TUTORIAL KASUS
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Disusun oleh:
Nesia Yaumi
1410029043
1510029052
Pembimbing:
dr. Samuel Randa Bunga, Sp.OG
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Laboratorium Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
RSUD A.W. Sjahranie Samarind
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu
dan bayi yang tertinggi di Indonesia. Penyakit yang disebut sebagai disease of
theories ini, masih sulit untuk ditanggulangi.(1)
Preeklampsia merupakan suatu sindroma yang berhubungan dengan
vasospasme, peningkatan resistensi pembuluh darah perifer, dan penurunan
perfusi organ yang ditandai adanya hipertensi, edema dan proteinuria yang timbul
karena kehamilan. Umumnya terjadi pada trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat
pula terjadi sebelumnya, misalnya pada mola hidatidosa. Komplikasi yang dapat
terjadi diantaranya eklampsia, HELLP Syndrome, edema paru, gagal ginjal, DIC,
krisis hipertensi, encephalopathy hypertension, dan buta kortikal.(1,2)
Hipertensi biasanya muncul lebih awal dari tanda-tanda lainnya. Untuk
menegakkan diagnosa preeklampsia, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg
atau lebih diatas nilai normal atau mencapai 140 mmHg atau lebih. Kenaikan
tekanan diastolik sebenarnya lebih dipercaya. Apabila tekanan diastolik naik 15
mmHg atau lebih, atau 90 mmHg atau lebih, maka diagnosis hipertensi dapat
dibuat. Penentuan tekanan darah ini dilakukan minimal 2 kali dengan jarak waktu
6 jam pada keadaan istirahat. (1,2,3,4)
Edema adalah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam
jaringan tubuh, yang diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan, dan wajah. Kenaikan berat badan kg per minggu dalam
kehamilan masih dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg per minggu beberapa
kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan terhadap timbulnya preeklampsia.
(1,2,5,6,7)
diambil minimal dua kali dengan jarak waktu 6 jam. Biasanya proteinuria timbul
lebih lambat daripada hipertensi dan edema, karena itu harus dianggap sebagai
tanda yang serius. (1,2,4,5)
Dari tiga kausa klasik angka kematian ibu (AKI) maka saat ini hipertensi
dalam kehamilan serta kausa non obstetric telah melampaui penyebab infeksi dan
perdarahan. Khusus hipertensi dalam kehamilan termasuk preeclampsia
ditemukan dalam jumlah yang menetap dan cenderung meningkat meliputi 5 7%
dari kehamilan dan merupakan komplikasi medis tersering dalam kehamilan.
Kurang lebih 70% wanita yang didiagnosis hipertensi dalam kehamilan
merupakan preeclampsia. Sesuai dengan target dari WHO yang dituangkan dalam
MDGs 2015 diharapkan angka kematian ibu sekarang dapat diturunkan menjadi
50%, sehingga diperlukan penanganan yang adekuat terhadap kasus-kasus
hipertensi dalam kehamilan.
1.2.
TUJUAN
BAB II
TUTORIAL KASUS
: Ny.RMH
Usia
: 39 tahun.
Alamat
: Wijaya Kusuma
Pekerjaan
: Guru
Pendidikan
: S1
Suku
: Banjar
Agama
: Islam
Masuk ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
pada 16 Mei 2016
Identitas Suami
Nama
: Tn. R
Usia
: 43 tahun.
Alamat
: Wijaya Kusuma
Pekerjaan
: Swasta
Pendidikan
: SMA
Suku
: Bugis
Agama
: Islam
Keluhan Utama
Perut Terasa Kencang
Menarche
: 13 tahun
Lama haid
: 7 hari
: ? 09-2015
Taksiran persalinan
: ? - 06-2016
Riwayat Pernikahan
Menikah sebanyak satu kali, menikah saat pasien berusia 32 tahun. Lamanya
menikah selama 7 tahun.
Riwayat Obstetrik
Jenis
No
.
Tahun Tempat
partus
Partus
Umur
Jenis
Penolong
kehamila
Persalina
Persalina
Penyuli
t
Kelamin
Keadaan
/ Berat
anak
Badan
Sekarang
(gram)
1.
2011
2.
2014
3.
2016
RS
aterm
PKBI
8-7
minggu
SC
Dr. Sp.OG
P/2500
sehat
Abortus
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: komposmentis
Tanda vital
Tekanan darah
: 180/110 mmHg
Frekuensi nadi
: 99 kali/menit
Frekuensi nafas
: 24 kali/menit
Suhu
: 37,2 C
Status Gizi
Berat Badan
: 67 kg
: 33.3
Status Generalisata
6
Kepala
: normocephal
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
tidak hiperemis
Leher
tiroid (-)
Thoraks
Inspeksi
gerakan
dinding
dada
simetris,
retraksi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen:
Inspeksi
: scar (+)
Palpasi
teraba
Perkusi
: redup
Auskultasi
Ekstremitas:
Superior
Inferior
patella (+/+)
Status Obstetrik dan Ginekologi
Inspeksi
Palpasi
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
Auskultasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah Rutin
Leukosit
:7.900 / mm3
Hemoglobin
: 10,0 gr %
Hematokrit
: 30/7 %
Trombosit
: 263.000 / mm3
Kimia Darah
GDS
: 132 mg/dl
Ureum
: 20,1 mg/dl
Creatinin
: 0,5 mg/dl
HbsAg
: Non Reaktif
Ab HIV
: Non Reaktif
Urine Lengkap
Berat jenis
: 1.020
Hb/darah
:-
Warna
: kuning
Kejernihan
: Keruh
pH
: 5,0
8
Protein
: +2
17/5/2016
04.20
P:
pemeriksaan fisik.
kemajuan persalinan
N: 99x/m
RR:24x/m
T: 37,2oC
Nifedipine 10 mg 3x1
05.00
P:
Leukosit
: 7.900 / mm3
Hemoglobin
: 10,0 gr %
Hematokrit
: 30,7 %
Trombosit
: 263.000 / mm3
Observasi TTV ,
tanda tanda inpartu
: 132 mg/dl
Ureum
: 20,2 mg/dl
Creatinin
: 0,6 mg/dl
HbsAg
: Non Reaktif
Ab HIV
: Non Reaktif
Urine Lengkap
06.35
Berat jenis
: 1.020
Hb/darah
:-
Warna
: kuning
Kejernihan
: Keruh
pH
: 5,0
Protein
: +2
TD : 160/90mmHg N:88 x/m
RR : 23 x/m
DJJ :150 bpm
T:36,5
P:
His : 3 x 10
(20-30)
persalinan
Ij. Cefotaxime 3 x 1
gr ( skin test )
Inj. Cefoaxime 3 x 1 gr
(skin test)
Puasakan mulai sekarang
R/ SC jam 09.00 di OK
IGD
Minta SIO
10
07.45
Observasi DJJ
S : ps mengeluhkan perut terasa
Observasi KU , TTV.
kemajuan persalinan
O : KU : baik , Kesadaran : CM
Tatalaksana lanjut
Sp.OG
36,5 C
Mempersiapkan
pasien untuk operasi
(-)
DJJ : 150x/menit , HIS 4 x 10
08.30
(30-35)
S : ps mengeluhkan perut terasa
Persiapan untuk
operasi
(30-35)
TD 140/90 mmHg, Nadi
Pasien di antar ke
Ruang OK IGD
37,1 oC
DJJ 135x/menit
Follow up nifas
18/5/2016
P:
IVFD RL
O: KU :baik
Kesadaran :Komposmentis
TD : 110/70
N: 77x/m
RR:20x/m
T: 37,5oC
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Preeklampsia ialah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan / atau
edema akibat dari kehamilan setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera
setelah persalinan.6,7,9
Sebelumnya, edema termasuk ke dalam salah satu kriteria diagnosis
preeklampsia, namun sekarang tidak lagi dimasukkan ke dalam kriteria diagnosis,
kecuali edema anasarka yang bisa ditandai dengan kenaikan berat badan >500
gr/minggu.12,14
Hipertensi umumnya timbul terlebih dahulu dari pada tanda-tanda lain.
Kenaikan tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90 mmHg dapat membantu
ditegakkannya diagnosis hipertensi. Penentuan tekanan darah dilakukan minimal
2 kali dengan jarak waktu 4 jam pada keadaan istirahat.12,13
Proteinuria ditandai dengan ditemukannya protein dalam urin 24 jam yang
kadarnya melebihi 0.3 gram/liter atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan 1+
atau 2+ atau 1 gram/liter atau lebih dalam urin yang dikeluarkan dengan kateter
atau midstream yang diambil minimal 2 kali dengan jarak waktu 6 jam. Umumnya
proteinuria timbul lebih lambat, sehingga harus dianggap sebagai tanda yang
serius.1,10,11
Walaupun edema tidak lagi menjadi bagian kriteria diagnosis preeklampsia, namun adanya penumpukan cairan secara umum dan berlebihan di
jaringan tubuh seperti pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan
harus tetap diwaspadai. Edema dapat menyebabkan kenaikan berat badan tubuh.
Normalnya, wanita hamil mengalami kenaikan berat badan sekitar 500 gr per
minggu, 2000 gr per bulan, atau 13 kg selama kehamilan. Apabila kenaikan berat
badannya lebih dari normal, perlu dicurigai timbulnya pre-eklampsia.10,11,13
Preeklampsia
pada
perkembangannya
dapat
berkembang
menjadi
eklampsia, yang ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Eklampsia dapat
13
b. Paritas
Angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua, primigravida
tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat.
c. Ras/golongan etnik
Mungkin ada perbedaan perlakuan/akses terhadap berbagai etnik di
banyak Negara
d. Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor
risiko meningkat sampai + 25%
e. Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip
ibu dan janin.
f. Diet/gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu/pola diet tertentu (WHO).
Penelitian lain : kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian
yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil yang
obese/overweight.
g. Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi
h. Tingkah laku/sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun
merokok selama hamil memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan
janin terhambat yang jauh lebih tinggi.
Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil
mengurangi kemungkinan/insidens hipertensi dalam kehamilan.
i. Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar,
dizigotik lebih tinggi daripada monozigotik.
j. Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus
k. Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya
bukan preeklampsia murni, melainkan disertai kelainan ginjal/vaskular
primer akibat diabetesnya.
16
Prostaglandin
akan
menyebabkan
Loss
Angiotensin
1. Hipertensi
2. Edema
3. Proteinuria
4. Gejala subjektif : sakit kepala, nyeri ulu hati, gangguan penglihatan.
3.5 PATOGENESIS
Belum diketahui dengan pasti, secara umum pada Preeklampsia terjadi
perubahan dan gangguan vaskuler dan hemostatis. Sperof (1973) menyatakan
bahwa dasar terjadinya Preeklampsia adalah iskemik uteroplasenta, sehingga
terjadi ketidakseimbangan antara massa plasenta yang meningkat dengan aliran
perfusi sirkulasi darah plasenta yang berkurang.
Disfungsi plasenta juga ditemukan pada preeklampsia, sehingga terjadi
penurunan kadar 1 -25 (OH)2 dan Human Placental Lagtogen (HPL), akibatnya
terjadi penurunan absorpsi kalsium dari saluran cerna. Untuk mempertahankan
penyediaan kalsium pada janin, terjadi perangsangan kelenjar paratiroid yang
mengekskresi paratiroid hormon (PTH) disertai penurunan kadar kalsitonin yang
mengakibatkan peningkatan absorpsi kalsium tulang yang dibawa melalui
sirkulasi ke dalam intra sel. Peningkatan kadar kalsium intra sel mengakibatkan
peningkatan kontraksi pembuluh darah, sehingga terjadi peningkatan tekanan
darah.
Teori vasospasme dan respons vasopresor yang meningkat menyatakan
prostaglandin berperan sebagai mediator poten reaktivitas vaskuler. Penurunan
sintesis prostaglandin dan peningkatan pemecahannya akan meningkatkan
kepekaan vaskuler terhadap Angiotensin II. Angiotensin II mempengaruhi
langsung sel endotel yang resistensinya terhadap efek vasopresor berkurang,
sehingga terjadi vasospasme. Penyempitan vaskuler menyebabkan hambatan
aliran darah yang menyebabkan hambatan aliran darah yang menyebabkan
tejadinya hipertensi arterial yang membahayakan pembuluh darah karena
gangguan aliran darah vasavasorum, sehingga terjadi hipoksia dan kerusakan
endotel pembuluh darah yang menyebabkan dilepasnya Endothelin 1 yang
merupakan vasokonstriktor kuat. Semua ini menyebabkan kebocoran antar sel
endotel, sehingga unsur-unsur pembentukan darah seperti thrombosit dan
19
3.6 DIAGNOSIS
Dikatakan preeklampsia berat bila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala
berikut :10,11,18
1. TD 160 / 110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr / 24 jamatau kualitatif 3+ / 4+
3. Oliguria 500 ml / 24 jam disertai kenaikan kadar kreatinin darah
4. Peningkatan kadar enzim hati dan / atau ikterus
5. Gangguan visus dan cerebral
6. Nyeri epigastrium
7. Edema paru atau sianosis
8. Pertumbuhan janin intra uterin yang terhambat (IUFGR)
9. HELLP Syndrom (H = Hemolysis, E = Elevated, L = Liver enzyme, LP =
Low Platelet Counts)
Impending eklampsia bila dijumpai tanda/ gejala berikut :10,11
1. Nyeri kepala hebat
2. Gangguan visual
3. Muntah-muntah
4. Nyeri epigastrium
5. TD naik secara progresif
3.6.1 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik harus diketahui :16
a. Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC
b. Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk mengetahui adanya
retardasi pertumbuhan intrauterin atau oligohidramnion
c. Edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah dan tangan yang
memberat
21
d. Peningkatan berat badan lebih dari 500 gr per minggu atau peningkatan
berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.
3.6.2 Pemeriksaan Penunjang
Saat ini belum ada pemeriksaan penyaring yang terpercaya dan
efektif untuk preeklampsia. Dulu, kadar asam urat digunakan sebagai
indikator preeklampsia, namun ternyata tidak sensitif dan spesifik sebagai
alat diagnostik. Namun, peningkatan kadar asam urat serum pada wanita
yang menderita hipertensi kronik menandakan peningkatan resiko
terjadinya preeklampsia superimpose.
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan di awal kehamilan
pada wanita dengan faktor resiko menderita preeklampsia, yang terdiri dari
pemeriksaan kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar kreatinin serum,
protein total, reduksi bilirubin, sedimen pada urin 24 jam.
Pada wanita yang telah didiagnosis preeklampsia, harus dilakukan
juga pemeriksaan kadar albumin serum, LDH, apus darah tepi, serta waktu
perdarahan dan pembekuan serta untuk mengetahui keadaan janin perlu
dilakukan pemeriksaan USG. Semua pemeriksaan ini harus dilakukan
sesering mungkin untuk memantau progresifitas penyakit.13,20
3.7 PROGNOSIS
Penentuan prognosis ibu dan janin sangat bergantung pada umur gestasi
janin, ada tidaknya perbaikan setelah perawatan, kapan dan bagaimana proses
bersalin dilaksanakan, dan apakah terjadi eklampsia.Kematian ibu antara 9.8%25.5%, kematian bayi 42.2% -48.9%.6,9
3.8 KOMPLIKASI
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi, yaitu :1,20
1. Solusio plasenta: Biasa terjadi pada ibu dengan hipertensi akut.
2. Hipofibrinogenemia
3. Hemolisis: Gejala kliniknya berupa ikterik. Diduga terkait nekrosis
periportal hati pada penderita pre-eklampsia.
22
Keadaan Ibu:
b. Pengobatan Medisinal
Segera MRS.
Antasida.
Obat-obatan :
Anti kejang:
i.
25
Diazepam
Digunakan bila MgSO4 tidak tersedia, atau syarat pemberian
MgSO4 tidak dipenuhi. Cara pemberian: Drip 10 mg dalam 500
ml, max. 120 mg/24 jam. Jika dalam dosis 100 mg/24 jam tidak
ada perbaikan, rawat di ruang ICU.
iii.
Diuretika
Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema
paru, payah jantung kongestif atau edema anasarka, serta kelainan
fungsi ginjal. Diberikan furosemid injeksi (Lasix 40mg/im).
26
iv.
Anti hipertensi
Indikasi pemberian antihipertensi bila TD sistolik >160 mmHg
diastolik > 110 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan
diastolis < 105 mmHg (bukan kurang 90 mmHg) karena akan
menurunkan perfusi plasenta. Dosis antihipertensi sama dengan
dosis antihipertensi pada umumnya.
v.
Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung,
diberikan digitalisasi cepat dengan cedilanid.
vi.
Lain-lain :
- Konsul bagian penyakit dalam / jantung, dan mata
- Obat-obat antipiretik diberikan bila suhu rektal > 38,5 oC dapat
dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol atau
xylomidon 2 cc IM.
- Antibiotik diberikan atas indikasi. Diberikan ampicillin 1 gr/6
jam/IV/hari.
- Analgetik bila penderita kesakitan atau gelisah karena kontraksi
uterus. Dapat diberikan petidin HCL 50-75 mg sekali saja,
selambat-lambatnya 2 jam sebelum janin lahir.
- Anti Agregasi Platelet: Aspilet 1x80 mg/hari.
Syarat: Trombositopenia (<60.000/cmm)
c. Pengobatan obstetrik
27
amniotomi
Amniotomi saja
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan
partus buatan vakum ekstraksi/forcep ekstraksi. Amniotomi dan
tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan <37 minggu; bila
keadaan memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk
maturasi paru janin dengan memberikan kortikosteroid.
2. Perawatan Konservatif
28
c. Pengobatan obstetri :
-
Mencegah komplikasi
i.
Mg SO4
Monitor kesadaran dan dalamnya koma dan tentukan skor tanda vital
30
Pada koma yang lama bila nutrisi parenteral tidak mungkin maka
berikan dalam bentuk NGT
ii.
iii.
Infus D5%
Pemberian kalori
Mencegah komplikasi
-
Obat-obat antihipertensi
Diberikan
pada
penderita
TD
160/110
mmHG
atau
lebih
(nifedipine,catapres)
-
iv.
v.
Kortikosteroid
Oksigen
Morfin
Furosemid
Terminasi kehamilan
Stabilisasi : 4-8 jam setelah salah satu atau lebih keadaan di bawah ini
-
pada
setiap
pemeriksaan
tanda-tanda
preeklampsia
dan
Antioksidan primer
Antioksidan primer berperan untuk mencegah pembentukan radikal
bebas baru dengan memutus reaksi berantai dan mengubahnya menjadi
produk yang lebih stabil. Contoh antioksidan primer, ialah enzim
superoksida dimustase (SOD), katalase, dan glutation dimustase.
Antioksidan Sekunder
Antioksidan sekunder berfungsi menangkap senyawa radikal serta
mencegah terjadinya reaksi berantai. Contoh antioksidan sekunder
diantaranya yaitu vitamin E, Vitamin C, dan -karoten.
Antioksidan Tersier
32
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Tutorial kasus ini mengulas tentang seorang wanita Ny. RMH usia 39
tahun, datang ke IGD tanggal 17 Mei 2016 pukul 02.20 WITA. Setelah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang maka didapatkan
diagnosis akhir Preeklampsia Berat.
4.1 ANAMNESIS
Anamnesis
Teori
Preeklampsia Berat
- Preeklampsia adalah hipertensi
minggu
Gejala preeklampsia impending
muntah-muntah.
Faktor risiko pada preeklampsia
muntah.
Riwayat hipertensi dan diabetes
melitus sebelumnya disangkal.
Riwayat keluhan serupa saat
aterm.
Pasien tidak mengeluhkan pandangan
kabur. Tidak ada riwayat kejang,
Fakta
Pasien adalah wanita multigravida,
asia
Riwayat keluarga tidak memiliki
penyakit hipertensi maupun diabetes
mellitus.
4.2 DIAGNOSIS
Diagnosis
34
Teori
Diagnosis preeklampsia berat
-
atau lebih.
Proteinuria 5 gr / lebih per liter dlm
Fakta
Tekanan darah : 180/110 mmHg
Proteinuria : +2
Penglihatan kabur (-)
Gangguan serebral, dan rasa nyeri di
epigastrium disangkal
Tidak terdapat edema paru dan
sianosis
0,5 cc/kgBB/jam.
Adanya gangguan serebral,
gangguan penglihatan, dan rasa
nyeri di epigastrium.
Terdapat edema paru dan sianosis
4.3 PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan
-
Teori
Pasien preeklampsia berat
Fakta
rest total.
Dilakukan pemasangan kateter
untuk memonitor cairan output dan
input. Diet yang cukup protein,
rendah karbohidrat, lemak, dan
garam.
Untuk pemberian anti kejang, yang
diberikan pertama adalah MgSO4.
Diberikan anti hipertensi apabila
tekanan sistolik 180 mmHg
dan/atau tekanan diastolik 110
mmHg. Jenis obat anti hipertensi
yang diberikan di Indonesia
nifedipin dengan dosis awal 10
20 mg, diulangi setelah 30 menit ;
35
MRS
Observasi DJJ , HIS, dan
kemajuan persalinan
Nifedipin 10 mg
Pemasangan DC
antioksidan.
Indikasi perawatan aktif bila
didapatkan satu atau lebih keadaan
di bawah ini, yaitu:
Ibu
1. Umur kehamilan 37 minggu
2. Adanya tanda-tanda/gejala-gejala
impending eklampsia
3. Kegagalan terapi pada perawatan
konservatif, yaitu: keadaan klinik
dan laboratorik memburuk
4. Diduga terjadi solusio plasenta
36
Terjadinya oligohidramnion
Laboratorik
9. Adanya tanda-tanda sindroma
HELLP khususnya menurunnya
trombosit dengan cepat
37
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Telah dilaporkan sebuah kasus atas pasien Ny. RMH usia 39 tahun yang
datang ke IGD RS A.W Sjahranie Samarinda dengan keluhan perut kencangkencang. Pasien mengatakan perutnya kencang-kencang sejak 6 jam SMRS dan
semakin meningkat. Keluhan juga disertai dengan keluarnya lendir dan darah dari
jalan lahir. Sedangkan air-air yang keluar dari jalan lahir sejak 30 menit SMRS.
Pasien baru mengetahui tekanan darahnya yang tinggi 3 minggu yang lalu saat
kontrol kehamilan di bidan dan telah diberikan obat tekanan darah, diikuti
kemudian dengan kaki yang bengkak sejak 1 minggu SMRS. Pasien tidak ada
mengeluh pusing, mual dan tidak ada riwayat mengalami kejang dan tidak ada
penglihatan kabur.
Pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa selama kehamilan
sebelumnya. Riwayat tekanan darah tinggi baik selama kehamilan sebelumnya
atau diluar kehamilan disangkal, pasien tidak memiliki keluhan dan tidak pernah
memeriksaan diri secara berkala. Riwayat diabetes melitus sebelumnya disangkal.
Pasien tidak merokok.Pasien memiliki riwayat operasi sesar pada kehamilan
sebelumnya.
Pada kasus, didapatkan Tekanan darah : 180/110 mmHg. Proteinuria : +2
Penglihatan kabur (-), Gangguan serebral, dan rasa nyeri di epigastrium disangkal.
Tidak terdapat edema paru dan sianosis
Secara umum, alur penegakkan diagnosis sudah tepat. Penatalaksanaan
medikamentosa dan pemilihan cara terminasi kehamilan dengan seksio sesarea
juga sesuai dengan literature.
4.2 SARAN
Sebaiknya pasien yang ingin hamil, harus benar-benar melakukan konseling
pra konsepsi yang baik menyangkut kehamilannya. Konsultasi yang baik kepada
38
39
DAFTAR PUSTAKA
1.
2011.
Maternal
and
Perinatal
Health.
Kesehatan
RI
[Online].
2011.
(http://www.gizikia.depkes.go.id/wp_content/uploads/downloads/2011/01/
Materi-Advokasi-BBL-Pdf, diakses 14 Mei 2016).
6. Winkjosastro, H, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan: Hipertensi dalam
Kehamilan (edisi ke-3). Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, Indonesia, hal. 281-300.
Family
Physician.
70(12).
Hal
1-7
Preeklampsia
Berat
Eklampsia.
Di
unduh
dari
(http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/24/preeklampsia-berateklamsia/ Di
akses pada tanggal 15 Mei 2016).
14. ACOG, 2002. Practice Bulletin : Diagnosis and Management of
PreeclampsiaandEclampsia.33.
(http://mail.ny.acog.org/website/SMIPodcast/DiagnosisMgt.pdf, diakses 15
Mei 2016)
15. Zhang, Jun., dkk. 1997. Epidemiology of Pregnancy-induced hypertension.
Epidemiologic Reviews. 19(2). (http://epirev.oxfordjournals.org/, diakses 24
April 2012).
16. Subianto, Teguh. Prosedur Penatalaksanaan Pre-Eklampsia Berat. Di
unduh
dari:
(http://teguhsubianto.blogspot.com/2009/07/prosedur-
41
Preeklampsia
Berat.
Di
unduh
:http://diyoyen.blog.friendster.com/2008/11/preeklampsia-berat/
Di
42