Anda di halaman 1dari 22

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG MASALAH


Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan sebagai
salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan dan
kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri dikenal dengan
istilah swamedikasi. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhankeluhan dan
penyakit ringan yang banyak dialami masyarakat, seperti batuk.
Batuk menjadi tidak fisiologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk semacam itu sering
kali merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang-kadang
merupakan gejala dini suatu penyakit. Batuk mungkin sangat berarti pada penularan penyakit
melalui udara ( air borne infection ). Batuk merupakan salah satu gejala penyakit saluran
nafas disamping sesak, mengi, dan sakit dada.
Tetapi, batuk juga bisa sebagai penyebab penyakit ataupun memang penyakit yang
disebabkan oleh virus. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman dan pengetahuan yang benar
mengenai penggunaan jenis obat batuk terhadap jenis batuk yang diderita. Karena, diketahui
bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk.
1.2.
1.
2.
3.
4.
5.

RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud dengan batuk?
Apa penyebab terjadinya batuk?
Bagaimana mekanisme terjadinya batuk?
Apa saja golongan-golongan obat batuk?
Apa saja contoh dari obat batuk yang beredar?

1.3.

TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui definisi batuk
2. Untuk mengetahui dan memahami penggolongan obat batuk
3. Untuk mengetahui contoh obat yang beredar

1.4.

MANFAAT PENULISAN
1. Makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai saran untuk mengembangkan
wawasan tentang bagaimana terjadinya batuk dan penggolongan obat batuk.
2. Makalah ini diharapkan dapat menambah kajian ilmu pengetahuan tentang obat-obat
batuk yang beredar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFENISI BATUK

Batuk merupakan salah satu gejala utama yang membawa pasien pada sarana kesehatan
selain demam, diare, dan sesak. Batuk adalah suatu proses alami dan refleks proteksi yang
dimiliki oleh semua individu yang sehat. Refleks ini penting untuk menjaga agar tenggorokan
dan saluran napas senantiasa bersih. Namun demikian, batuk yang berlebihan mungkin
menandakan adanya suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang memerlukan perhatian dan
penanganan medis. Batuk dapat bersifat kering atau produktif. Batuk kering atau batuk non
produktif, tidak disertai sputum (dahak) dan seringkali menimbulkan rasa gatal pada
tenggorokan. Batuk jenis ini dapat menyebabkan suara menjadi serak atau hilang. Batuk
kering biasanya dipicu oleh partikel-partikel makanan yang kecil atau asap iritan yang
terhirup oleh saluran pernapasan, asap rokok, perubahan suhu udara, kelembaban udara yang
rendah (kering), atau udara yang tercemar. Juga dapat disebabkan karena infeksi virus, flu,
atau selesma yang belum lama terjadi sehingga terkadang disebut juga batuk pasca infeksi
virus. Ada kalanya batuk kering juga merupakan salah satu tanda dari penyakit lainnya,
Seperti: asma, penyakit refluks gastro esophagus (PRGE), atau gagal jantung kongestif, dan
juga dapat dipicu oleh obat-obat tertentu (ACE inhibitor, penyakit beta/beta-blockers,
aspirin). Sedangkan batuk produktif adalah jenis batuk yang diserta pengeluaran sputum
(dahak). Batuk produktif mungkin merupakan gejala yang tetap tinggal setelah nyeri
tenggorokan atau hidung tersumbat dan kongesti sinus. Klasifikasi batuk bermacam-macam
tetapi umumnya dibagi dalam kelompok besar yaitu batuk akut dan batuk kronik. Batuk juga
dapat berlangsung akut atau kronik. Batuk akut muncul secara tiba-tiba, berlagsung selama
kurang dari 2 atau 3 minggu, dan seringkali disebabkan oleh selesma, flu, atau infeksi virus.
Batuk kronik berlangsung lebih lama dari 2-3 minggu.

2.2. GEJALA-GEJALA
-

Pengeluaran udara dari saluran pernapasan secara kuat, yang mungkin disertai dengan

pengeluaran dahak
Tenggorokan sakit dan gatal
Demam yang tinggi disertai otot tubuh yang kaku

2.3. PENYEBAB
Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Infeksi Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan. Misal
flu, bronkhitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang yaitu pneumonia,
TBC dan kanker paru-paru

b. b. Alergi - Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan .
Misal : debu, asap, cairan dan makanan
c. Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan
Misal : rinitis alergika, batuk pilek - Penyempitan saluran pernapasan misal pada asma

2.4. HAL YANG DAPAT DILAKUKAN


1. Minum banyak cairan (air atau sari buah) akan menolong membersihkan tenggorokan,
jangan minum soda atau kopi
2. Hentikan kebiasaan merokok
3. Hindari makanan yang merangsang tenggorokan (makanan dingin atau berminyak) dan
udara malam
4. Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan iritasi
tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau tenggorokan anda kering atau
pedih
5. Hirup uap air panas (dari semangkuk air panas) untuk mencairkan sekresi hidung yang
kental

supaya

mudah

dikeluarkan.

Dapat juga ditambahkan

sesendok teh

balsam/minyak atsiri untuk membuka sumbatan saluran pernapasan


6. Minum obat batuk yang sesuai
7. Bila batuk lebih dari 3 hari belum sembuh segera ke dokter
8. Pada bayi dan balita bila batuk disertai napas cepat atau sesak harus segera dibawa ke
dokter atau pelayanan kesehatan.

2.5. MEKANISME TERJADINYA BATUK

Batuk dimulai dari suatu rangsangan pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa serabut
saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar rongga toraks. Yang
terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di laring, trakea, bronkus, dan di pleura.
Jumlah reseptor akan semakin berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan
sejumlah besar reseptor di dapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.
Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus paranasalis,
perikardial, dan diafragma.
Serabut afferen terpenting ada pada cabang nervus vagus yang mengalirkan rangsang
dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung, dan juga rangsangan dari telinga melalui
cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus
paranasalis, nervus glosofaringeus, menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus
menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.
Oleh serabut afferen rangsang ini dibawa ke pusat batuk yang terletak di medula, di
dekat pusat pernafasan dan pusat muntah. Kemudian dari sini oleh serabut-serabut afferen
nervus vagus, nervus frenikus, nervus interkostalis dan lumbar, nervus trigeminus, nervus
fasialis, nervus hipoglosus, dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini berdiri dari otot-otot
laring, trakea, bronkus, diafragma,otot-otot interkostal, dan lain-lain. Di daerah efektor ini
mekanisme batuk kemudian terjadi.

Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu:

Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau serat
afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk. Batuk juga
timbul bila reseptor batuk di lapisan faring dan esofagus, rongga pleura dan saluran telinga
luar dirangsang.
Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor kartilago
aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan cepat dan dalam
jumlah banyak masuk ke dalam paru. Hal ini disertai terfiksirnya iga bawah akibat kontraksi
otot toraks, perut dan diafragma, sehingga dimensi lateral dada membesar mengakibatkan
peningkatan volume paru. Masuknya udara ke dalam paru dengan jumlah banyak
memberikan keuntungan yaitu akan memperkuat fase ekspirasi sehingga lebih cepat dan kuat
serta memperkecil rongga udara yang tertutup sehingga menghasilkan mekanisme
pembersihan yang potensial.
Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks meninggi
sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap meninggi selama
0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan glotis karena otot-otot
ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun glotis tetap terbuka.
Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi, sehingga

terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang tinggi disertai
dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Gerakan glotis, otot-otot
pernafasan dan cabang-cabang bronkus merupakan hal yang penting dalam fase mekanisme
batuk dan disinilah terjadi fase batuk yang sebenarnya. Suara batuk sangat bervariasi akibat
getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau getaran pita suara.

2.6. PENGGOLONGAN OBAT BATUK


Obat-obat batuk yang biasa digunakan terbagi dalam 3 bagian yaitu Antitusif, Ekspektoran,
dan Mukolitik.

2.6.1. ANTITUSIF
Batuk kering atau yang dikenal dengan batuk tidak produktif atau batuk tidak
menghasilkan secret, membuat tenggorokan gatal dan menyebabkan suara serak dan hilang.
Batuk sering dipicu oleh inhalasi partikel partikel makanan, bahan iritan, asap rokok, atau
karena perubahan temperature. Batuk kering juga dapat merupakan gejala sisa dari infeksi
virus atau karena flu. Batuk jenis ini tidak memberikan gejala kecuali batuk itu sendiri, pasien
tidak merasa sakit, tidak ada kongesti atau gangguan pernapasan.
Antitusif adalah obat yang menghambat reflek batuk. Batuk sebenarnya merupakan
mekanisme perlindungan dan membersihkan saluran pernapasan dari zat-zat yang tidak
diingikan oleh tubuh. Dalam kondisi tertentu, misalnya pada inflamasi atau kanker terjaadi
reflek batuk yang berlebihan yang dapat mengganggu. Batuk yang demikian perlu diredakan
dan antitusif dapat bermanfaat. Antitusif yang digunakan dalam klinik jumlahnya tidak
banyak, yaitu kodein, dextrometorfan, dan noaskapin.
1. Kodein

Kodein atau metilmorfin adalah opium (turunan morfin) dari golongan fenantrena. Obat
ini memiliki beberapa khasiat bagi pasien, baik dewasa maupun anak. Kodein dapat
dikonversikan menjadi morfin sehingga memiliki efek anti-nyeri (analgesik), meredakan
batuk dan sesak napas (antitusif), serta anti-diare. Di antara ketiga manfaat ini, khasiat pereda

batuk (antitusif) merupakan yang paling menonjol. Jenis batuk yang dapat diredakan oleh
kodein adalah batuk yang kering, iritatif, dan tidak berdahak. Kodein mengandung tidak
kurang 99,0% dan tidak lebih dari 101,0% C18H21NO3, dihitung terhadap zat yang telah
dikeringkan. Kodein bekerja menurunkan sensitifitas pusat batuk dari rangsangan. Kodein
pada dosis rendah (10-20mg) berefek sebagai antitusif tetapi pada dosis yang lebih besar juga
berefek sebagai analgetik. Efek samping obat ini adalah konstipasi, mual, sedasi ringan, dan
depresi pernapasan. Obat ini tergolong narkotika. Penggunaan kodein selain sebagai antitusif
adalah analgetik dan mengurangi ketergantungan terhadap heroin (sebagai terapi subtitusi).
Efek kodein terjadi apabila kodein berikatan secara agonis dengan reseptor opioid di
berbagai tempat di susunan saraf pusat. Efek analgesik kodein tergantung afinitas kodein
terhadap reseptor opioid tersebut.Kodein dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dan
mengubah reaksi yang timbul di korteks serebri pada waktu persepsi nyeri diterima dari
thalamus.Kodein juga merupakan antitusif yang bekerja pada susunan saraf pusat dengan
menekan pusat batuk. Obat ini sering disalahgunakan sebagaian orang untuk menenangkan
diri. Karena ada sifat morfin di dalamnya. Maka dari itu penggunaan dalam jangka panjang
tidak dianjurkan. Karena dikhawatirkan akan menjadikan kecanduan/ketergantungan.
KOMPOSISI :
Codein 10 mg (No.Reg. GNL9712411810A1), tiap tablet mengandung: kodein Fosfat
hemihidrat setara dengan Kodein 10 mg
Codein 15 mg (No.Reg. GNL9712411810B1), tiap tablet mengandung: kodein Fosfat
hemihidrat setara dengan Kodein 15 mg
Codein 20 mg (No.Reg. GNL9712411810C1), tiap tablet mengandung: kodein Fosfat
hemihidrat setara dengan Kodein 20 mg
INDIKASI :
Antitusif
Analgesik
KONTRAINDIKASI

Asma bronkial, emfisema paru-paru, trauma kepala, tekanan intrakranial yang meninggi,
alkoholisme akut, setelah operasi saluran empedu.
DOSIS :
a. Sebagai analgesik:
-

Dewasa : 30 - 60 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan.

Anak-anak : 0,5 mg/kg BB, 4-6 kali sehari

b. Sebagai antitusif :
-

Dewasa : 10-20 mg, tiap 4 - 6 jam sesuai kebutuhan, maksimum 60 mg perhari.

Anak 6-12tahun : 5-10 mg, tiap 4 - 6 jam, maksimum 60 mg perhari.

Anak 2-6 tahun : 1 mg/kg BB perhari dalam dosis terbagi, maksimum 30 mg


perhari (Sebagai antitusif tidak dianjurkan untuk anak di bawah 2 tahun).

EFEK SAMPING :
-

Dapat menimbulkan ketergantungan.

Mual, muntah, idiosinkrasi, pusing, sembelit.

Depresi pernafasan terutama pada penderita asma, depresi jantung dan syok.

PERINGATAN DAN PERHATIAN :


-

Hati-hati penggunaan pada pasien dengan infark miokardial dan penderita asma.

Hindari minuman beralkohol.

Tidak boleh melebihi dosis yang dianjurkan karena dapat menyebabkan kerusakan
fungsi hati.

Hati-hati penggunaan obat ini pada penderita penyakit ginjal.

Hati-hati pada pemberian jangka panjang.

INTERAKSI OBAT :
-

Hendaknya hati-hati dan dosis dikurangi, apabila digunakan bersama-sama dengan


obat-obat depresan lain, anestetik, tranquilizer, sedatif, hipnotik dan alkohol.

Tranquilizer terutama fenotiazin bekerja antagonis terhadap analgesik opiat agonis.

Dekstroamfetamin dapat menghambat efek analgesik opiat agonis.

Jangan diberikan bersama-sama dengan penghambat MAO dan dalam jangka waktu 14
hari setelah pemberian penghambat MAO.

2. Noskapin

10

Noskapin adalah alkaloid alam yang bersama dengan papaverin tergolong derivat
benzilisokinolin, yang didapat dari candu (2-metil-8-metoksi-6, 7-metilendioksi-1-(6, 7dimetoksi-3-ftalidil)-1,2,3,4-tetrahidroisokinolin). Pada dosis terapi zat ini tidak berefek
terhadap SSP, kecuali sebagai antitusif. Noskopin merupakan penglepas histamin yang poten
sehingga dosis besar dapat menyebabkan bronkokontriksi dan hipotensi sementara. Zat ini
tidak menimbulkan habituasi maupun adiksi. Dosis sampai 90 mg tidak menimbulkan depresi
napas. Noskapin menghambat kontraksi otot jantung dan otot polos, tetapi efek initidak tibul
pada dosis antitusif. Dosis toksis menimbulkan konvulsi pada hewan coba. Absorpsi obat ini
oleh usus berlangsung dengan baik. Dosis yang dianjurkan 3-4 kali 15-30 mg sehari. Dosis
tunggal 60 mg pernah digunakan untuk batuk paroksismal.
Sifat obat ini adalah :
Noskapin mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari 100,5%
C22H23NO7 dihitung terhadap zat anhidrat .
Berupa serbuk hablur halus,putih atau praktis putih .
Mudah larut dalam kloroform; larut dalam aseton; sukar larut dalam etanol
dan dalam eter; praktis tidak larut dalam air .
3. Dekstrometorfan

Dekstrametorfan (d-3-metoksin-N-metilmorfinan), berbeda dengan I- isomernya, tidak


berefek analgetik atau bersifat adiktif. Zat ini meningkatkan ambang rangsang refleks batuk

11

secara sentral dan kekuatannya kira-kira sama dengan kodein. Berbeda dengan kodein, zat ini
jarang

menimbulkan

kantuk

atau

gangguan

saluran

cerna.

Dalam

dosis

terapi

dekstrometorfan tidak menghambat aktivitas silia bronkus dan efek antitusifnya bertahan 5-6
jam. Toksisitas zat ini rendah sekali, tetapi dosis sangat tinggi mungkin menimbulkan depresi
napas. Dekstrometorfan tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan sebagai sirup dengan kadar
10 mg dan 15 mg/5 ml. Dosis dewasa 10-30 mg diberikan 3-4 kali sehari.
Dekstrometorfan merupakan zat aktif dalam bentuk serbuk berwarna putih, yang
berkhasiat sebagai antitusif atau penekan batuk dan termasuk dalam kategori obat bebas
terbatas yang manfaatnya untuk menekan batuk akibat iritasi tenggorokan dan saluran napas
bronkhial terutama pada kasus batuk pilek.
Dekstrometorfan sering disalahgunakan dengan dosis yang berlebihan sehingga
memberikan efek euforia, rasa tenang, halusinasi penglihatan dan pendengaran. Intoksikasi
atau overdosis dekstrometorfan dapat menyebabkan hipereksitabilitas, kelelahan, berkeringat,
bicara kacau, hipertensi, serta dapat menyebabkan depresi sistem pernapasan. Jika digunakan
bersama dengan alkohol, efeknya bisa menjadi lebih berbahaya yaitu menyebabkan kematian.
MEKANISME KERJA: obat bekerja menekan pusat batuk di otak, meringankan batuk
kering
DOSIS : Dewasa 10-20 mg, 3 kali sehari 1 tablet jika perlu (jika batuk). Dalam bentuk sirup
5-10 ml jika perlu 3x sehari sedangkan untuk dosis anak-anak (usia 6-12 tahun) 5-10 mg 3
kali sehari dan dalam bentuk sirup 2,5-5 ml (1/2-1 sendok takar).
PERHATIAN : Dekstromethorpan HBr sebaiknya tidak digunakan untuk batuk berdahak,
dikhawatirkan dahak malah tidak bisa keluar.
EFEK SAMPING : pemakaian yang berlebihan akan menyebabkan penurunan refleks
bernapas. Pada tahun 2014 lalu dekstrometrophan dalam sediaan tunggal telah di tarik dari
pasaran karena banyaknya penyalahgunaan sediaan ini, tetapi sediaan ini dengan kombinasi
masih boleh beredar dengan pengawasan atau menjadi obat bebas terbatas.

2.6.2. EKSPEKTORAN
Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari saluran napas
(ekspektorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman empiris. Belum ada data
yang membuktikan efektivitas ekspektoran dengan dosis yang umum digunakan. Mekanisme
kerjanya diduga berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan selanjutnya secara refleks
merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N.vagus, sehingga menurunkan viskositas
dan mempermudah pengeluaran dahak. Saluran pernapasan yang terlalu kering dapat

12

menyebabkan irititasi dan memacu reflek batuk. Ekspektoran dapat meningkatan sekresi
disaluran pernapasan sehingga bermanfaat untuk mengurangi iritasi dan batuknnya akan
berkurang sendirinya. Obat yang sering digunakan sebagai ekspektoran adalah ammonium
clorida, potassium sitrat, dan guaifenesin serta griserin guaikolat. Ekspektoran juga
mengencerkan mucus dalam bronkus sehingga mudah dikeluarkan. Dalam klinik ekspektoran
sering ditambahkan dalam obat batuk, walaupun efektifitasnya masih dipertanyakan.
Cara kerja ekspektoran adalah dengan merangsang saraf kelenjar bronchial, sehongga
secret yang dikeluarkan menjadi lebih banyak. Stimulasi saraf vagal ini bersifat mengiritasi
mukosa lambung, sehingga konsumsi dalam dosis besar dapat menyebabkan mual dan
muntah. Obat yang termasuk golongan ini ialah: amonium klorida dan gliseril guaiakolat.
1. Amonium Klorida

Amonium klorida jarang digunakan sendiri sebagai ekspektoran, tetapi biasanya dalam
bentuk campuran dengan ekspektoran lain atau antitusif. Amonium klorida dosis besar dapat
menimbulkan asidosis metabolik, dan harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan
insufisiensi hati, ginjal dan paru-paru.
Amonium klorida hampir tidak lagi digunakan untuk pengasaman urine pada
keracunan sebab berpotensi membebani fungsi ginjal dan menyebabkan gangguan imbang
elektrolit. Ammonium klorida dianggap paling aman karena sejauh ini belum ada laporan
resmi mengenai efek sampingnya ke tubuh. Tetapi, menurut analisis dari Kimia sendiri,
amonium klorida sangat larut dalam air menghasilkan ion amonium dan ion klorida. Ion
amonium sendiri dalam basa menghasilkan amonia, yang merupakan urin. Hal ini
menyebabkan senyawa ini mudah dicerna dan dibuang dari tubuh. Tentunya ini lebih aman
bagi tubuh.
TENTANG AMONIUM KLORIDA

13

Jenis Obat
Golongan
Manfaat
Dikonsumsi oleh
Bentuk Obat

Obat ekspektoran
Obat bebas terbatas namun ada beberapa merek yang tidak
memerlukan resep dokter
Mengencerkan dahak pada penderita batuk, pilek dan flu
Dewasa dan anak-anak
Obat cair yang diminum

PERINGATAN

Bagi wanita hamil, menyusui atau yang sedang mencoba untuk hamil, tidak
diperbolehkan untuk mengonsumsi obat ini.

Harap berhati-hati bagi penderita gangguan hati, asma, glaukoma sudut tertutup,
retensi urine, dan hipertrofi prostat.

Jika terjadi reaksi alergi atau overdosis, segera temui dokter.

DOSIS AMONIUM KLORIDA


Dosis amonium klorida sebagai ekspektoran untuk orang dewasa ialah 300 mg (5 ml)
tiap 2-4 jam. Dosis amonium klorida yang digunakan tergantung kepada merek obat batuk
atau pilek yang dikonsumsi. Baca aturan pemakaian yang tertera pada kemasan obat atau
tanyakan langsung pada dokter.
MENGONSUMSI AMONIUM KLORIDA DENGAN BENAR
Usahakan untuk tidak mengonsumsi minuman beralkohol saat menggunakan amonium
klorida karena bisa meningkatkan risiko terkena efek samping. Jangan mengemudikan
kendaraan atau mengoperasikan mesin saat mengonsumsi obat ini karena bisa menimbulkan
rasa kantuk dan memengaruhi kemampuan respons Anda. Pastikan ada jarak waktu yang
cukup antara satu dosis dengan dosis berikutnya. Usahakan untuk mengonsumsi obat pada
jam yang sama tiap hari untuk memaksimalisasi efeknya. Bagi pasien yang lupa
mengonsumsi amonium klorida, disarankan segera meminumnya begitu teringat jika jadwal
dosis berikutnya tidak terlalu dekat. Jangan menggandakan dosis amonium klorida pada
jadwal berikutnya untuk mengganti dosis yang terlewat.
EFEK SAMPING
Penggunaan obat amonium klorida berpotensi menyebabkan efek samping. Tapi seiring
dengan penyesuaian tubuh terhadap obat, efek samping umumnya akan berkurang dan
mereda. Berikut ini adalah efek samping yang dapat terjadi:

14

Mengantuk

Pusing

Mual dan muntah

Mulut kering

Sakit kepala

Jika penyakit yang diderita tidak kunjung sembuh atau efek samping yang dialami tidak
mereda, segera temui dokter untuk penanganan lebih lanjut.
2. Gliseril Guaiakolat

Penggunaan obat ini hanya didasarkan tradisi dan kesan subyetif pasien dan dokter.
Belum ada bukti bahwa obat bermanfaat pada dosis yang diberikan.
EFEK SAMPING:
Yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa kantuk, mual, dan muntah.
DOSIS :
Gliseril guaiakolat tersedia dalam bentuk sirop 100 mg/5 m.
-

Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400 mg sehari.


Dosis anak-anak 12 tahun keatas : liquid/syrup, dosis secara oral 200 sampai 400 mg

setiap 4 jam; dosismaksimum 2400mg/hari.


Dosis anak 6-12 tahun : liquid/syrup, dosissecara oral 100 sampai 200 mg setiap 4 jam;

dosismaksimum 1200mg/hari.
Dosis anak 2-6 tahun : liquid/syrup, dosis secara oral 50 sampai100 mg setiap 4 jam;
dosis maksimum 600 mg/hari2 tahun kebawah perlu penyesuaian dosis secara
individual, pada umumnya digunakan dosis 25sampai 50 mg secara oral setiap 4 jam;
dosis maksimum 300 mg/hari.

CARA PEMBERIAN :

15

Secara oral :minum bersama dengan segelas penuh air,dapat digunakan bersamaan atau tidak
bersama makanan.
INDIKASI :
Produksi sputum yang tidak normal. Batuk.
KONTRAINDIKASI :
Hipersensitivitas terhadap produk guaifenesin
MEKANISME KERJA :
GG memiliki aktivitas sebagai ekspektoran dengan meningkatkan volume dan mengurangi
kekentalan sputum yang terdapat di trakheadanbronki. Dapat meningkatkan reflek batuk dan
memudahkan untuk membuang sputum. Akan tetapi bukti objektif masih sedikit.
PENYIMPANAN :
Simpan dalam wadah yang tertutup rapat. Informasi pasien : Gunakan segelas air untuk
membantu menelan.

2.6.3. MUKOLITIK
Mukolitik ialah obat yang dapat mengencerkan secret saluran napas dengan jalan memecah
benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Contoh mukolitik ialah
bromheksin, asetilsistein, dan ambroksol.
1. Bromheksin

Bromheksin ialah derivate sintetik dari vasicine, suatu zat aktif dari Adhatode Vasica.
Obat ini digunakan sebagai mukolitik pada bronchitis atau kelainan saluran napas yang
lain. Selain itu, obat ini digunakan secara local di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat. Data efektivitas klinik
obat ini sangat terbatas.
EFEK SAMPING
Pada pemeberian oral berupa mual dan peninggian transaminase serum. Bromheksin
harus hati-hati digunakan pada pasien tukak lambung.
DOSIS

16

Dosis oral untuk dewasa yang dianjurkan 3 kali 4-8 mg sehari. Obat ini rasanya pahit
sekali.
2. Ambroksol

Ambroksol suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan penggunaannya.
Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan manfaatnya pada keratokonjungtivis
sika dan sebagai perangsang produksi surfaktan pada anak lahir premature dengan
sindrom pernapasan.
INDIKASI / KEGUNAAN
Indikasi Ambroxol (ambroksol) adalah sebagai terapi mukolitik/pengencer dahak pada
penyakit saluran pernapasan akut dan kronik terutama pada keadaan bronkitis kronik
eksaserbasi dan bronkitis asmatis dan asma bronkial.
KONTRAINDIKASI
Ambroksol jangan diberikan kepada penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap
ambroksol.
DOSIS DAN ATURAN PAKAI
Tanyakan kepada dokter anda mengenai dosis dan aturan pakai ambroksol.
Mucopect Tablet
-

Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 1 tablet, 2 3 kali sehari.


Anak 6 12 tahun : tablet 2 3 kali sehari.

Mucopect Sirup 30 mg/5 ml


-

Dewasa dan anak di atas 12 tahun : 5 ml, 2 3 kali sehari.


Anak 6 12 tahun : 2,5 ml, 2 3 kali sehari.

Mucopect Sirup 15 mg/5 ml


-

Anak 6 12 tahun : 5 ml, 2 3 kali sehari.


Anak 2 6 tahun : 2,5 ml, 3 kali sehari.
Anak di bawah 2 tahun : 2,5 ml, 2 kali sehari.

17

PERINGATAN DAN PERHATIAN


Ambroksol dapat diberikan selama kehamilan (khususnya pada kehamilan trimester
pertama) dan menyusui hanya apabila sudah dilakukan pengkajian oleh dokter mengenai
risiko dan manfaatnya. Pemberian Ambroksol pada wanita hamil dan menyusui masih
memerlukan penelitian lebih lanjut. Ambroksol sebaiknya tidak digunakan untuk terapi
jangka panjang tanpa kecuali berdasarkan anjuran/konsultasi dokter. Pada kasus gangguan
ginjal tertentu, akumulasi metabolit ambroksol terjadi di hati.
EFEK SAMPING
-

Meskipun jarang, reaksi intoleransi setelah pemberian ambroxol pernah dilaporkan.


Gangguan saluran pencernaan ringan
Reaksi alergi dapat terjadi meskipun jarang, seperti : kulit kemerahan, bengkak di

wajah, sesak napas, dan demam.


Tidak diketahui apakah ambroksol mempengaruhi kemampuan mengemudi atau
mengoperasikan mesin.

INTERAKSI OBAT
-

Pemberian ambroksol bersamaan dengan antibiotic (amoksisilin, sefuroksim,


eritromisin, dan doksisiklin) berpotensi meningkatkan konsentrasi antibiotik dalam
jaringan paru.

KEMASAN
-

Mucopect tablet, kotak, 10 strip x 10 tablet.


Mucopect sirup 30 mg/5 ml, botol @ 60 ml.
Mucopect sirup 15 mg/5 ml, botol @125 ml dan @ 60 ml.
Mucopect drops (tetes) 15 mg/ml, botol, @ 20 ml.

3. Asetilsistein

Asetilsistein diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes hidung.


Asetilsistein, menurunkan viskositas secret paru pada pasien radang paru. Aktivitas
mukolitik zat ini langsungterhadap mukoprotein dengan melepaskan ikatan disulfidanya,
sehingga menurunkan viskositas sputum. Aktivitas mukolitik terbesar pada ph 7-9.

18

Setelah inhalasi sputum menjadi encer dalam waktu 1 menit, dan efek maksimal dicapai
dalam waktu 5-10 menit. Obat ini juga diberikan langsung pada trakea waktu trakeotomi.
EFEK SAMPING
yang mungkin timbul berupa spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Dapat juga
timbul mual, muntah, stomatis, pilek, hemoptysis dan terbentuknya secret berlebihan
sehingga perlu disedot (suction). Obat ini tidak boleh diberikan bila tidak tersedia alat
penyedot lendir napas. Larutan yang biasa digunakan ialah asetilsistein 10-20%.
INTERAKSI
Meningkatkan efek antibiotika doksisiklin, amoksisiklin dan tiamfenikol.
DOSIS
Oral : 3-6 dd 200 mg atau 1-2 dd 600 mg granulat, anak anak 2-7 tahun 2 dd 200 mg,
anak di bawah 2 tahun 2 dd 100 mg. Sebagai antidotum keracunan parasetamol 150
mg/kg berat badan dari larutan 5%, disusul dengan 75 mg/kg berat badan setiap 4 jam.

2.7. BEBERAPA CONTOH OBAT YANG BEREDAR


1. Benadryl DMP

Kandungan:
1. Difenhidramin (antihistamin, antitusif)
2. Dektrometorfan (antitusif)
3. Fenilefrin (dekongestan)
4. Ammonium klorida (ekspektoran)
5. Natrium sitrat (ekspektoran)
Indikasi : Mengurangi batuk yang parah dan membandel serta gangguan saluran
pernafasan yang disebabkan oleh pilek, alergi, atau bronkitis
Kontra Indikasi : Gangguan fungsi hati atau ginjal.
Efek Samping : Mengantuk, pusing, mulut kering, gangguan saluran pencernaan.
Dosis :
- Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 sendok teh.
- Anak-anak : 3-4 kali sehari -1 sendok teh
2. Vicks Formula 44

19

Kandungan :
1. Dekstrometorfan (antitusif)
2. Doksilamin (antihistamin, antitusif)
Indikasi: Meredakan batuk yang tidak berdahak atau yang menimbulkan rasa sakit.
Kontra Indikasi: Penderita hipersensitif, terhadap obat ini.
Efek Samping : Jarang menyebabkan kantul. Mual, pusing, konstipasi.
Aturan Pakai :
- Dewasa: 12 tahun ke atas: 1 sendok takar 3 kali sehari.
- Anak-anak: 6 - 11 tahun: sendok takar 3 kali sehari
- Atau gunakan sesuai petunjuk dokter.
1 sendok takar = 5 mL
3. Wood Ekspektoran

Kandungan :
1. Bromhexin (ekspektoran)
2. Guaifenesin (ekspektoran)
Indikasi: Meredakan gejala batuk produktif , bronchitis atau emfisema.
Kontra indikasi: Ulkus Gi, Hamil, menyusui
Efek Samping: Gangguan Pencernaan
Dosis:
- Dewasa dan Anak > 12 tahun sehari 3 x 10 ml.
- Anak 6-12 thn sehari 3-5 ml

20

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
1. Batuk adalah suatu proses alami dan refleks proteksi yang dimiliki oleh semua
individu yang sehat. Refleks ini penting untuk menjaga agar tenggorokan dan saluran
napas senantiasa bersih. Namun demikian, batuk yang berlebihan mungkin
menandakan adanya suatu penyakit atau gangguan kesehatan yang memerlukan
perhatian dan penanganan medis
2. Batuk dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
a. Infeksi Produksi dahak yang sangat banyak karena infeksi saluran pernapasan.
Misal flu, bronkhitis, dan penyakit yang cukup serius meskipun agak jarang yaitu
pneumonia, TBC dan kanker paru-paru
b. Alergi - Masuknya benda asing secara tidak sengaja ke dalam saluran pernapasan.
Misal : debu, asap, cairan dan makanan
c. Mengalirnya cairan hidung ke arah tenggorokan dan masuk ke saluran pernapasan
Misal : rinitis alergika, batuk pilek - Penyempitan saluran pernapasan misal pada
asma
3. Pada dasarnya mekanisme batuk dapat dibagi menjadi empat fase yaitu:
a. Fase iritasi
Iritasi dari salah satu saraf sensoris nervus vagus di laring, trakea, bronkus besar, atau
serat afferen cabang faring dari nervus glosofaringeus dapat menimbulkan batuk.
b. Fase inspirasi
Pada fase inspirasi glotis secara refleks terbuka lebar akibat kontraksi otot abduktor
kartilago aritenoidea. Inspirasi terjadi secara dalam dan cepat, sehingga udara dengan
cepat dan dalam jumlah banyak masuk ke dalam paru.
c. Fase kompresi
Fase ini dimulai dengan tertutupnya glotis akibat kontraksi otot adduktor kartilago
aritenoidea, glotis tertutup selama 0,2 detik. Pada fase ini tekanan intratoraks
meninggi sampai 300 cmH2O agar terjadi batuk yang efektif. Tekanan pleura tetap
meninggi selama 0,5 detik setelah glotis terbuka . Batuk dapat terjadi tanpa penutupan

21

glotis karena otot-otot ekspirasi mampu meningkatkan tekanan intratoraks walaupun


glotis tetap terbuka.
d. Fase ekspirasi/ ekspulsi
Pada fase ini glotis terbuka secara tiba-tiba akibat kontraksi aktif otot ekspirasi,
sehingga terjadilah pengeluaran udara dalam jumlah besar dengan kecepatan yang
tinggi disertai dengan pengeluaran benda-benda asing dan bahan-bahan lain. Suara
batuk sangat bervariasi akibat getaran sekret yang ada dalam saluran nafas atau
getaran pita suara.
4. Penggolongan obat batuk terbagi menjadi tiga bagian yaitu Antitusif (Kodein,
Noskapain, dan Dekstromertofan), Ekspektoran ( Amonnium Klorida dan Gliseril
Guaiakolat), dan Mukolitik (Bromheksin, Ambroksol dan Asetilsistein).
5. Contoh obat batuk yang beredar diantaranya yaitu Benadryl DMP, Vicks Formula
44 dan Wood Ekspektoran.

3.2. SARAN
Sebagai mahasiswa yang mempelajari Kimia Farmasi, maka sangat penting untuk
kita mengetahui tentang obat-obatan, terutama obat batuk dan penggolongannya yang
sangat penting dalam dunia kesehatan.
Dan yang lebih utama, kita dapat lebih bijak menghormati kesehatan otak dan
tubuh kita. Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem pernafasan lainnya.

22

DAFTAR PUSTAKA
http://kampusfarmasi.blogspot.co.id/2015/08/gliseril-guaiakolat.html diakses pada 21 Maret

2016
http://armimitha47.blogspot.co.id/2012/06/mekanisme-terjadinya-batukbatukdimulai.html diakses pada 21 Maret 2016
http://tiawidianti18.blogspot.co.id/2015/12/makalah-farmakologi-obat-batuk.html
diakses pada 21 Maret 2016
file://Berbagi%20Ilmu%20%20%20MAKALAH%20OBAT%20YANG%20BEKERJA
%20PADA%20SALURAN%20PERNAPASAN.htm diakses pada 21 Maret 2016
file://Amonium%20Klorida%20-%20informasi%20obat%20-%20Alodokter.htm
diakses pada 22 Maret 2016
file://Amonium%20Klorida,%20Obat%20Batuk%20Paling%20Aman%20_
%20Majalah%20Kimia.htm diakses pada 22 Maret 2016

http://4pri.blogspot.com/2014/10/mengenal-obat-batuk-codein20mg.html#sthash.0W2UlRLa.dpuf diakses pada 22 Maret 2016


http://mypharmacyworld.blogspot.co.id/2013/06/zat-aktif-yang-berperan-sebagaiobat.html diakses pada 23 Maret 2016
file://MUKOLITIK%20DAN%20EKSPEKTORAN%20%20%20Milis%20Sehat.htm
diakses pada 23 Maret 2016

Anda mungkin juga menyukai

  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Penglab Laporan
    Penglab Laporan
    Dokumen27 halaman
    Penglab Laporan
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen22 halaman
    Bab I
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Korosi
    Korosi
    Dokumen18 halaman
    Korosi
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Korosi
    Korosi
    Dokumen18 halaman
    Korosi
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Korosi
    Korosi
    Dokumen18 halaman
    Korosi
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Makalah
    Makalah
    Dokumen28 halaman
    Makalah
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Mineral
    Metabolisme Mineral
    Dokumen6 halaman
    Metabolisme Mineral
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Bank Garansi
    Bank Garansi
    Dokumen13 halaman
    Bank Garansi
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • MakaLah Oksigen Dan Sulfur
    MakaLah Oksigen Dan Sulfur
    Dokumen23 halaman
    MakaLah Oksigen Dan Sulfur
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Reaksi Alkohol Alifatik
    Reaksi Alkohol Alifatik
    Dokumen11 halaman
    Reaksi Alkohol Alifatik
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Kromatografi Gas
    Kromatografi Gas
    Dokumen4 halaman
    Kromatografi Gas
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat
  • Metabolisme Mineral
    Metabolisme Mineral
    Dokumen6 halaman
    Metabolisme Mineral
    Rina MirrAldhy Oey
    Belum ada peringkat