Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan

hiperglikemia akibat kekurangan insulin, gangguan kerja insulin, atau kombinasi


keduanya (ADA, 2013). Terdapat empat jenis kriteria dari melitus (DM) yaitu
diabetes melitus tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes gestasional dan diabetes mellitus tipe
lain. Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita adalah DM tipe 2 (ADA,
2013).
Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg. Hipertensi
diklasifikasikan atas hipertensi primer (esensial) (90-95%) dan hipertensi sekunder
(5-10%). Hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak ditemukan penyebab dari
peningkatan tekanan darah tersebut, sedangkan hipertensi sekunder disebabkan oleh
penyakit atau keadaan seperti feokromositoma, hiperaldosteronisme primer
(sindroma Conn), sindroma Cushing, penyakit parenkim ginjal dan renovaskuler,
serta akibat obat-obatan.
Pada saat ini hipertensi adalah faktor resiko ketiga terbesar yang
menyebabkan kematian dini. Sekitar 7,1 juta kematian per tahunnya berhubungan
dengan hipertensi. Hipertensi menyebabkan 62% penyakit kardiovaskular dan 49%
penyakit jantung. Hipertensi menjadi penyebab, yaitu 1 dari setiap 8 kematian di
dunia, dan menjadikannya penyebab nomor 3 terbanyak di dunia. Prevalensi
hipertensi di Indonesia pada Tahun 2005 adalah 8,3%. Pada tahun 2010 prevalensi
penderita hipertensi di Indonesia mencapai 21%. Selanjutnya akan diestimasi
meningkat menjadi 42% pada tahun 2025 (Zambir,2006 dalam Eka, 2011:3)
World Health Organization (WHO) memperkirakan, prevalensi global
diabetes melitus tipe 2 akan meningkat dari 171 juta orang pada 2000 menjadi 366
juta tahun 2030. WHO memperkirakan Indonesia menduduki ranking ke-4 di dunia
dalam hal jumlah penderita diabetes setelah China, India dan Amerika Serikat. Pada
tahun 2000, jumlah penderita diabetes mencapai 8,4 juta dan diperkirakan pada tahun
2030 jumlah penderita diabetes di Indonesia akan berjumlah 21,3 juta dan yang
terkontrol hanya sektiar 50%.
Diabetes mellitus dan hipertensi merupakan penyakit kronis yang beresiko
tinggi mengalami komplikasi seperti penyakit jantung koroner, gagal ginjal, stroke,

retinopati diabetika, kaki diabetik dan sebagainya. Hal ini tentu akan berpengaruh
pada tingginya biaya pelayanan kesehatan (ASKES, 2012)
Penanganan diabetes mellitus dan hipertensi harus berkelanjutan dan
mencakup berbagai intervensi baik medis maupun non medis, serta melibatkan
banyak pihak, tidak hanya tenaga kesehatan tetapi juga peran keluarga dan pasien
sendiri (ADA, 2013)
Di Indonesia, Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) sebagai
penyedia jasa asuransi kesehatan menerapkan Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(Prolanis). Program ini bertujuan untuk mendorong agar peserta penyandang
penyakit kronis yaitu hipertensi dan diabetes melitus dapat mencapai kualitas hidup
yang optimal dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dan efisien. Program
prolanis merupakan suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta, fasilitas kesehatan dan BPJS
Kesehatan.
Pelayanan yang diberikan dalam Prolanis seperti pemberian informasi dan
pengetahuan tentang penyakit hipertensi dan diabetes melitus secara teratur dan
terstruktur, konsultasi medis peserta prolanis, pemantauan status kesehatan secara
intensif, pelayanan obat untuk penyakit hipertensi dan diabetes mellitus serta adanya
kegiatan kunjungan rumah (home visit) bagi peserta. Dokter akan memantau
kepatuhan peserta terhadap program pengelolaan penyakit kronis ini. Peserta
diharapkan mengikuti ketentuan pengobatan dan gaya hidup yang direncanakan.
Di Puskesmas Kotakaler hipertensi termasuk kejajaran 10 besar penyakit
paling banyak, Terlihat pada grafik 1.1 bahwa hipertensi (I10) merupakan penyakit
kedua terbanyak setelah Syndrom Dispepsia
Grafik 1.1
Sepuluh Besar Penyakit Di Puskesmas Kota Kaler Tahun 2015

Berdasar uraian di atas, peneliti ingin mencoba meneliti mengenai efektivitas


program pengelolaan penyakit kronis (Prolanis) dalam memperlambat terjadinya
komplikasi hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kotakaler Sumedang
1.2

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasikan masalah sebagai

berikut: Efektivitas program Prolanis dalam memperlambat terjadinya komplikasi


hipertensi dan diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kotakaler Sumedang
1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui efektivitas pelaksanaan program pengelolaan penyakit kronis

(Prolanis) dalam memperlambat terjadinya komplikasi hipertensi dan diabetes


mellitus tipe 2 di Puskesmas Kotakaler Sumedang
1.3.2

Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat kepatuhan pasien hipertensi dan diabetes melitus dalam


mengikuti program Prolanis
2. Mengetahui perubahan indeks masa tubuh, kadar gula darah puasa pada
pasien diabetes mellitus dan tekanan darah pada pasien hipertensi setelah
mengikuti Prolanis.
3. Mengetahui perubahan pola hidup (merokok, aktivitas fisik, dan pola makan)
pasien diabetes mellitus dan hipertensi setelah mengikuti Prolanis
1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1

Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumber informasi


dan referensi untuk meningkatkan pengetahuan mengenai hipertensi dan
diabetes melitus.
2. Sebagai sarana untuk menambah gambaran mengenai pelaksanaan program
pengelolaan penyakit kronis dalam penanganan pasien diabetes mellitus dan
hipertensi bagi masyarakat dan tenaga kesehatan yang terlibat.

1.4.2

Manfaat Praktis

1. Bagi petugas kesehatan: sebagai acuan dalam proses perbaikan pelaksanaan


Prolanis untuk memperlambat terjadinya komplikasi hipertensi dan diabetes
melitus di wilayah Sumedang Utara

2. Bagi peneliti: sebagai bahan acuan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
mengenai program pengelolaan penyakit kronis, hipertensi, dan diabetes
mellitus.

Anda mungkin juga menyukai