Anda di halaman 1dari 8

Konjungtivitis Gonoroica

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva

dan penyebab yang

paling umum adalah infeksi oleh virus atau bakteri . Konjungtivitis juga dapat
disebabkan iritasi kimia, obat mata tradisional atau alergi (Senaratne, 2005).
Patogen umum yang dapat menyebabkan konjungtivitis adalah
Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus,
Nisseria meningitides, sebagian besar strain adenovirus manusia, virus herpeks
simplex tipe 1 dan 2 dan dua picornavirus. Dua agen yang ditularkan secara
sexual dan dapat menimbulkan konjungtivitis adalah Chlamydia trachomatis
dan Neisseria gonorrhoeae (Vaughan & Asbury, 2008).
Gonore didefinisikan sebagai infeksi bakteri yang disebabkan oleh
kuman Neisseria gonorrhoea, suatu diplokokus gram negatif. Infeksi umumnya
terjadi pada aktivitas seksual secara genito-genital, namun dapat juga kontak
seksual secara oro-genital dan ano-genital. Infeksi non genital oleh Neisseria
gonorrhoea dapat berupa konjungtivitis, orofaringitis dan proktitis (Abdullah,
2008).
Neisseria gonorrhoeae adalah bakteri gram negatif diplokokus dan
merupakan bakteri paling berbahaya yang menyebabkan konjungtivitis neonatus.
Sejenis dengan Chlamydia trachomatis penularan nya bisa melalui ibu pada bayi
saat proses melahirkan (McCourt, 2014).

Konjungtivitis Gonoroica

Gonokokus termasuk golongan diplokokus berbentuk biji kopi dengan


lebar 0,8 , panjang 1,6 dan bersifat tahan asam. 2 Kuman ini bersifat gram
negatif, yang terlihat di luar atau di dalam sel polimorfonuklear (leukosit), tidak
tahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu di
atas 39 C dan tidak tahan terhadap zat desinfektan. Pada laki-laki umumnya
menyebabkan uretritis akut, sementara pada perempuan menyebabkan servisitis
yang mungkin saja asimtomatik (Abdullah, 2008).
Bakterial konjungtivitis dapat di bagi menjadi tiga kategori mayor yaitu
hiperakut konjungtivitis, akut konjungtivitis, dan kronik konjungtivitis.
Hiperakut bacterial konjungtivitis biasanya di dapatkan dengan seseorang yang
terinfeksi dengan Neisseria gonorrhoeae (Haq, 2013).
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh pembimbing sebagai salah satu syarat mengikuti ujian akhir
kepaniteraan klinik di SMF Ilmu Kesehatan Mata.

Konjungtivitis Gonoroica

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi

Gambar 1. Palpebral potongan sagital posterior (di kutip dari Haq A, Wardak H
& Kraskian N, 2013, Infective Conjunctivitis Its Pathogenesis, Managements
and Complications, INTECH , http://dx.doi.org/10.5772/52462)
Konjungtiva adalah membrane mukosa yang transparan dan tipis yang
membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva bersambungan
dengan kulit pada tepi palpebra (suatu sambungan mukokutan) dan dengan epitel
kornea di limbus (Vaughan & Asbury, 2008).
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan
melekat erat ke tarsus.di tepi superior dan inferior tarsus, kojungtiva melipat ke
posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan
episklera menjadi konjungtiva bulbaris (Vaughan & Asbury, 2008).
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitale di forniks dan
melipat berkali-kali. Adanya lipatan lipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik. Ductus- ductus
kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal superior. Konjungtiva bulbaris

Konjungtivitis Gonoroica

melekat longgar pada kapsul tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus
(tempat kapsul tenon dan konjungtiva menyatu sepanjang 3 mm) (Vaughan &
Asbury, 2008).
Lipatan konjungtiva bulbaris yang tebal,lunak dan mudah bergerak (plica
semilunaris) terletak di kantus eksternus dan merupakan selaput pembentuk
kelopak mata dalam pada beberapa hewan kelas rendah. Struktur epidermoid
kecil semacam daging (caruncula) menempel secara superficial ke bagian dalam
plica semilunaris dan merupakan zona transisi yang mengandung baik elemen
kulit maupun membrane mukosa (Vaughan & Asbury, 2008).
B. Definisi

Gambar 2. Konjungtivitis Gonoroika (di kutip dari Senaratne T & Gilbert C,


2005, Conjunctivitis, Community Eye Health Journal, vol 18 no 53 (III), pp 7374.
Konjungtivitis gonorea adalah infeksi mata yang sangat menular yang
disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Ini adalah penyakit yang tampak
gejalanya. Penyakit ini dapat muncul dalam beberapa situasi yang berbeda. Bayi
dari perempuan dengan gonorrhoeae pada genitalia nya dapat terinfeksi saat
lahir (neonatal gonococcal ophtalmia) (CDC, 2005).
C. Etiologi
Gonoroe menginfeksi selaput lender, uretra, cervix, rectum, faring,
synovium, dan mata. Infeksi gonokokal ocular dapat di bagi menjadi dua bentuk
yang berbeda, salah satu nya yang mempengaruhi neonatus dan yang lain pada

Konjungtivitis Gonoroica

dewasa secara sexual. Kebanyakan kasus neonates atau dewasa tertular melalui
urin yang terinfeksi atau secret genital (Kumar, 2012).
Gonore menyebabkan profus, hyperakut purulent discharge di sertai
kemosis konjungtiva yang parah dan dilatasi pembuluh konjungtiva, kelopak
mata bengkak, dan epithelial atau stroma keratitis. Dapat terlihat kornea
mencair, sub epithelial infiltrate, edema kornea dan kornea yang perforasi
(Kumar, 2012).
Gonococcal

konjungtivitis

adalah

keadaan

darurat,

memerlukan

manajemen yang agresif untuk menjadi sepenuhnya teratasi. Tanpa perawatan


yang tepat dapat berkembang dan menyebabkan perforasi ocular fulminant
dalam 24 jam (Kumar, 2012).

D. Gejala
Konjungtivitis gonorea biasanya merupakan infeksi local yang cukup
parah dengan intens peradangan dan keluarnya nanah berlebih dengan atau tanpa
periorbital edema. Dapat terjadi ulcerasi kornea, perforasi dan kebutaan jika
tidak diobati segera. Hal tersebut juga mungkin dapat terjadi pada infeksi yang
cukup ringan dan bertahan selama beberapa minggu atau bulan (CDC, 2005).
Infeksi pada neonates bisa lebih serius gejala klinis nya dari pada anakanak maupun orang dewasa karena berpotensi menyebabkan perforasi kornea
(CDC, 2005).
E. Cara Penularan
Infeksi pada neonatal (gonococcal ophtalmia neonatorum) terjadi jika ibu
nya terinfeksi Neisseria gonorrhoeae pada genitalia. Masa inkubasi nya 2-7 hari
atau bisa lebih lama (CDC, 2005).
Kasus nya jarang terjadi pada anak-anak dan orang dewasa, yang mana
sumber penularan nya biasanya adalah seseorang yang terinfeksi Neisseria
gonorrhoeae pada genitalia nya. Ini dapat terjadi dimana (CDC, 2005):

Konjungtivitis Gonoroica

Seseorang dengan gonore pada genitalia nya yang biasanya secara tidak
sengaja menyentuh matanya dengan jari atau secara tidak langsung
terpapar (dari handuk atau pakaian) yang terkontaminasi secret gonore.
Seseorang yang terinfeksi dengan kontak dari jari atau secara tidak

langsung dengan orang lain yag menderita gonorea genitalia.


F. Faktor Resiko
Kelompok individu tertentu yang beresiko konjungtivitis dari bentuk
yang sangat parah karena bakteri organisme Gonococcus (Senaratne, 2005):
1. Bayi yang baru lahir , yang memperoleh infeksi pada saat persalinan
2. Orang dewasa , yang memperoleh infeksi selama aktivitas seksual ; dan
3. Individu dari segala usia yang menggunakan urin penderita yang
terinfeksi Gonococcus sebagai obat tradisional .
Oleh karena itu menanyakan riwayat itu , sangat penting (Senaratne, 2005).

G. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan biasanya dengan gejala inflamasi pada
konjungtiva, discharge purulent yang berlebihan dengan atau tanpa edema pada
periorbital. Neisseria gonorrhoeae dapat terdeteksi di konjungtiva specimen
dengan kultur atau dengan asam nuklead tekhnik (NAT) seperti pada polymerase
chain reaction (PCR) dimana uji kadar logam kedua nya positif untuk specimen
yang sama (CDC, 2005).
Semua pasien yang di duga konjungtivitis gonorea dapat di ambil dua
swab specimen nya untuk di periksa secara mikroskopis, kultur dan sensitivitas
nya serta polymerase chain reaction untuk gonorea dan clamidya (CDC, 2005).
H. Terapi

Konjungtivitis Gonoroica

Okular saline lavage dan antibiotic topikal telah direkomendasikan


sebagai terapi tambahan dalam pengobatan gonococcal ophthalmia, tapi bukan
terapi utama untuk sukses dalam pengobatan konjungtivitis N. gonoroe pada
orang dewasa. Berbeda dengan konjungtivitis lainnya, pengobatan ini tidak
cukup local tetapi bergantung pada terapi antibiotik dalam beberapa kasus,
pengawasan dari rumah sakit (Kumar, 2012).
Pengobatan untuk konjungtivitis pada neonatus harus berdasarkan pada
anamnesa, gejela klinis dan hasil pemeriksaannya. Periksaan laboratorium di
lakukan agar dapat menentukan terapi yang spesifik (Katrina, 2011).
Konjungtivitis gonorea dapat di terapi dengan ceftriakson 50mg/kg/hari
di berikan IM atai IV, atau single dose terapi 125 mg. terapi alternative bisa di
gunakan cefotaxime 100mg IM atau 25 mg/kg juga di berikan dalam IM atau IV
setiap 12 jam selama 7 hari (Katrina, 2011).
Pengobatan bayi (Senaratne, 2005):
1. Bersihkan kelopak mata, dan tunjukan pada ibu cara melakukannya.
2. Dengan lembut buka mata bayi, dan berikan salep tetrasiklin pada mata
bayi, atau salep antibiotik lainnya, Ajarkan ibu bayi cara melakukannya
dan katakan padanya untuk memasukkannya ke dalam kedua mata setiap
jam.
3. Beri penjelasan pada ibu bahwa ini adalah infeksi yang sangat serius, dan
bahwa ia dan bayinya harus segera pergi ke departemen mata saat ia dan
bayinya membutuhkan suntikan antibiotik.
Pengobatan dewasa :
Meresepkan antibiotik tetes mata atau salep, dan memberitahu pasien untuk
menggunakan pengobatan per jam. Mereka harus diberitahu bahwa infeksi nya
serius, dan bahwa mereka harus pergi ke departemen mata (Senaratne, 2005).

Konjungtivitis Gonoroica

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah F, 2008, Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular Sexual Unit


Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr. Soetomo Surabaya
tahun 2002-2006, dept kesehatan kulit dan kelamin RSU Dr Soetomo, vol 20,

no 3, p 1-2
CDC, 2005, Guidelines For The control Of Gonococcal Conjungtivitis In the

Northern Territory, NT Goverment , 3th ed, P 4-9


Haq A, Wardak H & Kraskian N., 2013, Infective Conjunctivitis- Its

Pathogenesis, Management and Complication, INTECH, chapter 2, p 24.


Katrina S., 2011, Ophthalmia Neonatorum, Clinical & Experimental

Ophthalmology, vol 2, p 3.
Kumar P, 2012, Gonorrhoea Presenting As Red Eye : Rare case, Indian journal

of STD and AIDS, 33th ed, p 3-4


McCourt A. E, 2014, Neonathal Conjunctivitis, Medscape Reference, vol : 14, p

2.
Senaratne T & Gilbert C, 2005, conjunctivitis, Community Eye Health Journal,

vol 18, p 73-75


Vaughan & Asbury, 2008, General Ophthalmology , 17th ed, The McGraw Hill

Companies, California.
Wood M.., 1999, Conjunctivitis : Diagnosis and Management, Community Eye
Health, vol 12, p 19-20

Anda mungkin juga menyukai