Anda di halaman 1dari 13

Nama

: Edwin Permana

NPM

: 142121022

Kelas

: 2A

Versi Pertama
Narasumber

: Ase dan Buku Legenda Situ Sanghyang


Cetakan pertama

Usia

: 58 tahun

Pekerjaan

: OTDW pengelola Situ Sanghyang

Alamat

: Kp. Cibalanarik, Ds. Cibalanarik, Kec.


Tanjungjaya

LEGENDA SITU SANGHYANG


( BUDAK BUNCIR )
Al kisah, di daerah utara desa Cibalanarik Mangunreja berdiri suatu kerajaan yang
bernama Galuh. Rajanya bernama Raden Rangrangbuana. Orangnya tinggi besar, gagah
perkasa, mempunyai ajian, kewaspadaan, berakhlak mulia, sangat cinta sama rakyatnya dan
senang melakukan tapa/puasa. Dalam satu minggu beliau berpuasa dari hari senin hingga
kamis. Beliau mempunyai permaisuri yang sangat cantik (konon tercantik di Pulau Jawa)
yaitu Raden Ayu Cinderawulan.
Suatu ketika sang Raja berujar pada isterinya bahwa 15 hari lagi akan melakukan
TUGUR TANDON selama 40 hari di kerajaan Mataram, yang merupakan tugas rutin yang
harus dilaksanakan oleh daerah-daerah yang menjadi taklukan Mataram.
Sang raja sudah mengetahui dalam hidupnya akan mendapat cobaan yang tidak bisa
ditolak karena merupakan takdir yang maha kuasa, yaitu kehilangan seorang isteri tercintanya
untuk selamanya karena tergoda oleh satria yang sangat tampan.
Saat sang raja berpamitan untuk menunaikan tugasnya ke Mataram, sang permaisuri
meminta kepada sang raja : apabila kakanda akan meninggalkan keraton, jubah yang biasa
dipakai sholat jangan dibawa.
Sang raja juga berpesan kepada sang permaisuri Jika suatu saat saya pergi bawalah
jubah tersebut dan sobeklah jubah itu disetiap belokan jalan, apabila belokan itu diragukan
tarulah disepanjang jalan yang dilalui, sehingga kakanda mudah untuk mencarinya. Dalam
benak sang raja hal ini akan terjadi, dan seandainya hal ini sampai terjadi merupakan takdir
dari yang maha kuasa, tentunya tidak bisa dihindari kita hanya harus menerima dan harus

saling memaafkan, serta saling mendoakan, semoga semuanya ada dalam lindungan-Nya,
baik dunia maupun akhirat.
Setelah selesai berbincang-bincang dengan permaisuri, sang raja berpamitan lalu
berangkat ke Mataram, diperjalanan yang jarknya hanya tinggal seperempatnya lagi, ia
berpapasan dengan Raden Ciptarasa raja dari Saunggatang/Saunggatong yang terletak di
daerah Cibalanarik Mangunreja, kemudian mereka saling menyapa :
Raja Saunggatang

: Kakanda prabu baru berangkat?

Raja Galuh

: Betul adik prabu. Bagaimana disana tidak terjadi apa-apa?

Raja Saunggatang

: Aman rakanda prabu!

Raja Galuh

: Ya sydahlah, mari kita lanjutkan perjalanan kita masing-masing dan


terima kasih.

Raja Saunggatang

: Kalau begitu, kita saling mendoakan saja agar kita ada dalam
lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Keduanya bersalaman, selanjutnya mereka berjalan menuju tujuan masing-masing.


Selama dalam perjalanan, raja Saunggatang/saunggatong bicara dalam hatinya, menurut
cerita banyak orang permaisuri raja galuh sangatlah cantik, bahkan katanya tercantik se Tanah
Jawa, ia menjadi penasaran atas cerita orang yang dibesar-besarkan. Raja
Saunggatang/saunggatong berkeinginan berkunjung ke keraton Galuh untuk membuktikanya,
namun setelah berada disekitar kerajaan Galuh penjagaan begitu ketat, sehingga ia tidak bisa
masuk, untuk masuk kerajaan Galuh harus meminta ijin terlebih dahulu kepada penjaga.
Raja Saunggatang/saunggatong membaca mantera agar tidak terlihat oleh siapapun untuk
masuk keraton, ia ingin bebas bicara dengan permaisuri kerajaan Galuh yang terkenal cantik
itu. Setelah membaca mantra, ia masuk ke kaputren dimana Rden Ayu Cinderawulan berada.
Permaisuri terkejut ada satria yang sangat tampan, permaisuri langsung terkesima, begitu
pula sang raja Saunggatang/saunggatong, seumur hidupnya baru sekarang melihat seorang
putri/permaisuri begitu cantik.
Setelah mereka sadar, permaisuri dengan spontan berbicara : saya mau ikut kemanapun
tuan pergi, dijawab oleh raja saunggatang : kalau maunikut, sekarang saja kita bersama-sama
pergi ke keraton Saunggatng/saunggatong, permaisuri tidak bicara lagi dan terus mengikuti
satria tampan sambil tanganya memegang jubah amanat dari suaminya (Rd. Rangrangbuana).
Setiap mendapat jalan belokan permaisuri merobek jubah dan menaruh sobekan jubah
tersebut pada setiap belokan jalan yang dituju, terus begitu sampai dikerajaan saunggatang.
Sesampainya di kerajaan Saunggatang/saunggatong di depan keraton sudah penuh oleh
masyarakat dan abdi keraton, dengan diiringi tatbuhan kesenian tradisional, penghulu keraton
atas nama semua abdi keraton mengucapkan selamat datang dan melaporkan semuanya baik-

baik saja didalam maupun diluar keraton aman ketika ditinggalkan oleh raja, tidak ada rakyat
yang kelaparan.
Sang penghulu bertanya : maaf gusti mau betanya, siapa gerangfan putri yang cantik ini,
seperti sepasang bunga dengan kanjeng prabu ini. Sang raja menjawab ini anugrah dari
kanjeng Sultan Mataram, kemudian Raja dan Permaisuri masuk keraton. Kepada Kyai Agung
(penghulu), raja meminta untuk dikawinkan, kanjeng raja menunjuk Kyai Agung memimpin
pesta perkawinan yang sangat meriah dengan :
1. Menggelar berbagai macam kesenian, yang diikuti oleh seluruh kesenian yang ada di
kerajaan Saunggatng/saunggatong.
2. Membuka gudang makanan untuk dimakan bersama-sama rakyat diwilayah kerajaan.
Meriam meriam keraton dibunyikan, dan berbagai jenis hiburan dipertunjukan>
menjamu rakyat, dengan membuka semua gudang-gudang makanan yang ada untuk
dimakan bersama rakyat, kopi keraton dan lain-lain makanan enak, yang rakyat
miskin belum pernah memakanya.
Pesta itu sangat meriah sampai mengeluarka suara gemuruh didalam benteng keraton,
sedangkan diluar benteng hanya ada seorang nenek yang tidak ikut dalam kemeriahan pesta,
dia terus saja menumbuk padi dengan lesungnya. Adapun raja Galuh yang sedang
melaksanakan tugas di Mataram mendapat firasat, bahwa permaisuri kerajaan Galuh sudah
dibawa lari oleh laki-laki ke tempat tinggalnya, ia segera pulang. Dengan adanya firasat
tersebut, maka raja Galuh terus pulang tanpa meminta ijin dulu kepada Sultan Mataram.
Sesampai di kerajaan Galuh, di dalam keraton terdengar raungan suara orang-orang
menangis, sesampainya sang raja di keraton, semuanya memburu sang raja, yang pertama
memburu adalah paman patih, menyampaikan laporan bahwa permaisuri hilang, tidak tahu
prginya kemana dengan siapa dan tidak ada yang memberi petunjuk.
Raja Galuh adalah raja yang sangat bijaksana, ia bersabda : paman patih jangan bingung
dan takut, saya sudah tahu semuanya, mulai saat ini saya titip kerajaan ini kepada paman,
jadilah paman raja Galuh yang baik dan menjadi panutan semua rakyat. Pelihara kerajaan ini
dengan sebenar-benarnya, cara membina masyarakat, jalankan saja seperti yang say lakukan,
jadilah bapak rakyat bagi semuanya, jalankan semua amanat ini, insya Allah akan mendapat
ridho-Nya.
Menurut firasat yang diterima, bahwa saya tidak akan kembali lagi ke kerajaan Galuh,
maka kita berpisah dan saya pamit kepada semuanya. Sampaikan salamku kepada semua
rakyat, semoga selalu ada dalam lindungan Allah SWT.
Setelah berpamitan, maka pergilah raja Galuh, semua ponggawa dan abdi keraton
menangis seperti ditinggalkan mati yang tidak akan pernah kembali lagi, sang raja Galuh
(prabu Rangrangbuana) berjalan meninggalkan rakyatnya, sebelum ia melanjutkan perjalanan
ke tempat yang dituju, beliau besemedi memohon petunjuk kepada Allah SWT, akan kemana
arah kaki harus berjalan, dan kalau sudah sampai ditempat yang dituju harus bagaimana.

Tidak lama kemudian, ada suara gaib : berjalanlah menuju ke sebelah selatan. Nanti
ada yang memberi tanda-tanda diperjalanan, lekslah pergi. Sang prabu berangkat menuju
arah selatan sesuai petunjuk gaib tersebut, setelah beberapa saat, ia mulai melihat ada
belokan, ia sempat bigung, namun kebingungan itu tidak lama, karena baliau melihat sobekan
kain jubah yang sering dikenakan pada waktu sholat terdapat dibelokan jalan, sesuai dengan
petunjuk gaib, ia terus mengkuti kearah sobekan jubah, beliau merasa gembira, biarpun
permaisuri tergoda oleh orang lain, tetapi permaisuri melaksanakan pesan suaminya.
Sambil mengeluarkan air mata, ia menelusuri kearah sobekan jubah, hatinya merenung
sesuatu yang sudah terjadi tidak bisa dirubah dan harus terjadi, manusia hanya bisa berencana
dan berikhtiar, sekuat apapun tenaga kita berusaha, namun Allah SWT. Yang menentukan.
Rangrangbuana seorang raja Galuh yang shaleh, taat menjalankan perintah agama,
menjadi petapa, namun nasib rumah tangganya kurang baik, wanita yang sangat dicintainya
telah dibawa lari oleh laki-laki lain.
Setelah berjalan cukup lama, maka sampailah raja Galuh di kerajaan
Saunggtang/saunggatong yang sedang mengadakan pesta pora, gemuruh sekali suara didalam
keraton tersebut yang dikelilingi dengan benteng, sedang diluar benteng hanya terdapat
seorang nenek yang sedang menumbuk padi.
Raja Galuh (Rd. Rangrangbuana) berjalan mengelilingi benteng itu, melihat dengan mata
bathinya, ternyata didalam benteng ada sesuatu yang ia cari, maka prabu Rangranbuana
bersemedi, setelah itu merubah wujud dari seorang raja menjadi anak kecil engan perut yang
buncit (budak buncir=sunda) sedangkan kerisnya ia ciptakan menjadi sebatang lidi, ia melihat
seorang nenek yang sedang menumbuk padi degan lesungnya.
Ia terus mendekati dan betanya : di dalam benteng itu ramai sekali, kira-kira ada
kejadian apa nek?, kenapa nenek tidak ikut? Sebelum menjawab pertanyaanya, si nenek
melihat kearah yang bertanya, kalau mendengar suaranya sepertinya yang bertanya itu orang
luhung, bik ilmu maupun kedudukanya, tetapi kenapa badanya pendek dan perutnya buncit,
soapa sebenarnya orang itu?.
Tak lama kemudian si nenek menjawab :anakku yang nenek cintai, kalau mau tahu,
didalam benteng itu sedang diadakan pesta pora, karena kanjeng raja (Rd. Ciptarasa)
sekarang sudah mempunyai permaisuri yang sangat cantik hadiah dari kerajaan Mataram,
nenek baru sekarang melihat putri cantiknya luar biasa, dengan kanjeng raja itu seperti
kembang sepasang. Berpuluh-puluh tahun, kanjeng raja tidak mau mempunyai permaisuri,
karena tidak ada yang sepadan dengan wajahnya yang rupawan.
kenapa nenek tidak ikut bersukaria dengan mereka? Kata prabu Rangrangbuana. Si
nenek menjawab : nenek tidak ikut bergembira, bukanya tidak senang, soalnya pesta
didalam benteng itu lamanya 7 hari 7 malamdan tidak diperboplehkan keluar sebelum pesta
itu usai, juga tidak boleh menerima tamu oarang luar (diluar wilayah Saunggatang).
Kebetulan hari ini, hari yang terakhir. Kalau nenek ikut pesta pora bagaimana nenek makan
atau tidak akan mendapat uang dari menumbuk padi.

Raja Galuh (Rd. Rangrangbuana) mengetahui semuanya setelah berbincang-bincang


dengan nenek penumbuk padi itu. Kemudian raja Galuh bersemedi lagi, untuk mendatangkan
binatang yang dapat menggangu suasana hiruk pikuk didalam benteng, dengan sekejap
berdatangan anjing yang jumlahnya beribu-ribu yang datang dari berbagai tempat, semuanya
diadukan oleh si anak bunct (jelmaan dari raja Galuh), agar dapat menggangu suasana
didalam benteng itu, maka gemuruhlah suara anjing-anjing yang berkelahi sehingga sangat
menganggu suasana didalam benteng.
Kyai agung marah sekali, saking marahnya dia keluar bersama beberapa orang pengawal
keraton, ia lupa dengan pantangan dari rajanya yang telah disampaikan, yaitu selama pesta
belangsung 7 hari 7 malam siapapun yang berada di lingkungan keraton tidak boleh keluar
dengan tidak sadar atas amanat tersebut ia keluar menuju suara anjing-anjing yang gemuruh
itu, anjing-anjing itu sengaja diadukan oleh anak yang pendek dan perutnya buncit.
Marahnya Kyai agung : lalu ia bertanya apa kamu tidak tahu bahwa di dalam benteng
ini sedang diadakan pesta perkawinan sang Raja, tahu Tuan!.. kata anak buncit.
Kenapa kamu lakukan, ini mengganggu acara Raja!!, kata kyai Agung. Karena saya ingin
tahu dan ingin menguji kekuatan ilmu tuan-tuan yang berada didalam benteng, termasuk
Tuan!! Kata si anak buncit.
Setelah terjadi adu mulut, dengan segera budak buncit menancapkan lidi yang awalnya
sebuah kris kedlam tanah.
Anak buncit (budak buncir) berkata : kalau benar tuan-tuan adalah orang yang berilmu
tinggi, tolonglah cabut lidi ini !!, seandainya lidi ini sampai tercabut, saya akan menjadi
budak tuan-tuan.
Kyai Agung bersedia memenuhi permintaanya, beberapa orang yang ikut disuruh
mencabut lidi tersebut, namun lidi itu tidak dapat tercabut, kemudian anak buncit itu berkata :
coba tambah orang lagi, barangkali bisa tercabut.
Semua orang terus beruasaha mencabut dan orang semakin banyak membantu mencabut,
tetepi tidak bisa tercabut, lidi itu bukanya tercabut, namun semakin panjang serta tanah
dimana lidi ditancapkan berubah menjadi lobang, orang-orang yang turut serta mencabut lidi,
semuanya lengket jadi satu, mereka berteriak minta tolong kepada kyai Agung agar bisa
keluar dari lubang karena merasa sakit, apabila salah seorang menggerakan badanya maka
semua merasa sakit.
Kyai Agung mendekati mereka yang mencoba mencabut lidi, sambil membacakan doa
terus menerus, ia tidak bisa menolong, malah Kyai Agung sendiri jatuh ke lobang tidak
berdaya.
Setelah semuanya masuk lobang, si anak buncit itu yang mencabut lidinya, dengan
mudah lidi tersebut dicabut oleh anak buncit, seketika itu keluarlah air yang cukup banyak
memenuhi lobang bekas tertancapnya lidi. Setelah lobang beserta orang-orang tertutup air,
keanehan tejadi, yaitu orang-orang yang berada di dalam lobang itu menjadi ikan, air semakin

membludak hingga menenggelamkan keraton Saunggatang/saunggatong. Semua orang yang


berada di kerajaan yang mengikuti pesta pora berubah menjadi ikan. Termasuk permaisuri,
adapun yang masih hidup ialah Raja Saunggatang/saunggatong. Ia melihat sekitar keraton
Saunggtang telah berubah wujud, yang tadinya sebuah kerajaan yang sangat indah, berubah
menjadi danau yang sangat luas. Ia merasakan penyesalan yang tiada terhingga karena
kelakuanya yang salah, yaitu mengambil isteri orang lain. Akhirnya rakyat ikut kena
getahnya, negarnaya ditenggelamkan dan rakyatnya menjadi ikan semua, karena ia menjadi
raja terlalu mementingkan diri sendiri.
Kemudian Raja Saunggatang bersumpah : kepada siapapun datang kedanau yang
awalnya merupakan sebuah kerajaan yang rajanya telah melakukan kesalahan sehingga
mendapat kutukan ditenggelamkan oleh Sanghyang widi/Allah SWT. melalui anak buncit
(Raja Galuh Rd. Rangrangbuana) bersumpah !! jangan mengadakan kegaduhan apalagi
sampai menggangu ketentraman umum, melakukan sesuatu yang tidak baik dengan
perempuan, baik perempuan yang disahkan oleh agama (istri) maupun orang lain seperti saya
(raja Saunggatang), akibatnya akan terasa.
Ingatlah...!! kelakuan saya ini, jangan ditiru, kejadian ini hanya untuk dijadikan cermin
buruk bagi generasi yang akan datang.
Setelah selesai mengeluarkan sumpah, raja Saunggatang merenung, ia melihat lesung
kepunyaan si nenek penumbuk padi, lalu mendekatinya, ia langsung menaiki lesung tersebut,
kemudian terus melaju sampai di sekitar kampung Parunggolong, namun perahu lesungnya
menabrak batu besar dan raja Saunggatang/saunggatong tewas, ia dimakamkan didekat
tempat kejadian, makamnya disebut makam Sanghyang, ada juga yang menyebut Makam
cunihin, karena sering terjadi keanehan apabila seseorang melewati tempat tersebut.
Kerajaan Saunggatnag/saunggatong sudah tamat riwayatnya, tidak seorangpun yang bisa
diselamatkan, raja Galuh bermaksud akan menghilang (Tilem=sunda) di Gunung
Galunggung.
Sebelum
pergi,
ia
bersumpah
kepada
masyarakat
sekitar
Saunggatang/saunggatong yang kampngnya tidak terendam air, sumpahnya: Kepada
siapapun yang telah membiarkan rajanya bertindak sewenang-wenang. Rasakan. Aku akan
menghukum kalian dengan penyakit panas dingin dan kan sulit mencari obatnya!.
Setelah raja Galuh (yang menjelma sebagi budak buncit) mengeluarkan sumpahnya,
maka masyarakat disekitar danau/bekas kerajaan Saunggatang/saunggatong yang betul-betul
membiarkan rajanya yang tercela semuanya terkena penyakit kutukan, tiap hari banyak yang
meninggal. Kemudian Raja Galuh (budak buncit) pergi ke Gunung Agung (Galunggung), ia
bersandar di bawah pohon beringin, terus bersemedi, semakin lama badanya semakin kecil,
akhirnya lenyap.
Sepeninggalnya Raja Galuh (budak buncit) ke Gunung Galunggung masyarakat disekitar
danau, bersedih penyakit tidak kunjung dapat disembuhkan.
Di daerah Cigowok ada seorang ulama bernama Kyai Abdul Syukur yang bisa
mengajarkan ilmu agama, ia merasa kasihan melihat masyarakat sekitar danau menderita

penyakit, ia menyerukan kepada para santrinya agar terus menerus berpuasa, banyak mengaji,
berdzikir bermunajat kepada Allah SWT. Agar penyakit yang sedang menimpa masyarakat
dibekas wilayah kerajaan Saunggatang/saunggatong diberi jalan untuk penyembuhan atau
syarat pengobatan, dan Alhamdulillah rupanya doa sang kyai terkabul.
Di sebelah barat wilayah bekas kerajaan Saunggatang ada sebuah kerajaan kecil yang
dipimpin oleh seorang yang bijaksana, berwibawa, berpandita, dan mempunyai budi pekerti
yang luhur yang bernama PRABU LINGGA WESI. Disamping seorang raja, ia juga memiliki
kemampuan menyembuhkan berbagai macam penyakit. Baik penyakit lahir maupun bathin,
segala doa-doanya selalu dikabulkan oleh Allah SWT.
Suatu ketika sang prabu sedang mendidik putranya (Raden Linggawestu) untuk
menguasai ilmu kesempurnaan dunia dan akhirat, dia bersabda : wahai anaku yang tercinta
tadi malam ayah mendengar suara gaib bahwa anakku harus pergi ke bekas kerato
Saunggatang/saunggatong yang sekarang telah menjadi danau, masyarakat disekitar danau
tersebut terserang penyakit malaria yang tidak bisa diobati dengan cara apapun.
Manurut suara gaib tersebut, yang bisa menyembuhkan penyakit yang sedang mewabah
itu hanyalah engkau putraku, selanjutnya putraku harus tinggal disana, memberikan ilmu
tentang kepentingan dunia dan akhirat kepada masyarakat.
Putraku perlu diketahui, bahwa masyarakat di tempat tersebut harus diobati, jangan
sekali-kali menjalankan kemaksiatan atau perbuatan lainya yang sifatnya keluar dari agama,
agar engkau selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Dan dapat membantu masyarakat
yang kesusahan.
Selesai menyampaikan amanat, sang putra (Linggawestu) dengan sopan mencium
telapak kaki ayahhandanya dan bersimpuh dihadapanya mohon doa restu untuk pergi
meninggalkan ayahhandanya menuju bukas kerajaan Saunggatang/saunggatong.
Dengan kekuatan gaib, seluruh masyarakat yang terserang penyakit sembuh, tidak
sedikitpun meninggalkan bekasnya. Jadilah Raden Linggawestu sebagai seorang
tokoh/pemimpin bagi masyarakat di bekas kerajaan Saunggatang/saunggatong, sekaligus
menjadi guru segala ilmu, beliau memperistrikan wanita kampung tersebut serta dikaruniai
seorang anak yang diberi nama Raden Susuk Tunggal.
Setelah waktu berjalan cukup lama, kemudian prabu Linggawesi menyusul putranya
Prabu Linggawestu ke kampung Pangadegan Cibalanarik, keadaan sudah berubah. Putranya
sudah berkeluarga dengan wanita di kampung tersebut dan dikaruniai satu orang putra.
Raden Linggawestu mendidik sang putra dan masyarakat disekitarnya agar hidup tertib
menjalankan aturan yang telah digariskan oleh agama yaitu :
1. Kesadaran hidup beragama
2. Kedaran hidup bermasyarakat, salaing menghormati, saling menyayangi, saling
memberikan manfaat satu sama lain, apabila kita sudah menjalani semuanya insya

Allah rohmat dan barokah akan selalu mengiringi perjalanan hidup kita, perasaan
aman nyaman murah sandang dan pangan, maupun papan mudah terwujud.
Embah tidak akan lama lagi hidup di dunia, sekali lagi jangan gaduh di Situ Sanghyang
banyak makhluk gaib seperti :
1.
2.
3.
4.

Ikan tidak berkepala (bunglon) jangan diganggu;


Air harus sering diteliti kalau warnanya merah berarti akan ada bahaya;
Terdapat pohon kiray yang kadang berkeliaran, biarkan saja;
Banyak pajimatan/senjata di danau ini.

Setelah selesai memberikan amanat, beliau minta diantar ke dekat danau Sanghyang
mengumpulkan tanah dibuat seperti kuburan. Di dekat makam ditaruhnya batu. Persiapan
selesai dilaksanakan, beliau bersemedi, kemudian masuk ke dalam makam yang telah dibuat.
Setelah itu ada suara gaib yang berbunyi apabila ada malapetaka yang menimpa, baik
pada perorangan maupun negara, maka datanglah ke Situ Sanghyang, Insya Allah keadaan
akan aman kembali.

Versi Kedua
Narasumber

: Khotibin

Usia

: 85 Tahun

Alamat

: Kp. Pojok Ds. Cilolohan Kec. Tanjungjaya

Pada Zaman dahulu di Desa Cibalanarik terdapat sebuah perkampungan yang hidup
rukun dan damai, suatu ketika di perkampungan tersebut ada sebuah acara pernikahan yang
sangat mewah dan dihadiri oleh banyak orang-orang terkenal. Pada awalnya acara tersebut
berjalan dengan lancar tapi tiba-tiba datang seorang anak kecil yang bertubuh pendek dan
perutnya buncit (seperti orang yang terserang busung lapar), anak tersebut tak sengaja
melihat acara pernikahan yang sangat mewah itu kemudian ia mampir ke acara pernikahan itu
dengan tujuan untuk meminta seteguk air minum saja.
Sesampainya di acara pernikahan anak buncit itu mencoba meminta air minum kepada
tamu undangan yang sedang menyaksikan acara pernikahan tersebut dengan penuh rasa
sopan santun. Tetapi yang didapatkan anak buncit itu bukanya seteguk air malah ia mendapat
cacian dari tamu undangan itu dan mengusirnya dari tempat acara pernikahan.
Setelah mendapat cacian dan diusir anak buncit itu berjalan meninggalkan tempat acara
pernikahan tersebut, tidak jauh dari tempat acara pernikahan itu si anak buncit menacapkan
sebuah lidi dan bersumpah barangsiapa yang mencabut lidi ini, maka air akan keluar dari
bekas tancapan lidi ini yang sangat dahsyat dan akan menenggelamkannya tak lama
kemudian anak buncit itu pergi meninggalkan tempat tersebut setelah ia mengeluarkan

sumpahnya. Lidi yang sudah ditancapkan dan diberi sumpah oleh anak buncit itu tak sengaja
tercabut oleh salah seorang tamu undangan pernikahan tersebut, air yang sangat dahsyat
langsung keluar dari bekas tancapan lidi itu dan meneggelamkan perkampungan dan orangorang yang terdapat di wilayah itu, termasuk warga yang sedang melaksanakan acara
pernikahan semuanya ikut tenggelam.

Analisis Teks Legenda Situ Sanghyang dengan Menggunakan Pendekatan


Objektif
1. Tema
Tema dalam teks cerita ini yaitu sosial keluarga
2. Alur
3. Tokoh dan penokohan
Dalam cerita Situ Sanghyang terdapat 9 tokoh yaitu Rd. Rangrangbuana, Rd. Ayu
Cinderawulan, Rd. Ciptarasa, Paman Patih, Nenek, Kyai Agung, Kyai Abdul Syukur, Rd.
Linggawestu, dan Rd. Linggawesi.
a. Raden Rangrangbuana
Raden rangrangbuana adalah tokoh yang bijaksana, taat beribadah, berakhlak mulia dan
sangat cinta kepada rakyatnya. Hal tersebut tercermin pada:
Raja Galuh adalah raja yang sangat bijaksana, ia bersabda : paman patih jangan
bingung dan takut, saya sudah tahu semuanya, mulai saat ini saya titip kerajaan ini kepada
paman, jadilah paman raja Galuh yang baik dan menjadi panutan semua rakyat. Pelihara
kerajaan ini dengan sebenar-benarnya, cara membina masyarakat, jalankan saja seperti
yang say lakukan, jadilah bapak rakyat bagi semuanya, jalankan semua amanat ini, insya
Allah akan mendapat ridho-Nya.
Sang raja juga berpesan kepada sang permaisuri Jika suatu saat saya pergi bawalah
jubah tersebut dan sobeklah jubah itu disetiap belokan jalan, apabila belokan itu diragukan
tarulah disepanjang jalan yang dilalui, sehingga kakanda mudah untuk mencarinya. Dalam
benak sang raja hal ini akan terjadi, dan seandainya hal ini sampai terjadi merupakan takdir
dari yang maha kuasa, tentunya tidak bisa dihindari kita hanya harus menerima dan harus
saling memaafkan, serta saling mendoakan, semoga semuanya ada dalam lindungan-Nya,
baik dunia maupun akhirat.
b. Raden Ayu Cinderawulan
Pada cerita ini Raden Ayu Cinderawulan berperan sebagai istri Raden Rangrangbuana,
Raden Ayu Cinderawulan adalah tokoh yang taat kepada suami tetapi mudah terpengaruh
oleh orang lain. Hal tersebut tercermin pada:
Setelah mereka sadar, permaisuri dengan spontan berbicara : saya mau ikut kemanapun
tuan pergi, dijawab oleh raja saunggatang : kalau maunikut, sekarang saja kita bersamasama pergi ke keraton Saunggatng/saunggatong, permaisuri tidak bicara lagi dan terus

mengikuti satria tampan sambil tanganya memegang jubah amanat dari suaminya (Rd.
Rangrangbuana). Setiap mendapat jalan belokan permaisuri merobek jubah dan menaruh
sobekan jubah tersebut pada setiap belokan jalan yang dituju, terus begitu sampai
dikerajaan saunggatang.
c. Raden Ciptarasa
Raden Ciptarasa adalah tokoh yang Egois, Angkuh tetapi cinta kepada rakyatnya. Hal ini
tercermin pada :
Raja Saunggatang/saunggatong membaca mantera agar tidak terlihat oleh siapapun untuk
masuk keraton, ia ingin bebas bicara dengan permaisuri kerajaan Galuh yang terkenal
cantik itu. Setelah membaca mantra, ia masuk ke kaputren dimana Rden Ayu Cinderawulan
berada. Permaisuri terkejut ada satria yang sangat tampan, permaisuri langsung terkesima,
begitu pula sang raja Saunggatang/saunggatong, seumur hidupnya baru sekarang melihat
seorang putri/permaisuri begitu cantik.
Kepada Kyai Agung (penghulu), raja meminta untuk dikawinkan, kanjeng raja menunjuk
Kyai Agung memimpin pesta perkawinan yang sangat meriah dengan :
1. Menggelar berbagai macam kesenian, yang diikuti oleh seluruh kesenian yang ada di
kerajaan Saunggatng/saunggatong.
2. Membuka gudang makanan untuk dimakan bersama-sama rakyat diwilayah kerajaan.
Meriam meriam keraton dibunyikan, dan berbagai jenis hiburan dipertunjukan> menjamu
rakyat, dengan membuka semua gudang-gudang makanan yang ada untuk dimakan bersama
rakyat, kopi keraton dan lain-lain makanan enak, yang rakyat miskin belum pernah
memakanya.
d. Paman Patih
Paman Patih adalah tokoh yang sangat patuh terhadap perintah. Hal ini tercermin pada :
Sesampai di kerajaan Galuh, di dalam keraton terdengar raungan suara orang-orang
menangis, sesampainya sang raja di keraton, semuanya memburu sang raja, yang pertama
memburu adalah paman patih, menyampaikan laporan bahwa permaisuri hilang, tidak tahu
prginya kemana dengan siapa dan tidak ada yang memberi petunjuk.
e. Nenek
Pada cerita ini tokoh nenek dihadirkan sebagai tokoh yang sangat baik hati. Hal ini
tercermin pada :
Tak lama kemudian si nenek menjawab :anakku yang nenek cintai, kalau mau tahu,
didalam benteng itu sedang diadakan pesta pora, karena kanjeng raja (Rd. Ciptarasa)
sekarang sudah mempunyai permaisuri yang sangat cantik hadiah dari kerajaan Mataram,
nenek baru sekarang melihat putri cantiknya luar biasa, dengan kanjeng raja itu seperti
kembang sepasang. Berpuluh-puluh tahun, kanjeng raja tidak mau mempunyai permaisuri,
karena tidak ada yang sepadan dengan wajahnya yang rupawan.

f. Kyai Agung
Kyai Agung adalah tokoh yang patuh terhadap perintah, selain itu tokoh Kyayi Agung
mempunyai sifat pemarah. Hal ini tercermin pada :
Sang penghulu bertanya : maaf gusti mau betanya, siapa gerangfan putri yang cantik ini,
seperti sepasang bunga dengan kanjeng prabu ini. Sang raja menjawab ini anugrah dari
kanjeng Sultan Mataram, kemudian Raja dan Permaisuri masuk keraton. Kepada Kyai
Agung (penghulu), raja meminta untuk dikawinkan, kanjeng raja menunjuk Kyai Agung
memimpin pesta perkawinan yang sangat meriah
Kyai agung marah sekali, saking marahnya dia keluar bersama beberapa orang pengawal
keraton, ia lupa dengan pantangan dari rajanya yang telah disampaikan, yaitu selama
pesta belangsung 7 hari 7 malam siapapun yang berada di lingkungan keraton tidak boleh
keluar dengan tidak sadar atas amanat tersebut ia keluar menuju suara anjing-anjing yang
gemuruh itu, anjing-anjing itu sengaja diadukan oleh anak yang pendek dan perutnya buncit.
Marahnya Kyai agung : lalu ia bertanya apa kamu tidak tahu bahwa di dalam benteng ini
sedang diadakan pesta perkawinan sang Raja, tahu Tuan!.. kata anak buncit.
Kenapa kamu lakukan, ini mengganggu acara Raja!!, kata kyai Agung. Karena saya ingin
tahu dan ingin menguji kekuatan ilmu tuan-tuan yang berada didalam benteng, termasuk
Tuan!! Kata si anak buncit.
Setelah terjadi adu mulut, dengan segera budak buncit menancapkan lidi yang awalnya
sebuah kris kedlam tanah.
g. Kyai Abdul Syukur
Kyai Abdul Syukur adalah tokoh yang baik hati dan rajin beribadah. Hal ini tercermin
pada :
ia merasa kasihan melihat masyarakat sekitar danau menderita penyakit, ia menyerukan
kepada para santrinya agar terus menerus berpuasa, banyak mengaji, berdzikir bermunajat
kepada Allah SWT. Agar penyakit yang sedang menimpa masyarakat dibekas wilayah
kerajaan Saunggatang/saunggatong diberi jalan untuk penyembuhan atau syarat
pengobatan, dan Alhamdulillah rupanya doa sang kyai terkabul.
h. Raden Linggawestu
Raden Linggawestu adalah tokoh yang sangat baik dan peduli kepada orang lain. Hal ini
tercermin pada :
Selesai menyampaikan amanat, sang putra (Linggawestu) dengan sopan mencium telapak
kaki ayahhandanya dan bersimpuh dihadapanya mohon doa restu untuk pergi meninggalkan
ayahhandanya menuju bukas kerajaan Saunggatang/saunggatong.

Dengan kekuatan gaib, seluruh masyarakat yang terserang penyakit sembuh, tidak
sedikitpun meninggalkan bekasnya. Jadilah Raden Linggawestu sebagai seorang
tokoh/pemimpin bagi masyarakat di bekas kerajaan Saunggatang/saunggatong, sekaligus
menjadi guru segala ilmu, beliau memperistrikan wanita kampung tersebut serta dikaruniai
seorang anak yang diberi nama Raden Susuk Tunggal.
i. Prabu Linggawesi
Prabu Linggawesi adalah tokoh yang sangat mencintai anaknya dan peduli kepada orang
lain. Hal ini tercermin pada :
Suatu ketika sang prabu sedang mendidik putranya (Raden Linggawestu) untuk menguasai
ilmu kesempurnaan dunia dan akhirat, dia bersabda : wahai anaku yang tercinta tadi
malam ayah mendengar suara gaib bahwa anakku harus pergi ke bekas kerato
Saunggatang/saunggatong yang sekarang telah menjadi danau, masyarakat disekitar danau
tersebut terserang penyakit malaria yang tidak bisa diobati dengan cara apapun.
Manurut suara gaib tersebut, yang bisa menyembuhkan penyakit yang sedang mewabah itu
hanyalah engkau putraku, selanjutnya putraku harus tinggal disana, memberikan ilmu
tentang kepentingan dunia dan akhirat kepada masyarakat.
Putraku perlu diketahui, bahwa masyarakat di tempat tersebut harus diobati, jangan sekalikali menjalankan kemaksiatan atau perbuatan lainya yang sifatnya keluar dari agama, agar
engkau selalu berada dalam lindungan Allah SWT. Dan dapat membantu masyarakat yang
kesusahan.
3. Latar
a. Latar tempat
1) Kerajaan/Keraton
Raja Saunggatang/saunggatong membaca mantera agar tidak terlihat oleh siapapun untuk
masuk keraton, ia ingin bebas bicara dengan permaisuri kerajaan Galuh yang terkenal
cantik itu. Setelah membaca mantra, ia masuk ke kaputren dimana Rden Ayu Cinderawulan
berada. Permaisuri terkejut ada satria yang sangat tampan, permaisuri langsung terkesima,
begitu pula sang raja Saunggatang/saunggatong, seumur hidupnya baru sekarang melihat
seorang putri/permaisuri begitu cantik.
Sesampainya di kerajaan Saunggatang/saunggatong di depan keraton sudah penuh oleh
masyarakat dan abdi keraton, dengan diiringi tatbuhan kesenian tradisional, penghulu
keraton atas nama semua abdi keraton mengucapkan selamat datang dan melaporkan
semuanya baik-baik saja didalam maupun diluar keraton aman ketika ditinggalkan oleh raja,
tidak ada rakyat yang kelaparan.
2) Hutan/Jalan
Tidak lama kemudian, ada suara gaib : berjalanlah menuju ke sebelah selatan. Nanti ada
yang memberi tanda-tanda diperjalanan, lekslah pergi. Sang prabu berangkat menuju arah
selatan sesuai petunjuk gaib tersebut, setelah beberapa saat, ia mulai melihat ada belokan,

ia sempat bigung, namun kebingungan itu tidak lama, karena baliau melihat sobekan kain
jubah yang sering dikenakan pada waktu sholat terdapat dibelokan jalan, sesuai dengan
petunjuk gaib, ia terus mengkuti kearah sobekan jubah, beliau merasa gembira, biarpun
permaisuri tergoda oleh orang lain, tetapi permaisuri melaksanakan pesan suaminya.
b. Latar Alat
Yang terdapat latar alat dalam teks cerita ini adalah : Jubah, Keris, Lidi, Lesung
Sang raja juga berpesan kepada sang permaisuri Jika suatu saat saya pergi bawalah
jubah tersebut dan sobeklah jubah itu disetiap belokan jalan, apabila belokan itu diragukan
tarulah disepanjang jalan yang dilalui, sehingga kakanda mudah untuk mencarinya.
Setelah terjadi adu mulut, dengan segera budak buncit menancapkan lidi yang awalnya
sebuah kris kedlam tanah.
ia melihat seorang nenek yang sedang menumbuk padi degan lesungnya.
4. Sudut Pandang
Dalam teks cerita ini menggunakan sudut pandang orang ketiga yaitu dengan
menggunakan pengenalan nama tokoh dan kata ganti dia.
5. Amanat
Pada teks cerita Situ Sanghyang ini banyak sekali amanat yang di dapat diantaranya :
1. Jadilah pemimpin yang baik hati, jujur dan bijaksana dan peduli dengan orang lain
2. Jangan mengambil hak milik orang lain yang bukan hak kita
3. Jangan mementingkan diri sendiri
4. Jangan mudah terpengaruh oleh orang lain

Anda mungkin juga menyukai