Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gangguan system pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas.
Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan dengan infeksi sistem
organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala serta gangguan yang relative
ringan sampai pneumonia berat. Pada tahun 1999, sekitar 158,900 orang meninggal dunia
karena kanker paru. Sejak pertengahan tahun 1950

kanker paru menduduki peringkat

pertama dari urutan kematian akibat kanker pada pria, dan pada tahun 1987 kanker paru
menggantikn kanker payudara sebagai penyebab kematian akibat kanker yang paling sering
pada perempuan. Angka insiden par uterus mencuat ketingkat membahayakan dan
prevalensi saat ini kira-kira 25 kali lebih tinggi dari pada 50 tahun yang lalu. Insiden
penyakit perrnafasan kronik, terutama emfisema paru kronik dan bronchitis semakin
meningkat dan sekarang merupakan penyebab uama cacat kronik dan kematiaan (Sylvia
A.Prince dan Lorraine M:2002).
Berdasarkan data statistic pemerintah setiap kabupaten dan kecamatan terdapat satu
rumah sakit dan untuk cakupan daerah yang lebih kecil hanya di wakili puskesmas
pembantu. Penyakit pernafasan sangat berpengaruh terhadap masyaraka tsecara keseluruhan
( dalam hal fisik, social maupun ekonomi). Dalam makalah inikami akan menjelaskan
tentang pola obstruksi pada penyakit peernafasan.
1.2 Rumusan Maslah
1. Bagaimana pola obstruksi pada penyakit pernafasan?
1.3 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mahasiswa keperawatan
dalam menganalisa suatu penyakit PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) atau penyakit
obstruksi pada pernafasan yang merupakan suatu komplikasi penyakit seperti asma, emphisema,
dan bronkus kronik

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pola Obstruksi pada Penyakit Pernafasan
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:
1. Pernapasan dalam (internal)
Pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan medium cairnya. Hal tersebut
menggambarkan proses metabolism intraseluler yang meliputi konsumsi O2 (digunakan untuk
oksidasi bahan nutrisi) dan pengeluaran CO2 (terdapat dalam sitoplasma) sampai
menghasilkan energy.
2. Pernapasan luar (eksternal)
Absorpsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan
proses pernapasan eksternal adalah:

Pertukaran udara luar ke dalam alveoli melalui aksi mekanik pernapasan yaitu

melalui proses ventilasi.


Pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di antara alveolus dan darah pada pembuluh

kapiler paru-paru melalui proses difusi.


Pengangkutan O2 dan CO2 oleh system peredaran darah dari paru-paru ke jaringan

dan sebaliknya yang disebut proses transportasi.


Pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh darah kapilerjaringan dengan selsel jaringan melalui proses difusi.

Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu :


1. Saluran nafas bagian atas
Pada bagian ini memiliki fungsi utama yaitu :
1) Air conduction (penyalur udara) sebagai saluran yang meneruskan udara menuju
saluran napas bagian bawah untuk pertukaran gas.
2

2)

Protection (perlindungan) sebagai pelindung saluran napas bagian bawah agar

terhindar dari masuknya benda asing.


3)

Warming, filtrasi,dan humidifikasi sebagai bagian yang menghangatkan, manyaring,

dan member kelembapan udara yang dihirup.


2. Saluran nafas bagian bawah
Secara umum terbagi menjadi dua komponen ditinjau dari fungsinya yaitu:
1) Saluran udara konduktif, yang biasa disebut sebagai percabangan trakheobronkhialis
yang terdiri atas trakea, bronkus, dan bronkiolus.
2)

Saluran respiratorius terminal, yang biasa disebut dengan acini yang berfungsi

sebagai penyalur (konduksi) gas masuk dan keluar dari saluran respiratorius terminal
yang merupakan tempat pertukaran gas yang sesungguhnya.
Jika berbicara tentang penyakit atau gangguan system pernafasan sangat banyak macamnya.
Penyakit atau gangguan system pernafasan( sistem respirasi) merupakan gangguan yang menjadi
masalah besar di dunia khususnya Indonesia diantaranya adalah penyakit pneumonia, TBC, asma
dan ada juga yang di sebut Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang biasa dikenal sebagai PPOK
merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan keterbatasan aliran udara dalam saluran napas
yang tidak sepenuhnya reversibel dan biasanya menimbulkan obstruksi. Obstruksi jalan nafas
adalah penyumbatan pada sirkulasi uadara yang melalui batang tenggorokan ke paru-paru.
Etiologi untuk penyakit paru obstruksi kronik adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Asap rokok
Polusi tempat kerja (bahan kimia, zat iritan, gas beracun)
Indoor Air Pollution atau polusi di dalam ruangan
Polusi di luar ruangan, seperti gas buang kendaraan bermotor dan debu jalanan.
Infeksi saluran nafas berulang
Jenis kelamin
Status sosio ekonomi dan status nutrisi
Asma
Usia

Gejala-gejala umum PPOK yaitu:

Denyut jantung abnormal


3

Sesak napas
Henti nafas atau nafas tidak teratur dalam aktivitas sehari-hari.
Kulit, bibir atau kku menjadi biru.
Batuk menahun, atau disebut juga 'batuk perokok' (smoker cough)
Batuk berdahak (batuk produktif)

A. Pengkajian
Untuk mengetahui pola obstruksi penyakit pada pernafasan atau orang yang mengalami
gangguan pernafasann terlebih dahulu dalam proses keperawatan kita harus melakukan
pengkajian. Secara umum pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan gangguan pernafasan
dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
1. Biodata Pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan).
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik secara fisik maupun psikologis,
jenis kelamin dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat berpengaruh terhadap pengetahuan
klien tentang masalahnya/penyakitnya.
2. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.Perawat juga
mengkaji keadaan pasien dan keluarganya.Kajian tersebut berfokus kepada manifestasi klinik
keluhan utama, kejadian yang membuat kondisi sekarang ini, riwayat kesehatan masa lalu,
riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat psikososial.Riwayat kesehatan dimulai dari biografi
pasien. Aspek yang sangat erat hubungannya dengan gangguan sistem pernapasan adalah usia,
jenis kelamin, pekerjaan, tempat kerja dan tempat tinggal.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama akan mentukan prioritas intervensi dan mengkaji pengetahuan
pasien tentang kondisinya saat ini. Keluhan Utama ini juga meliputi keluhan saat masuk
rumah sakit dan keluhan saat pengkajian. Keluhan utama seharusnya mengandung unsur
PQRST (Pain, Quality, Regio, Skala, dan Time). Keluhan utama yang biasa muncul
antara lain :
4

Batuk (Cough)
Peningkatan Produksi Sputum
Dispnea (suli bernafas/nafas pendek)
Hemoptisis (keluar darahsaat batuk)
Chest Pain (nyeri dada)

2) Riwayat Penyakit Sekarang


Riwayat penyakit sekarang perlu diketahui untuk menegakan diagnose.
3) Riwayat Penyakit Terdahulu
Yang sering ditanyakan disini antara lain adalah apakah pasien pernah mengalami
penyakit yang sama sebelumnya. Dan khusus untuk gangguan pernafasan dapat
ditanyakan kebiasaan merokok pasien. Karena merokok merupakan penyebab utama
kanker paru-paru, emfisemia, dan bronkitis kronis.Semua keadaan itu sangat jarang
menimpa. Anamnesis harus mencangkup usia mulainya merokok secara rutin, rata-rata
jumlah rokok yang dihisap per hari, dan usia menghentikan kebiasaan merokok.
Menanyakan pengobatan saat ini dan masa lalu, alergi.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial pasien penyakit paru-paru ada
tiga hal yaitu:
a)
Penyakit infeksi
Khususnya tuberkulosis paru ditularkan melalui satu orang ke orang lain. Manfaat
menanyakan riwayat kontak dengan orang terinfeksi akan dapat diketahui sumber
penularannya.
b)
Kelainan alergi :Contohnya: Asma Bronkial
c)
Pasien Bronkitis Kronis
5) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan lingkungan dirumah seperti status
rumah sehat atau tidak. Memenuhi syarat rumah sehat atau tidak seperti ventilasi, kamar
tidur, tempat pembuangan kotoran atau sampah dan lain-lain.
6) Riwayat Psikososial
Pengkajian psikososial meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup pasien yang
secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori
5

timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam
peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan,
pekerjaan, atau ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan,
perawat dapat mengkaji reaksi pasien terhadap masalah stres psikososial dan mencari
jalan keluar.
3. Data Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Pengkajian bio-psiko-sosial-spiritual meliputi kajian tentang aspek kebiasaan hidup
pasien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.Beberapa kondisi respiratori
timbul akibat stres. Penyakit pernapasan kronis dapat menyebabkan perubahan dalam peran
keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah keuangan, pekerjaan, atau
ketidakmampuan. Dengan mendiskusikan mekanisme pengobatan, perawat dapat mengkaji
reaksi pasien terhadap masalah stres bio-psiko-sosial-spiritual dan mencari jalan keluar.
Yang umum dikaji adalah empat belas kebutuhan menurut Virginia Handerson, yaitu Bernafas,
Makan dan Minum, Eliminasi, Gerak dan Aktifitas, Istirahat Tidur, Kebersihan Diri,Pengaturan
Suhu Tubuh, Rasa Aman, Rasa Nyaman, Pengetahuan, Prestasi dan Produktifitas, Rekreasi,
Sosialisasi dan Komunikasi, dan Spiritual.
4. Pemeriksaan Fisik
a)
Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah:

Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus dalam keadaan duduk.
Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan yang lainnya.
Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya (skar, lesi dan massa) dan

gangguan tulang belakang (kifosis, skoliosis dan lordosis).


Catat jumlah (frekuensi napas), irama (reguler/irreguler), kedalaman pernapasan, dan

kesimetrisan pergerakan dada.


Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau pernapasan diafragma serta

penggunaan otot bantu pernapasan dan retraksi intercostae.


Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (I) dan fase ekspirasi (E).
Rasio pada fase ini normalnya adalah 1 : 2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan
adanya obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien dengan Chronic
Airflow Limititation (CAL) / Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD).

Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior (AP) dengan diameter
lateral/transversal (T). Rasio normal berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari

kondisi cairan tubuh pasien.


Kelainan pada bentuk dada adalah:
1) Barrel chest
Timbul akibat terjadinya over inflation paru-paru. Terdapat peningkatan diameter
AP:T (1:1), sering terjadi pada pasien emfisemia.
2) Funnel chest (pectus excavatum)
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari sternum. Hal ini akan
menekan jantung dan pembuluh darah besar yang mengakibatkan murmur.
Kondisi ini dapat timbul pada ricketsia, marfans syndrome atau akibat kecelakaan
kerja.
3) Pigeon chest (pectus carinatum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang mengakibatkan terjadi
peningkatan diameter AP. Terjadi pada pasien dengan kifoskoliosis berat.
4) Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi scapula yang akan mengganggu pergerakan paruparu. Kelainan ini dapat timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan
musculoskeletal lain yang mempengaruhi toraks.Kifosis adalah meningkatnya
kelengkungan normal columna vertebrae thoracalis menyebabkan pasien tampak
bongkok.Sedangkan skoliosis adalah melengkungnya vertebrae thoracalis ke
samping, disertai rotasi vertebrae.
Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan atau tidak
adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit pada paru-paru atau

pleura.
Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi, yang
dapat mengindikasikan obstruksi jalan napas.

b) Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi).
Palpasi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti massa,
lesi, dan bengak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama jika pasien mengeluh
nyeri.Perhatikan adanya getaran dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus).
7

c) Perkusi
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner, organ yang ada di
sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma. Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
1. Suara perkusi normal

Resonan (sonor): dihasilkan pada jaringan paru-paru dan normalnya bergaung dan

bersuara rendah.
Dullness: dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru
Tympany: dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya bersifat musical.

2. Suara perkusi abnormal

Hiperresonan: bergaung lebih rendah dibandingkan dengan resonan dan timbul pada

bagian paru-paru yang abnormal berisi udara.


Flatness: nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar pada perkusi daerah paha,
dimana seluruh areanya berisi jaringan.

d) Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup mendengar suara
napas normal dan suara tambahan (abnormal).Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara
ketika melalui jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
a) Jenis suara napas normal adalah:
1) Bronchial: sering juga disebut tubular sound karena suara ini dihasilkan oleh udara
yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdngar keras, nyaring, dengan hembusan yang
lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara
kedua fase tersebut (E > I).Normal terdengar di atas trachea atau daerah lekuk
suprasternal.
2) Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas bronkhial dan vesikular.
Suaranya terdengar nyaring dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
8

ekspirasi (E = I). Suara ini terdengar di daerah dada dimana bronkus tertutupoleh dinding
dada.
3) Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang
dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan (E < I).
b) Jenis suara napas tambahan adalah:
1) Wheezing: terdengar selama inspirasi dan ekspirasi, dengan karakter suara nyaring,
musical, suara terus-menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan napas yang
menyempit.
2) Ronchi: terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi, karakter suara terdengar
perlahan, nyaring, dan suara mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
3)

Pleural fiction rub: terdengar saat inspirasi dan ekspirasi. Karakter suara kasar,

berciut, dan suara seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah pleura.Sering kali
pasien mengalami nyeri saat bernapas dalam.
4) Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
1. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar saat inspirasi. Karakter suara meletup,
terpatah-patah akibat udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronkhiolus.
Suara seperti rambut yang digesekkan.
2. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi. Karakter suara lemah, kasar, suara
gesekan terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan napas yang besar.
Mungkin akan berubah ketika pasien batuk.
B. Diagnosa
Diagnosa yang dilakukan pada penyakit seperti pola obstruksi penyakit pernafasan ini adalah :
a. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas
9

1) Definisi
Yaitu ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi saluran
pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih.
2) Batasan karakteristik untuk data subjektif adalah dispnea, sedangkan objketif adalah :
a. bunyi napas tambahan (misalnya Ronkhi basah halus, ronchi basah kasar, dan
ronkhi kering).
b. Perubahan pada irama dan frekuensi pernapasan.
c. Batuk tidak ada atau tidak efektif.
d. Sianosis.
e. Kesulitan untuk bersuara.
f. Penurunan bunyi napas.
g. Orthopnea merupakan kesulitan bernafas kecuali dalam posisi duduk atau
berdiri dan sering ditemukan pada seseorang yang mengalami kongestif paru.
h. Kegelisahan
i. Sputum.
j. Mata terbelalak (melihat).
3) Faktor yang berhubungan
a) Lingkungan: Merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif.
b) Obstruksi Jalan Napas
Spasme jalan napas, pengumpulan sekresi, mucus berlebih, adanya jalan
napas buatan, terdapat benda asing dari jalan napas, sekresi pada bronchi, dan
eksudat pada alveoli. Obstruksi jalan nafas atas adalah kegagalan system
pernafasan dalam memenuhi kebutuhan metabolic tubuh akibat sumbatan saluran
nafas bagian atas (dari hidung sampai percabangan trakea atau biasa disebut
dengan gagguan yang menimbulkan penyumbatan pada saluran nafas bagian atas.
A. Etiologi
1. Obstruksi Nasal
a. Tumor hidung : idiopatik ( belum diketahui)

10

b. Karsinoma nasofaring : Virus evstein barr, Factor rass, Letak geografis, Jenis
kelamin : laki-laki >wanita, Factor lingkungan, Factor genetic
c. Polip hidung : akibat reaksi hipersensitif/reaksi alergi mukosa hidung.
2. Obstruksi Laring
Radang akut dan kronis
Benda asing
Trauma akibat kecelakaan, perkelahian, bunuh diri, senjata tajam dan tindakan

medic dengan gerakan tangan yang kasar


Tumor ganas atau jinak
Kelumpuhan nervus laringeus rekuren bilateral
Abses peritonsil

B. Klaisifikasi
1. Obstruksi nasal
Obstruksi saluran nafas bagian atas dapat terjadi oleh beberapa sebab.
Obstruksi jalan nafas akut biasanya disebabkan oleh partikel makanan, muntahan,
bekuan darah atau partikel lain yang masuk dan mengobstruksi laring atau trakea.
Obstruksi saluran nafas juga dapat terjadi akibat dari adanya sekresi kental atau
pembesaran jaringanpada dinding jalan nafas seperti : epiglottis, edema laring,
karsinoma laring, atau peritonsilar abses. Pasien yang karena beberapa sebab
mengalami penurunan kesadaran sangat beresiko mengalami obstruksi jalan
nafas. Hal tersebut disebabkan karena hilangnya reflek proteksi tubuh (batuk dan
menelan) dan hilangnya tonus otot faringeal yang menyebabkan lidah jatuh
kebelakang sehingga menghabat jalan nafas.
Obstruksi ini juga dapat mengarah pada kondisi infeksi kronis hidung dan
mengakibatkan nasofaringitis yang sering. Seringkali, infeksi meluas sampai
sinus-sinus hidung (rongga yang dilapisilendir yang dipenuhi oleh udara yang
normalnya mengalir kedalam hidung) . Bila terjadi sinusitis dan drainase rongga
ini terhambat oleh deformitas atau pembengkakan didalam hidung sehingga akan
terjadi nyeri. (Bruuner &Suddarth, Keperawatan medikal bedah : 2001).
Obstruksi nasal merupakan tersumbatnya perjalanan udara melalui nostril
oleh deviasi septum nasi hipertrofi tulang turbinate. Penyakit terkait obstruksi ini
adalah: Tumor hidung yaitu pertumbuhan sel yang abnormal akibat radang
hidung. Ada dua jenis tumor yaitu tumor jinak dan ganas.:
11

Tumor jinak yaitu terjadi dikavum nasi dan sinus paranasal dan ganas sering

ditemukan dipapiloma.
Tumor ganas yaitu yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi difosa
rosen muller dan atap nasofaring dan merupakan tumor didaerah leher (arief
mansjoer dkk. kapita selekta kedokteran 1999)
2. Obstruksi laring
Obstruksi ini adalah penyumbatan ruang sempit pada pita suara yang
berupa pembengkakan membrane mukosa laring dapat menutup jalan dengan
rapat mengarah pada astiksia. Penyakit obstruksi laring diantaranya : sumbatan
total laring yaitu terjadi karena benda asing yang tersangkut di laring dan menutup
seluruh rimaglotis. Abses peritonsil yaitu kumpulan nanah yang terbentuk didalam
ruang peritonsial.
c) Fisiologis
Disfungsi neuromuskuler, hiperplasi dinding bronchial, PPOK, Infeksi,
asma, alergi jalan napas, dan trauma.

4) Hasil yang Disarankan NOC


a) Status Pernapasan ; Pertukaran Gas.
Yaitu pertukaran CO2 atau O2 di alveolar untuk mempertahankan
konsentrasi gas darah arteri.
b) Status Pernapasan ; Ventilasi.
Yaitu perpindahan udara masuk dan dan keluar dari paru-paru.
c) Perilaku Mengontrol Gejala
Yaitu tindakan seseorang untuk meminimalkan perubahan sampingan yang
didapat pada fungsi fisik dan emosi.
d) Perilaku Perawatan : Penyakit atau Cidera
12

Yaitu tindakan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan patologi.


b. Ketidakefektifan Pola Nafas
1. Definisi :

Ketidakefektifan pola nafas merupakan kondisi ketika individu mengalami

penurunan ventilasi yang adekuat, actual atau potensial, karena perubahan pola nafas.
2. Batasan karakteristik
a)

Mayor (harus ada):


1) Perubahan frekuensi dan pola pernafasan (dari nilai dasar)
2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)

b) Minor (mungkin ada):


1) Ortopnea
2) Takipnea, hiperpnea, hiperventilasi
3)

Pernafasan disritmik

4)

Pernafasan yang hati-hati

1. Faktor yang berhubungan


a) Patofisiologis
1) Berhubungan dengan sekresi yang berlebihan atau kental ,sekunder akibat: infeksi,
inflamasi, alergi, merokok, penyakit jantung atau paru.
2) Berhubungan dengan immobilitas, sekresi yang statis, dan batuk tak efektif, sekunder
akibat:

Penyakit system persarafan, misal: miastenia gravis


13

Depresi system saraf pusat (SSP)/ trauma kepala


Cedera serebrovaskular (stroke)
Kuadriplegia

b) Terkait Pengobatan
1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

Efek sedative obat (sebutkan)


Anestesia, umum atau spinal
Berhubungan dengan penekanan reflek batuk, sekunder akibat (sebutkan)
Berhubungan efek trakeostomi (perubahan sekresi)

c) Situasional (Personal, Lingkungan)


1) Berhubungan dengan immobilitas, sekunder akibat:

Pembedahan atau trauma


Nyeri, takut, ansietas
Kelelahan
Gangguan persepsi/kognitif

2) Berhubungan dengan kelembaban yang sangat tinggi atau rendah


3) Untuk bayi, yang berhubungan dengan tidur pada posisi tengkurap
4) Pajanan terhadap udara dingin, tertawa, menangis, allergen, asap.
c. Gangguan Pertukaran Gas
1. Definisi
Kelebihan dan kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida dimembrane
kapiler-alveolar.Ketidakmampuan

untuk

membersihkan

sekresi

atau

obstruksi

saluran

pernapasan guna mempertahankan jalan napas yang bersih


d. Fungsi Pernafasan, Resiko Ketidakefektifan
14

1. Definisi
Risiko ketidakefektifan pernapasan (ARF) merupakan kondisi ketika individu berisiko
mengalami ancaman pada jalan masuk udara menuju saluran pernapasan dan/ ancaman pada
pertukaran gas (O2-CO2) antara paru-paru dan system vaskuler
e. Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
1. Definisi : Disfungsi respon penyapihan ventilator (DRPV) merupakan suatu keadaan ketika
individu tidak dapat menyesuaikan terhadap tingkat terendah dukungan ventilator mekanik
sehingga mengganggu dan memeperpanjang proses penyapihan.
f. Resiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator
1. Definisi :
Risiko Disfungsi Respon Penyapihan Ventilator adalah keadaan ketika individu beresiko
untuk mengalami suatu ketidakmampuan penyesuaian terhadap dukungan ventilator mekanik
tingkat rendah selama proses penyapihan, yang berhubungan dengan ketidaksiapan fisik dan atau
psikologis terhadap penyapihan.
g. Gangguan Ventilasi Spontan
1. Definisi :

Suatu keadaan ketika individu tidak dapat memepertahankan pernapasan yang

adekuat untuk mendukung kehidupannya.Ini dilakukan karena penurunan gas darah arteri,
peningkatan kerja pernapasan dan penurunan energy.
C. Intervensi
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang diharapkan dari
pasien dan/atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi dilakukan untuk
membantu pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.Intervensi disebut juga implementasi
yang merupakan kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk

15

mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan
diselesaikan (Griffith & Christensen, 1986).
Intervensi keperawatan harus spesifik dan dinyatakan dengan jelas.Pengkualifikasian
seperti bagaimana, kapan, di mana, frekuensi, dan besarnya memberikan isi dari aktivitas yang
direncanakan.Intervensi keperawatan dapat dibagi menjadi dua yaitu mandiri yaitu dilakukan
oleh perawat dan kolaboratif yaitu yang dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya.
Pada pasien dengan gangguan system respirasi yaitu sebagai berikut :
1. Intervensi Pernafasan, Resiko Gangguan
2. Intervensi Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator
3. Intervensi Resiko Disfungsi Respons Penyapihan Ventilator
4. Intervensi Gangguan Pertukaran Gas
5. Intervensi Ketidakefektifan Pola Pernafasan:
1. Intervensi Generik
Untuk Hiperventilasi
Pastikan individu bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan
Alihkan perhatian individu dari memikirkan tentang keadaan ansietas dengan
meminta individu mempertahankan kontak mata dengan anda. Katakan,
Sekarang perhatikan Saya dan bernapaslah perlahan-lahan bersama Saya seperti
ini
Pertimbangkan penggunaan kantong kertas jika bermaksud mengeluarkan
kembali ekspirasi udara
Tetap bersama individu dan latih untuk bernapas perlahan-lahan, bernapas lebih
efektif
Jelaskan seorang dapat belajar untuk mengatasi hiperventilasi melalui kontrol
pernapasan secar sadar apabila penyebabnya tidak diketahui
Mendiskusikan kemungkinan penyebab, fisik dan emosional dan metoda
penanganan yang efektif
16

2. Intervensi Pediatrik : Jika anak cenderung bronkospasme, obat-obatan dapat


diindikasikan.
D. Implementasi
Dilaksanakan berdasarkan intervensi keperawatan yang telah ditentukan sebelumnya.
E. Evaluasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini perawat
menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat berhasil atau gagal. (AlfaroLeFevre, 1994).Evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan
melibatkan pasien dan tenaga kesehatan lainnya (Griffith & Christensen, 1986).
Perawat menemukan reaksi klien terhadap intervensi keperawatan yang telah diberikan
dan menetapkan apa yang menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
Perencanaan merupakan dasar yang mendukung suatu evaluasi.Menetapkan kembali informasi
baru yang diberikan kepada klien untuk mengganti atau menghapus diagnosa keperawatan,
tujuan, atau intervensi keperawatan. Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dicapai adalah
keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura & Walsh, 1988).
Evaluasi berfokus pada individu klien dan kelompok dari klien itu sendiri. Proses
evaluasi memerlukan beberapa keterampilan dalam menetapkan rencana asuhan keperawatan,
termasuk pengetahuan mengenai standar asuhan keperawatan, respon klien yang normal terhadap
tindakan keperawatan, dan pengetahuan konsep teladan dari keperawatan.
Evaluasi disimpulkan berdasarkan pada sejauh mana keberhasilan mencapai kriteria hasil,
sehingga dapat diputuskan apakah intervensi tetap dilanjutkan, dihentikan, atau diganti jika
tindakan yang sebelumnya tidak berhasil. Pasien mempertahankan patensi jalan napas yang
ditunjukkan dengan:
1. Peningkatan jalan napas
2. Frekuaensi dan kedalaman napas sesuai
17

3. Gas-gas darah dalam batasan normal


Pasien mempertahankan pola pernapasan yang efektif, frekuensi, irama dan kedalaman
pernapasan normal, penurunan dispnea, gas-gas darah batas normal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Obstruksi jalan nafas adalah penyumbatan pada sirkulasi uadara yang melalui batang
tenggorokan ke paru-paru. Untuk mengetahui pola obstruksi penyakit pada pernafasan atau orang
yang mengalami gangguan pernafasann, dalam proses keperawatan kita harus melakukan.
1.
2.
3.
4.
5.

Pengkajian.
diagnose
Intervensi
Implementasi
Evaluasi
Jadi dalam menjelaskan pola obstruksi penyakit pada pernafasan ini kami
menjelaskannya dengan proses keperawatan.
3.2 Saran
Menjaga kesehatan itu sangat penting, karena kesehatan itu tidak bisa dibeli.
Untuk itu jagalah kesehatan diri sendiri terlebih dahulu, baru kita terapkan kepada orang
lain. Agar hidup kita bisa lebih bermanfaat dan tetap sehat sejahtera.
Makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun agar makalah ini bisa lebih baik. Semoga makalah ini bisa
bermanfaat bagi semua.

18

DAFTAR PUSTAKA
Crwoin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Bruuner &Suddarth. 2001. Keperawatan medikal bedah
Arief Mansjoer dkk. 1999 kapita selekta kedokteran

http://www.goldcopd.com/Guidelineitem.asp?l1=2&l2=1&intId=989

19

Anda mungkin juga menyukai