan terjalin komunikasi antara hidup dan yang mati.

- Lilin
Lilin merupakan tanda duka-cita, tetapi juga merupakan tanda bahwa para pelayat tidak
membawa sial. Menurut kepercayaan mereka tetesan air lilin ini tidak boleh kena tubuh kita,
karena akan membawa sial seumur hidup.

- Foto Almarhum
Foto Almarhum diletakkan di depan peti mati yang kemudian setelah pemakaman
dibawa pulang oleh putra sulung untuk di sembah. Foto juga dipakai sebagai iklan di Surat
Kabar, supaya sanak famili, handai-taulan mengetahui beliau ini sudah meninggal. Sering
terjadi percekcokkan hanya karena nama seseorang famili lupa dicantumkan, oleh sebab itu
memerlukan ketelitian.

Tata Cara Pemakaman


Tata-cara Pemakaman orang Tionghoa sebenarnya dengan mengubur,
sedangkan kremasi dikenal oleh kalangan yang beragama Hindu. Namun pada saat ini
akibat memudarnya budaya (detradisionalisasi), kremasiternyata bukan cara yang asing lagi
bagi orang Tionghoa.

Tata-caranya secara umum sebagai berikut :


- Sembahyang Tutup Peti
Selama persemayaman, jenazah tersebut sudah mulai disembah dengan dipimpin oleh
padri (Sai Kong) atau Bikhu/Bikhuni. Sanak keluarga dikumpulkan dengan mengenakan
pakaian berkabung, mereka diminta untuk membakar dupa, berlutut dan mengelilingi peti
mati berulang-ulang sebagai tanda hormat. Anak sulung (laki-laki) memegang Tong Huan
sebagai alat sembahyang selama ritual itu.
Setelah ditetapkan hari dan jamnya, maka jenazah tersebut segera dimasukkan ke
dalam peti sambil diisi barang-barang kesukaan almarhum dan kemudian dipenuhkan
dengan uang kertas sembahyang. Sesudah jenazah dimasukkkan ke dalam peti, maka
diadakan sembahyang memaku peti jenazah . Pada saat itu padri mengucapkan kalimat
It thiam teng, po pi kia sai artinya paku pertama diberkatilah anak menantu, dengan
demikian seterusnya sampai paku ke empat. Setelah itu diadakan doa dengan harapan agar
meringankan dosa yang diperbuat oleh orang yang meninggal itu. Selain itu bagi mereka,
cara menggeser peti mati itu juga ada syaratnya, tidak boleh menyentuh kosen pintu
rumah, sebab menurut kepercayaan mereka roh almarhum itu akan tinggal di tempat yang
tersenggol dan itu akan mengganggu aktivitas hidup sehari-hari.

Perjalanan ke tempat pemakaman


Pemberangkatan jenazah ke tempat pemakaman dimulai dengan sembahyang. Kali ini

semua sanak famili mempersembahkan korban berupa daging, buah-buahan atau kue-kue,
yang setelah selesai acaranya boleh dibawa pulang untuk dimakan bersama, supaya
mendapat berkat dan rezeki. Pada saat yang sama menantu laki mengadakan ritualnya
dengan mempersembahakan Leng Ceng
Bagi mereka yang masih memegang ketat tradisi, untuk menunjukkan rasa cinta anak
pada orang tua, maka mereka diharuskan telanjang kaki berjalan samapi persimpangan
jalan barulah boleh masuk ke mobil jenazah yang mengantar sampai ke kubur. Namun
belakangan ini tradisi seperti ini jarang dilakukan, sebab selain udara yang panas juga
mengganggu lalu-lintas jalan.
Selain itu juga diadakan pemecahan guci, semangka dan sebagainya, semua ini tujuannya
supaya mendapatkan berkat.
-

Sembahyang di kubur
Ritual penyembahan di kubur (kremasi) dilakukan dengan cara membakar dupa,

berlutut, mengelilingi peti jenazah yang dipimpin kembali oleh padri. Setelah selesai
sembahyang, maka dilakukan secara teratur tabur bunga yang dimulai oleh sanak keluarga
dan famili yang diikuti oleh pelayat. Pada saat ini juga, famili, cucu luar mengambil
kesempatan membuang (Ha), dengan demikian mereka sudah boleh memakai pakaian
bebas.

Di kubur juga ada ritual lain seperti pelepasan burung merpati, lalu ada yang
meguburkan boneka di samping kuburan tersebut, dengan tujuan supaya adayang

menemani arwah itu, dan tujuan lain supaya arwah tersebut tidak mengajak pasangannya
yang masih hidup.
-

Perjalan pulang ke rumah

Perjalanan pulang dari tempat pemakaman (kremasi), dilakukan setelah semua


upacaranya selesai. Pihak berkabung membagi-bagikan Ang Pao kepada para pelayat
sebagai tanda ucapan terima klasih. Sementara itu anak sulung membawaHio Lo sambil
dupanya tetap dinyalahkan dan anak yang lain memegang foto almarhum.
Dalam sepanjang perjalanan itu, anak-anak almarhum harus memberi komandao, misalnya
tatkala meliwati jembatan. Komando ini diucapkanm serentak kepada roh yang mereka
bawa melalui Hio Lo, supaya roh tersebut tidak tersesat pulang ke rumah. Hio Lo inilah yang
kemudian diletakkan di rumah anak sulung supaya disembah oleh semua sanak keluarga.
Para pelayat yang yang sudah tiba di rumah duka atau rumah almarhum, biasanya
disediakan air bunga untuk cuci wajah dan disediakan makanan ala kadarnya.
Pada dasarnya melalui uraian ini dapatlah kita mengambil kesimpulan bahwa
kematian bagi orang Tionghoa tradisi merupakan sesuatu yang tabu, mengerikan dan penuh
misteri. Mereka percaya ada kehidupan setelah kematian, namun sayang semuanya penuh
ketidak-berdayaan dan penderitaan, sehingga orang-orang yang meninggal justru
memerlukan pertolongan dari sanak keluarga, misalnya dalam memenuhi kebutuhan
makanan,pakaian, rumah serta uang. Herannya dalam ritual yang lain, sanak keluarga
menganggap bahwa orang yang mati itu sudah menjadi dewa, sehingga mereka datang
kepada arwah tersebut untuk mohon berkat (rejeki).

Anda mungkin juga menyukai