Anda di halaman 1dari 28

UPI

A. Visi dan Misi Rumah Sakit Linggajati (RSUD)

a. Visi
Menjadikan Rumah Sakit Umum Daerah Linggajati Rumah Sakit yang Maju , Mandiri ,
Modern.
b. MISI

Menjadi Institusi layanan kesehatan Unggulan dengan fasilitas Modern


Menyediakan tenaga kesehatan yang profesional
Pelayanan Ramah dan bersahabat serta suasana hunian yang nyaman berwawasan
lingkungan.
Mengembangkan layanan kesehatan cepat , tepat dan berkeadilan

c. MOTTO
Tidak Ada
d.

Tujuan Rumah Sakit


Tidak ada

B. BIDANG PELAYANAN KEPERAWATAN

a. VISI

b. MISI

c. MOTTO

d. Nilai nilai

e. SEJARAH RUMAH SAKIT LINGGAJATI (RSUD)


Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Linggajati Kuningan adalah Rumah Sakit Umum
milik pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan sebagai Lembaga Teknis Daerah . yang awalnya
adalah rumah sakit ibu dan anak linggajati dan merupakan pengembangan rumah sakit umum
daerah 45 kuningan .
Luas bangunan 5. 154 meter persegi di atas lahan seluas 36. 182 meter persegi yang
sebelumnya lokasi ini . Digunakan sebagai tempat pertunjukan seni dan budaya Daerah . tempat
peragaan pengolaan makanan khas Daerah . dan pusat informasi pariwisata (PIP). Dulu lokasi ini
lebih dikenal sebagai Mandala Wisata di jl. Bandorasa Cilimus, kuningan.
Awalnya pada tahun 2006 mulai dibangun dan selesai tahun 2009 bernama Rumah
Sakit Bandorasa , kemudian pada tahun 2012 berubah menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak
(RSIA) Linggajati dan tahun 2013 hingga sekarang menjadi Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Linggajati.

Rusli
B. Kajian Situasi Ruangan
1. Falsafah Ruangan
Tidak ada
2. Visi dan misi Ruangan ICU
Saat pengkajian wawancara pada perawat dan kepala ruangan ICU RSUD
Linggajati, di ruangan ICU tidak ada visi dan misi ruangan
3. Tujuan
Tidak ada
4. Motto
Tidak ada
5. Ruang lingkup pelayanan
Standar minimum pelayanan intensive care unit (ICU)
Tingkat pelayanan ICU harus disesuaikan dengan kelas RS. Tingkat pelayanan ini
ditentukan oleh jumlah staf, fasilitas, pelayanan penunjang, jumlah dan macam pasien
yang di rawat.
Pelayanan ICU harus memiliki kemampuan minimal sebagai berikut :
a. Resusitasi jantung paru

b. Pengelolaan jalan nafas, termasuk intubasi trakeal dan penggunaan ventilator


sederhana
c. Terapi oksigen
d. Pemantauan EKG, pulse oksimetriterus menerus
e. Pemberian nutrisi enteral dan perenteral
f. Pemeriksaan laboratorium khusus
g. Pelaksanaan terapi secara titrasi
h. Kemampuan melaksanakan teknik khusus sesuai dengan kondisi pasien
i. Memberikan tunjangan fungsi vital dengan alat-alat portabel
j. Kemampuan melakukan fisioterapi dada

LENI PP
A. KAJIAN SITUASI MANAJEMEN UNIT RUANGAN
1. Fisik
Lokasi ruang ICU di RSUD Linggajati kuningan sebagai berikut
Utara : Jalan
Barat : Ruang hemodialisa
Timur : Ruang perinatalogi
Selatan : Taman
Terdapat 6 buah tempat tidur dengan pencahayaan cukup baik. Terdapat
nurse stasion, ruang ganti, ruang perawat, dan ruang dapur.
2. Alat dan bahan kesehatan
a. Buku inventaris
ada.
b. Peralatan dan fasilitas
a) Alat tenun
Sprei : 7 buah
Sarung bantal : 7 buah
Selimut : 7 buah
Sarung O2 : 7 buah
Washlap : 12 buah
Barascort : 15 buah
b) Alat medik

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40

NAMA BARANG
EKG Monitor
EKG
Thermometer air raksa
Stetoskop
Gunting perban
Tromol besar
Senter
Korentang
Bak injeksi
Standar infus
Tabung O2
Troli instrumen
Infuse pump
Siringe pump
Suction
Torniquet
Tong spatel
Midline
Hammer
Ambubag
Tempat sampah medis
Lampu baca rontgen
Kursi Roda
Thermometer elektrik
Glukometer
EKG manual
Troley emergency
Pinset anatomis
Gunting jaringan
Arteri klem
Kasur dekubitus
Gunting cirurgis
Sungkup anak
Nebulizer
Suction manual
Manset pediactrik
Oxsimetri
Defibilator
Laringscoop
C PAP

JUMLAH
6
2
1
1
1
1
1
1
2
6
7
1
4
4
1
1
2
1
1
1
3
1
2
1
2
1
2
2
1
1
4
2
5
1
1
1
4
1
1
1

KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

3. Kekuatan kerja
a. Man
a) Tenaga perawat
NO

NAMA

Jenis Kelamin

Jabatan

Pelatihan

Lili darul padli,A.MD.Kep

laki-laki

KARU

ICU,
EKG

BTCLS,

Cucu S.,Skep.,Ners

perempuan

WAKARU

Dasar
keperawatan
intensif,
ICU,
BTCLS, EKG

Dadang hamdani, A.Md Kep

Laki-laki

perawat

Ika sartika.,Skep

perempuan

perawat

PPGD Basic I,
Penanggulangan
bencana alam.

Riska siti,A,MD.Kep

perempuan

perawat

Siti Nurhikmah,Skep

perempuan

perawat

Deby retno.S,kep

laki-laki

perawat

BTCLS

Lia marliani,A.MD,Kep

perempuan

perawat

Penangulangan
bencana
alam,
PPGD,
Interpretasi ECG.

Wawan S.,Skep.,Ners

laki-laki

perawat

Pelatohan
"DOTS",
BTCLS.

10

Juju juleha,A,MD,.Kep

perempuan

perawat

11

Ima rismayanti.,Amd.kep

perempuan

perawat

12

Hendrawan, A.Md kep

laki-laki

perawat

TB

b) Tenaga medis
NO

KUALIFIKASI

JUMLAH

Dokter spesoalis jantung

Dokter Umum

Dokter spesialis paru

c) Tenaga non keperawatan


NO
1
2
3

KUALIFIKASI
Admin
Cleaning Service
Helper

JUMLAH
1
1
1

b. Money
Sebagian besar pembiayaan ruangan berasal dari rumah sakit yang
berasal dari APBD daerah kuningan provinsi Jawa barat. Pembiayaan
sebagian besar dari BPJS dan umum.
c. Methode
Metode tim merupakan suatu model dan praktik keperawatan
profesional dimana seorang perawat profesional memimpin
sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawayan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan koloberatif
(Douglas, 1984)
Methode yang digunakan adalah Team. Shift dibagi menjadi 3 shift
yaitu pagi, siang dan malam. SAK tersedia tapi sedang dipinjam.
d. Market
Jumlah pasien berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 3 mei 2016

didapatkan data presentase kapasitas tempat tidur pasien di ruang ICU


RSUD Linggajati kuningan
4/6 x 100% = 60%
Tidak ada promosi kesehatan yang dilakukan oleh perawat ICU.

4. Material
1. Gedung ruangan
Ruangan ICU terbagi menjadi 4 ruangan. Ruangan pertama berisikan 3
tempat tidur dan nurse station, ruangan kedua berisikan 2 tempat tidur,
ruangan ketiga berisikan 1 tempat tidur dan ruangan ke 4 tempat perawat
beristirahat.
2. Alat-alat medis

3.

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

NAMA BARANG
monitor
EKG
Tensimeter
Stetoskop
Gunting perban
Tromol besar
Senter
Korentang
Bak injeksi
Standar infus
Tabung O2
Troli instrumen
Infuse pump
Siringe pump
Suction
Torniquet
Tong spatel
Midline
Hammer
Ambubag
Tempat sampah medis
Tempat rontgen
Kursi Roda

JUMLAH
6
2
1
1
1
1
1
1
2
6
7
1
4
4
1
1
2
1
1
1
3
1
2

KONDISI
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Alat-alat
non

medis
B.
C.

N
O
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

NAMA BARANG
Kursi
Meja
Kipas angin
TV
Speaker
Lemari
Meja pasien
Tempat tidur
Dispenser
Kulkas

JUMLAH

KONDISI

7
1
1
1
1
4
6
2
1
1

Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik
Baik

Mmmm
Mm

TEGAR DWI PUTRA WINARTO


PENERIMAAN PASIEN BARU
PROTAP Tanggal Tertib 01/11/2013
-PENGERTIAN : Pelyanaan peneriman pasien baru ICU adalah menerima pasien yang baru
masuk ke RS untuk dirawat sesuai dengan peraturan yang berlaku
-TUJUAN
: Sebagai acuan penerapan langkah langakah menerima pasien baru agar pasien
memperoleh pelayanaan keperawatan dan pengobatan sesuai dengan kebutuhan
-PROSEDUR :
A.Persiapan Alat
1. Tempat tidur siap pakai ( Dilakukan )
2. Meja pasien kursi atau bangku ( Dilakukan )
3. Status pasien (file) lengkap ( Dilakukan )
4. Perlengkapan pasien misal : gels pasien,pakaian pasien dll ( Dilakukan )
5. Alat-alat lain : termometer,tensi meter,timbanggan BB dan alat ukur tinggi badan ( Dilakukan )
B.Kriteria pelaksanaan
1. pasien dan keluarganya diterima dengan ramah dan penuh perhatian ( Dilakukan )
2. Bila pasien bisa berdiri,di timbangg BB dan TB sebelum di baringkan ke tempat tidur
( Dilakukan )
3. Setelah berbaring di tempat tidur, lakukan tindakan :
- Anamnesa ( Dilakukan )
- Pengukuran TPRS ( Dilakukan )
4. Memberitahukan pasien baru :
- Kepada dokter pemeriksa/dokter jaga untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut ( Dilakukan )
- Bila diruangan memberitahukan di instalasi gizi, dan bagian adminitrasi ( Dilakukan )

PENERIMAAN PASIEN ICU


PENGERTIAN : Pelayanan penerimaan pasien baru icu adalah penerimaaan pasien yang baru
masuk untuk di rawat di ICU sesuai dengan peraturan yang berlaku
TUJUAN
: Untuk merawat pasien dengan kegawatan yang mengancam jiwa akibat krisis
penyakit, perbedaan dan Trauma yang diharapkan dapat di sembuhkan kembali (Reversible) dan

menjalani kehidupan normal dengan Therapy intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien
selama masa kegawatan
-PROSEDUR,
A, Persiapan alat
1. Tempat tidur siap pakai ( Dilakukan )
2. Set pengukur berat badan pasien pada tempat tidur sudah dalam keadaan 0 (Nol) ( Tidak
dilakukan )
3. Matras KAD sudah terpasang ( Dilakukan )
4. Patient monitor siap pakai dan dalam keadaan menyala (manset BP sudah terpasang , sesuai
ukuran ,elektroda terpasang pada EKG connector, oksimetri dan pengukur suhu) ( Dilakukan ).
5. Tensimeter manual ( Tidak dilakukan )
6. Stetoskope ( Dilakukan )
7. Pen light ( Tidak dilakukan )
8. Baju pasien ( Dilakukan )
9. Infus pump dan syringe pump selalu dalam keadaan siap pakai jika di perlukan ( Dilakuakan )
10. Ventilator dalam ke adaan siap pakai jika diperlukan.( Tidak dilakukan )
11. Emergency troley dekat dengan tempat tidur pasien ( Dilakukan )
B, Kriteria pelaksanaan
1. pasien datang ke icu di terima dengan ramah dan penuh perhatian ( Dilakukan )
2. Perawat ICU melakukan operan dengan perawatan yang membawa pasien ( Dilakukan )
- Buku status pasien lengkap ( Dilakukan )
- Nama , umur , diagnosa ( Dilakukan )
- Tindakan yang sudah dilakukan ( Dilakukan )
- Therapi yang sudah di berikan ( Dilakukan )
- Hasil laboratorium dan pemeriksan radiologi yang telah di konsulkan kepada dokter specialis
( Dilakukan )
- Rencana tindakan selanjutnya ( Dilakukan )
3. Perawat cuci tangan dan pasang sarung tanggan ( Dilakukan )
4. Pindakan pasien dari blankar atau bed ruangan biasa ke bed ICU dengan memperhatikan ke
selamatan pasien dan pripacy ( Dilakukan )
5. Lepaskan baju pasien ( Dilakukan )
6. Bersikan badan pasien dengan cepat jika kotor ( Dilakukan )
7. Kenakan baju ICU pada pasien ( Dilakukan )
8. Timbang berat badan pasien ( Tidak di lakukan )
9. Pasangkan elektroda, mansrt BP , oksimetri , pengukur suhu dan sambungkan dengan patient
monitor ( Dilakukan )
10. Kaji tingkat kesadaran patient ( Dilakukan )
11. Mengukur tanda tanda vital ( Dilakukan )
12. Dokter jaga ICU sudah berada di ruang ICU ( Tidak dilakukan )
13. Lanjutkan terapi pasien sesuai dengan advis dokter ( Dilakukan )
14. Jika belum terpasang DC, lakukan pemasangan DC sesuai advis dokter ( Dilakukan )
15. Berikan tindakan dan therapy selanjutnya sesuai adviz dokter ( Dilaukukan )
16. Lapor kebagian instalasi gizi untuk diet pasien ( Dilakukan )
17. Informasikan ke bagian adminitrasi mengenai masuk nya pasien ke ICU ( Dilakukan )

18. Lanjutkan observasi pasien ( Dilakukan )


19, Cuci tangan ( Dilakukan )
20. Dokuntasikan keadaan pasien, tingkat kesadaran ( Dilakukan )
21. TTV, therapey yang sudah di berikan. Dan rencana tindakan selanjutnya ( Dilakukan ).

KRITERIA PASIEN MASUK ICU/ICCU


PENGERTIAN:
-Sebagai acuan pengaturan pasien yang masuk ke ruang ICU/ICCU dalam ke adaan gawat darurat
yang memerlukan penanganan. Tindakan dan peralatan Khusus dari Tenaga Medis dan tenaga
Keperawatan di RSUD Linggajati Kuningan
TUJUAN:
Untuk merawat pasien dengan kegawatan yang mengancam jiwa dan akibat kritis penyakit,
perbedaan dan trauma yang di harapkan dapat di sembuhkan kembali (Revelsible) dan menjalani
kehidupan normal dengan Therapy intensif yang menunjang fungsi vital tubuh pasien selama masa
kegawatan
PROSEDUR:
1, ALUR
A, Pasien dari IGD:
a, Hasil pemeriksaan di IGD setelah di konsuitasikan ke Dokter Specialis terkait, pasien masuk
ke ICU/ICCU di antar oleh perawat IGD ( Dilakukan )
b, Pasien pindah dari ruang ICU/ICCU ke ruang perawatan biasa di jemput oleh ruang
Perawat/Bidan Ruangan dimana pasien tersebut akan di pindahkan ( Dilakukan )
c, Dalam Hal penentuan kelas perawatan di ruang perawatan biasa di dasarkan atas permintaan
keluarga atau peraturan yang berlaku (khusus untuk peserta Askeskin) ( Dilakukan )
d, Pasien dari RS lain masuk ke ICU/ICCU harus melalui IGD ( Dilaukukan )

SOP PASIEN PULANG

PENGERTIAN : Menyiapkan pasien yang akan pulang karena sudah sembuh atau tidak
memerlukan perawatan lagi di rumah sakit.
TUJUAN
: Menyiapkan pasien untuk kembali ke keluarga dengan penjelasan hal-hal yang
perlu di ketahui oleh pasien dan keluarga sehubungan dengan penyakit ya
PROSEDUR :
Fasilitas : Mobil ambulance jika perlu
Dilakukan pada pasien yang sudah diyatakan sembuh dan boleh berobat jalan
Langkah- langkah
1, Perawat memberi tahu pasien/keluarga bahwa pasien boleh pulang. Sebaiknya
pemberitahuan di sampaikan satu hari sebelum nya ( Dilakukan )
2, Rapikan pasien sebelum pulang,ganti pakaian pasien dengan pakaian untuk pulang.
( Dilakukan )
3,Siapkan obat-obat, surat-surat yang di perlukan, misalkan resep, surat kontrol/pengantar
untuk kontrol selanjutya ( Dilakukan )
4, Berikan penjelasan kepada pasien atau keluarga tentang hal hal yang perlu di perhatikan
dan dilakukan oleh pasien di rumah :
a, Tindakan perawatan ( Dilakukan )
b,Obat obatan yang harus diberikan ( Dilakukan )
c, Pengaturan diet ( Dilakukan )
5, Beri dorongan moril supaya pasien atau keluarga menerima kenyataan, misalnya pasien
sudah sembuh tetapi tubuh nya cacat, atau pasien yang boleh pulang ( Dilakukan )
6,Terapi penyakit nya tidak dapat disembuhkan ( Dilakukan )
7, Jika perlu hubungi ambulance (Dilakukan )

C, Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia :

1, Oksigenasi : ( Dilakukan )

2, Nutrisi : ( Dilakukan )
3, Caiaran dan Elektrolit : ( Dilakukan )
4, Eliminasi : ( Dilakukan )
5, Istirahat dan Tidur ( Dilakukan )
6, Aktivitas ( Dilakukan )
7, Sirkulsi ( Dilakuakan )

Agung Lutfi
8) Personal Hygiene
Pengertian Personal Hygiene
Personal hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal artinya perorangan dan hygiene
berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan untuk untuk memelihara kebersihan dan
kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.

a. Personal Hygiene adalah melakukan personal hygiene di atas tempat tidur kepada pasien yang
tidak dapat memenuhinya secara mandiri. (SOP Personal Hygiene Ruang ICU RS LinggaJati)
Personal Hygiene menurut beberapa ahli:
A. DepKes
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannya
guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi
kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan
perawatan diri (DepKes 2000)
B. Efendy
Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang penting dan harus diperhatikan
karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri
dapat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang sangat berpengaruh itu di
antaranya kebudayaan, sosial, keluarga, pendidikan, persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta
tingkat perkembangan. (dalam Astutiningsih, 2006)
C. Sjarifuddin
Personal hygiene adalah kesehatan pada seseorang atau perorangan. (Sjarifuddin 1979 dalam
Basyar 2005)
Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena
kita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan
terus dapat mempengaruhi kesehatan secara umum. Karena itu hendaknya setiap orang selalu
berusaha supaya personal hygiene dipelihara dan ditingkatkan. Kebersihan dan kerapian sangat
penting dan diperlukan agar seseorang disenangi dan diterima dalam pergaulan, tetapi juga karena
kebersihan diperlukan agar seseorang dapat hidup secara sehat.
8.1) Faktor yang mempengaruhi personal hygiene
a. Citra Tubuh
Penampilan umum klien dapat menggambarkan pentingnya hygiene pada orang tersebut.
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini
dapat sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene. Jika seorang
klien rapih sekali makan perawat mempertimbangkan rincian kerapian ketika merencanakan
keperawatan dan berkonsultasi pada klien sebelum membuat keputusan tentang bagaimana
memberikan peralatan hygiene. Karena citra tubuh klien dapat berubah akibat pembedahan atau
penyakit fisik maka perawat harus membuat suatu usaha ekstra untuk meningkatkan hygiene.
b. Praktik Sosial
kelompok-kelompok sosial wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik
hygiene pribadi. Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang
tua mereka. Kebiasaan keluarga, jumlah orang dirumah, dan ketersediaan air panas dan atau air
mengalir hanya merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi perawatan kebersihan.
c. Status sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi seseorang mempengaruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang
digunakan. Perawat harus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, shampo, pasta gigi dan kosmetik. Perawat juga harus menentukan jika
penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial yang dipraktikan oleh
kelompok sosial klien.

d. Pengetahuan
Pengetahuan tentang pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi
praktik hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga harus
termotivasi untuk memelihara perawatan diri. Seringkali, pembelajaran tentang penyakit atau
kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene. Pembelajaran praktik tertentu yang
diharapkan dan menguntungkan dalam mengurangi resikon kesehatan dapat memotivasi seseorang
untuk memenuhi perawatan yang perlu.
e. Kebudayaan
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang
dari latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda pula. Di
Asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan. Di Negara-negara Eropa, bagaimanapun, hal
ini biasa untuk mandi secara penuh hanya sekali dalam seminggu.

f. Pilihan Pribadi
Setiap klien memeliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur,
dan melakukan perawatan rambut. Klien memilih produk yang berbeda (misal: sabun, shampo,
deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
g. Kodisi Fisik
Orang menderita penyakit tertentu (misal: kanker tahap lanjut) atau menjalani operasi sering
kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.
8.2) Jenia personal hygiene
Berdasarkan waktu pelaksanaannya
Menurut Alimul, 2006. Personal hygiene berdasarkan waktu pelaksanaannya di bagi menjadi
empat yaitu:
a. Perawatan dini hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakukan
tindakan untuk tes yang terjadwal seperti dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urine atau
feses), memberikan pertolongan seperti menawarkan urinal jika pasien tidak mampu ambulasi,
mempersiapkan pasien dalam melakukan sarapan atau makan pagi dengan melakukan tindakan
personal hygiene, seperti mencuci muka, tangan, menjaga kebersihan mulut.
b. Perawatan pagi hari
Merupaka personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan sarapan atau makan pagi
seperti melakukan pertolongan dalam pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB dan BAK), mandi
atau mencuci rambut, melakukan perawatan kulit, melakukan pijatan pada punggung,
membersihkan mulut, kuku, rambut, serta merapikan tempat tidur pasien. Hal ini sering disebut
sebagai perawatan pagi yang lengkap.
c. Perawatan siang hari
Merupakan personal hygiene yang dilakukan setelah melakukan berbagai tindakan
pengobatan atau pemeriksaan dan setelah makan siang dimana pasien yang dirawat di rumah sakit
seringkali menjalani banyak tes diagnostik yang melelahkan atau prosedur di pagi hari. Berbagai
tindakan personal hygiene yang dapat dilakukan, antara lainmencuci muka dan tangan,

membersihkan mulut, merapikan tempat tidur, dan melakukan pemeliharaan kebersihan


lingkungan kesehatan pasien.
d. Perawatan menjelang tidur
Merupakan personal hygiene yang dilakukan pada saat menjelang tidur agar pasien rileks
sehingga dapat tidur atau istirahat dengan tenang. Berbagai kegiatan yang dapat dilakukan, antara
lain pemenuhan kebutuhan eliminasi (BAB dan BAK), mencuci tangan dan muka, membersihkan
mulut, dan memijat daerah punggung.
8.3) Tujuan personal hygiene
Tujuan personal hygiene adalah:
a. Menghilangkan minyak yang menumpuk, keringat, sel-sel kulit yang mati dan bakteri
b. Menghilangkan bau badan yang berlebihan
c. Memelihara integritas permukaan kulit
d. Menstimulasi sirkulasi atau peredaran darah
e. Meningkatkan perasaan sembuh bagi klien
f. Memberikan kesempatan pada perawatan untuk mengkaji kondisi kulit klien
g. Meningkatkan percaya diri seseorang
h. Menciptakan keindahan
i. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
8.4) Dampak yang sering ditimbulkan ketika tidak menjaga personal hygiene
a. Dampak Fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan
perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah: gangguan integritas kulit,
gangguan membran mukosa mulut,infeksi pada mata dan telinga, dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak Psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rasa
nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan
interaksisosial.
( SOP PERSONAL HYGIENE PASIEN DI ATAS TEMPAT TIDUR RSUD LINGGAJATI
KUNINGAN )
Merupakan personal hygiene di atas tempat tidur kepada pasien yang tidak mampu
memenuhinya secara mandiri.
Tujuannya adalah:
a. Memenuhi kebutuhan dasar pasien yang tidak dilakukan secara mandiri
b. Memberikan rasa nyaman
c. Menjauhkan pasien dari bakteri
d. Mencegah terjadinya infeksi nasokomial
Prosedur kerja diantaranya:
A. Kriteria persiapan
1. Persiapan Alat
a. Air hangat
b. Waslap

c. Sabun
d. Handuk
e. Bedak
f. Lotion
g. Kapas atau kassa
h. Sisir
i. Sikat dan pasta gigi
j. Gelas kumur dan bengkok
k. Sarung tangan
2. Persiapan Pasien
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Pasien diatas tempat tidur
3. Persiapan tempat
a. Ruang atau tempat yang sesuai
B. Kriteria pelaksanaan
1. Jaga privasi klien
2. Cuci tangan
3. Pasang sarung tangan
4. Buka pakaian pasien bawah dan atas, simpan di tempat yang sudah di sediakan
5. Bagian dada ditutup dengan handuk dan selimut ditarik sampai kasur
6. Bersihkan muka dari mulai mata, telinga, hidung, dan leher
7. Membersihkan lengan dengan membentangkan handuk dibawah lengan kiri yang terjatuh,
basahi mulai dari jari-jari dan sela-selanya sampai ketiak kemudian keringkan, setelah
selelsai letakkan tangan keatas, angkat handuyk dan pindahkan ke tangan yang satunya,
lakukan diulang.
8. Mencuci dada dan perut dengan basahi dan sabuni daerah dada dan perut kemudian
keringkan, bedaki daerah leher ketiak, dada, dan perut, ratakan dengan kapas.
9. Mencuci punggung dengan miringkan pasien, bentangkan handuk dibawah punggung,
basahi dan sabuni daerah tengkuk, bahu dan punggung, pantat, lalu keringkan dengan
handuk. Gosok dengan minyak pada otot tulang belikat leher dan sepanjang bahu, bedaki
tipis-tipis, lakukan pukulan kecil dan pelan dengan pinggir tangan yang dimulai dari bawah
ke dua sisi tulang belakang.
10. Terlentangkan pasien dan bahu untuk memakai baju bagian atas
11. Turunkan selimut sampai habis
12. Mencuci kaki, bentangkan handuk dibawah kaki yang terjatuh, basahi dan sabuni dari
telapak kaki dan jari-jari serta sela-selanya, lalu keringkan, lakukan untuk kaki yang satu
dengan cara yang sama
13. Mencuci bagian bawah, bentangkan handuk dibawah bokong, bersihkan daerah kemaluan,
beri bedak diantara lipatan paha dan di antara penis dan skrotum, ratakan dengan kapas
14. Bantu pasien untuk memakai pakaian bagian bawah
15. Rapikan tempat tidur pasien
16. Rapikan alat-alat
C. Evaluasi
17. Dokumentasikan hasil tindakan

18. Merapikan pasien


19. Cuci tangan

Pencegahan Infeksi
Health-care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering terjadi
di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini di kenal Infeksi Nosokomial atau disebut juga sebagai
infeksi di rumah sakit Hospital-Acquired Infections merupakan persoalan serius karena dapat
menjadi penyebab langsung maupun tidak langsung kematian pasien. Kalaupun tidak berakibat
kematian, pasien dirawat lebih lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang
lebih banyak.
HAIs adalah penyakit infeksi yang pertama muncul (penyakit infeksi yang tidak berasal dari
pasien itu sendiri) dalam waktu antara 48 jam dan empat hari setelah pasien masuk rumah sakit
atau tempat pelayanan kesehatan lainnya, atau dalam waktu 30 hari setelah pasien keluar dari
rumah sakit. Dalam hal ini termasuk infeksi yang didapat dari rumah sakit tetapi muncul setelah
pulang dan infeksi akibat kerja terhadap pekerja di fasilitas pelayanan kesehatan.
Faktor penyebab perkembangan infeksi nasokomial
1. Agen Infeksi
Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama dirawat di rumah sakit.
Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala
klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nasokomial.
Kemungkinan terjadninya infeksi tergantung pada:
a. Karakteristik mikroorganisme
b. Resistensi terhadap zat-zat antibiotika
c. Tingkat virulensi
d. Banyaknya materi infeksius
Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat menyebabkan
infeksi nasokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat dari orang lain
(cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari pasien itu sendiri (endogenous infection).
Kebanyak infeksi yang terjadi di rumah sakit ini lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu
penyakit yang penyebarannya melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak
steril. Penyakit yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh
mikroorganisme yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal (Utama,2006).
2. Respon dan toleransi tubuh pasien
Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien dalam hal ini
adalah:
a. Usia
b. Status imunitas penderita
c. Penyakit yang diderita
d. Obesitas dan malnutrisi

e. Orang yang menggunakan obat-obatan


f. Imunosupresan dan steroid
g. Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi
Usia muda dan usia tua berhubungan dengan penurunan resistensi tubuh terhadap infeksi
kondisi ini lebig diperberat bila penderita menderita penyakit kronis seperti tumor, anemia,
leukemia, diabetes melitus, gagal ginjal, AIDS. Keadaan-keadaan ini akan bersifat opportunistik.
Obat-obatan yang bersifat immunosupresif dapat menurunkan pertahanan tubuh terhadap infeksi.
Banyaknya prosedur pemeriksaan penunjang dan terapi seperti biopsi, endoskopi, katerisasi,
intubasi dan tindakan pembedahan juga meningkatkan resiko infeksi (Utama, 2006).
3. Infeksi melalui kontak langsung dan tidak langsung
Infeksi yang terjadi karena kontak secara langsung atau tidak langsung dengan penyebab
infeksi. Penularan infeksi ini dapat melalui tangan, kulit dan baju, seperti golongan staphylococus
aureus. Dapat juga melalui cairan yang diberikan intravena dan jarum suntik, hepatitis dan HIV.
Peralatan instrumen kedokteran. Makanan yang tidak steril, tidak dimasak dan diambil
menggunakan tangan yang menyebabkan terjadinya infeksi silang.
4. Resistensi antobiotika
Seiring dengan penemuan dan penggunaan antibiotika peniccilin antara tahun 1950-1970,
banyak penyakit yang serius dan fatal ketika itu dapat diterapi dan disembuhkan. Bagaimanapun
juga, keberhasilan ini menyebabkan penggunaan dan berlebihan penyalahgunaan dari antibiotika.
Banyak mikroorganisme yang kini menjadi lebih resisten. Meningkatnya resistensi bakteri dapat
meningkatkan angka mortalitas terutama terhadap pasien yang immunocompromised. Resistensi
dari bakteri ditransmisikan antar pasien dan faktor resistensinya dipindahkan antara bakteri.
Penggunanaan antibiotika yang terus-menerus ini justru meningkatkan multiplikasi dan
penyebaran strain yang resisten.
Penyebaran strain yuang resisten.
Penyebab utamanya karena:
a. Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dan tidak terkontrol
b. Dosis antibiotika yang tidak optimal
c. Terapi dan pengobatan menggunakan antibiotika yang terlalu singkat
d. Kesalahan diagnosa (Utama, 2006)
Banyaknya pasien yang mendapat obat antibiotika dan perubahan dari gen yang resisten
terhadap antibiotika mengakibatkan timbulnya multiresistensi kuman terhadap obat-obatan
tersebeut. Penggunaan antibiotika secara besar-besaran untuk terapi dan profilaksis adalah faktor
utama terjadinya resistensi. Banyak strain dari pneumococci, staphylococci, enterococci, dan
tuberculosis telah resisten terhadap banyak antibiotika, begitu juga klebsiella dan pseudomonas
aeruginosa juga telah bersifat multiresisten. Keadaan ini sangat nyata terjadi terutama di negaranegara berkembang dimana antibiotika lini kedua atau tidak tersedia.
Infeksi nasokomial sangat mempengaruhi angka mordibitas dan mortalitas di rumah sakit,
serta menjadi sangat penting karena meningkatnya jumlah penederita yang dirawat, seringnya
imunitas tubuh melemah karena sakit, pengobatan atau umur, mikroorganisme yang baru (mutasi),
dan meningkatnya resistensi bakteri terhadap antibiotika.

5. Faktor alat
Dari suatu penelitian klinis, infeksi nasokomial terutama disebabkan infeksi dari bakteri urin,
infeksi jarum infus, infeksi saluran nafas, infeksi kulit, infeksi dari luka operasi dan septikemia.
Pemakaian infus dan kateter urin lama yang tidak diganti-ganti. Di ruang penyakit dalam,
diperkirakan 20-25% pasien memerlukan terapi infus. Komplikasi kanulasi intravena ini dapat
berupa gangguan mekanis, fisis dan kimiawi.
Komplikasi tersebut berupa:
a. Ekstravasasi infiltrat: cairan infus masuk ke jaringan sekitar inserasi kanula
b. Penyumbatan: Infus tidak berfungsi sebagaimana mestinya tanpa dapat dideteksi adanya
gangguan lain
c. Flebitis: Terdapat pembengkakan, kemerahan dan nyeri sepanjang vena
d. Trombosis: Terdapat pembengkakan sepanjang pembuluh vena yang menghambat aliran infus
e. Kolonisasi kanul: Bila sudah dapat dibiakkan mikroorganisme dari bagian kanula yang ada
dalam pembuluh darah.
f. Septikemia: Bila kuman menyebar hematogen dari kanul
g. Supurasi: Bila telah terjadi bentukan pus di sekitar inserasi kanul. (Utama,2006)
Beberapa faktor dibawah ini berperan dalam meningkatkan komplikasi kanula intravena
yaitu: janis kateter, ukuran kateter, pemasangan melalui venaseksi, kateter yang terpasang lebih
dari 72 jam, kateter yang dipasang pada tungkai bawah, tidak mengindahkan prinsip anti sepsis,
cairan infus yang hipertonik dan darah transfusi karena merupakan media pertumbuhan
mikroorganisme, peralatan tambahan pada tempat infus untuk pengaturan tetes obat, manipulasi
terlalu sering pada kanula. Kolonisasi kuman pada ujung kateter merupakan awal infeksi tempat
infus dan bakteremia.
Dampak infeksi nasokomial
Infeksi nasokomial memberikan dampak sebagai berikut:
1. Menyebabkan cacat fungsional, stress emosional dan dapat menyebabkan cacat yang permanen
serta kematian.
2. Dampak tertinggi pada negara berkembang dengan prevalensi HIV/AIDS yang tinggi.
3. Meningkatkan biaya kesehatan diberbagai negara yang tidak mampu s\dengan meningkatkan
lama perawatan di rumah sakit, pengobatan dengan obat-obatan mahal dan penggunaan pelayanan
lainnya, serta tuntutan hukum.
Pengelolaan infeksi nasokomial
Seperti diketahui, penderita yang terindikasi harus menjalani proses asuhan keperawatan,
yaitu penderita harus menjalani observasi, tindakan medis akut, atau pengobatan yang
berkesinambunga. Infeksi nasokomial ini dapat disebabkan oleh petugas kesehatan, pengunjung,
dan juga pasien lainnya.
Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygiene yang baik, kebersihan dan keseterilan dengan lima standar penerapan yaitu:

1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi silang. Mencuci tangan merupakan metode yang
paling efektif untuk mencegah infeksi nasokomial, efektif mengurangi perpindahan
mikroorganisme karena bersentuhan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk menghindari kontak dengan darah atau cairan tubuh
lain. Alat pekindung diri meliputi: pakaian khusus (apron), masker, sarung tangan, topi,
pelindung mata dan hidung yang digunakan di rumah sakit dan bertujuan untuk mencegah
penularan berbagai jenis mikroorganisme dari pasien ke tenaga kesehatan atau sebaliknya,
misalnya melalui sel darah, cairan tubuh, terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk menghindari resiko penularan penyakit melalui
benda-benda tajam yang tercemar oleh produk darah pasien. Terkait dengan hal ini, tempat
sampah khusus untuk alat tajam harus disediakan agar tidak menimbulkan injuri pada tenaga
kesehatan maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan sterilisasi instrumen dengan prinsip yang benar.
Tindakan ini merupakan tiga proses untuk mengurangi resiko transmisi infeksi dari instrumen
dan alat lain pada klien dan tenaga kesehatan.
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar. Sebagaimana diketahui aktivitas pe;ayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah rumah tangga, sampah medis dan sampah berbahaya,
yang memerlukan manajemen yang baik untuk menjaga keamanan tenaga rumah sakit, pasien,
pengunjung dan masyarakat.
SOP MENCUCI TANGAN BIASA DI RUANG ICU
Pengertian
Mencuci tangan sebelum dan sesudah tindakan dengan sabun desinfektan dengan air mengalir.
Tujuan
a. Meminimalkan transmisi kuman
b. Melindungi diri sendiri dari kuman
c. Mencegah infeksi nasokomial
Prosedur
A. Persiapan alat
1. Air bersih yang mengalir
2. Sabun desinfektan
3. Kertas tissu sekali pakai
B. Prosedur pelaksanaan
1. Bebaskan lengan sampai siku dari lengan baju, arloji dan cincin, untuk efektif dan
aman kuku harus pendek.
2. Basahi tangan sampai siku dan beri sabun, mulai dari ujung jari sambil memutar
selama 20-30 detik.
3. Lakukan dengan 6 langkah cara cuci tangan, yaitu:
a. Satukan telapak tangan kanan dan kiri
b. Telapak dan punggung tangan (bergantian kiri dan kanan)
c. Telapak tangan kanan dan kiri khusus sela-sela jari
d. Punggung jari dan tangan berlawanan
e. Putar ibu jari dalam telapak tangan yang berlawanan
4. Bilas dengan air mengalir sampai bersih

5. Keringkan dengan kertas tissu

Analisa Situasi
Teori pengendalian infeksi nasokomial

Analisa Situasi

Kunci pencegahan infeksi pada fasilitas


pelayanan kesehatan adalah mengikuti prinsip
pemeliharaan hygiene yang baik, kebersihan
dan keseterilan dengan lima standar penerapan
yaitu:
1. Mencuci tangan untuk menghindari infeksi
silang. Mencuci tangan merupakan metode
yang paling efektif untuk mencegah infeksi
nasokomial, efektif mengurangi
perpindahan mikroorganisme karena
bersentuhan.
2. Menggunakan alat pelindung diri untuk
menghindari kontak dengan darah atau
cairan tubuh lain. Alat pekindung diri
meliputi: pakaian khusus (apron), masker,
sarung tangan, topi, pelindung mata dan
hidung yang digunakan di rumah sakit dan
bertujuan untuk mencegah penularan
berbagai jenis mikroorganisme dari pasien
ke tenaga kesehatan atau sebaliknya,
misalnya melalui sel darah, cairan tubuh,
terhirup, tertelan dan lain-lain.
3. Manajemen alat tajam secara benar untuk
menghindari resiko penularan penyakit
melalui benda-benda tajam yang tercemar
oleh produk darah pasien. Terkait dengan
hal ini, tempat sampah khusus untuk alat
tajam harus disediakan agar tidak
menimbulkan injuri pada tenaga kesehatan
maupun pasien.
4. Melakukan dekontaminasi, pencucian dan
sterilisasi instrumen dengan prinsip yang
benar. Tindakan ini merupakan tiga proses

Setelah dilakukan observasi selama 2 hari, telah


didapatkan data sebagai berikut:
Pada hari pertama dan kedua 7-8 Mei 2016:
1. Tersedianya handscrub di ruangan kurang
memadai.
2. Di ruangan ICU terdapat 1 handscrub tapi
tepi tempatnya di ners station.
3. Kurang optimalnya penerapan 7 momen cuci
tangan.

untuk mengurangi resiko transmisi infeksi


dari instrumen dan alat lain pada klien dan
tenaga kesehatan.
5. Menjaga sanitasi lingkungan secara benar.
Sebagaimana diketahui aktivitas pe;ayanan
kesehatan akan menghasilkan sampah
rumah tangga, sampah medis dan sampah
berbahaya, yang memerlukan manajemen
yang baik untuk menjaga keamanan tenaga
rumah sakit, pasien, pengunjung dan
masyarakat.

Identifikasi masalah dan analisa data


NO

DATA FOKUS

MASALAH

Observasi:
Hasil observasi didapatkan bahwa setisp
selesai tindakan perawat selalu cuci
tangan. Terdapat 1 handscrub pada ners
station tapi tidak ada pada kamar pasien.
Didapatkan hasil bahwa pada ruang ICU
handscrub kurang memadai, yaitu hanya
ada 1 handscrub.

Kurang optimalnya penggunaan handscrub

Pengendalian infeksi nasokomial


Analisa SWOT Pengendalian infeksi nasokomial
Streng
(kekuatan)
Adanya hanscrub.

Weakness
(kelemahan)
DI ruang ICU jumlah
handscrub kurang
memadai, yaitu hanya
ada 1 handscrub, dan
tidak ada panduan
cara mencuci tangan.

Opportunity
(kesempatan)
Mudah mendapatkan
handscrub

Threatened
(Ancaman)
Resiko terjadi INOS

Masalah:
a. Kurang optimalnya penggunaan hanscrub dalam pengendalian infeksi nasokomial
Intervensi:
a. Upayakan menggunakan APD
b. Mengoptimalkan penyediaan handscrub di ruang ICU
c. Mengoptimalkan 7 momen cuci tangan pada petugas
d. Menyediakan tempat handscrub di ruang kamar pasien

e. Sosialisasikan cara mencuci tangan yang baik dan benar


f. Anjurkan penyediaan panduan cara mencuci tangan di kamar pasien
Fishbone
Material:
a. Tersedianya handscrub
kurang memadai
Man:
a. Perawat kurang memperhatikan
kebiasaan cuci tangan sebelum dan
sesudah ke pasien.
b. Pengunjung kurang memperhatikan
pentingnya cuci tangan

Resiko
Tinggi
INOS

Methode:
a. Standart cuci tangan sesuai SOP Ruang ICU

Pengendalian infeksi nasokomial


POA Masalah pengendalian infeksi nasokomial:
Masalah

Rencana
Tindakan

Tujuan

Sasaran

a. Kurang
optimalnya
penggunaan
handscrub

a.
Penyediaan
handscrub
pada
masingmasing
kamar
pasien
b.
Optimalkan
7 momen
cuci tangan

a.
Mengoptim
alkan
penggunaan
handscrub
b.
Mengurangi
dan
menekan
terjadinya
infeksi
nasokomial

Perawat dan
pengunjung
di ruangan

Tempat
Ruang
ICU

Waktu
7-8 Mei
2016

Penangggung
Jawab
Agung Lutfi

Kesimpulan
Health-care Associated infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi di pelayanan kesehatan. HAIs selama ini dikenal sebagai infeksi nasokomial atau
disebut juga infeksi di rumah sakit. Kalaupun tidak berakibat kematian, pasien dirawat lebih
lama sehingga pasien harus membayar biaya rumah sakit yang lebih banyak.
Mencuci tangan merupakan salah satu upaya yang efektif untuk pengendalian infeksi
nasokomial. Hal ini tersebut dapat ditunjang dengan mengoptimalkan penggunaan handscrub
dan 7 momen cuci tangan pada petugas dan pengunjung.
Saran
a. Diharapkan kepada penentu kebijakan dalam hal ini rumah sakit agar memfasilitasi alat
yang di butuhkan dalam mencegah infeksi nasokomial di rumah sakit.
b. Diharapkan kepada petugas dan pengunjung untuk ikut berperan serta dalam pengendalian
infeksi nasokomial, salah satunya yaitu dengan melakukan kebiasaan cuci tangan yang
baik dan benar.
c. Diharapkan kepada petugas untuk mengoptimalkan 7 momen cuci tangan dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA
DepKes RI bekerjasama dengan Perdalin. 2009. Pedoman dan Pengendalian Infeksi di
Rumah Sakit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Linnya. SK MenKes No
382/MenKes/2007. Jakarta: KemenKes RI
Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi. Jakarta: PT. Bhuana Aksara
Kurniadi, H. 1993. Upaya Pencegahan Infeksi Nasokomial di RS Keluarga Jakarta. Cermin
Dunia Kedokteran No. 82 tahun 1993
Schaffer, et al. 2000. Pencegahan Infeksi dan Praktik yang Aman. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai

  • Outline
    Outline
    Dokumen5 halaman
    Outline
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • 206 406 1 SM
    206 406 1 SM
    Dokumen7 halaman
    206 406 1 SM
    Teguh Bayu Permana
    Belum ada peringkat
  • Askep Pneumonia Dan Diptheri
    Askep Pneumonia Dan Diptheri
    Dokumen8 halaman
    Askep Pneumonia Dan Diptheri
    Dwi Marta R
    Belum ada peringkat
  • Latihan Soal Ukom
    Latihan Soal Ukom
    Dokumen26 halaman
    Latihan Soal Ukom
    Tri Harya
    80% (5)
  • Ekg
    Ekg
    Dokumen10 halaman
    Ekg
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen10 halaman
    Halusinasi
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • LEMBAR
    LEMBAR
    Dokumen2 halaman
    LEMBAR
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • RUPTUR
    RUPTUR
    Dokumen39 halaman
    RUPTUR
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • PROLOG
    PROLOG
    Dokumen2 halaman
    PROLOG
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Tumbang Pre School
    Tumbang Pre School
    Dokumen11 halaman
    Tumbang Pre School
    Cudox Budi Firdaus
    Belum ada peringkat
  • Askep Thipoid
    Askep Thipoid
    Dokumen10 halaman
    Askep Thipoid
    arifin23
    100% (3)
  • Asuhan Bayi Sakit
    Asuhan Bayi Sakit
    Dokumen5 halaman
    Asuhan Bayi Sakit
    Alif Hastriananda
    Belum ada peringkat
  • Asuhan Keperawatan Maternitas Di Poli Kebidanan
    Asuhan Keperawatan Maternitas Di Poli Kebidanan
    Dokumen77 halaman
    Asuhan Keperawatan Maternitas Di Poli Kebidanan
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Halusinasi
    Halusinasi
    Dokumen10 halaman
    Halusinasi
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Laporan Manajemen Keperawatan
    Laporan Manajemen Keperawatan
    Dokumen167 halaman
    Laporan Manajemen Keperawatan
    AMAR AKBAR
    92% (12)
  • Daftar Isi Manajements
    Daftar Isi Manajements
    Dokumen2 halaman
    Daftar Isi Manajements
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Peng Kaji An
    Peng Kaji An
    Dokumen1 halaman
    Peng Kaji An
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Konsep Dasar
    Konsep Dasar
    Dokumen2 halaman
    Konsep Dasar
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Discharge Planning
    Discharge Planning
    Dokumen5 halaman
    Discharge Planning
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Resume Ig1
    Resume Ig1
    Dokumen1 halaman
    Resume Ig1
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Alur Discharge Planning
    Alur Discharge Planning
    Dokumen1 halaman
    Alur Discharge Planning
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Kasus Diabetes Militus
    Kasus Diabetes Militus
    Dokumen25 halaman
    Kasus Diabetes Militus
    Yesi Darmiati
    Belum ada peringkat
  • Langkah Keperawatan Ronde
    Langkah Keperawatan Ronde
    Dokumen1 halaman
    Langkah Keperawatan Ronde
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Askep DM
    Askep DM
    Dokumen17 halaman
    Askep DM
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • LP CKB
    LP CKB
    Dokumen9 halaman
    LP CKB
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Febris
    Febris
    Dokumen25 halaman
    Febris
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • Kepala Cedera
    Kepala Cedera
    Dokumen13 halaman
    Kepala Cedera
    Leni Pertiwi Putri
    Belum ada peringkat
  • DM ULKUS KAKI
    DM ULKUS KAKI
    Dokumen9 halaman
    DM ULKUS KAKI
    Leni Pertiwi Putri
    0% (1)