TEORI BELAJAR
NIRMALA RESPATININGRUM
K2310066
TEORI BELAJAR
Teori adalah sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik dan yang
digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa yang diamati
(Snelbecker, 1974 dalam Dahar, 1988: 5). Proposisi yang terintegrasi secara
sintaktik, artinya, kumpulan proposisi ini mengikuti aturan-aturan tertentu yang
dapat menghubungkan secara logis proposisi yang satu dengan proposisi lainnya
dan juga pada data yang diamati.
Belajar dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Individu dapat dikatakan telah mengalami proses
belajar, meskipun pada dirinya hanya ada perubahan dalam kecendrungan perilaku
(De Cecco & Crawford, 1977 dalam Ali, 2000: 14). Perubahan perilaku tersebut
mencakup pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan sebagainya yang
dapat maupun tidak dapat diamati.
Teori belajar adalah upaya untuk mendeskripsikan bagaimana manusia
belajar, sehingga membantu kita semua memahami proses inhern yang kompleks
dari belajar. Ada perbedaan prinsip antara teori belajar dengan teori pembelajaran.
Teori belajar adalah deskriptif, karena tujuan utamanya memeriksa proses belajar.
Sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif, karena tujuan utamanya
menetapkan metode pembelajaran yang optimal (Bruner dalam Degeng, 1989
dalam Budiningsih, 2005: 11).
Ada tiga perspektif utama dalam teori belajar, yaitu Behaviorisme,
Kognitivisme, dan Konstruktivisme.
1. BEHAVIORISME
Behavorisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang didasarkan atas
proposisi (gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara
ilmiah.
Jadi, karakteristik esensial dari pendekatan behaviorisme terhadap belajar
adalah pemahaman terhadap kejadian-kejadian di lingkungan untuk memprediksi
perilaku seseorang, bukan pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam
diri orang tersebut.
Para tokoh yang memberikan pengaruh kuat pada aliran ini adalah Ivan
Pavlov dengan teorinya yang disebut classical conditioning, John B. Watson yang
dijuluki behavioris S-R (Stimulus-Respons), Edward Thorndike (dengan teorinya
Law of Efect), dan B.F. Skinner dengan teorinya yang disebut operant
conditioning.
A. Teori Ivan Pavlov
Pavlov dan koleganya berhasil mengidentifikasi empat proses: acquisition
(akuisisi/fase
dengan
pengkondisian),
extinction
(eliminasi/fase
tanpa
Fase Akuisisi
Fase akuisisi merupakan fase belajar permulaan dari respons kondisi.
Fase Eliminasi
Istilah extinction (eliminasi) digunakan untuk menjelaskan eliminasi respons
kondisi dengan mengulang-ulang stimulus kondisi tanpa stimulus utama
Generalisasi
generalisasi yaitu ketika seorang individu belajar menghasilkan respons kondisi
pada satu stimulus yang sama
Diskriminasi
Kebalikan dari generalisasi adalah diskriminasi, yaitu ketika seorang individu
belajar menghasilkan respons kondisi pada satu stimulus namun tidak dari
stimulus yang sama namun kondisinya berbeda.
B. Teori John B. Watson
Watson berprinsip hanya menggunakan eksperimen sebagai metode untuk
mempelajari kesadaran. Watson mempelajari penyesuaian organisme terhadap
lingkungannya, khususnya stimuli khusus yang menyebabkan organisme tersebut
memberikan respons. Kebanyakan dari karya-karya Watson adalah komparatif
yaitu membandingkan perilaku berbagai binatang. Karya-karyanya sangat
dipengaruhi karya Ivan Pavlov.
Namun pendekatan Watson lebih menekankan pada peran stimuli dalam
menghasilkan respons karena pengkondisian, mengasimilasikan sebagian besar
atau seluruh fungsi dari refleks. Karena itulah, Watson dijuluki sebagai pakar
psikologi S R (stimulus-response).
C. Teori Edward Thorndike (Teori Koneksionisme)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasiasosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R ).
Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda
untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari
adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Bentuk paling dasar dari belajar adalah trial and error learning atau
selecting and connecting learning dan berlangsung menurut hukum-hukum
tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering
disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
Thorndike menemukan hukum-hukum belajar sebagai berikut :
asosiasi(connection)
antara
kesan
panca
indera
dengan
kecenderungan bertindak.
Masalah-masalah yang terjadi dalam hukum Law of Readiness:
a)
Jika kecenderungan bertindak dan orang melakukannya, maka ia akan
merasa puas. Akibatnya, ia tak akan melakukan tindakan lain.
b)
Jika ada kecenderungan bertindak, tetapi ia tidak melakukannya, maka
timbullah rasa ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
c) Bila tidak ada kecenderungan bertindak padahal ia melakukannya, maka
timbullah ketidakpuasan. Akibatnya, ia akan melakukan tindakan lain untuk
mengurangi atau meniadakan ketidakpuasannya.
materi
pelajaran
perlu
disajikan
dengan
memperhatikan
tahap
KONSTRUKTIVISME
Konstruktivisme memandang belajar sebagai proses di mana pembelajar
secara aktif mengkonstruksi atau membangun gagasan-gagasan atau konsepkonsep baru didasarkan atas pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada
pada saat itu.
A. Teori bruner
Bruner juga pelopor utama konstruktivisme. Gagasan utama Bruner didasarkan
kategorisasi. "Memahami adalah kategorisasi, konseptualisasi adalah kategorisasi,
Perlu diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke tahap berikutnya
bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak bisa menjadi patokan
utama seseorang berada pada tahap tertentu karena tergantung dari ciri
perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Teori-teori lain:
1. Teori Belajar Menurut Robert M. Gagne
Gagne membagi proses belajar berlangsung dalam empat fase utama, yaitu
a. Fase Receiving the stimulus situation (apprehending), merupakan fase
seseorang memperhatikan stimulus tertentu kemudian menangkap artinya
dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian ditafsirkan sendiri
dengan berbagai cara.
b. Fase Stage of Acquition, pada fase ini seseorang akan dapat memperoleh
suatu
kesanggupan
yang
belum
diperoleh
sebelumnya
dengan
Bila konsep yang cocok dengan fenomena baru itu belum ada maka
informasi baru tersebut harus dipelajari secara menghafal. Belajar menghafal ini
perlu bila seseoarang memperoleh informasi baru dalam dunia pengetahuan yang
sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang ia ketahiu sebelumnya.
Langkah langkah belajar bermakna Ausubel adalah :
1)
Pengatur awal (advance organizer)
Pengatur awal dapat digunakan untuk membantu mengaitkan konsep yang lama
dengan konsep yang baru yang lebih tinggi maknanya.
2)
Diferensiasi Progregsif
Dalam pembelajaran bermakna perlu ada pengembangan dan kolaborasi konsepkonsep. Caranya unsur yang inklusif diperkenalkan terlebih dahulu kemudian baru
lebih mendetail.