BAB II Tinjauan Teori
BAB II Tinjauan Teori
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Dinkes,
2006).
Menurut Christantie effendy (2003), tuberkulosis adalah infeksi penyakit
menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik
tahan asam yang ditularkan melalui udara. Sebagian kasus, infeksi tuberculosis
didapat melalui inhalasi partikel kuman yang sangat kecil (sekitar 1-5 mm).
TBC Paru adalah
dan dapat menyebar ke bagian tubuh lain yaitu : otak, ginjal, tulang. Penyebab
infeksi adalah kuman mycobacterium tuberculosa (Brunner & Suddarth 2000)
Jadi dapat disimpulkan TBC (tuberculosis) merupakan suatu penyakit
menular yang disebabkan oleh microbacterium tuberculosis yang ditularkan
melalui udara dan jika tidak ada pengobatan yang efektif dapat mengakibatkan
perjalanan penyakit yang kronis dan bias menimbulkan kematian.
B. Etiologi
8
10
Pernafasan adalah proses ganda, yaitu menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen kedalam tubuh, serta menghembuskan udara yang
banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan ini disebut inspirasi dan penghembusan disebut ekspirasi.
Fungsi pernafasan adalah mengambil oksigen yang kemudian dibawa oleh
darah keseluruh tubuh untuk proses metabolisme, dan mengeluarkan
karbondioksida sebagai sisa dari metabolisme. Dalam proses pertukaran gas
antara oksigen dan karbondioksida terjadi bila ada perbedaan tekanan. Proses
ini disebut dengan difusi. Oksigen berdifusi dari alveoli kedalam darah kapiler
paru karena tekanan oksigen (PO2) dalam alveoli lebih besar dari pada Po2
dalam darah paru. Kemudian dalam jaringan, PO2 yang sangat tinggi dalam
darah kapiler menyebabkan oksigen berdifusi kedalam sel.
Sebaliknya, bila oksigen dimetabolisme dalam sel untuk membentuk
karbondioksida,
tekanan
karbondioksida
berdifusi
karbondioksida
kedalam
(PCO2)
kapiler
meningkat,
jaringan.
sehingga
Demikian
juga,
11
dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl arteri pulmonalis
dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri, disebut
bronckus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih langsing dari yang
kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn di belah menjadi
beberapa cabang yang berjalan kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini berjalan
terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai akhirnya
menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil yang tidak
mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus terminalis memiliki garis
tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak diperkuat oleh cincin tulang
rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat berubah.
Seluruh saluran udara ke bawah sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut
saluran penghantar udara karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar
udara ke tempat pertukaran gas paru-paru.
Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli pada
dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh alveoilis dan sakus
alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru, asinus atau.kadang disebut
lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5 s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20
kali percabangan mulai dari trachea sampai Sakus Alveolaris. Alveolus
dipisahkan oleh dinding yang dinamakan pori-pori kohn.
D. Patofisiologi
12
13
E. Pathway (terlampir)
14
15
Tuberkulosis sering dijuluki the great imitator yaitu suatu penyakit yang
mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi menjadi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sistemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan yang paling
sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non produktif kemudian berdahak
bahkan bercampur darah bila sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak
berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan darah atau darah segar
dalam jumlah sangat banyak. Batuk darak terjadi karena pecahnya
pembuluh darah. Berat ringannya batuk darah tergantung dari besar
kecilnya pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah luas atau
karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi pleura, pneumothorax,
anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
16
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila sistem persarafan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi:
a. Demam
Merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada sore dan
malam hari mirip demam influeza, hilang timbul dan makin lama makin
panjang serangannya sedang masa bebas serangan makin pendek.
b. Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise. Timbulnya gejala biasanya gradual dalam beberapa
minggu-bulan, akan tetapi penampilan akut dengan batuk, panas, sesak
napas walaupun jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
G. Pemeriksaan Penunjang
Deteksi dan diagnosa TB dicapai dengan tes objektif dan pengkajian
subjektif. Infeksi TB primer sering tidak dikenali karena biasanya infeksi ini
asimptomatis. Lesi pengapuran dan tes kulit positif sering menjadi satu-satunya
indikasi infeksi TB telah terjadi. Pemerikasaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain:
1. Kultur sputum
Positif untuk M. tuberculosis pada tahap aktif penyakit.
2. Ziehl-Neelsen (pewarnaan tahan asam). Positif untuk basil tahan asam
17
3. Tes kulit Mantoux. Reaksi yang signifikan pada individu yang sehat
biasanya menunjukkan infeksi yang disebabkan oleh microbacterium yang
berbeda.
4. Rontgen dada. Menunjukkan infiltrasi kecil lesi dini pada bidang atas
paru,deposit kalsium dari lesi primer yang telah menyembuh atau cairan dari
suatu efusi. Perubahan yang menandakan TB lebih lanjut mencakup
kavitasi,area fibrosa.
5. Biopsi jarum jaringan paru. Positif untuk granuloma TB. Adanya sel-sel
raksasa menunjukkan nekrosis.
6. AGD (analisa gas darah). Dikatakan abnormal bergantung pada letak,
keparahan,dan kerusakan paru residual.
7. Pemeriksaan fungsi pulmonal. Penurunan kapasitas vital,peningkatan ruang
rugi,peningkatan rasio udara residual terhadap kapasitas paru total dan
penurunan saturasi oksigen sekunder akibat infiltrasi/fibrosa parenkim.
H. Komplikasi
1. Hemoptisis berat (pendarahan dari saluran pernapasan) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
napas.
2. Kolaps lobus retaksi bronkial
3. Bronkhiektasis dan fibrosis paruu: terjadi pelebaran bronkus dan terjadi
pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif
4. Pneumotorak spontan : kerusakan jaringan paru dan adanya udara di dalam
rongga pleura
18
5. Penyebaran infeksi
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Kebanyakan individu dengan TB aktif yang baru didiagnosa tidak dirawat di
rumah sakit. Jika TB paru terdiagnosa pada individu yang sedang dirawat,klien
mungkin akan tetap dirawat sampai kadar obat terapeutik telah ditetapkan.
Beberapa pasien yang di rumah sakit karena alasan :
a. Mereka sakit akut
b. Situasi kehidupan mereka dianggap beresiko tinggi
c. Mereka diduga tidak patuh terhadap pengobatan
d. Terdapat riwayat TB sebelumnya
e. Terdapat penyakit lain yang bersamaan dan bersifat akut
f. Tidak terjadi perbaikan setelah terapi
g. Mereka resisten terhadap pengobatan yang biasa.
Pengobatan dan perawatan singkat di rumah sakit diperlukan untuk memantau
keefektifan terapi dan efek samping obat-obat yang diberikan. Klien dengan
diagnosa TB aktif biasanya mulai diberikan 3 jenis medikasi untuk memastikan
bahwa organisme yang resisten telah disingkirkan. Dosis dari beberapa obat
cukup besar karena basil sulit untuk dibunuh. Pengobatan berlanjut cukup lama
untuk menyingkirkan atau mengurangi secara subtansial jumlah basil dorman
atau semidorman. Medikasi yang digunakan untuk TB dibagi menjadi preparat
primer dan preparat baris kedua. Preparat primer selalu diresepkan pertama kali
sampai laporan hasil kultur dan laboratorium memberikan data yang pasti.
Klien dengan riwayat terapi TB yang tidak selesai mungkin mempunyai
19
membaik
atau
yang
tidak
mampu
menoleransi
medikassi
20
Obat Anti TB
Esensial
Aksi
Potensi
Isoniazid (H)
Rifampisin (R)
Pirasinamid (Z)
Streptomisin (S)
Etambutol (E)
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakterisidal
Bakteriostatik
Tinggi
Tinggi
Rendah
Rendah
Rendah
21
Directly
Observed
Treatment
Short
Course
(DOTS)
yang
22
23
c. Pola eliminasi
Meliputi : kebiasaan eliminasi urine / defekasi, warna, konsistensi dan
bau sebelum MRS atau MRS.
d. Pola istirahat dan tidur
Meliputi : lama tidur Px sebelum MRS dan MRS, gangguan waktu
tidur, merasa tenang setelah tidur.
e. Pola aktifitas dan latihan
Meliputi : kegiatan Px dirumah dan di RS, serta lamanya aktivitas.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Meliputi : body image, self sistem, kekacauan identitas, depersonalisasi.
g. Pola sensori dan kognitif
Meliputi :daya pengelihatan, pendengaran, penciuman, perabaan dan
kognitif Px baik atau tidak.
h. Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi pola
seksual Px, pemeriksaan payudara setiap bulan sekali / 2 bulan, masalah
seksual yang berhubungan dengan penyakit.
i. Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja dan teman atau
masyarakat.
j. Pola penanggulangan stres
Meliputi : penyebab stres, koping terhadap stres, adaptasi terhadap
stres, pertahanan diri terhadap dan pemecahan masalah.
24
25
f. Abdomen
Biasanya Px TB terdapat pembesaran limpha dan hati
g. Inguinal-Genetalia-Anus
Ada kemerahan atau tidak, ada leat atau tidak
h. Tulang belakang
Ada kelainan atau tidak, ada edema atau tidak.
i. Kulit
Tidak didapatkan kelainan pada tekstur kulit, warna kulit, turgor kulit
menurun atau tidak
j. Ekstrimititas
Akral hangat dan dingin, ada edema dikaki atau tidak, nyeri waktu
berjalan
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan penunjang
1). LED meningkat.
2). Leukosit meningkat.
3). Hb menurun.
b. X-foto
- Di dapatkan pembesaran kelenjar para tracheal atau hiler dengan atau
tanpa adanya infiltrat.
- Gambaran milier atau bercak kalsifikasi.
c. Pemeriksaan sputum / Bakteriologis
26
b).
c).