Chapter II
Chapter II
TI
JAUA
PUSTAKA
2.1.
Pengertian Skizofrenia
Secara umum gangguan jiwa dibagi dalam dua golongan besar yaitu psikosa
karena
Epidemiologi Skizofrenia
Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kondisi-kondisi
kesehatan dalam suatu masyarakat tertentu dengan meneliti faktor-faktor yang ada
dalam masyarakat atau yang dapat mempengaruhi masyarakat itu, yang kemungkinan
11
13
2.3.3. Virus
Perubahan anatomi pada saraf pusat akibat infeksi virus pernah dilaporkan
pada orang-orang dengan skizofrenia. Penelitian mengatakan bahwa terpapar infeksi
virus pada trisemester kedua kehamilan akan meningkatkan seseorang menjadi
skizofrenia. Beberapa studi menunjukkan bahwa skizofrenia mungkin berhubungan
dengan paparan influenza sebelum bayi dilahirkan. Sebagai contoh, Sarnoff Mednick,
dan rekan-rekan sejawatnya mengikuti sejumlah besar orang setelah terjadinya
epidemi berat influenza tipe A2 di Helsinki, Finlandia. Para peneliti ini menemukan
bahwa mereka dan ibunya terpapar influenza selama trisemester kedua kehamilannya
lebih banyak mengalami skizofrenia dibanding dengan mereka yang tidak ( Cannon,
Barr, dan Mednick, 1991). Observasi ini telah dikuatkan oleh beberapa peneliti
lainnya (misal, OCollaghan, Sham, Takey, Glover dan Murray, 1991; Vanables,
1996 ).
Adanya indikasi bahwa penyakit penyakit seperti virus yang dapat
menyebabkan kerusakan otak pada janin kelak dapat mengakibatkan skizofrenia.
Tetapi belum cukup bukti untuk menyimpulkan adanya virus- skizo.
2.3.4. Faktor Genetik11
Para ilmuan sudah lama mengetahui bahwa skizofrenia diturunkan, 1% dari
populasi umum tetapi 10% pada masyarakat yang mempunyai hubungan derajat
pertama seperti orang tua, kakak laki-laki ataupun perempuan dengan skizofrenia.
Masyarakat mempunyai derajat kedua seperti paman, bibi, kakek/ nenek dan sepupu
dikatakan lebih sering dibandingkan populasi umum. Kembar identik 40% sampai 65%
14
perpeluang menderita skizofrenia sedangkan kembar zigotic 12%. Anak dan kedua
orang tua yang skizofrenia yang mengalami skizofrenia berpeluang 40%, satu orang
tua 12%.
Dari penelitian epidemiologi keluarga terlihat bahwa untuk keponakan adalah
3%, masih lebih tinggi dari populasi umum yang hanya 1%, demikian juga dengan
penelitian anak adopsi dikatakan, anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua
normal, tetap mempunyai resiko 16,6%, sebaliknya anak sehat yang diadopsi oleh
orang tua dengan skizofrenia mempunyai resiko 1,6%, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko
terkena skizofrenia.
2.3.5. Proses Sosial Dan Lingkungan
a.
b.
c.
d.
seperti
perkawinan,
problem
orang
tua,
hubungan
b.
16
c.
d.
GANGGUA
N PSIKOSA
GANGGUAN
PSIKOSA
FUNGSIONAL
Skizofrenia
Skizofrenia paranoid
Skizofrenia katatonik
Skizofrenia hebefren
Skizofrenia simplex
Gangguan afektif berat/ PMD
Gangguan paranoia
Psikosis non organik lain
17
Psikosa fungsional terdiri atas skizofrenia, ganguan afektif berat, gangguan paranoia,
dan psikosa non organik lainnya (Wicaksana 2000).12
Adapun klasifikasi skizofrenia adalah sebagai berikut :
2.4.1. Skizofrenia Paranoid
Simptom utamanya adalah waham kejar atau waham kebesarannya dimana
individu merasa dikejar-kejar oleh pihak tertentu yang ingin mencelakianya. Hal
tersebut terjadi karena segala sesuatu ditanggapi secara sensitif dan egosentris seolaholah orang lain akan berbuat buruk kepadanya.
Gambaran penyerta meliputi kecemasan yang tidak terfokus, kemarahan, suka
bertengkar/ berdebat dan tindak kekerasan.
2.4.2. Skizofrenia Katatonik15
Gambaran tipe ini biasanya muncul secara tiba-tiba. Umumnya penderita
memiliki riwayat bertingkah laku eksentrik disertai kecenderungan menarik diri dari
realitas. Ada dua subtipe, yakni subtipe stuppor dan subtipe aktif.
a. subtipe stuppor, ciri-cirinya adalah : mengalami stuppor, yaitu kehilangan
semangat hidup dan senang diam dalam posisi kaku tertentu sambil membisu
dan menatap dengan pandangan kosong. Kendati tampak acuh tak acuh
namun pada saat sadar ternyata dia dapat menceritakan segala sesuatu yang
berlangsung disekitarnya. Ia sangat mudah dipengaruhi sehinggan secara
otomatis akan mengikuti perintah atau meniru perbuatan orang lain
(ekhopraksia); umumnya bersifat negativistik: menolak membetulkan posisi
tubuhnya, menolak makan, membuang air seenaknya, keluar busa dari
18
mulutnya dan pikiran tampak kosong. Ancaman fisik berupa stimulasi yang
menyakitkan tidak membuat penderita bergeming.
b. Subtipe aktif (axcited), dengan ciri-ciri: dari keadaan katatonik serba pasif,
secara tiba-tiba berubah menjadi exsited, berbicara dan berteriak-teriak tak
karuan, berjalan mondar mandir, melakukan aktifitas seksual secara terbuka,
seperti masturbasi, melukai tubuh sendiri, atau sebaliknya menyerang dan
mencoba membunuh orang lain.
2.4.3. Skizofrenia Hebefren
Skizofrenia hebefrenik atau disebut juga hebefrenia, menurut maramis (2004)
permulaanya perlahan-lahan dan sering timbul pada masa remaja atau antara usia 1525 tahun. Gejala yang menyolok adalah gangguan proses berfikir, gangguan kemauan,
dan adanya depersonalisasi.
Pada tipe ini terjadi desintegrasi emosi, dimana emosinya bersifat kekanakkanakan, ketolol-tololan, seringkali tertawa sendiri dan secara tiba-tiba menangis
tersedu-sedu. Terjadi regresi tolol, dimana individu menjadi kekanak-kanakan.
Individu mudah tersinggung atau sangat irritable. Seringkali dihinggapi sarkasme
(sindiran tajam) dan menjadi marah meledak-ledak atau explosive tanpa sebab.
Pembicaraannya kacau, suka berbicara berjam-jam. Pada awal gangguan seringkali
komunikatif, tetapi lama-kelamaan menjadi tidak karuan yang bahkan sampai
akhirnya individu tidak komunikatif.10
19
Gejala-gejala Skizofrenia
Gejala - gejala skizofrenia dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu gejala
negatif atau negative symptoms dan gejala positif atau positive symptoms.
2.5.1. Gejala- Gejala
egatif.3
a.
Alam perasaan (affect) tumpul dan mendatar. Gambaran alam perasaan ini
dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukan ekspresi.
b.
Menarik diri atau mengasingkan diri tidak mau bergaul atau kontak dengan
orang lain, suka melamun.
20
c.
d.
e.
Tidak ada/ kehilangan dorongan/ kehendak dan tidak ada inisiatif, tidak ada
upaya dan usaha, tidak ada spontanitas, monoton, tidak ingin apa-apa dan
serba malas (kehilangan nafsu).
Delusi/ waham, yaitu keyakinan yang tidak masuk akal. Contohnya berfikir
bahwa dia selalu diawasi lewat televisi, berkeyakinan bahwa dia orang
terkenal, berkeyakinan bahwa radio atau televisi memberikan pesan-pesan
tertentu, memiliki keyakinan agama yang berlebihan.
b.
c.
2.6.
21
a.
Fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya
bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun sebelum onset psikotik
menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : gangguan fungsi pekerjaan,
fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan
diri. Perubahan-perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat
resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak
seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk
prognosisnya.
b.
Fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku
katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir
semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat
pengobatan gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami
eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual.
c.
Fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi
gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang
terjadi pada ketiga fase diatas, penderita skizofrenia juga mengalami
gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan
peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan
sosial)
22
2.7.
Pencegahan Skizofrenia
bermacam-macam
penyakit
mental
dan
sebab-sebab
pengembangan
masyarakat
harus
dikembangkan
secara
Farmakoterapi16
Farmakoterapi disebut juga obat psikotropik atau lebih tepat obat yang
25
dengan keadaan penderita (seperti juga pemberian obat kepada penderita dengan
penyakit badaniah yang menahun, seperti Diabetes Melitus, Hipertensi, Payah
Jantung, dan sebagainya).
b.
Psikososial
Ada beberapa macam metode yang dapat dilakukan antara lain:
a. Psikoterapi
Psikoterapi adalah suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional
seorang yang terlatih dalam hubungan profesional secara sukarela, dengan maksud
hendak menghilangkan, mengubah dan menghambat gejala-gejala yang ada,
mengkoreksi perilaku yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian
secara positif.
Ada beberapa macam yang bisa dilakukan antara lain20:
a. Terapi sopportif
b. Social skill training
c. Terapi okopasi
d. Terapi konfulsif dan perilaku (CBT)
b. Psikoterapi kelompok11
Pada terapi ini, beberapa klien berkumpul dan saling berkomunikasi dan
terapis berperan sebagai fasilitator dan sebagai pemberi arah didalamnya. Diantara
peserta terapi tersebut saling memberikan feedback tentang pikiran dan perasaan yang
dialami oleh mereka. Klien dihadapkan pada keadaan sosial yang mengajaknya untuk
berkomunikasi. Dirumah sakit jiwa terapi ini sering dilakukan.
26
c.
listrik melalui elektrode dengan voltase diatur dari tingkat rendah yang akan
menghasilkan efek terapi. ECT telah banyak dilakukan diberbagai negara, di Amerika
Serikat ECT telah digunakan 70% dengan gangguan bipolar dan 17% dengan
gangguan skizofrenia25.
2.7.3. Usaha Pemerintah
Indonesia dengan bantuan WHO telah menyusun Kebijakan Nasional
Pembangunan Kesehatan Jiwa 2001-2005. Penanganan masalah kesehatan jiwa
merujuk pada konsep upaya kesehatan jiwa paripurna, mencakup upaya kesehatan
jiwa masyarakat sebagai landasan, didukung pelayanan kesehatan jiwa dasar dan
diperkuat pelayanan kesehatan jiwa rujukan yang terintegrasi.
Ada perubahan paradigma dari perawatan di RSJ menjadi perawatan yang
berbasis masyarakat. Kemajuan dalam psikofarmakologi memungkinkan penggunaan
obat psikotropik yang selektif dan aman, sehingga perawatan di RSJ menjadi lebih
pendek.
Sejak April 2000 Direktorat Kesehatan Jiwa yang Semula Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik berubah menjadi Kesehatan Jiwa Masyarakat di bawah jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat untuk memperluas pembinaan kesehatan jiwa di
masyarakat. Hal ini berkaitan dengan RSJ kini diurus oleh Direktorat Pelayanan
Medik Spesialistik.9
28