Anda di halaman 1dari 14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemandirian Pada Lansia
2.1.1. Definisi Kemandirian Pada Lansia
Dari pendapat beberapa ahli, Ruhidawati (2005) mengartikan kemandirian merupakan
suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dankemampuan berupaya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secarasah, wajar dan bertanggung jawab terhadap
segala hal yang dilakukannya,namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas
lepas tidakmemiliki kaitan dengan orang lain. Mutadin (2002) juga mengatakan bahwauntuk
dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan danorongan dari keluarga
serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri.
Selainmandirilansia.blogspot.com itu kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari
kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan
aktivitas kehidupan sehari-hari.
Menurut mutadin (2002), kemandirian mengandung pengertian yaitu suatu keadaan
dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukan.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih
aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakakukan fungsi dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu (Maryam .R.Siti, 2008).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian pada Lansia
Faktor-faktor yang mempengarusi lansia adalah usia, kondisi kesehatan, faktor kondisi
ekonomi, dan faktor kondisi sosial:
1. Usia
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain ( Depkes RI, 2003).
Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi. Biasanya akan
menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan
aktifitas sehari hari (Maryam.R.Siti, 2008)..

Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia world health organisation (WHO),
ada 4 tahap lanjut usia meliputi :
a.

Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun.


b. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun.
c.

Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.


(Nugroho,2006)
2. Kesehatan
Pada umumnya di sepakati bahwa kesehatan dan kebugaran mulai menurun pada usia
setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakan diri pada usia ini.(depkes
dan kesejahteraan sosial, 2001)
Pada alanjut usia juga mengalami penurunan kesehatan fisik, pancaindra, potensi dan
kapasitas intelektual. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali
dengan keadaan penurunan tersebut. Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi
tubuh serta organ.
Perubahan ini terjadi pada massa otot yang berkurang yang dapat menyebabkan usia lanjut
menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan fingsi sel otak yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, lambannya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas dan gangguan dalam menyusun rencana yang
dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun.

Sehingga keluhan yang terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan

saluran pencernaa, sering kencing, fungsi indra, dan menurunnya konsentrasi. (depkes, 2003)
3. Sosial
Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan adalah Karenna mereka mengacu pada
pertukaran social. Dalam teori pertukaransosial sumber kebahagiaan manusia bersal dari
hubungan social. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari prilaku orang lain.
Pekerjaan yang dilakukan sendiri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya
membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya karena pengalaman-pengalaman
tersebut dapat dikomunikasikan dengan orang lain. (Suhartini, 2004)
Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari dilakukan. Akan tetapi komunikasi
bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai cintoh salah faham merupakan hasil dari omunikasi
yang tidak efektif dan sering terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal
yang lebih sulit.

Hal ini disebabkan lanjut usia memilii cirri yang kusus dalam

perkembangan usianya. Ada dua sumber yang menyebabkan sesulitan berkomunikasi dengan
lanjut usia yaiti penyebab fisik dan pisikis. Penyebab fisik, pendengaran lanjut usia mulai
berkurang sehingga orang lanjut usia sering tidak mendengar apa yang di bicarakan. Secara
pisikis, orang lanjut usia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi seorang
yang lebih sensitive, mudah tersinggung sehingga menimbulkan kesalah pahaman.
4. Dukungan Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2003) yang menyatakan bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Duval dan
Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Ferry, 2009)
Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam
membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu
strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2003).
Dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sebagai koping keluarga, baik
dukungan keluarga yang eksternal maupun internal. Dukungan dari keluarga bertujuan untuk
membagi beban, juga memberi dukungan informasional (Friedman, 2003).
Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga dengan lingkungan
sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas (timbal
balik atau sifat dan frekuensi 12 hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kualitas
komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggota keluarganya dan merupakan pelaku aktif dalam memodifikasi dan
mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah (Friedman,
2003).

2.1.3. Activities Daily Living (ADL) pada Lansia


Untuk melihat kemampuan fungsional seseorang. Kususnya lansia dapat di amati dari
kemampuannya melakukan aktivitas sehari-harinya. Activities Daily Living (ADL) adalah
fingsi-fungsi bersifat fundamental terhadap kehidupan mandiri klien yang meliputi mandi,
berpakaian, pergi kekamarmandi, dan makan. Kemandirian lansia dalam Activities Daili
Living didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsifungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (kane
dan kane, 1981). Untuk menilai ADL digunakan sebagai sekala seperti Katz Index, Bartel
yang dimodifikasi, dan Functional Activities Quisioner (FAQ) (Gallo,1998)

2.1.4. Katz Index


Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia, sebagi tenaga
professional harus mengetahui kondisi lansia saat ini, baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.

Hal ini sebagai awal titik tolak untuk

melihat perubahan dan kemajuan setatus kesehatan lansia yang dapat dipengaruhi oleh
keadaan fisik, pisikik, dan social. Banyak instrument untuk menilai kemampuan seseorang
lansia, salah satu diantaranya adalah yang ditemukan oleh Katz, yang telah menetapkan
Fungsional Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandirian merawat diri pada
lansia. Index Katz merupan instrument yang cukup sederhana dan mudah di terapkan, selain
dapat digunakan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktifitas Kehidupan Seharihari) dapat juga meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia
(Boedhi-Darmojo,2009)
Index Katz meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi, berpakaian, toileting
berpndah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan makan.

Kemandirian berarti tanpa

pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif. Ini didasarkan pada status actual dan
bukan pada kemampuan. Dalam tiga puluh lima tahun sejak instrument dikembangkan,
instrument telah di modifikasi dan disederhanakan dan dikembangkan, instrument talah
dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan yang berbeda untuk penilaian telah
digunakan. Secara konsisten instrument ini ditujukan dan digunakan dalam mengevaluasi
setatus social lansia di populasi. Meskipun tidak ada keandalan laporan formal dam validitas
ditemukan dalam literarur, alat ini digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan
fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah (Wallace dan Shekely,2008)

Index ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik focus perbaikan. Skala
yang ditetapkan pada katz index terdiri dari tuju skala A sampai dengan G. Skala yang di
tetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri dari dua katagori yaitu kemandirian tinggi (Index
A,B,C,D) Dan kemandirian rendah (Index E,F,G) (Kobayashi,2009)
Index Katz merupakan suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan kemampuan
dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, R.
Siti, dkk, 2011)
Penilaian Index Katz menurut Maryam, R. Siti. Dkk 2011
Skor
A

B
C
D
E
F

Kriteria
Kemandirian dalam hal makan,
kontinen
(BAB
atau
BAK),berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua hal
kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Kemandiriani, dalam semua hal
keculi mandi, berpakaian dan satu
fungsi tamabahan
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
Ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut

2.2. Menopause
2.2.1 Menopause
Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita,
yang menunjukan bahwa ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas

menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti, serta pembentukan hormone wanita (esterogen
dan progesterone) berkurang. (El Manan, 2013)
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah.
Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria,2007). Dalam perjalanan hidupnya
seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur,
sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormone estrogen. Sistem hormonal seluruh
tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antaralain kemunduran kelenjar
tiroid yang mengeluarkan hormone tiroksin untuk metabolism umum dan kemunduran
kelenjar paratiroid yang mengatur metabolism kalsium.

Penurunan produksi hormone

menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis.


Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang masih di
pengaruhi oleh hormone reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau memasuki usia 50
tahun.
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
Senium adalah masa sesudah pasca menopause, ketika telah mencapai keseimbangan baru
dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetative maupun pisikis. (Jan
Clark, 2004)
2.2.2 KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana
terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama karena terjadinya
penurunan hormonal secrapelan dan pasti pada wanita ter
ses. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami "kekacauan" polamenstruasi, serta terjadi
perubahan psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa
kekacauan yang significan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40
tahun s/d 55tahun.
Pasca menopause adalah fase setelah menopause, ketika gejala-gejala yang terkait dengan
penurunan hormone ovarium, seperti atrovi vagina dan osteoporosis dapat terjadi. Fase
Senium dialami oleh wanita berumur diatas 60 tahun dengan kondisi mampu beradaptasi
terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik menonjol. Secara patologis terdeteksi
dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha sebagai akibat osteoporosis
karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran Intelectual
Quotient (lQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih
dan buang air besar, serta sulit melakukan aktivitas ditempat tidur.

2.2. Lansia PSTW di Indonesia


Panti Werdha adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara
fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan di bidang
social-ekonomi. Kebutuhan harian dari para penghuni biasanya disediakan oleh pengurus
panti. Diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta.(Boedhi-Darmojo, 2010)
Menurut Departemen Sosial RI (1994) diacu dalam Nurlaela (2006) bahwa panti werda
merupakan bentuk pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia yang pada awalnya merupakan
inisiatif organisasi sosial yang pada waktu itumerasakan pentingnya penanganan
permasalahan lanjut usia melalui panti.

Lahirnya panti-panti tersebut berdasarkan atas

adanya kebutuhan-kebutuhan akan perawatan kesehatan, kegiatan-kegiatan keagamaan dan


komunikasi social yang bersifat efektif yang tidak didapat lansia diluar panti. Menurut
Depsos (1997), tujuan pelayanan Panti Sosial Tresna Werda (PSTW) ini adalah tercapainya
tingkat kualitas hidup dan kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara berdasarkan nilai-nilai luhur budaya bangsa sehingga mereka
dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir batin.

2.3. Kerangka Teori

Diposkan oleh candra kartika sari di 18.33 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

hipotesis
Hipotesis
Diposkan oleh candra kartika sari di 17.24 Tidak ada komentar:
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Kamis, 21 November 2013


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kemandirian Pada Lansia
2.1.1. Definisi Kemandirian Pada Lansia
Dari pendapat beberapa ahli, Ruhidawati (2005) mengartikan kemandirian merupakan
suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dankemampuan berupaya untuk
memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secarasah, wajar dan bertanggung jawab terhadap
segala hal yang dilakukannya,namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas

lepas tidakmemiliki kaitan dengan orang lain. Mutadin (2002) juga mengatakan bahwauntuk
dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan danorongan dari keluarga
serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Selain itu
kemandirian bagi orang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang
lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
Menurut mutadin (2002), kemandirian mengandung pengertian yaitu suatu keadaan
dimana seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju demi kebaikan dirinya, mampu
mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah yang dihadapi, memiliki
kepercayaan diri dalam mengerjakan tugas-tugasnya, bertanggung jawab terhadap apa yang
dilakukan.
Kemandirian berarti tanpa pengawasan, pengarahan atau bantuan pribadi yang masih
aktif. Seseorang lansia yang menolak untuk melakakukan fungsi dianggap sebagai tidak
melakukan fungsi, meskipun dianggap mampu (Maryam .R.Siti, 2008).
2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian pada Lansia
Faktor-faktor yang mempengarusi lansia adalah usia, kondisi kesehatan, faktor kondisi
ekonomi, dan faktor kondisi sosial:
1. Usia
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada
bantuan orang lain ( Depkes RI, 2003).
Lansia yang telah memasuki usia 70 tahun, ialah lansia resiko tinggi. Biasanya akan
menghalangi penurunan dalam berbagai hal termasuk tingkat kemandirian dalam melakukan
aktifitas sehari hari (Maryam.R.Siti, 2008)..
Batasan umur menurut organisasi kesehatan dunia world health organisation (WHO),
ada 4 tahap lanjut usia meliputi :
a.

Usia pertengahan (Middle Age) = kelompok usia 45-59 tahun.


b. Lanjut usia (Elderly) = antara 60-74 tahun.
c.

Lanjut usia tua (Old) = antara 75-90 tahun.

d. Usia sangat tua (Very Old) = diatas 90 tahun.


(Nugroho,2006)
2. Kesehatan

Pada umumnya di sepakati bahwa kesehatan dan kebugaran mulai menurun pada usia
setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakan diri pada usia ini.(depkes
dan kesejahteraan sosial, 2001)
Pada alanjut usia juga mengalami penurunan kesehatan fisik, pancaindra, potensi dan
kapasitas intelektual. Dengan demikian orang lanjut usia harus menyesuaikan diri kembali
dengan keadaan penurunan tersebut. Penurunan fisik dapat terlihat dengan perubahan fungsi
tubuh serta organ.
Perubahan ini terjadi pada massa otot yang berkurang yang dapat menyebabkan usia lanjut
menjadi lamban dan kurang aktif, penurunan fingsi sel otak yang menyebabkan penurunan
daya ingat jangka pendek, lambannya proses informasi, kesulitan berbahasa dan mengenal
benda-benda, kegagalan melakukan aktivitas dan gangguan dalam menyusun rencana yang
dapat menyebabkan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang disebut dimensia
atau pikun.

Sehingga keluhan yang terjadi adalah mudah letih, mudah lupa, gangguan

saluran pencernaa, sering kencing, fungsi indra, dan menurunnya konsentrasi. (depkes, 2003)
3. Sosial
Pada umumnya hubungan sosial yang dilakukan adalah Karenna mereka mengacu pada
pertukaran social. Dalam teori pertukaransosial sumber kebahagiaan manusia bersal dari
hubungan social. Hubungan ini mendatangkan kepuasan yang timbul dari prilaku orang lain.
Pekerjaan yang dilakukan sendiri pun dapat menimbulkan kebahagiaan seperti halnya
membaca buku, membuat karya seni, dan sebagainya karena pengalaman-pengalaman
tersebut dapat dikomunikasikan dengan orang lain. (Suhartini, 2004)
Berkomunikasi adalah suatu proses yang setiap hari dilakukan. Akan tetapi komunikasi
bukanlah suatu hal yang mudah. Sebagai cintoh salah faham merupakan hasil dari omunikasi
yang tidak efektif dan sering terjadi. Berkomunikasi dengan orang lanjut usia merupakan hal
yang lebih sulit.

Hal ini disebabkan lanjut usia memilii cirri yang kusus dalam

perkembangan usianya. Ada dua sumber yang menyebabkan sesulitan berkomunikasi dengan
lanjut usia yaiti penyebab fisik dan pisikis. Penyebab fisik, pendengaran lanjut usia mulai
berkurang sehingga orang lanjut usia sering tidak mendengar apa yang di bicarakan. Secara
pisikis, orang lanjut usia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi seorang
yang lebih sensitive, mudah tersinggung sehingga menimbulkan kesalah pahaman.
4. Dukungan Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2003) yang menyatakan bahwa keluarga adalah kumpulan
dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dimana
individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Duval dan

Logan (1986) menguraikan bahwa keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan
perkawinan, kelahiran, dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap
anggota keluarga (Ferry, 2009)
Dukungan keluarga merupakan suatu strategi intervensi preventif yang paling baik dalam
membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu
strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat.
Dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai
suatu yang dapat diakses untuk keluarga misalnya dukungan bisa atau tidak digunakan, tapi
anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan
pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Friedman, 2003).
Dukungan keluarga telah mengkonseptualisasi dukungan sebagai koping keluarga, baik
dukungan keluarga yang eksternal maupun internal. Dukungan dari keluarga bertujuan untuk
membagi beban, juga memberi dukungan informasional (Friedman, 2003).
Dukungan keluarga sebagai suatu proses hubungan antar keluarga dengan lingkungan
sosialnya, ketiga dimensi interaksi dukungan keluarga tersebut bersifat reproksitas (timbal
balik atau sifat dan frekuensi 12 hubungan timbal balik), umpan balik (kualitas dan kualitas
komunikasi) dan keterlibatan emosional (kedalaman intimasi dan kepercayaan) dalam
hubungan sosial. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem
pendukung bagi anggota keluarganya dan merupakan pelaku aktif dalam memodifikasi dan
mengadaptasi komunitas hubungan personal untuk mencapai keadaan berubah (Friedman,
2003).

2.1.3. Activities Daily Living (ADL) pada Lansia


Untuk melihat kemampuan fungsional seseorang. Kususnya lansia dapat di amati dari
kemampuannya melakukan aktivitas sehari-harinya. Activities Daily Living (ADL) adalah
fingsi-fungsi bersifat fundamental terhadap kehidupan mandiri klien yang meliputi mandi,
berpakaian, pergi kekamarmandi, dan makan. Kemandirian lansia dalam Activities Daili
Living didefinisikan sebagai kemandirian seseorang dalam melakukan aktivitas dan fungsifungsi kehidupan sehari-hari yang dilakukan oleh manusia secara rutin dan universal (kane

dan kane, 1981). Untuk menilai ADL digunakan sebagai sekala seperti Katz Index, Bartel
yang dimodifikasi, dan Functional Activities Quisioner (FAQ) (Gallo,1998)

2.1.4. Katz Index


Untuk memulai program rehabilitasi medic pada penderita lansia, sebagi tenaga
professional harus mengetahui kondisi lansia saat ini, baik penyakit yang menyertai maupun
kemampuan fungsional yang mampu dilakukan.

Hal ini sebagai awal titik tolak untuk

melihat perubahan dan kemajuan setatus kesehatan lansia yang dapat dipengaruhi oleh
keadaan fisik, pisikik, dan social. Banyak instrument untuk menilai kemampuan seseorang
lansia, salah satu diantaranya adalah yang ditemukan oleh Katz, yang telah menetapkan
Fungsional Assessment Instrument untuk menggolongkan kemandirian merawat diri pada
lansia. Index Katz merupan instrument yang cukup sederhana dan mudah di terapkan, selain
dapat digunakan untuk menilai kemampuan fungsional AKS (Aktifitas Kehidupan Seharihari) dapat juga meramalkan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia
(Boedhi-Darmojo,2009)
Index Katz meliputi kemampuan mandiri klien untuk mandi, berpakaian, toileting
berpndah tempat, mempertahankan inkontinensia, dan makan.

Kemandirian berarti tanpa

pengawasan, pengarahan, atau bantuan pribadi aktif. Ini didasarkan pada status actual dan
bukan pada kemampuan. Dalam tiga puluh lima tahun sejak instrument dikembangkan,
instrument telah di modifikasi dan disederhanakan dan dikembangkan, instrument talah
dimodifikasi dan disederhanakan dan pendekatan yang berbeda untuk penilaian telah
digunakan. Secara konsisten instrument ini ditujukan dan digunakan dalam mengevaluasi
setatus social lansia di populasi. Meskipun tidak ada keandalan laporan formal dam validitas
ditemukan dalam literarur, alat ini digunakan secara luas untuk mengukur kemampuan
fungsional lansia di lingkungan klinis dan rumah (Wallace dan Shekely,2008)
Index ini membentuk suatu kerangka kerja untuk mengkaji kehidupan hidup mandiri
klien atau bila ditemukan terjadi penurunan fungsi akan disusun titik focus perbaikan. Skala
yang ditetapkan pada katz index terdiri dari tuju skala A sampai dengan G. Skala yang di
tetapkan oleh Katz Index dalam ADL terdiri dari dua katagori yaitu kemandirian tinggi (Index
A,B,C,D) Dan kemandirian rendah (Index E,F,G) (Kobayashi,2009)
Index Katz merupakan suatu instrument pengkajian dengan sistem penilaian yang
didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
secara mandiri. Penentuan kemandirian fungsional dapat mengidentifikasikan kemampuan

dan keterbatasan klien sehingga memudahkan pemilihan intervensi yang tepat (Maryam, R.
Siti, dkk, 2011)
Penilaian Index Katz menurut Maryam, R. Siti. Dkk 2011
Skor
A

B
C
D
E
F

Kriteria
Kemandirian dalam hal makan,
kontinen
(BAB
atau
BAK),berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian dan mandi
Kemandirian dalam semua hal
kecuali satu dari fungsi tersebut
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
Kemandiriani, dalam semua hal
keculi mandi, berpakaian dan satu
fungsi tamabahan
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil dan satu fungsi tambahan
Kemandirian dalam semua hal
kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
Ketergantungan pada keenam fungsi
tersebut

2.2. Menopause
2.2.1 Menopause
Menopause (klimakterium) adalah suatu masa peralihan dalam kehidupan wanita,
yang menunjukan bahwa ovarium (indung telur) berhenti menghasilkan sel telur, aktivitas
menstruasi berkurang dan akhirnya berhenti, serta pembentukan hormone wanita (esterogen
dan progesterone) berkurang. (El Manan, 2013)
Menopause adalah fase akhir dari masa reproduksi wanita yang terjadi secara alamiah.
Setiap wanita pasti mengalami masa menopause (Fitria,2007). Dalam perjalanan hidupnya
seorang wanita yang memasuki usia sekitar 45 tahun, mengalami penuaan indung telur,
sehingga tidak sanggup memenuhi kebutuhan hormone estrogen. Sistem hormonal seluruh
tubuh mengalami kemunduran dalam memproduksi hormon, antaralain kemunduran kelenjar
tiroid yang mengeluarkan hormone tiroksin untuk metabolism umum dan kemunduran

kelenjar paratiroid yang mengatur metabolism kalsium.

Penurunan produksi hormone

menyebabkan berbagai perubahan fisik dan psikis.


Menopause adalah haid terakhir yang dialami oleh seorang wanita yang masih di
pengaruhi oleh hormone reproduksi yang terjadi pada usia menjelang atau memasuki usia 50
tahun.
Klimakterium merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
Senium adalah masa sesudah pasca menopause, ketika telah mencapai keseimbangan baru
dalam kehidupan wanita, sehingga tidak ada lagi gangguan vegetative maupun pisikis. (Jan
Clark, 2004)
2.2.2 KLIMAKTERIUM
Klimakterium adalah masa sebelum dan sesudah menopause seorang wanita, dimana
terjadi perubahan fisik maupun mental yang disebabkan terutama karena terjadinya
penurunan hormonal secrapelan dan pasti pada wanita ter
ses. Pada fase ini seorang wanita akan mengalami "kekacauan" polamenstruasi, serta terjadi
perubahan psikologis dan perubahan fisik. Kejadian ini berlangsung rata-rata selama 5 tahun
sebelum dan sesudah menopause, dengan variasi ada yang sampai 10 tahun atau tanpa
kekacauan yang significan, sehingga klimakterium dapat terjadi pada wanita sejak usia 40
tahun s/d 55tahun.
Pasca menopause adalah fase setelah menopause, ketika gejala-gejala yang terkait dengan
penurunan hormone ovarium, seperti atrovi vagina dan osteoporosis dapat terjadi. Fase
Senium dialami oleh wanita berumur diatas 60 tahun dengan kondisi mampu beradaptasi
terhadap hidup tanpa estrogen. Gejala psikosomatik menonjol. Secara patologis terdeteksi
dengan mudah terjadinya patah tulang terutama tulang paha sebagai akibat osteoporosis
karena tulang tipis dan keropos. Disamping itu juga terjadi gejala kemunduran Intelectual
Quotient (lQ) yang ditandai dengan cepat lupa, ingatan berkurang, tidak terasa bila berkemih
dan buang air besar, serta sulit melakukan aktivitas ditempat tidur.

Anda mungkin juga menyukai