Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Dinkes,
2006).
Menurut Christantie effendy (2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik
tahan asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis
didapat melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm).
TBC Paru adalah

Penyakit infeksi yang terutama mengenai jaringan paru

dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang. Penyebab
infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000)
Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang ditularkan
melalui udara dan jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan
perjalanan penyakit yang kronis dan bias menimbulkan kematian.

B. Etiologi
8

TB paru disebabkan oleh kuman tahan asam yaitu Mycobacterium


Tuberculosa. Setelah terinfeksi kuman tersebut kira-kira 50% kuman akan
berkembang menjadi TBC aktif dalam satu tahun, sisanya kuman ini akan
menyebabkan infeksi laten.
Adapun faktor yang mungkin terjadi antara lain :
- Kontak langsung dengan penderita TBC aktif.
- Menurunnya kekebalan tubuh
- Kurang nutrisi yang adekuat.
- Lingkungan dengan prevalensi TB yang tinggi
- Pengobatan paru yang tidak tuntas.
C. Anatomi Fisiologi Sistem Pernafasan
Sistem pernafasan dibagi menjadi dua bagian yaitu saluran penafasan bagian
atas, yang terdiri dari hidung, faring, dan laring. Saluran pernafasan bagian
bawah yaitu terdiri dari trakea, bronkus dan paru paru.
Paru adalah struktur elastik yang dibungkus dalam sangkar toraks, yang
merupakan suatu bilik udara kuat dengan dinding yang dapat menahan tekanan.
Ventilasi membutuhkan gerakan dinding sangkar toraks dan dasarnya, yaitu
digfragma. Efek dari gerakan ini adalah secara bergantian meningkatkan dan
menurunkan kapasitas dada. Ketika dalam kapasitas dada meningkat, udara
masuk melalui trakea (inspirasi), karena penurunan tekanan di dalam, dan
mengembangkan paru. Ketika dinding dada dan diafragma kembali ke ukuran
semula (ekspirasi), paru-paru yang elastis tersebut mengempis, dan mendorong
udara keluar melalui bronkus dan trakea.

10

Pernafasan adalah proses ganda, yaitu menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen kedalam tubuh, serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan penghembusan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan adalah mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh
darah keseluruh tubuh untuk proses metabolisme, dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa dari metabolisme. Dalam proses pertukaran gas
antara oksigen dan karbondioksida terjadi bila ada perbedaan tekanan. Proses
ini disebut dengan difusi. Oksigen berdifusi dari alveoli kedalam darah kapiler
paru karena tekanan oksigen (PO2) dalam alveoli lebih besar dari pada Po2
dalam darah paru. Kemudian dalam jaringan, PO2 yang sangat tinggi dalam
darah kapiler menyebabkan oksigen berdifusi kedalam sel.
Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk
karbondioksida,

tekanan

karbondioksida

berdifusi

karbondioksida
kedalam

(PCO2)

kapiler

meningkat,

jaringan.

sehingga

Demikian

juga,

karbondioksida berdifusi keluar dari darah masuk kedalam alveoli karena


PCO2 dalam darah kapiler paru lebih besar dari pada dalam alveoli. Pada
dasarnya, transpor dan karbondioksida oleh darah tergantung pada difusi
keduanya dan aliran darah.
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh.jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah dan
kesamping ke arah tampuk paru. Bronckus kanan lebih pendek dan lebih lebar,

11

dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
D. Patofisiologi

12

Awalnya klien terinfeksi oleh tuberculosis yang disebut dengan infeksi


perimer. Infeksi primer biasanya terdapat pada apeks paru atau dekat lobus
bawah. Infeksi primer berukuran mikroskopis sehingga tidak tampak pada foto
rontgen. Tempat infeksi primer dapat mengalami proses degenerasi nekrotik
tetapi bisa saja tidak,yang menyebabkan pembentukan rongga yang terisi oleh
massa basil tuberkell seperti keju,sel-sel darah putih yang mati dan jaringan
paru nekrotik. Pada waktunya,material ini mencair dan dapat mengalir ke
dalam percabangan trakheobronkhial dan dibatukkan. Rongga yang terisi udara
tetap ada dan mungkin terdeteksi ketika dilakukan rontgen dada.
Sebagian besar tuberkel primer menyembuh dalam periode bulanan dengan
membentuk jaringan parut dan pada akhirnya terbentuk lesi pengapuran yang
disebut sebagai Tuberkel Ghon. Lesi ini dapat mengandung basil hidup yang
dapat aktif kembali,meski telah bertahun-tahun dan menyebabkan infeksi
sekunder.
Infeksi TB primer menyebabkan tubuh mengalami reaksi alergi terhadap basil
tuberkel dan proteinnya. Respon imun seluler ini tampak dalam bentuk
sensitifitas sel-sel T dan terdeteksi oleh reaksi positif pada tes tuberkulin.
Perkembangan sensitivitas tuberkulin ini terjadi pada semua sel-sel tubuh 2
sampai 6 minggu setelah infeksi primer. Dan akan dipertahankan selama basil
hidup berada dalam tubuh. Imunitas didapat ini biasanya menghambat
pertumbuhan basil lebih lanjut dan terjadinya infeksi aktif.
Faktor yang mempunyai peran dalam perkembangan TB menjadi penyakit
aktif termasuk usia lanjut,imunosupresif,infeksi HIV, malnutrisi, alkoholisme

13

dan penyalahgunaan obat,adanya keadaan penyakit lain dan predisposisi


genetik.
Selain infeksi primer yang progesif, infeksi ulang juga mengarah pada bentuk
klinis TB aktif. Tempat primer infeksi yang mengandung basil TB dapat tetap
laten selama tahun-tahun dan kemudian teraktifkan kembali jika daya tahan
klien menurun. Penting artinya untuk mengkaji kembali secar periodek klien
yang telah mengalami infeksi TB untuk mengetahui adanya penyakit aktif.

E. Pathway (terlampir)

14

F. Tanda Dan Gejala

15

Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.

d. Nyeri dada

16

Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
G. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dan diagnosa TB dicapai dengan tes objektif dan pengkajian
subjektif. Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini
asimptomatis. Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering menjadi satu-satunya
indikasi infeksi TB telah terjadi. Pemerikasaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Kultur sputum
Positif untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2. Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam). Positif untuk basil tahan asam

17

3. Tes kulit Mantoux. Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat
biasanya menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh microbacterium yang
berbeda.
4. Rontgen dada. Menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas
paru,deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh atau cairan dari
suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup
kavitasi,area fibrosa.
5. Biopsi jarum jaringan paru. Positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
6. AGD (analisa gas darah). Dikatakan abnormal bergantung pada letak,
keparahan,dan kerusakan paru residual.
7. Pemeriksaan fungsi pulmonal. Penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang
rugi,peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi/fibrosa parenkim.
H. Komplikasi
1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran pernapasan) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
napas.
2. Kolaps lobus retaksi bronkial
3. Bronkhiektasis dan fibrosis paruu: terjadi pelebaran bronkus dan terjadi
pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif
4. Pneumotorak spontan : kerusakan jaringan paru dan adanya udara di dalam
rongga pleura

18

5. Penyebaran infeksi
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di
rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang dirawat,klien
mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapeutik telah ditetapkan.
Beberapa pasien yang di rumah sakit karena alasan :
a. Mereka sakit akut
b. Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi
c. Mereka diduga tidak patuh terhadap pengobatan
d. Terdapat riwayat TB sebelumnya
e. Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
f. Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
g. Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa.
Pengobatan dan perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau
keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan. Klien dengan
diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan 3 jenis medikasi untuk memastikan
bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat
cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama
untuk menyingkirkan atau mengurangi secara subtansial jumlah basil dorman
atau semidorman. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat
primer dan preparat baris kedua. Preparat primer selalu diresepkan pertama kali
sampai laporan hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti.
Klien dengan riwayat terapi TB yang tidak selesai mungkin mempunyai

19

organisme yang menjadi resisten dan preparat sekunder harus digunakan.


Lamanya pengobatan mempunyai pendekatan 2 fase :
a. Fase intensif yang menggunakan dua atau tiga jenis obat,ditujukan untuk
menghancurkan sejumlah besar organisme yang berkembang biak dengan
cepat
b. Fase rumatan,biasanya denagan dua obat diarahkan pada pemusnaan
sebagian besar basil yang masih tersisa.
Program pengobatan dasar yang direkomendasikan bagi klien yang
sebelumnya belum diobati adalah dosis harian isoniazid, rifampin dan
pirazinamid selama 2 bulan. Kultur sputum digunakan untuk mengevaluasi
kesakilan terapi. Jika kepatuhan terhadap pendosisan harian menjadi
masalah,maka diperlukan protokol TB yang memberikan medikasi 2 atau 3
kali seminggu. Program ini diberikan di klinik untuk memastikan klien
menerima obat yang diharuskan. Jika medikasi yang digunakan tidak
aktif,program harus dievaluasi kembali dan kepatuhan klien harus dikaji.
Medikasi yang digunakan untuk mengobati TB mempunyai efek samping
yang serius,bergantung pada obat spesifik yang diresepkan. Toleransi
obat,efek obat dan toksisitas obat bergantung pada faktor-faktor seperti
usia,dosis obat,waktu sejak obat terakhir digunakan,formula kimia dari
obat,fungsi ginjal dan usus serta kepatuhan klien. Klien penderita TB yang
tidak

membaik

atau

yang

tidak

mampu

menoleransi

medikassi

membutuhkan pengkajian dan pengobatan pada fasilitas medis yang


mengkhususkan dalam pengobatan TB paru berkomplikasi.

20

Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mengobati juga


mnecegah kematian, mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT
serta memutuskan mata rantai penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi
menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase lanjutan (4-7 bulan).
Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedang jenis
obat tambahan adalah Kanamisin, Kuinolon, Makrolide dan Amoksisilin +
Asam Klavulanat, derivat Rifampisin/INH. Cara kerja, potensi dan dosis
OAT utama dapat dilihat pada tabel berikut:

Obat Anti TB
Esensial

Aksi

Potensi

Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)

Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik

Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah

Rekomendasi Dosis (mg/kg


BB)
Per Minggu
Per Hari
3x
2x
5
10
15
10
10
10
25
35
50
15
15
15
15
30
45

Untuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu


berdasarkan lokasi tuberkulosa, berat ringannya penyakit, hasil pemeriksaan
bakteriologik, hapusan dahak dan riwayat pengobatan sebelumnya. Di samping itu
perlu pemahaman tentang strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai

21

Directly

Observed

Treatment

Short

Course

(DOTS)

yang

direkomendasikan oleh WHO yang terdiri dari lima komponen yaitu:


1. Adanya komitmen politis berupa dukungan pengambil keputusan dalam
penanggulangan TB.
2. Diagnosis TB melalui pemeriksaan dahak secara mikroskopik langsung
sedang pemeriksaan penunjang lainnya seperti pemeriksaan radiologis
dan kultur dapat dilaksanakan di unit pelayanan yang memiliki sarana
tersebut.
3. Pengobatan TB dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) khususnya dalam 2 bulan
pertama dimana penderita harus minum obat setiap hari.
4. Kesinambungan ketersediaan paduan OAT jangka pendek yang cukup.
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Identitas Px meliputi : nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan, pendidikan,
status perkawinan, agama, kebangsaan, suku, alamat, tanggal dan jam
masuk RS, No. Reg, ruangan, serta identitas yang bertanggung jawab.
2. Keluhan Utama
Biasanya Px TB Paru ditandai dengan sesak nafas, batuk dan berat badan
menurun.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang.

22

Pada umumnya Px TBC vering mengalami panas lebih dari 2 minggu


sering terjadi bentuk berulang-ulang, anorexia, lemah, berkeringat
banyak pada malam hari dan hemaptoe
b. Riwayat kesehatan lalu.
Pasien mempunyai riwayat tertentu seperti, Diare kronik, investasi
cacing, malaria kronik, campak dan infeksi HIV
c. Riwayat kesehtan keluarga.
Keluarganya tidak mempunyai penyakit menular atau mempunyai
penyakit menular
d. Riwayat psikososial.
Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis Px dengan
timbul gejala-gejala yang dialami dalam proses penerimaan terhadap
penyakitnya, meliputi :
- Perumahan yang padat
- Lingkungan yang kumuh dan kotor
- Keluarga yang belum mengerti tentang kesehatan
4. Pola Fungsi Kesehatan
a. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat
Meliputi: kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan,
penggunaan alkohol, tembakau dan kebiasaan olah raga.
b. Pola nutriSI dan Metabolisme
Meliputi : nafsu makan, diit khusus / suplemen, fluktuasi berat badan 6
bulan terakhir, kesukaran menelan.

23

c. Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine / defekasi, warna, konsistensi dan
bau sebelum MRS atau MRS.
d. Pola istirahat dan tidur
Meliputi : lama tidur Px sebelum MRS dan MRS, gangguan waktu
tidur, merasa tenang setelah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Meliputi : kegiatan Px dirumah dan di RS, serta lamanya aktivitas.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Meliputi :daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
kognitif Px baik atau tidak.
h. Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola
seksual Px, pemeriksaan payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah
seksual yang berhubungan dengan penyakit.
i. Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan teman atau
masyarakat.
j. Pola penanggulangan stres
Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap
stres, pertahanan diri terhadap dan pemecahan masalah.

24

k. Pola tata nilai dan kepercayaan


Meliputi : agama, keyakinan dan ritualitas.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum
Keadaan penyakit, kesadaran, suhu, nadi, pernafasan, BB, TB.
b. Kepala dan leher
Bentuk, kelainan, tanda-tanda trauma, warna rambut dan kebersihan
rambut.
- Mata: Sklera, konjungtiva dan kornea.
- Hidung: Bentuk, bersih atau tidak ada polip atau tidak, daya penciuman
normal atau tidak.
- Mulut: Bentuk, kebersihan, ada perdarahan atau tidak, mukosa bibir.
- Telinga: Bentuk, kebersihan, daya pendengaran.
- Leher: Ada pembesaran kelenjar tynoid atau tidak ada pembengkakan
atau tidak.
c. Thorax
Bentuk Thorax Px TB paru biasanya tidak normal (Barrel chest)
d. Paru
Bentuk dada tidak simetris, pergerakan paru tertinggal, adanya whezing
atau ronkhi, ada suara nafas Bronchial
e. Jantung
Didapatkan bunyi jantung 1 dan 2 tunggal

25

f. Abdomen
Biasanya Px TB terdapat pembesaran limpha dan hati
g. Inguinal-Genetalia-Anus
Ada kemerahan atau tidak, ada leat atau tidak
h. Tulang belakang
Ada kelainan atau tidak, ada edema atau tidak.
i. Kulit
Tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, warna kulit, turgor kulit
menurun atau tidak
j. Ekstrimititas
Akral hangat dan dingin, ada edema dikaki atau tidak, nyeri waktu
berjalan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
1). LED meningkat.
2). Leukosit meningkat.
3). Hb menurun.
b. X-foto
- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau
tanpa adanya infiltrat.
- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.
c. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis

26

- Pemeriksaan sputum BTA memastikan diagnosis TB Paru, namun


pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30-70 % Px TB yang dapat di
diagnoisis berdasarkan pemeriksaan ini.
- Pemeriksaan sputum dilakukan dengan cara pengambilan cairan di
lambung dan dilakukan setiap pagi 3 hari berturut-turut yaitu sewaktu
pagi sewaktu (SPS).
d. Pemeriksaan mantoox test / uji tuberkulin
- Sebagai standar dipakai PPO SIU atau OT 0,1 mg.
a).

Indurasi 10 mm atau lebih : reaksi positif.

b).

Indurasi 5 mm 9 mm : reaksi meragukan.

c).

Indurasi 0-5 mm : reaksi negatif.

- Tes Tuberkulin dapat negatif pada Penyakit HIV / AIDS, malnutrisi


berat, TB milier, morbili meskipun orang tersebut menderita
tuberkulosis.
K. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul
1. Gangguan rasa nyaman nyeri
2. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan sekret kental atau
sekret darah, kelemahan, upaya batuk buruk, edema trakeal/faringeal.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan berkurangnya keefektifan
permukaan paru, atelektasis, kerusakan membran alveolar kapiler, sekret
yang kental, edema bronchial.
4. Perubahan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan:
Kelelahan, Batuk yang sering, adanya produksi sputum, Dispnea, Anoreksia,
Penurunan kemampuan finansial.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen

Anda mungkin juga menyukai