a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Linggajati Rumah Sakit yang Maju , Mandiri ,
Modern.
b. MISI
c. MOTTO
Tidak Ada
d.
a. VISI
b. MISI
c. MOTTO
d. Nilai nilai
Rusli
B. Kajian Situasi Ruangan
1. Falsafah Ruangan
Tidak ada
2. Visi dan misi Ruangan ICU
Saat pengkajian wawancara pada perawat dan kepala ruangan ICU RSUD
Linggajati, di ruangan ICU tidak ada visi dan misi ruangan
3. Tujuan
Tidak ada
4. Motto
Tidak ada
5. Ruang lingkup pelayanan
Standar minimum pelayanan intensive care unit (ICU)
Tingkat pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas RS. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam pasien
yang di rawat.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
a. Resusitasi jantung paru
LENI PP
A. KAJIAN SITUASI MANAJEMEN UNIT RUANGAN
1. Fisik
Lokasi ruang ICU di RSUD Linggajati kuningan sebagai berikut
Utara : Jalan
Barat : Ruang hemodialisa
Timur : Ruang perinatalogi
Selatan : Taman
Terdapat 6 buah tempat tidur dengan pencahayaan cukup baik. Terdapat
nurse stasion, ruang ganti, ruang perawat, dan ruang dapur.
2. Alat dan bahan kesehatan
a. Buku inventaris
ada.
b. Peralatan dan fasilitas
a) Alat tenun
Sprei : 7 buah
Sarung bantal : 7 buah
Selimut : 7 buah
Sarung O2 : 7 buah
Washlap : 12 buah
Barascort : 15 buah
b) Alat medik
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
NAMA BARANG
EKG Monitor
EKG
Thermometer air raksa
Stetoskop
Gunting perban
Tromol besar
Senter
Korentang
Bak injeksi
Standar infus
Tabung O2
Troli instrumen
Infuse pump
Siringe pump
Suction
Torniquet
Tong spatel
Midline
Hammer
Ambubag
Tempat sampah medis
Lampu baca rontgen
Kursi Roda
Thermometer elektrik
Glukometer
EKG manual
Troley emergency
Pinset anatomis
Gunting jaringan
Arteri klem
Kasur dekubitus
Gunting cirurgis
Sungkup anak
Nebulizer
Suction manual
Manset pediactrik
Oxsimetri
Defibilator
Laringscoop
C PAP
JUMLAH
6
2
1
1
1
1
1
1
2
6
7
1
4
4
1
1
2
1
1
1
3
1
2
1
2
1
2
2
1
1
4
2
5
1
1
1
4
1
1
1
KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
3. Kekuatan kerja
a. Man
a) Tenaga perawat
NO
NAMA
Jenis Kelamin
Jabatan
Pelatihan
laki-laki
KARU
ICU,
EKG
BTCLS,
Cucu S.,Skep.,Ners
perempuan
WAKARU
Dasar
keperawatan
intensif,
ICU,
BTCLS, EKG
Laki-laki
perawat
Ika sartika.,Skep
perempuan
perawat
PPGD Basic I,
Penanggulangan
bencana alam.
Riska siti,A,MD.Kep
perempuan
perawat
Siti Nurhikmah,Skep
perempuan
perawat
Deby retno.S,kep
laki-laki
perawat
BTCLS
Lia marliani,A.MD,Kep
perempuan
perawat
Penangulangan
bencana
alam,
PPGD,
Interpretasi ECG.
Wawan S.,Skep.,Ners
laki-laki
perawat
Pelatohan
"DOTS",
BTCLS.
10
Juju juleha,A,MD,.Kep
perempuan
perawat
11
Ima rismayanti.,Amd.kep
perempuan
perawat
12
laki-laki
perawat
TB
b) Tenaga medis
NO
KUALIFIKASI
JUMLAH
Dokter Umum
KUALIFIKASI
Admin
Cleaning Service
Helper
JUMLAH
1
1
1
b. Money
Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
berasal dari APBD daerah kuningan provinsi Jawa barat. Pembiayaan
sebagian besar dari BPJS dan umum.
c. Methode
Metode tim merupakan suatu model dan praktik keperawatan
profesional dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawayan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan koloberatif
(Douglas, 1984)
Methode yang digunakan adalah Team. Shift dibagi menjadi 3 shift
yaitu pagi, siang dan malam. SAK tersedia tapi sedang dipinjam.
d. Market
Jumlah pasien berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 3 mei 2016
4. Material
1. Gedung ruangan
Ruangan ICU terbagi menjadi 4 ruangan. Ruangan pertama berisikan 3
tempat tidur dan nurse station, ruangan kedua berisikan 2 tempat tidur,
ruangan ketiga berisikan 1 tempat tidur dan ruangan ke 4 tempat perawat
beristirahat.
2. Alat-alat medis
3.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
NAMA BARANG
monitor
EKG
Tensimeter
Stetoskop
Gunting perban
Tromol besar
Senter
Korentang
Bak injeksi
Standar infus
Tabung O2
Troli instrumen
Infuse pump
Siringe pump
Suction
Torniquet
Tong spatel
Midline
Hammer
Ambubag
Tempat sampah medis
Tempat rontgen
Kursi Roda
JUMLAH
6
2
1
1
1
1
1
1
2
6
7
1
4
4
1
1
2
1
1
1
3
1
2
KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Alat-alat
non
medis
B.
C.
N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
NAMA BARANG
Kursi
Meja
Kipas angin
TV
Speaker
Lemari
Meja pasien
Tempat tidur
Dispenser
Kulkas
JUMLAH
KONDISI
7
1
1
1
1
4
6
2
1
1
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Mmmm
Mm
menjalani kehidupan normal dengan Therapy intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien
selama masa kegawatan
-PROSEDUR,
A, Persiapan alat
1. Tempat tidur siap pakai ( Dilakukan )
2. Set pengukur berat badan pasien pada tempat tidur sudah dalam keadaan 0 (Nol) ( Tidak
dilakukan )
3. Matras KAD sudah terpasang ( Dilakukan )
4. Patient monitor siap pakai dan dalam keadaan menyala (manset BP sudah terpasang , sesuai
ukuran ,elektroda terpasang pada EKG connector, oksimetri dan pengukur suhu) ( Dilakukan ).
5. Tensimeter manual ( Tidak dilakukan )
6. Stetoskope ( Dilakukan )
7. Pen light ( Tidak dilakukan )
8. Baju pasien ( Dilakukan )
9. Infus pump dan syringe pump selalu dalam keadaan siap pakai jika di perlukan ( Dilakuakan )
10. Ventilator dalam ke adaan siap pakai jika diperlukan.( Tidak dilakukan )
11. Emergency troley dekat dengan tempat tidur pasien ( Dilakukan )
B, Kriteria pelaksanaan
1. pasien datang ke icu di terima dengan ramah dan penuh perhatian ( Dilakukan )
2. Perawat ICU melakukan operan dengan perawatan yang membawa pasien ( Dilakukan )
- Buku status pasien lengkap ( Dilakukan )
- Nama , umur , diagnosa ( Dilakukan )
- Tindakan yang sudah dilakukan ( Dilakukan )
- Therapi yang sudah di berikan ( Dilakukan )
- Hasil laboratorium dan pemeriksan radiologi yang telah di konsulkan kepada dokter specialis
( Dilakukan )
- Rencana tindakan selanjutnya ( Dilakukan )
3. Perawat cuci tangan dan pasang sarung tanggan ( Dilakukan )
4. Pindakan pasien dari blankar atau bed ruangan biasa ke bed ICU dengan memperhatikan ke
selamatan pasien dan pripacy ( Dilakukan )
5. Lepaskan baju pasien ( Dilakukan )
6. Bersikan badan pasien dengan cepat jika kotor ( Dilakukan )
7. Kenakan baju ICU pada pasien ( Dilakukan )
8. Timbang berat badan pasien ( Tidak di lakukan )
9. Pasangkan elektroda, mansrt BP , oksimetri , pengukur suhu dan sambungkan dengan patient
monitor ( Dilakukan )
10. Kaji tingkat kesadaran patient ( Dilakukan )
11. Mengukur tanda tanda vital ( Dilakukan )
12. Dokter jaga ICU sudah berada di ruang ICU ( Tidak dilakukan )
13. Lanjutkan terapi pasien sesuai dengan advis dokter ( Dilakukan )
14. Jika belum terpasang DC, lakukan pemasangan DC sesuai advis dokter ( Dilakukan )
15. Berikan tindakan dan therapy selanjutnya sesuai adviz dokter ( Dilaukukan )
16. Lapor kebagian instalasi gizi untuk diet pasien ( Dilakukan )
17. Informasikan ke bagian adminitrasi mengenai masuk nya pasien ke ICU ( Dilakukan )
PENGERTIAN : Menyiapkan pasien yang akan pulang karena sudah sembuh atau tidak
memerlukan perawatan lagi di rumah sakit.
TUJUAN
: Menyiapkan pasien untuk kembali ke keluarga dengan penjelasan hal-hal yang
perlu di ketahui oleh pasien dan keluarga sehubungan dengan penyakit ya
PROSEDUR :
Fasilitas : Mobil ambulance jika perlu
Dilakukan pada pasien yang sudah diyatakan sembuh dan boleh berobat jalan
Langkah- langkah
1, Perawat memberi tahu pasien/keluarga bahwa pasien boleh pulang. Sebaiknya
pemberitahuan di sampaikan satu hari sebelum nya ( Dilakukan )
2, Rapikan pasien sebelum pulang,ganti pakaian pasien dengan pakaian untuk pulang.
( Dilakukan )
3,Siapkan obat-obat, surat-surat yang di perlukan, misalkan resep, surat kontrol/pengantar
untuk kontrol selanjutya ( Dilakukan )
4, Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang hal hal yang perlu di perhatikan
dan dilakukan oleh pasien di rumah :
a, Tindakan perawatan ( Dilakukan )
b,Obat obatan yang harus diberikan ( Dilakukan )
c, Pengaturan diet ( Dilakukan )
5, Beri dorongan moril supaya pasien atau keluarga menerima kenyataan, misalnya pasien
sudah sembuh tetapi tubuh nya cacat, atau pasien yang boleh pulang ( Dilakukan )
6,Terapi penyakit nya tidak dapat disembuhkan ( Dilakukan )
7, Jika perlu hubungi ambulance (Dilakukan )
1, Oksigenasi : ( Dilakukan )
2, Nutrisi : ( Dilakukan )
3, Caiaran dan Elektrolit : ( Dilakukan )
4, Eliminasi : ( Dilakukan )
5, Istirahat dan Tidur ( Dilakukan )
6, Aktivitas ( Dilakukan )
7, Sirkulsi ( Dilakuakan )
Agung Lutfi
8) Personal Hygiene
Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
a. Personal Hygiene adalah melakukan personal hygiene di atas tempat tidur kepada pasien yang
tidak dapat memenuhinya secara mandiri. (SOP Personal Hygiene Ruang ICU RS LinggaJati)
Personal Hygiene menurut beberapa ahli:
A. DepKes
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (DepKes 2000)
B. Efendy
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
C. Sjarifuddin
Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perorangan. (Sjarifuddin 1979 dalam
Basyar 2005)
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan
terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu
berusaha supaya personal hygiene dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan dan kerapian sangat
penting dan diperlukan agar seseorang disenangi dan diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena
kebersihan diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.
8.1) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Citra Tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang
klien rapih sekali makan perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan peralatan hygiene. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik Sosial
kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik
hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang
tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang
digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, shampo, pasta gigi dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika
penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikan oleh
kelompok sosial klien.
d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus
termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau
kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang
diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi resikon kesehatan dapat memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di
Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara Eropa, bagaimanapun, hal
ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.
f. Pilihan Pribadi
Setiap klien memeliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda (misal: sabun, shampo,
deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kodisi Fisik
Orang menderita penyakit tertentu (misal: kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi sering
kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.
8.2) Jenia personal hygiene
Berdasarkan waktu pelaksanaannya
Menurut Alimul, 2006. Personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya di bagi menjadi
empat yaitu:
a. Perawatan dini hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan
tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau
feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan urinal jika pasien tidak mampu ambulasi,
mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan
personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut.
b. Perawatan pagi hari
Merupaka personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau makan pagi
seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB dan BAK), mandi
atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,
membersihkan mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut
sebagai perawatan pagi yang lengkap.
c. Perawatan siang hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang dimana pasien yang dirawat di rumah sakit
seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai
tindakan personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lainmencuci muka dan tangan,
c. Sabun
d. Handuk
e. Bedak
f. Lotion
g. Kapas atau kassa
h. Sisir
i. Sikat dan pasta gigi
j. Gelas kumur dan bengkok
k. Sarung tangan
2. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien diatas tempat tidur
3. Persiapan tempat
a. Ruang atau tempat yang sesuai
B. Kriteria pelaksanaan
1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan
3. Pasang sarung tangan
4. Buka pakaian pasien bawah dan atas, simpan di tempat yang sudah di sediakan
5. Bagian dada ditutup dengan handuk dan selimut ditarik sampai kasur
6. Bersihkan muka dari mulai mata, telinga, hidung, dan leher
7. Membersihkan lengan dengan membentangkan handuk dibawah lengan kiri yang terjatuh,
basahi mulai dari jari-jari dan sela-selanya sampai ketiak kemudian keringkan, setelah
selelsai letakkan tangan keatas, angkat handuyk dan pindahkan ke tangan yang satunya,
lakukan diulang.
8. Mencuci dada dan perut dengan basahi dan sabuni daerah dada dan perut kemudian
keringkan, bedaki daerah leher ketiak, dada, dan perut, ratakan dengan kapas.
9. Mencuci punggung dengan miringkan pasien, bentangkan handuk dibawah punggung,
basahi dan sabuni daerah tengkuk, bahu dan punggung, pantat, lalu keringkan dengan
handuk. Gosok dengan minyak pada otot tulang belikat leher dan sepanjang bahu, bedaki
tipis-tipis, lakukan pukulan kecil dan pelan dengan pinggir tangan yang dimulai dari bawah
ke dua sisi tulang belakang.
10. Terlentangkan pasien dan bahu untuk memakai baju bagian atas
11. Turunkan selimut sampai habis
12. Mencuci kaki, bentangkan handuk dibawah kaki yang terjatuh, basahi dan sabuni dari
telapak kaki dan jari-jari serta sela-selanya, lalu keringkan, lakukan untuk kaki yang satu
dengan cara yang sama
13. Mencuci bagian bawah, bentangkan handuk dibawah bokong, bersihkan daerah kemaluan,
beri bedak diantara lipatan paha dan di antara penis dan skrotum, ratakan dengan kapas
14. Bantu pasien untuk memakai pakaian bagian bawah
15. Rapikan tempat tidur pasien
16. Rapikan alat-alat
C. Evaluasi
17. Dokumentasikan hasil tindakan
Pencegahan Infeksi
Health-care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini di kenal Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai
infeksi di rumah sakit Hospital-Acquired Infections merupakan persoalan serius karena dapat
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tidak berakibat
kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang
lebih banyak.
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari
pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Faktor penyebab perkembangan infeksi nasokomial
1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala
klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
Kemungkinan terjadninya infeksi tergantung pada:
a. Karakteristik mikroorganisme
b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
c. Tingkat virulensi
d. Banyaknya materi infeksius
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nasokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).
Kebanyak infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh
mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal (Utama,2006).
2. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini
adalah:
a. Usia
b. Status imunitas penderita
c. Penyakit yang diderita
d. Obesitas dan malnutrisi
5. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nasokomial terutama disebabkan infeksi dari bakteri urin,
infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.
Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Di ruang penyakit dalam,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat
berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Komplikasi tersebut berupa:
a. Ekstravasasi infiltrat: cairan infus masuk ke jaringan sekitar inserasi kanula
b. Penyumbatan: Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya
gangguan lain
c. Flebitis: Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
d. Trombosis: Terdapat pembengkakan sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infus
e. Kolonisasi kanul: Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada
dalam pembuluh darah.
f. Septikemia: Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
g. Supurasi: Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar inserasi kanul. (Utama,2006)
Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena
yaitu: janis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih
dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan prinsip anti sepsis,
cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan
mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi
terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat
infus dan bakteremia.
Dampak infeksi nasokomial
Infeksi nasokomial memberikan dampak sebagai berikut:
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen
serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu s\dengan meningkatkan
lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obatan mahal dan penggunaan pelayanan
lainnya, serta tuntutan hukum.
Pengelolaan infeksi nasokomial
Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan keperawatan,
yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang
berkesinambunga. Infeksi nasokomial ini dapat disebabkan oleh petugas kesehatan, pengunjung,
dan juga pasien lainnya.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygiene yang baik, kebersihan dan keseterilan dengan lima standar penerapan yaitu:
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang
paling efektif untuk mencegah infeksi nasokomial, efektif mengurangi perpindahan
mikroorganisme karena bersentuhan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh
lain. Alat pekindung diri meliputi: pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi,
pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah
penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya,
misalnya melalui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terkait dengan hal ini, tempat
sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga
kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar.
Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko transmisi infeksi dari instrumen
dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan.
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaimana diketahui aktivitas pe;ayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya,
yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat.
SOP MENCUCI TANGAN BIASA DI RUANG ICU
Pengertian
Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan sabun desinfektan dengan air mengalir.
Tujuan
a. Meminimalkan transmisi kuman
b. Melindungi diri sendiri dari kuman
c. Mencegah infeksi nasokomial
Prosedur
A. Persiapan alat
1. Air bersih yang mengalir
2. Sabun desinfektan
3. Kertas tissu sekali pakai
B. Prosedur pelaksanaan
1. Bebaskan lengan sampai siku dari lengan baju, arloji dan cincin, untuk efektif dan
aman kuku harus pendek.
2. Basahi tangan sampai siku dan beri sabun, mulai dari ujung jari sambil memutar
selama 20-30 detik.
3. Lakukan dengan 6 langkah cara cuci tangan, yaitu:
a. Satukan telapak tangan kanan dan kiri
b. Telapak dan punggung tangan (bergantian kiri dan kanan)
c. Telapak tangan kanan dan kiri khusus sela-sela jari
d. Punggung jari dan tangan berlawanan
e. Putar ibu jari dalam telapak tangan yang berlawanan
4. Bilas dengan air mengalir sampai bersih
Analisa Situasi
Teori pengendalian infeksi nasokomial
Analisa Situasi
DATA FOKUS
MASALAH
Observasi:
Hasil observasi didapatkan bahwa setisp
selesai tindakan perawat selalu cuci
tangan. Terdapat 1 handscrub pada ners
station tapi tidak ada pada kamar pasien.
Didapatkan hasil bahwa pada ruang ICU
handscrub kurang memadai, yaitu hanya
ada 1 handscrub.
Weakness
(kelemahan)
DI ruang ICU jumlah
handscrub kurang
memadai, yaitu hanya
ada 1 handscrub, dan
tidak ada panduan
cara mencuci tangan.
Opportunity
(kesempatan)
Mudah mendapatkan
handscrub
Threatened
(Ancaman)
Resiko terjadi INOS
Masalah:
a. Kurang optimalnya penggunaan hanscrub dalam pengendalian infeksi nasokomial
Intervensi:
a. Upayakan menggunakan APD
b. Mengoptimalkan penyediaan handscrub di ruang ICU
c. Mengoptimalkan 7 momen cuci tangan pada petugas
d. Menyediakan tempat handscrub di ruang kamar pasien
Resiko
Tinggi
INOS
Methode:
a. Standart cuci tangan sesuai SOP Ruang ICU
Rencana
Tindakan
Tujuan
Sasaran
a. Kurang
optimalnya
penggunaan
handscrub
a.
Penyediaan
handscrub
pada
masingmasing
kamar
pasien
b.
Optimalkan
7 momen
cuci tangan
a.
Mengoptim
alkan
penggunaan
handscrub
b.
Mengurangi
dan
menekan
terjadinya
infeksi
nasokomial
Perawat dan
pengunjung
di ruangan
Tempat
Ruang
ICU
Waktu
7-8 Mei
2016
Penangggung
Jawab
Agung Lutfi
Kesimpulan
Health-care Associated infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai infeksi nasokomial atau
disebut juga infeksi di rumah sakit. Kalaupun tidak berakibat kematian, pasien dirawat lebih
lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak.
Mencuci tangan merupakan salah satu upaya yang efektif untuk pengendalian infeksi
nasokomial. Hal ini tersebut dapat ditunjang dengan mengoptimalkan penggunaan handscrub
dan 7 momen cuci tangan pada petugas dan pengunjung.
Saran
a. Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar memfasilitasi alat
yang di butuhkan dalam mencegah infeksi nasokomial di rumah sakit.
b. Diharapkan kepada petugas dan pengunjung untuk ikut berperan serta dalam pengendalian
infeksi nasokomial, salah satunya yaitu dengan melakukan kebiasaan cuci tangan yang
baik dan benar.
c. Diharapkan kepada petugas untuk mengoptimalkan 7 momen cuci tangan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Linnya. SK MenKes No
382/MenKes/2007. Jakarta: KemenKes RI
Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT. Bhuana Aksara
Kurniadi, H. 1993. Upaya Pencegahan Infeksi Nasokomial di RS Keluarga Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran No. 82 tahun 1993
Schaffer, et al. 2000. Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman. Jakarta: EGC.