Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam Al-Quran terkandung beragam kandungan bila dikaji lebih jauh lagi. Di
dalam al-Quran terkandung tuntunan hidup bagi seorang muslim. Salah satunya dalam
hal etika berpakaian dan bergaul sesame muslim. Ada batasan-batasan mengenai
pakaian yang harus dikenakan seorang muslim. Pakaian pun harus menutup aurat,
bukan hanya sekedar perhiasan untuk pamer-pamer. Islam pun sudah mengatur
batasan aurat yang boleh tampak dan tidak tampak. Dalam bergaulpun ada beberapa
adab yang harus diperhatikan.
B. rumusan masalah
1. Apa saja fungsi pakaian menurut al-Quran?
2. Bagaimanakah etika berpakaian menurut al-Quran?

BAB II

PEMBAHASAN
A. ETIKA BERPAKAIAN DALAM ISLAM
1. Pakaian Menurut Islam
Dalam Islam pakaian disebut sebagai al-hijab. Jika kita merujuk pada kamuskamus bahasa arab didapat bahwa arti kata hajaba adalah menutupi (satara) dan kata
al-hijab bearti tutup (as-satr). Kata al-hijab diartikan sebagai penjaga pintu (al
bawab). Susunan hajabahu artinya melarangnya masuk.susunan hajabat al-kabah
berarti pihak yang berhak mengurus keamana kabah.1
Huruf lam, ba, dan sin adalah tiga huruf asli yang menunjuk pada pengertian tutup
dan menutupi (as-satr wa at-taghtiyah). Secara donatif, kata al-libas berate pakaian
yang dikenakan, sebagaimana dalam firman Allah: Dalam surga itu mereka dihiasi
dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dan sutera halus dan sutera
tebal2, dan firmannya: (Bagi mereka) surga dan, mereka masuk ke dalamnya,
didalamnua mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan
mutiara, dan pakaian mereka didalamnya adalah sutera 3 secara konotatif kata
metaforit kata al-libas dapat diartiakn sebagai pencampuran atau penggantian,
sebagimana dalam firman Allah: Dialah yangmenjadikan untukmu malam (sebagai)
pakaian, dan tidur untuk istirahat dan Dia menjadikan siang untuk bangun
berusaha4)5
2. Etika Pakaian dalam Al-Quran
1. Al-Araf : 26-27

1 Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer, Yogyakarta: eLSAQ Press, 2010, h.
465
2 Q.S. Al-Kahf: 31
3 Q.S. Fatir: 33
4 Q.S. Al-Furqan:47
5 Muhammad Shahrur, Metodologi Fiqih Islam Kontemporer., h. 465
2


Artinya:
Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk
menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah
yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali
kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu
bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk
memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikutpengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka.
Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi
orang-orang yang tidak beriman
Allah

SWT

mengemukakan

tentang

penciptaan

dengan

ungkapan

menurunkan. Yakni: te;ah kami ciptakan untuk kamu pakaian yang menutupi aurat
kamu yang ditampakkan oleh iblis pada kedua ibu-bapakmu. As-Sauah adalah al
aurah (aurat), sebagaimana yang telah dipaparkan. Pembahasan tentang kadarnya
dan bagian yang wajib ditutupi telah dijelaskan didalam berbagai pembahasan tentang
furu.
Firmannya ( dan pakaian indah untuk perhiasan), Al Hasan, Ashim dari
riwayat Al-Mufadhal Adh-Dhabbi dan Abu Amr dari riwayat Al-Hasan bin Ali AlJufi membecanya : . sedangkan yang lainnya membacanya: Ar-Riyaasy
adalah jamak dan ar-riisy, yakni al-libaas (pakaian). Al-Farra mengatakan, Riisy
dan riyaasy seperti labs dan libaas. Riisy ath-thaair (sayap burung) adalah apa yang
dengannya Allah menutupinya. Ada yang mengatakan, bahwa yang dimaksud
dengan ar-riisy disini adalah kemakmuran dan kemewahan hidup.
Al-Quthubi mengatakan. Menurut mayoritas pakar bahasa, bahwa ar-riisy
adalah sesuatu yang dapat menutupi, yaitu berupa pakaian atau penghidupan. Abu
Hatim menceritakan dari Abu Ubaidah, Wahablu lahu daabah wa riisyahaa, aku
3

menghibahkan binatang tunggangan dan pakaiannya) yakni: wa maa alaihaa min allibaas (dan pakaian yang ada diatasnya). Ada juga yang mengatakan, bahwa yang
dimaksud dengan ar-riisy disisni adalah pakaian hiasan, karena kata ini disebutkan
setelah redksi: ( sesungguhnya Kami telah menurubkan pakaian) dan
di-athf-kan kepadanya.
Firman-Nya: ( Dan pakaian takwa). Qurra Madinah, Ibnu Amir
dan Al Kisai membacanya dengan nashab pada: . sedangkan yang lainnya
membacanya dengan rafa. Qiraah dengan nashab karena di-athf-kan kepada
yang pertama, sedangkan qiraah dengan rafa karena dianggap sebagai mubtada, dan
kalimat:
( itulah yang baik) adalah khabar-nya. Yang dimaksud dengan
libaas at-taqwaa adalah pakian takwa dan menjauhi kemaksiatan terhadap Allah.
Yakni menjauhkan diri dari dosa dan takut kepada Allah, mka itulah sebaik-baik
pakaian dan seindah-indah perhiasan.
Ada juga yang mengatakan,bahwa pakaian takwa adalah malu. Ada juga yang
mengatakan, bahwa itu adalah amal shalih. Ada juga yang mengatakan, bahwa itu
adalah pakaian wol, dan pakaian yang sangat sederhana, karena dengan begitu berarti
merendahkan diri terhadap Allah. Ada juga yang mengatakan, bahwa itu adalah
tameng dan baju perang yang dikenakan oleh orang yang berjuang di jalan Allah.
Pendapat pertama lebih tepat, dan itu mencakup semua yang mengandung
ketakwaan terhadap Allah, sehingga mencakup pula semua yang disebutkan oleh
pendapat-pendapat lainnya. Bentuk pinjaman kata seperto ini sering digunakan dalam
perkataan orang-orang Arab, diantaranya:
Bila seseorang tidak mengenakan pakaian takwa, maka berobahlah ia
menjadi telanjang walaupun berpakaian
Contoh lainnya:
Kenakan pakaian-pakaian malu, karena menurutku bahwa setiap aib dapat
tertutupi oleh malu.
Kata petunjuk ( Itulah) menunjukkan kepada pakaian takwa. Yakni: pakaian
takwa itulah yang baik. Al-Amasy membacanya: . Kata petunjuk
pada kalimat: ( Yang demikian itu adalah sebagian dari tanda-tanda
kekuasaan Allah) menunjukkan kepada Penurunan yang diisyaratkan oleh kata:
(Kami telah menurunkan). Yakni: Penurunan (pakaian itu) termasuk diantara tandatanda kekuasaan Allah yang menunjukkan bahwa dia mempunyai Pencipta.
Kemudian Allah SWT mengulang seruan kepada anak keturunan Adam
memperingatkan mereka dari syetan, yaitu Allah berfirman,
(Hai anak Adam, janganlah sesekali kamu dapat ditipu oleh syetan). Yakni: Jangan
4

sampai syetan menjerumuskan kamu ke dalam fitnah. Walauppun larangan itu untuk
syetan, namun kebenarannya adalah untuk anak cucu Adam, yaitu agar jangan sampai
mereka dapat ditipu oleh tipu daya syetan dan terpengaruh oleh itu. Kaf pada kalimat:
( sebagaimana ia telah mengeluarkan) adalah nai untuk mashdar yang
dibuang, yakni: janganlah sekali-kalli kamu terpedaya oleh tipu daya sebagaimana
dikeluarkannya ibu-bapakmu dari surga. Redaksi kalimat: ( ia
menanggalkan dan keduanya pakainnya) berada pada posisi nashab sebagai haal
(keterangan kondisi). Lam pada kalimat: ( ia menanggalakn dari
keduanya pakaiannya) adalah lam kay. Yakni: li kay yuriyahumaa (agar supaya
memperlihatkan kepada kedauanya).
Firmannya: ( sesungguhnya ia dan pengikutpengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka).
Redaksi ini adalah illah untuk redaksi yang sebelumnya disamping mengandung
peringatan yang lebih mendalam untuk mewaspadai syetan, karena meraka dapat
melihat manusia, sementara manusia tidak dapat melihatnya, maka tipu dayanya
sangatlah besar, sehingga harus benar-benar diwaspadai. ( dan pengikkutpengikutnya), yakni awaanuhu (pembantu-pembantunya) dari kalangan syetan dan
bala tentaranya.
Segolangan ahli ilmu berdalih dengan ayat ini dalam menyatakan bahwa
melihat syetan adalah tidak mungkin, namun dalam ayat ini tidak ada yang
mengidentifikasikan demikian, karena intinya adalah bahwa syetan itu dapat melihat
kita dari tempat yang kita tidak dapat melihatnya. Ini bukan berarti kita tidak dapat
melihatnya selamanya, karena penafian Melihat dari kita terhadapnya ketika dia
bisa melihat kita tidak memastikan penafian secara mutlak. Kemudian Allah SWT
mengabarkan, bahwa Allah menjadikan para syetan itu sebagai pemimpin-pemimpin
bagi orang-orang yang tidak beriman, yaitu orang-orang kafir. Abd bin Humaid, Ibnu
jarir, Ibnu Al Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Abu Asy-Syaikh meriwayatkan dari
mujahid mengenai firmannya: ( Hai anak Adam,
sesungguhnya kami telah menurunkan pakaian untuk menutupi auratmu), ia
mengatakan, Dulu orang-orang Arab biasa berthawaf (berkeliling) di Baitullah
sambil telanjang, Kemudian mengenai firmannya: ( dan pakaian indah untuk
perhiasan), ia mengatakan, (yakni) harta. Ibnu Jabir meriwayatkan dari Urwah bin
Az-Zubair mengenai firman-Nya: ( pakaian untuk menutupi
auuratmu), ia mengatakan, (Yakni) ats-tsiyaab (pakaian). ( dan pakaian indah
5

untuk perhiasan), yakni al maal (harta). ( Dan pakaian takwa), yakni


takut kepada Allah.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkan dari Zaid bin Ali mengenai firman-Nya:
(pakaian untuk menutupi auratmu), ia mengatakan, (Yakni) pakaian umum.
(dan pakaian indah untuk perhiasan), yakni pakaian hiasan. ( Dan
pakaian takwa), yakni Islam. Ibnu Jarir, Ibnu Abu Hatim dan Abu Asy-Syaikh
meriwayatkan dari berbagai jalur dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: ( dan
pakaian indah untuk perhiasan), ia mengatakan, (Yakni) harta, pakaian, penghidupan
dan kenikmatan. Kemudian mengenai firman-Nya: ( Dan pakaian
takwa), ia mengatakan, Keimanan dan amal shalih. ( itulah yang baik), ia
mengatakan, (Yakni) keimanan dan amal shalih lebih baik daripada perhiasan dan
pakaian.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan darinya mengenai firman-Nya:
( dan pakaian indah untuk perhiasan), ia mengatakan, (Yakni) harta. Ibnu Abu
Syaibah, Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnu Al Mundzir, Ibnu Abu Hatim dan Abu
Asy-syaikh meriwawyatkan dari Mujahid mengenai firman-Nya: ( ia
menanggalakan dari keduanya pakaiannya), ia mengatakan, (Yakni) ketakwaan.
Kemudian mengenai firman-Nya: ( Sesungguhnya ia dan pengikutpengikutnya melihat kamu), ia mengatakn, (Yakni) jin dan para syetan.
Khitbah pada ayat ini adalah untuk semua manusia walaupun diiturunkan
karena sebab yang khusus,, karena penyimpulannya berdasarkan keumuman lafazh,
bukan berdasarkan keutamaan lafazh, bukan berdasarkan kekhususan sebab. AzZiinah [yakni dari ] adalah yang digunakan manusia untuk menghias diri, yaitu
berupa yang dipakai atau dikenakan. Mereka diperintahkan untuk berhias kettika
mendatangi masjid untuk shalat dan thawaf. Ayat ini dijadiakan dalil dalam
mewajibkan penutup aurat di dalam shalat. Demikian pendapat mayoritas ahli ilmu.
Bahkan menutup aurat adalah wajib dalam kondisi apapun, walaupun seseorang
sedang sendirian, sebagaimana ditunjukkan oleh hadits-hadits yang shahih.
Pembahasan tentang aurat dan bagian yang wajib ditutupi telah dijelaskan secara
gamblang di dalam kitab-kitab furu.
Firman-Nya: ( makan dan minumlah dan janganlah
berlebih-lebihan). Allah SWT memerintahkan para hamba-Nya untuk makan dan
minum, dan melarang meraka berlebihan. Maka, tidak ada kezuhudan dalam hal
makanan dan minuman, apalagi meningglakannya sama sekali karena bisa membunuh
diri sendiri yang menyebabkannya termasuk ahli neraka seebagaimana yang
6

dinyatakan didalam hadits-hadits yang shahih. Sementara itu, orang yang


menyidikitkan makan dan minum akan melemahkannya dalam melaksanakan ketaatan
yang diwajibkan atas dirinya. Kemudian dari itu, orang yang kikir juga berarti
menyelisihi apa yang diperintahkan dan ditunjukkan Allah kepadanya. Dan orang
yang berlebihan dan membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak dilakukan
kecuali oleh orang-orang bodoh dan boros, ia juga berarti menyelisihi apa yang
disyariatkan Allah kepada para hamba-Nya. Dan dengan begitu termasuk dalam
larangan Qurani begitu pula orang yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram, maka ia termasuk golongan yang berlebihan (boros) dan
keluar dari golongan yang pertengahan. Di antara sikap berlebihan (boros) adalah
makan bukan karena kebutuhan dan dilakukan pada waktu kenyang.
2. Al-Araf: 31


Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid 6,
Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan7. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.
Ayat ini adalah ajakan agar mereka memakai pakaian yang indah, minimal dalam
bentuk menutup aurat, karena membuka nya pasti buruk: memakainya setiap kali
memasuki dan berada di masjid, baik masjid dalam arti bangunan khusus maupun
dalam pengertian yang luas, yakni persada bumi. Tuntunan itu dilanjutkan dengan
perintah makan dan minum yang halal,, enak, bermanfaat, dan berdampak baik, teapi
dengan pesan angan berlebih-lebihan dalam segala hal, baik dalam beribadah dengan
menambah cara atau kadarnya, demikian juga dalam makan dan minum atau apa saja,

6 Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat
yang lain.
7 Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui
batas-batas makanan yang dihalalkan.
7

karena Allah swt tidak menyukai, yakni tidak melimpah rahmat khusus bagi yang
berlebih-lebihan dalam hal apapun.8
3. Q.S. AN-NUR [24] : 58-60

8 M. Quraish Shihab,Al-Lubab makna, Tujuan dan pelajaran dari surah-surah al-Quran,


Tanggerang: Lentera Hati, 2012, h. 420-421
8


Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang
kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada
kamu tiga kali (dalam satu hari) Yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'.
(Itulah) tiga 'aurat bagi kamu9. tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka
selain dari (tiga waktu) itu10. mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada
keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat
bagi kamu. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anakanakmu telah sampai umur balig, Maka hendaklah mereka meminta izin, seperti
orang-orang yang sebelum mereka meminta izin 11. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya. dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.Dan perempuanperempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan mengandung) yang tiada ingin
kawin (lagi), Tiadalah atas mereka dosa menanggalkan pakaian12 mereka dengan
tidak (bermaksud) Menampakkan perhiasan, dan Berlaku sopan adalah lebih baik
bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Bijaksana.
a. Kandungan Ayat
1) Ayat 58-59
Ayat-ayat tersebut menjelaskan waktu-waktu yang tidak diperbolehkan bagi
anak-anak yang belum baligh untuk masuk, kecuali setelah mendapat izin. Adapun
selain tiga waktu tersebut, maka tidak berdosa atas mereka masuk tanpa izin. Imam
Ibnu Katsir menjelaskan yang menjadi sebab perlunya meminta izin pada tiga waktu
9 Maksudnya: tiga macam waktu yang biasanya di waktu-waktu itu badan banyak terbuka. oleh sebab
itu Allah melarang budak-budak dan anak-anak dibawah umur untuk masuk ke kamar tidur orang
dewasa tanpa idzin pada waktu-waktu tersebut.
10 Maksudnya: tidak berdosa kalau mereka tidak dicegah masuk tanpa izin, dan tidak pula mereka
berdosa kalau masuk tanpa meminta izin.
11 Maksudnya: anak-anak dari orang-orang yang merdeka yang bukan mahram, yang telah balig
haruslah meminta izin lebih dahulu kalau hendak masuk menurut cara orang-orang yang tersebut
dalam ayat 27 dan 28 surat ini meminta izin.
12 Maksudnya: pakaian luar yang kalau dibuka tidak Menampakkan aurat.
9

tersebut. Dia berkata, "Allah Ta'ala memerintahkan orang-orang beriman, agar para
budak yang mereka miliki dan anak-anak mereka yang belum baligh untuk meminta
izin kepada mereka dalam tiga waktu, yaitu:
Sebelum shalat fajar karena pada waktu itu manusia sedang tidur di tempat tidurnya.
Ketika menanggalkan pakaian pada siang hari, yaitu pada waktu qailulah (tidur
siang), karena manusia seringkali sedang menanggalkan pakaiannya bersama istrinya
pada waktu itu. Setelah shalat Isya karena itu saat waktu tidur, maka diperintahkan
kepada para budak dan anak-anak (yang belum baligh) untuk tidak masuk kepada ahli
bait tanpa izin, karena dikhawatirkan ketika itu seorang suami sedang bersama
istrinya atau sedang melakukan hal Iainnya.
Oleh karena itu Allah berfirman, yang artinya: (Itulah) tiga aurat bagi kamu.
Tidak ada dosa atasmu dan tidak pula atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Maksudnya, apabila mereka masuk selain dari tiga waktu itu tanpa izin, maka tidak
apa-apa atas kalian dan tidak pula atas mereka apabila mereka melihat sesuatu selain
dari tiga waktu itu, karena telah diizinkan bagi mereka masuk tanpa izin, dan karena
mereka banyak berinteraksi dengan kalian untuk melayani kalian atau yang lainnya."
Adapun bagi anak-anak yang telah baligh, maka mereka harus minta izin setiap waktu
apabila ingin masuk. Al Auza'i berkata dari Yahya bin Katsir, "Apabila anak masih
berumur empat tahun, maka dia meminta izin kepada kedua orang tuanya dalam tiga
waktu. Apabila mereka telah baligh, maka dia harus minta izin setiap waktu."
Keharusan minta izin ini tidak hanya ketika akan masuk ke rumah orang lain
saja, akan tetapi juga ketika masuk ke rumah yang hanya dihuni oleh ibu atau saudara
perempuannya. Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, bahwa
seorang laki-laki bertanya kepada Hudzaifah,"Apakah aku harus mintaizin
kepadaibuku?" Dia menjawab, "Jika engkau tidak minta izin kepadanya, engkau akan
melihat apa yang engkau benci." Imam Al Bukhari meriwayatkan pula tentang
keharusan seorang laki-laki minta izin kepada saudarinya. 'Atha bertanya kepada lbnu
Abbas tentang meminta izin kepada saudara perempuan, maka Ibnu Abbas berkata, "
Ya," lalu aku ulangi lagi, "Dua saudariku itu berada dalam pemeliharaanku, aku yang
menjamin dan menafkahi mereka, apakah aku harus izin?" Beliau menjawab, "Ya.
Apakah engkau suka melihat saudarimu sedang telanjang?" Kemudian beliau
membaca, Al Qur'an surat An Nur ayat 58. Kemudian Atha' berkata, "Mereka
diperintahkan minta izin kecuali pada tiga waktu itu,". Ibnu Abbas membaca, firman
Allah yang artinya: Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh maka
hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang sebelum mereka minta izin. (QS
10

An Nur: 59). Ibnu Abbas berkata, "Minta izin hukumnya wajib." Ibnu Juraij
menambahkan, "Atas setiap manusia."
2) Ayat 60
Adapun para wanita yang tidak dapat melahirkan lagi karena usianya yang
sudah lanjut dan tidak mempunyai keinginan untuk kawin, maka tidak berdosa untuk
menanggalkan pakaian luarnya seperti mantel dan jilbab yang berada di atas kudung
dengan syarat tidak menampakkan perhiasan tersembunyi seperti rambut dan bagian
atas dan betis kepada mahram maupun bukan mahramnya. Para wanita tidak berdosa
untuk duduk dirumahnya dengan mengenakan kudung serta menanggalkan jilbab
selama tidak bermaksud bersolek dan menampakkan perhiasan yang wajib di
sembunyikan. Hal ini jika mereka tidak mempunyai sisa-sisa kecantikan yang bisa
menimbulkan syahwat. Tetapi jika mereka mempunyainya, maka tidak termasuk
dalam pembicaraan ayat ini.
Jika mereka memelihara kehormatan dengan tetap mengenakan jilbabnya.
Maka hal itu lebih baik bagi mereka daripada meninggalkannya karena akan
menjauhkan mereka dari fitnah. Allah Maha Mendengar perkataan yang berlangsung
antara mereka dan para lelaki. Serta Maha Mengetahui maksud mereka. Tidak
sedikitpun diantara perkara mereka yang tidak diketahui agar tidak terbujuk oleh
syethan untuk melanggar perintah dan larangannya.
4. Q.S. AL-AHZAB [33] : 33
a. Ayat dan Terjemahan

11

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu13 dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu 14 dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud
hendak menghilangkan dosa dari kamu, Hai ahlul bait15 dan membersihkan kamu
sebersih-bersihnya.
Ayat 33 menuntut istetri-isteri Nabi saw, bahkan seluruh Muslimah, bahwa
disamping tuntunan diatas, hendaknya juga tetap tinggal dirumahnya, kecuali jika ada
keperluan untuk keluar yang dapat dibenakan oleh agama, dan berilah perhatian yang
besar terhadap rumah tangga masing-masing. Janganlah ber-tabarruj, yakni berhias
dan bertingkah laku seperti tabarruj, yakni berhias dan bertingkah laku seperti
tabarruj jahiliyah yanglalu dan laksanakanlah secara berkesinambungan, serta dengan
baik dan benar, ibadah shalat, baik yang wajib maupun yang sunnh, dan tunaikanlah
secara sempurna kewajiban zakat serta taatilah Allah swt dan rasul-Nya.
Sesungguhnya Allah swt dengan tuntunan tuntutannya-Nya ini, sama sekali tidak
berkepentingan sedikitpun.16
5. Q.S. AL-AHZAB [33] : 59

13 [1215] Maksudnya: isteri-isteri Rasul agar tetap di rumah dan ke luar rumah bila ada keperluan
yang dibenarkan oleh syara'. perintah ini juga meliputi segenap mukminat.
14 Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi
sesudah datangnya Islam.
15 Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum Nabi
Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang terjadi
sesudah datangnya Islam.
16 M. Quraish Shihab,Al-Lubab Makna, Tujuan dan Pelaksanaan dan Surah-surah Al-Quran,
Tanggerang: Lentera Hati, 2012, h. 223
12


Artinya:
Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteriisteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya 17ke seluruh tubuh
mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu
mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Setelah ayat-ayat yang lalu melarang siapapun mengganggu dan menyakiti
Nabi SAW bersama kaum mukminin dan mukminat, kini secara khusus kepada kaum
mukminat bermula dari istri Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk
menghindari sebab-sebab yang dapat menimbulkan penghinaan dan pelecehan.
Sebelum turunnya ayat ini, cara berpakaian wanita merdeka atau budak, yang baikbaik atau kurang sopan hampir dapat dikatakan sama. Karena itu lelaki usil sering kali
mengganggu wanita-wanita khususnya yang mereka ketahui atau duga sebagai hamba
sahaya. Untuk menghindarkan gangguan tersebut, serta menampakkan kehormatan
wanita muslimah ayat di atas turun menyatakan: Hai Nabi Muhammad katakanlah
kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan wanita-wanita keluarga orangorang mukmin agar mereka mengulurkan atas diri mereka yakni keseluruh tubuh
mereka. Yang demikian itu menjadikan mereka lebih mudah dikenal sebagai wanitawanita terhormat atau sebagai wanita-wanita muslimah, atau sebagai wanita-wanita
merdeka sehingga dengan demikian mereka tidak diganggu. Dan Allah senantiasa
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kalimat: ( ) nisa al muminin diterjemahkan oleh tim Departeman
Agama dengan istri-istri orang mukmin. Penulis lebih cenderung menerjemahkannya
dengan wanita-wanita orang-orang mukmin sehingga ayat ini mencakup juga gadisgadis semua orang mukmin bahkan keluarga mereka semuanya. Kata ( )
alaihinna | di atas mereka mengesankan bahwa seluruh badan mereka tertutupi oleh
pakaian. Nabi SAW mengecualikan wajah dan telapak tangan serta beberapa bagian
lain dari tubuh wanita (baca Q.S. An Nur [24]: 31), dan penjelasan Nabi itulah yang
menjadi penafsiran ayat ini.
Dari Aisyah r.a.: Sesungguhnya Asmai binti Abu Bakar datang kepada
Rasulullah SAW dan dipakainya pakaian yang tipis, maka Rasulullah SAW
menyegahnya dan berkata:

Wahai Asmai, sesungguhnya wanita itu bila sudah

datang masa haid tidak pantas terlihat tubuhnya kecuali ini dan ini. Beliau sambil
17 Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada.
13

menunjukkan muka dan kedua telapak tangannya. (H.R. Abu Dawud dari Aisyah
r.a.)
Bagi kaum wanita, sejak mulai masa dewasa wajib menutup seluruh anggota
badannya. Seorang wanita yang menutup auratnya dengan rapat, menjadikan orang
lain segan berbuat jahat kepadanya. Sebaliknya apabila wanita sudah tidak mau
menutup auratnya akan mendorong orang lain berbuat jahat kepadanya. Falsafah
buah-buahan, dia tidak akan menjadi sasaran kelelawar apabila buah itu dibungkus
rapat-rapat. Kata ( ) jilbab diperselisihkan maknanya oleh ulama. Al Baqai
menyebut beberapa pendapat. Antara lain, baju yang longgar atau kerudung penutup
kepala wanita, atau pakaian yang menutupi wanita. Semua pendapat ini menurut Al
Baqai dapat merupakan makna kata tersebut. Kalau yang dimaksud dengannya
adalah baju, maka ia adalah menutupi tangan dan kakinya, kalau kerudung, maka
perintah mengulurkannya adalah menutup wajah dan lehernya. Kalau maknanya
pakaian yang menutupi baju, maka perintah mengulurkannya adalah membuatnya
longgar sehingga menutupi semua badan dan pakaian.
Thabathabai memahami kata jilbab dalam arti pakaian yang menutupi seluruh
badan atau kerudung yang menutupi kepala dan wajah wanita. Ibn Asyur memahami
kata jilbab dalam arti pakaian yang lebih kecil dari jubah tetapi lebih besar dari
kerudung atau penutup wajah. Ini diletakkan wanita di atas kepala dan terulur kedua
sisi kerudung itu melalui pipi hingga ke seluruh bahu dan belakangnya. Ibn Asyur
menambahkan bahwa model jilbab bisa bermacam-macam sesuai perbedaan keadaan
(selera) wanita dan yang diarahkan oleh adat kebiasaan. Tetapi tujuan yang
dikehendaki ayat ini adalah menjadikan mereka lebih mudah dikenal sehingga
mereka tidak diganggu.
Kata ( ) tudni terambil dari kata ( ) dana yang berarti dekat dan menurut
Ibn Asyur yang dimaksud di sini adalah memakai atau meletakkan. Ayat di atas tidak
memerintahkan wanita muslimah untuk memakai jilbab, karena agaknya ketika itu
sebagian mereka telah memakainya, hanya saja cara memakainya belum mendukung
apa yang dikehendaki ayat ini. Kesan ini diperoleh dari redaksi ayat di atas yang
menyatakan jilbab mereka dan yang diperintahkan adalah Hendaklah mereka
mengulurkannya. Ini berarti mereka telah memakai jilbab tetapi belum lagi
mengulurkannya. Sehingga terhadap mereka yang telah memakai jilbab, tentu lebihlebih lagi yang belum memakainya, Allah berfirman: Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya.

14

Firman-Nya: ( ) wa kana Allah ghafuran rahima | Allah


Maha Pengampun lagi Maha Penyayang dipahami oleh Ibn Asyur sebagai isyarat
tentang pengampunan Allah atas kesalahan mereka yang mengganggu sebelum
turunnya petunjuk ini. Sedang Al Baqai memahaminya sebagai isyarat tentang
pengampunan Allah kepada wanita-wanita mukminah yang pada masa itu belum
memakai jilbab sebelum turunnya ayat ini. Dapat juga dikatakan bahwa kalimat itu
sebagai isyarat bahwa mengampuni wanita-wanita masa kini yang pernah terbuka
auratnya, apabila mereka segera menutupnya atau memakai jilbab, atau Allah
mengampuni mereka yang tidak sepenuhnya melaksanakan tuntunan Allah dan Nabi,
selama mereka sadar akan kesalahannya dan berusaha sekuat tenaga untuk
menyesuaikan diri dengan petunjuk-petunjuk-Nya.
B. ETIKA PERGAULAN (MENGHINDARI ZINA) MENURUT ISLAM
1. Q.S. AL-ISRA [17] : 32
a. Ayat dan Terjemahan



Artinya:
Dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk.
Secara umum QS. Al-Isra ayat 32 mengandung pesan-pesan sebagai berikut:
1) Larangan mendekati zina
2) Zina merupakan perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk
Zina adalah melakukan hubungan biologis layaknya suami isteri di luar tali
pernikahan yang sah. Rasululah saw telah memberikan peringatan bahwa
merebaknya perzinahan merupakan salah satu tanda kehancuran peradaban
manusia dan merupakan tanda-tanda datangnya kiamat :
Dari Qatadah telah mengabarkan kepada kami Anas mengatakan; aku mendengar
Nabi SAW bersabda: "diantara tanda kiamat adalah ilmu diangkat, kebodohan
merajalela, khamer ditenggak, zina mewabah, (jumlah) laki-laki menyusut dan
(jumlah) wanita melimpah ruah, hingga jika ada lima puluh wanita itu berbanding
dengan seorang laki-laki." (HR Bukhari)Menurut pandangan hukum Islam, perbuatan
zina merupakan dosa besar yang dilarang keras oleh Allah SWT. Ditegaskan oleh
Allah bahwa dalam QS Al-Isra ayat 32 bahwa zina dikategorikan sebagai perbuatan
15

yang keji, hina, dan buruk. Tegas sekali Allah telah memberi predikat terhadap
perbuatan zina melalui ayat tersebut sebagai perbuatan yang merendahkan harkat,
martabat, dan kehormatan manusia. Karena demikian bahayanya perbuatan zina,
maka sebagai langkah pencegahan maka Allah juga melarang perbuatan yang
mendekati atau mengarah kepada zina.
Rasulullah menjelaskan mengenai bentuk-bentuk perbuatan yang mendekati zina,
sebagaimana diuraikan dalam hadis berikut ini :
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda:
"Sesungguhnya manusia itu telah ditentukan nasib perzinaannya yang tidak mustahil
dan pasti akan dijalaninya. Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lidah adalah berbicara, zina kedua tangan adalah menyentuh, zina
kedua kaki adalah melangkah, dan zina hati adalah berkeinginan dan berangan-angan,
sedangkan semua itu akan ditindak lanjuti atau ditolak oleh kemaluan." (HR.
Muslim). Imam Sayuthi dalam kitabnya Al-Jami Al-Kabir menulislan bahwa
perbuatan zina dapat megakibatkan 6 dampak negatif bagi pelakunya. 3 dampak
negatif menimpa pada saat di dunia dan 3 dampak lagi akan ditimpakan kelak di
akhirat.

16

Anda mungkin juga menyukai