TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penyakit Periodontal
penelitian
yang
menyatakan
bahwa
keparahan
penyakit
indeks yang biasa digunakan seperti indeks gingiva oleh Loe dan Silness, indeks
plak OLeary, indeks plak oleh Loe dan Silness, indeks OHI dan OHIS, indeks
PFRI, ORI, CPITN dan indeks keparahan penyakit periodontal oleh Russel dan
Ramfjord. Indeks yang baik adalah indeks yang dapat dipercaya, sederhana dan
mudah digunakan serta mudah dipahami dan dijelaskan.1
Community
Periodontal
Index
of
Treatment
Needs
(CPITN)
dikembangkan oleh Ainamo dkk, yang merupakan anggota komite ahli WHO.
CPITN memungkinkan melakukan pemeriksaan yang cepat dalam suatu populasi
untuk menentukan kebutuhan perawatannya. Selain itu indeks ini juga sangat
berguna bila digunakan untuk survey epidemiologis.1,9
Prinsip kerja CPITN yaitu :10
1. Adanya probe khusus (probe WHO). Probe ini memiliki ujung yang
merupakan bola kecil berdiameter 0,5 mm. Probe ini digunakan untuk melihat
adanya perdarahan dan mengukur kedalaman saku. Pada sonde terdapat daerah
yang diberi warna hitam. Bilamana kedalaman poket kurang dari 3,5 mm maka
seluruh warna hitam masih terlihat. Bila kedalaman poket 4-5 mm, maka hanya
sebagian saja warna hitam yang masih tampak sedangkan untuk poket kedalaman
6mm atau lebih maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak tampak
lagi.
2. Penilaian atas tingkatan kondisi jaringan periodontal.
Status periodontal
Kode
Periodonsium Sehat
Tidak membutuhkan
Memerlukan
Kebutuhan perawatan
perbaikan
oral
hygiene
probing
2
II
III
IV
skeling
perawatan komprehensif *
professional
dan
Gambar 1.
3. Sektan
Sektan ditentukan oleh gigi-gigi 17-14, 13-23, 24-26, 31-34, 33-43 dan 4447. Tapi hanya skor yang terburuk per sektan yang dicatat. Bila di suatu sektan
tidak terdapat gigi maka sektan tersebut tidak diberi nilai atau skor. Keadaan
terparah atau nilai tertinggi yang dicatat pada satu sektan.
4. Gigi indeks
2.2
reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dari segi biologis,
perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan.
Perilaku umumnya dapat diamati orang lain atau disebut sebagai internal ativities
seperti persepsi, emosi, pikiran dan motivasi.6
dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam
tingkatan.6,16
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam tingkatan ini adalah mengingat kembali
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang diperoleh dari rangsangan
yang telah diterima.
2. Memahami (comprehension), diartikan sebagai sesuatu kemampuan
penjelasan secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materi secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menggunakan materi yang dipelajari pada suatu situasi dan kondisi yang
sebenarnya.
4. Analisis (analyze), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam
struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (syntesis), merupakan suatu kemampuan untuk melakukan
atau mengembangkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru
dari formulasi-formulasi yang ada.
6. Evaluasi
(evaluation),
evaluasi
berkaitan
dengan
kemampuan
melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian di dasarkan pada
suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.7,6,11
b. Sikap (attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Beberapa batasan lain tentang sikap ini dapat
dikutipkan sebagai berikut.
Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang
dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Newcomb salah satu ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa
sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan
merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan
atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap
itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau
tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap
objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.6
Dalam bagian lain Allport menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga
komponen pokok: kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek;
kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek; kecenderungan untuk
bertindak (tend to behave). Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan,
pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting .6
Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri atas berbagai
tingkatan.6
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang (subjek) mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2. Merespon
(responding),
memberikan
jawaban
bila
ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3. Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
4. Bertanggung jawab (responsoble), bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling
tinggi.
c. Tindakan (practice)
Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan,
kemudian mengadakan penilaian atau berpendapat (sikap), proses selanjutnya
adalah diharapkan subjek akan melaksanakan atau mempraktekkan apa yang