Anda di halaman 1dari 13

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Penyakit Periodontal

Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas


dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai
sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat
perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi.
Namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah
dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang
gigi apabila ada.4
Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan
periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan
tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah.
Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung
gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi
akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan
mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi
tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah
dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila
penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi

Universitas Sumatera Utara

akan longgar dan lepas dengan sendirinya.1,4 Penyakit periodontal merupakan


salah satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di
Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih
lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies. 1
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak sehingga penyakit
periodontal sering juga disebut penyakit plak.1 Plak gigi adalah suatu lapisan
lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan
melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa
1mm3 plak gigi dengan berat 1mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.1,8
Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi di antara individu.
Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta
faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.
Selain plak gigi sebagai penyebab utama penyakit periodontal, ada
beberapa faktor yang menjadi faktor resiko penyakit periodontal. Faktor ini bisa
berada di dalam mulut atau lebih sebagai faktor sistemik terhadap host. Secara
umum faktor resiko penyakit periodontal adalah oral hygiene yang buruk,
penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, taraf pendidikan dan penghasilan.8
1. Higiene oral (oral hygiene)
Beberapa ahli menyatakan bahwa penyakit periodontal dihubungkan
dengan kondisi oral hygiene yang buruk. Loe, et al. melaporkan bahwa pada
individu yang mempunyai gingiva sehat akan segera mengalami gingivitis bila
tidak melakukan pembersihan rongga mulut selama 2-3 minggu. Sebaliknya, bila

Universitas Sumatera Utara

dilakukan pemeliharaan kebersihan mulut maka keradangan akan hilang dalam


waktu 1 minggu. Semua penelitian yang dilakukan menunjukkan pentingnya
melakukan kontrol plak bila tidak ingin terjadi kerusakan pada jaringan
periodontal.1,8
2. Umur
Banyak

penelitian

yang

menyatakan

bahwa

keparahan

penyakit

periodontal akan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Penyakit


periodontal lebih banyak dijumpai pada orang tua daripada kelompok yang muda,
walaupun keadaan ini lebih sering dikaitkan sebagai akibat kerusakan jaringan
yang kumulatif selama hidup (proses aging).1,2,8
3. Jenis Kelamin
Faktor jenis kelamin masih diragukan, ada yang mengatakan bahwa
kondisi periodontal wanita lebih baik daripada pria dan sebaliknya.1,8
4. Penyakit sistemik
Penyakit periodontal juga berhubungan dengan Diabetes melitus (DM)
dan penyakit sistemik lainnya. Insiden DM dilaporkan cukup tinggi di beberapa
negara yang artinya berdampak negatif bagi kesehatan rongga mulut. Penderita
DM lebih rentan terhadap infeksi terutama pada penderita diabetes yang tidak
terkontrol. Bila dilakukan skeling pada penderita diabetes tanpa tindakan
profilaksis dapat menyebabkan timbulnya abses periodontal.1,8
Beberapa indeks sederhana dan dapat dipercaya tersedia untuk membantu
dokter gigi dan peneliti mengukur status periodontal seseorang. Ada beberapa

Universitas Sumatera Utara

indeks yang biasa digunakan seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks
plak OLeary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS, indeks
PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh Russel dan
Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan
mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan.1
Community

Periodontal

Index

of

Treatment

Needs

(CPITN)

dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli WHO.
CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi
untuk menentukan kebutuhan perawatannya. Selain itu indeks ini juga sangat
berguna bila digunakan untuk survey epidemiologis.1,9
Prinsip kerja CPITN yaitu :10
1. Adanya probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki ujung yang
merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini digunakan untuk melihat
adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah
yang diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka
seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya
sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman
6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak
lagi.
2. Penilaian atas tingkatan kondisi jaringan periodontal.

Universitas Sumatera Utara

Prinsip kerja CPITN adalah penilaian berdasarkan skor status periodontal


dan selanjutnya ditentukan kebutuhan perawatan penyakit periodontal. Kriteria
menentukan kebutuhan perawatan tersebut adalah :
Skor

Status periodontal

Kode

Periodonsium Sehat

Tidak membutuhkan

Secara langsung atau dengan kaca

Memerlukan

mulut terlihat perdarahan setelah

Kebutuhan perawatan

perbaikan

oral

hygiene

probing
2

Sewaktu probing terasa adanya

II

Perbaikan oral hygiene dan


skeling professional

kalkulus tetapi seluruh daerah


hitam (pada probe) masih terlihat
3

Saku dengan kedalaman 4-5 mm

III

Perbaikan oral hygiene dan


skeling professional

(tepi gingiva berada pada bagian


probe berwarna hitam)
4

Saku dengan kedalaman 6 mm

IV

Perbaikan oral hygiene dan

(bagian probe berwarna hitam

skeling

tidak terlihat lagi)

perawatan komprehensif *

professional

dan

Perawatan komprehensif berupa skeling dan penyerutan akar dibawah


anastesi lokal, dengan atau tanpa prosedur bedah untuk aksesibilitas

Universitas Sumatera Utara

Gambar 1.

Pemberian skor status periodontal. A : gusi berdarah; B : karang


gigi; C : poket 4-5 mm; D : poket diatas 6 mm11

3. Sektan
Sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 4447. Tapi hanya skor yang terburuk per sektan yang dicatat. Bila di suatu sektan
tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. Keadaan
terparah atau nilai tertinggi yang dicatat pada satu sektan.
4. Gigi indeks

Universitas Sumatera Utara

Untuk mencatat berbagai kondisi dari jaringan periodontal, tidak diperiksa


semua gigi, melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut gigi-gigi indeks.
Gigi- gigi indeks yang harus diperiksa adalah 17, 16, 11, 26, 27, 47,46, 31, 36 dan
37.
Prinsip pencegahan penyakit periodontal yang tidak berubah selama
bertahun-tahun adalah kontrol plak mekanis secara teratur dan konsisten pada gigi
dan sulkus gingiva, yang meliputi menyikat gigi, menggunakan alat pembersih
interdental dan berkumur-kumur dengan larutan fluor. Pendekatan pencegahan
penyakit periodontal tidak spesifik bersifat bakteri oleh karena itu keberhasilan
kontrol plak tergantung pada motivasi individu.1
Pertahanan jaringan periodontal dapat ditingkatkan dengan nutrisi yang
baik. Salah satu nutrisi yang berkaitan dengan peningkatan pertahanan jaringan
periodontal adalah vitamin C. Apabila kadar vitamin C rendah maka metabolisme
akan terganggu sehingga menurunkan daya regenerasi dan reparasi jaringan
periodontal. Selain itu terganggunya pembentukan tulang alveolar dan
meningkatnya permeabilitas ekologis subgingiva sehingga meningkatkan
patogenesis mikroorganisme tertentu.1

2.2

Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan

2.2.1 Batasan Perilaku


Perilaku manusia terdapat dalam setiap aspek kehidupan manusia. Skinner
seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau

Universitas Sumatera Utara

reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dari segi biologis,
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Perilaku umumnya dapat diamati orang lain atau disebut sebagai internal ativities
seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.6

2.2.2 Perilaku Kesehatan


Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau
objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan,
makanan dan minuman, serta lingkungan yang mempengaruhi. Respon terhadap
stimulus yang sama dapat berbeda-beda pada tiap-tiap orang yang berbeda
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang
bersangkutan.14
Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni :6
a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti
menyadari stimulus (objek) terlebih dahulu.
b. Interest, yakni orang tersebut mulai tertarik kepada stimulus.
c. Evaluation, (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

Universitas Sumatera Utara

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,


kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Faktor-faktor yang dapat membedakan respon terhadap stimulus yang
berbeda (determinan perilaku) dibedakan menjadi dua, yakni:6
1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang
bersangkutan bersifat bawaan, misalnya : jenis kelamin, tingkat kecerdasan,
tingkat emosional.
2. Determinan atau faktor eksternal, yakni faktor luar yang dapat
mempengaruhi, misalnya : faktor lingkungan yang merupakan faktor yang
dominan yang mempengaruhi perilaku seseorang, faktor lain yang mempengaruhi
yaitu faktor sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Perilaku merupakan totalitas aktivitas seseorang yang merupakan hasil
dari beberapa faktor eksternal maupun internal. Benyamin Bloom (1908)
membagi perilaku kedalam tiga domain (ranah), yang terdiri dari ranah kognitif,
ranah afektif dan ranah psikomotor. Dalam kehidupan terdapat tiga tahap
mengadopsi suatu perilaku, yaitu:6,14,16
a. Pengetahuan (knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut
terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman,
perasa dan peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata

Universitas Sumatera Utara

dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan.6,16
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh dari rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai sesuatu kemampuan
penjelasan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada suatu situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
4. Analisis (analyze), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis), merupakan suatu kemampuan untuk melakukan
atau mengembangkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dari formulasi-formulasi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

6. Evaluasi

(evaluation),

evaluasi

berkaitan

dengan

kemampuan

melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian di dasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.7,6,11
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat
dikutipkan sebagai berikut.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb salah satu ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.6

Universitas Sumatera Utara

Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk
bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting .6
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri atas berbagai
tingkatan.6
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon

(responding),

memberikan

jawaban

bila

ditanya,

mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsoble), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
c. Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya
adalah diharapkan subjek akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang

Universitas Sumatera Utara

diketahuinya dan disikapinya (dinilai baik). Dalam memutuskan perilaku tertentu


dibentuk atau tidak, seseorang selain mempertimbangkan informasi dan
keyakinan tentang keuntungan atau kerugian yang akan didapat juga
mempertimbangkan sejauh mana dia dapat mengatur perilaku tersebut. Menurut
Bandura, pengaturan diri dalam hal berperilaku secara efektif tidak akan dicapai
hanya dengan kehendak atau sikap saja, akan tetapi dituntut juga untuk memiliki
keterampilan untuk memotivasi dan bimbingan diri, dengan kata lain memiliki
pengetahuan yang baik.15

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai