Anda di halaman 1dari 9

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

TEORI BELAJAR

NIRMALA RESPATININGRUM
K2310066

PENDIDIKAN FISIKA SBI 2010


JURUSAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2012

TEORI BELAJAR
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
(Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5). Proposisi yang terintegrasi secara
sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang
dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya
dan juga pada data yang diamati.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses
belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku
(De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali, 2000: 14). Perubahan perilaku tersebut
mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang
dapat maupun tidak dapat diamati.
Teori belajar adalah upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar. Ada perbedaan prinsip antara teori belajar dengan teori pembelajaran.
Teori belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar.
Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya
menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Bruner dalam Degeng, 1989
dalam Budiningsih, 2005: 11).
Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme,
Kognitivisme, dan Konstruktivisme.
1. BEHAVIORISME
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas
proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara
ilmiah.
Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar
adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi
perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam
diri orang tersebut.

Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan
Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang
dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya
Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant
conditioning.
A. Teori Ivan Pavlov
Pavlov dan koleganya berhasil mengidentifikasi empat proses: acquisition
(akuisisi/fase

dengan

pengkondisian),

extinction

(eliminasi/fase

tanpa

pengkondisian), generalization (generalisasi), dan discrimination (diskriminasi).

Fase Akuisisi
Fase akuisisi merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi.

Fase Eliminasi
Istilah extinction (eliminasi) digunakan untuk menjelaskan eliminasi respons
kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus utama

Generalisasi
generalisasi yaitu ketika seorang individu belajar menghasilkan respons kondisi
pada satu stimulus yang sama

Diskriminasi
Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang individu
belajar menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak dari
stimulus yang sama namun kondisinya berbeda.
B. Teori John B. Watson
Watson berprinsip hanya menggunakan eksperimen sebagai metode untuk
mempelajari kesadaran. Watson mempelajari penyesuaian organisme terhadap
lingkungannya, khususnya stimuli khusus yang menyebabkan organisme tersebut
memberikan respons. Kebanyakan dari karya-karya Watson adalah komparatif
yaitu membandingkan perilaku berbagai binatang. Karya-karyanya sangat
dipengaruhi karya Ivan Pavlov.
Namun pendekatan Watson lebih menekankan pada peran stimuli dalam
menghasilkan respons karena pengkondisian, mengasimilasikan sebagian besar
atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah, Watson dijuluki sebagai pakar
psikologi S R (stimulus-response).
C. Teori Edward Thorndike (Teori Koneksionisme)

Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau
selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering
disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :

Hukum Kesiapan (law of readiness), yaitu semakin siap suatu organisme


memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka pelaksanaan tingkah laku
tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi cenderung
diperkuat.
Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar suatu kegiatan
membentuk

asosiasi(connection)

antara

kesan

panca

indera

dengan

kecenderungan bertindak.
Masalah-masalah yang terjadi dalam hukum Law of Readiness:
a)
Jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan
merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
b)
Jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka
timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
c) Bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka
timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.

Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku


diulang/ dilatih (digunakan) , maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan,
tetapi akan melemah bila koneksi antara keduanya tidak dilanjutkan atau
dihentikan. Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah
ulangan. Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.

Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon cenderung

diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya


tidak memuaskan.
2. KOGNITIVISME
Kognitivis mengalihkan perhatiannya pada otak. Mereka berpendapat
bagaimana manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam
proses belajar. Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru
mereka.
Kognitivisme tidak seluruhnya menolak gagasan behaviorisme, namun
lebih cenderung perluasannya, khususnya pada gagasan eksistensi keadaan mental
yang bisa mempengaruhi proses belajar. Pakar psikologi kognitif modern
berpendapat bahwa belajar melibatkan proses mental yang kompleks, termasuk
memori, perhatian, bahasa, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.
Mereka meneliti bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk
representasi mental dari orang lain, objek, dan kejadian.
A. Teori Edward C. Tolman
Tolman menyatakan bahwa belajar adalah lebih dari sekedar memperkuat
respons melalui penguatan.
B. Teori Jerome Bruner
Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang
memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar informasi yang
diberikan kepada dirinya.
Agar pembelajaran dapat mengembangkan keterampilan intelektual anak
dalam mempelajari sesuatu pengetahuan (misalnya suatu konsep matematika),
maka

materi

pelajaran

perlu

disajikan

dengan

memperhatikan

tahap

perkembangan kognitif/ pengetahuan anak agar pengetahuan itu dapat


diinternalisasi dalam pikiran (struktur kognitif) orang tersebut. Proses internalisasi
akan terjadi secara sungguh-sungguh (yang berarti proses belajar terjadi secara
optimal) jika pengetahuan yang dipelajari itu dipelajari dalam tiga model tahapan
yaitu model tahap enaktif, model ikonik dan model tahap simbolik.
Model Tahap Enaktif
Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak secara langsung
terlibat dalam memanipulasi (mengotak-atik) objek. Pada tahap ini anak belajar

sesuatu pengetahuan di mana pengetahuan itu dipelajari secara aktif, dengan


menggunakan benda-benda konkret atau menggunakan situasi yang nyata.
Model Tahap Ikonik
Tahap ikonik, yaitu suatu tahap pembelajaran sesuatu pengetahuan di mana
pengetahuan itu direpresentasikan (diwujudkan) dalam bentuk bayangan visual
(visual imaginery), gambar, atau diagram, yang menggambarkan kegiatan
kongkret atau situasi kongkret yang terdapat pada tahap enaktif.
Model Tahap Simbolis
Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi simbulsimbul atau lambang-lambang objek tertentu. Pada tahap simbolik ini,
pembelajaran direpresentasikan dalam bentuk simbol-simbol abstrak (abstract
symbols), yaitu simbol-simbol arbiter yang dipakai berdasarkan kesepakatan
orang-orang dalam bidang yang bersangkutan, baik simbol-simbol verbal
(misalnya huruf-huruf, kata-kata, kalimat-kalimat), lambang-lambang matematika,
maupun lambang-lambang abstrak yang lain.
C. Teori piaget
Teorinya tentang perkembangan kognitif anak (dibahas pada bab
tersendiri) merupakan salah satu tonggak munculnya kognitivisme. Perkembangan
kognitif merupakan pertumbuhan logika berpikir dari bayi sampai dewasa. Piaget
memiliki asumsi dasar kecerdasan manusia dan biologi organisme berfungsi
dengan cara yang sama. Keduanya adalah sistem terorganisasi yang secara
konstan berinteraksi dengan lingkungan.
3.

KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar

secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsepkonsep baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada
pada saat itu.
A. Teori bruner
Bruner juga pelopor utama konstruktivisme. Gagasan utama Bruner didasarkan
kategorisasi. "Memahami adalah kategorisasi, konseptualisasi adalah kategorisasi,

belajar adalah membentuk kategori-kategori, membuat keputusan adalah


kategorisasi." Bruner berpendapat bahwa orang menginterpretasikan dunia
melalui persamaannya dan perbedaannya.
B. Teori Piaget
Sebagaimana Bruner, Piaget juga memelopori lahirnya konstruktivisme.
Dalam pandangan Piaget, terdapat dua proses yang mendasari perkembangan
dunia individu, yaitu pengorganisasian dan penyesuaian. Untuk membuat dunia
kita diterima oleh pikiran, kita melakukan pengorganisasian pengalamanpengalaman yang telah terjadi. Piaget yakin bahwa kita menyesuaikan diri dalam
dua cara yaitu asimiliasi dan akomodasi.
Asimilasi terjadi ketika individu menggabungkan informasi baru ke dalam
pengetahuan mereka yang sudah ada. Sedangkan akomodasi adalah terjadi ketika
individu menyesuaikan diri dengan informasi baru.
Piaget mengatakan bahwa kita melampui perkembangan melalui empat tahap
dalam memahami dunia, yaitu :
Tahap sensorimotor (Sensorimotor stage), yang terjadi dari lahir hingga usia 2
tahun, merupakan tahap pertama piaget. Pada tahap ini, perkembangan mental
ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Tahap praoperasional (preoperational stage), yang terjadi dari usia 2 hingga 7
tahun, merupakan tahap kedua piaget, pada tahap ini anak mulai melukiskan
dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar. Mulai muncul pemikiran
egosentrisme, animisme, dan intuitif.
Tahap operasional konkrit (concrete operational stage), yang berlangsung dari
usia 7 hingga 11 tahun, merupakan tahap ketiga piaget. Pada tahap ini anak
dapat melakukan penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif sejauh
pemikiran dapat diterapkan ke dalam cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit.
Tahap operasional formal (formal operational stage), yang terlihat pada usia
11 hingga 15 tahun, merupakan tahap keempat dan terkahir dari piaget. Pada
tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit
dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.

Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya
bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan
utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri
perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Teori-teori lain:
1. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
a. Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase
seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya
dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara.
b. Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh
suatu

kesanggupan

yang

belum

diperoleh

sebelumnya

dengan

menghubung-hubungkan informasi yang diterima dengan pengetahuan


sebelumnya.
c. Fase storage /retensi adalah fase penyimpanan informasi, ada informasi
yang disimpan dalam jangka pendek ada yang dalam jangka panjang,
melalui pengulangan informasi dalam memori jangka pendek dapat
d.

dipindahkan ke memori jangka panjang.


Fase Retrieval/Recall, adalah fase mengingat kembali atau memanggil

kembali informasi yang ada dalam memori.


2. Teori Belajar Menurut Ausubel
Ausubel (dalam Dahar, 1988:137) mengemukakan bahwa belajar
dikatakan bermakna (meaningful) jika informasi yang akan dipelajari peserta
didik disusun sesuai dengan struktur kognitif yang dimiliki peserta didik sehingga
peserta didik dapat mengaitkan informasi barunya dengan struktur kognitif yang
dimilikinya. Ausubel (dalam Dahar,1988 :142)
Menurut Ausubel, Novak,dan Hanesian ada dua jenis belajar:
1)
Belajar bermakna (meaningful learning)
Belajar bermakna adalah suatu proses belajar dimana informasi baru
dihubungkan dengan struktur penertian yang sudah dipunyai seseorang yang
sedang belajar. Belajar bermakna terjadi bila pelajar mencoba menghubungkan
fenomena baru dengan konsep yang telah ada sebelumnya.
2)
Belajar menghafal (rote learning)

Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka
informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini
perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang
sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Langkah langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1)
Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama
dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2)
Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsepkonsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru
lebih mendetail.

Anda mungkin juga menyukai