TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Pada bab ini, penulis akan memaparkan tentang konsep dan teori yang terkait atau
berhubungan terhadap judul yang penulis ambil.
2.1 Balita
2.2. Pengertian Balita
Balita adalah bayi dan anak yang berusia tahun kebawah (Hanum Marimbi,
2010). Balita merupakan masa pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat dalam
pencapaian keoptimalan fungsinya (Supartini,2004).
2.3 Klasifikasi Perkembangan Balita
1. Usia Bayi (0-1 tahun)
Bayi memiliki sistem kekebalan tubuh yang primitive dengan kekebalan pasif
yang didapat dari ibunya selama dalam kandungan. Pada saat bayi kontak dengan
antigen yang berbeda ia akan memperoleh
antibodinya
sendiri.
Imunisasi
susu
formula,
dan
makanan padat. Kebutuhan kalori bayiantara 100-200 kkal/kg BB. Pada empat
bulan pertama, bayi yang lebih baik hanya mendapatkan ASI saja tanpa diberikan
susu formula. Usia lebih dari enam bulan baru dapat diberikan makanan pendamping
ASI (Supartini, 2004).
itu dapat juga terjadi sindrom kwashiorkor karena penghentian ASI mendadak dan
pemberian makanan padat yang kurang memadai (Jelife, 1989 dalam Supartini,
2004). Imunisasi pasif yang diperoleh melalui ASI akan menurun dan kontak
dengan lingkungan akan makin bertambah secara cepat dan menetap tinggi selama
tahun kedua dan ketiga kehidupan. Infeksi dan diet adekuat kan tidak banyak
berpengaruh pada status gizi yang cukup baik (Akre, 1994 dalam Supartini, 2004).
Bagi
anak dengan
gizi
kurang, setiap
tahapan
infeksi
akan berlangsung
petumbuhan
dan
perkembangan. Anak 1-3 tahun membutuhkan kalori kurang lebih 100 kkal/kg
BB dan bahan makanan lain yang mengandung berbagai zat gizi (Supartini,
2004).
3. Usia Pra Sekolah (3-5 tahun)
Pertumbuhan anak usia ini semakin lambat. Kebutuhan kalorinya adalah 85 kkal/kg
BB. Karakteristik pemenuhan kebutuhan nutrisi pada usia pra sekolah yaitu nafsu
makan berkurang, anak lebih tertarik pada aktivitas bermain dengan teman, atau
lingkungannya dari pada makan dan anak mulai sering mencoba jenis makanan
yang baru (Supartini, 2004).
2.4. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Balita
Secara umum ada dua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu (Supriasa,
2002):
1. Faktor Internal (Genetik)
Faktor genetik merupakan modal dasar mencapai hasil proses pertumbuhan.
Melalui genetik yang berada didalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan
kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Faktor internal (Genetik) antara lain termasuk
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologis, jenis kelamin, obstetrik dan ras
atau suku bangsa (Jellife, 1989 dalam Supriasa, 2002).
2. Faktor Eksternal (Lingkungan)
Faktor lingkungan sangat menentukan tercapainya potensi genetik yang optimal.
Apabila kondisi lingkungan kurang mendukung, maka
potensi genetikyang
optimal tidak akan tercapai. Lingkungan ini meliputi lingkungan bio-fisikopsikososial yang akan mempengaruhi setiap individu mulai dari masa konsepsi
sampai akhir hayatnya. Faktor lingkungan pascalnatal adalah faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan anak setelah lahir, meliputi;
penyakit,
penyakit kronis, fungsi metabolisme yang saling terkait satu dengan yang lain.
2) Lingkungan
fisik
yang
dapat
mempengaruhi
toilet
senang
dan hatinya merasa puas memainkan alat kelaminnya. Pada fase ini anak lakilaki menujukkan sangat dekat dan merasa mencintai ibunya (Oedipus complex),
sebaliknya anak perempuan sangat mencintai ayahnya (electra complex).
1. Ergosentris
Sifat yang umumnya muncul pada usia 15 bulanan atau saat anak sudah sadar akan
dirinya (self awaraness) ini disebabkan oleh ketidakmampuan balita dalam melihat
suatu hal dari sudut pandang orang lain.
2. Suka perintah atau bossy
Bossy sebenarnya masih berhubungan dengansifat ergonosentris. Sifatini merupakan
kelanjutan dari usia bayi dimana anak sebelumnya selalu ingin diperhatikan
demi mendapatkan apa yang diinginkan.
3. Agresif
Sifat ini tampak sejak usia bayi namun sering dijumpai pada usia balita terutama
saat keinginannya tidak dipahami oleh orang dewasa.
4. Pemalu
Umumnya,
sifat
pemaluanak
dari
orang tua yang tidak suka bersosoalisasi akan terbawa sampai dewasa. Meskipun
tidak ada dampak buruk namun akan berakibat dalam mengembangkan diri dan
beradaptasi dengan lingkungan.
5. Penyendiri
Sifat penyendiri pada anak balita selain dikarenakan perkembangan kognitif dalam
melihat sesuatu masih dari sudut pandangnya sendiri.
2.1.2
Tabel 2.1
Perbandingan Komposisi Susu Formula dengan Komposisi ASI
Zat Gizi
Formula Adaptasi
Lemak (g)
3,4 3,64
Protein (g)
1,5 1,6
Whey (g)
0,9 0,96
Kasein (g)
0,6 0,64
Karbohidrat (g)
7,2 7,4
Energi (kkal)
67 67,4
Mineral (g)
0,25 0,3
Natrium (g)
15 - 24
Kalium (mg)
55 - 72
Kalsium (mg)
44,4 - 60
Fosfor (mg)
28,3 - 34
Klorida (mg)
37 - 41
Magnesium (mg)
4,6 5,3
Zat Besi (mg)
0,2 0,5
Sumber : Pudjiadi (2001)
ASI
3 5,5
1,1 1,4
0,7 0,9
0,4 0,5
6,6 7,1
65 70
0,2
10
40
30
30
30
4
0,2
apabila
tidak
Tabel 2.2
Perbedaan ASI, Susu Sapi, dan Susu Formula
Properti
Kontaminasi
ASI
Tidak ada
Susu Sapi
Mungkin ada
Susu Formula
Mungkin ada bila
bakteri
Faktor anti
ada
Tidak ada
di campurkan
Tidak ada
infeksi
Faktor
ada
Tidak ada
Tidak ada
pertumbuhan
Protein
Lemak
Jumlah
Terlalu banyak
Sebagian
sesuai dan
dan sukar
diperbaiki
mudah
dicerna
dicerna
Cukup
Kurang ALE,
asam lemak
esensial
(ALE),
DHA, dan
Zat Besi
Vitamin
Air
AA
Mengandun
Jumlah lebih
Ditambahkan
g lipase
ekstra tidak
jumlah kecil
diserap dengan
diserap dengan
tapi mudah
baik
baik
di cerna
Cukup
Tidak cukup
Vitamin
Cukup
ditambahkan
Mungkin perlu
tambahan
3. Pekerjaan
Bertambahnya pendapatan keluarga atau status ekonomi yang tinggi
serta lapangan pekerjaan bagi perempuan berhubungan dengan
cepatnya pemberian susu botol. Artinya mengurangi kemungkinan
untuk menyusui bayi dalam waktu yang lama (Amirudin, 2006).
Penelitian Erfiana (2012), ibu yang tidak memberikan susu formula
sebagian besar oleh ibu yang tidak bekerja yaitu sebanyak 32
responden (88,9%) sehingga status pekerjaan dapat mempengaruhi
pemberian susu formula pada bayi.
4. Ekonomi
Hubungan antara pemberian ASI dengan ekonomi/ penghasilan ibu
dimana ibu yang mempunyai ekonomi rendah mempunyai peluang
lebih memilih untuk memberikan ASI dibanding ibu dengan sosial
ekonomi tinggi kerena ibu yang ekonominya rendah akan berfikir
jika ASI nya keluar maka tidak perlu diberikan susu formula karena
pemborosan (Arifin, 2004).
5. Budaya
Budaya modern dan perilaku masyarakat yang meniru negara barat
mendesak para ibu untuk segera menyapih anaknya dan memilih air
susu buatan atau susu formula sebagai jalan keluarnya (Arifin,
2004).
6. Psikologis
Ibu yang mengalami stres dapat menghambat produksi ASI
sehingga ibu kurang percaya diri untuk menyusui bayinya
(Kurniasih, 2008). Ibu yang tidak memberikan susu formula
sebagian besar dilakukan oleh ibu yang kondisi psikologi baik yaitu
sebanyak
33
responden
(89,2)
sehingga
psikologis
ibu
cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan
otot khususnya orang kekurangan gizi (Supariasa, 2012).
bila
anak
1.
karena
perubahan-perubahan
konsumsi
makanan
dan
2.
kesehatan.
Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
3.
4.
5.
pengukur.
KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik
untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga
6.
7.
Faktor Lingkungan
2.1 Budaya Lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat
yang memengaruhi pertumbuhan anak. Budaya lingkunga dapat
menentukan
bagaimana
seseorang
atau
masyarakat
pemenuhan
kebutuhan
gizinya
cukup
baik
keberlangsungan
proses
pertumbuhan
dan
sebaliknya.
Sebagai
contoh,
saat
musim
kemarau
terjadi penyakit kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian
kemampuan untuk maksimal dalam tumbuh kembang akan
terhambat karena anak memiliki masa kritis.
3.
Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara
lain hormon somatotropin, tiroid, dan glukokortikoid. Hormon
somatotropin
(growth
hormon)
berperan
dalam
memengaruhi
beberapa persyaratan:
1. Mudah digunakan dan dibawa dari satu tempat ke tempat lain.
2. Mudah diperoleh dan relatif murah harganya.
3. Ketelitian penimbangan sebagiknya maksimum 0,1kg.
4. Skalanya mudah dibaca.
5. Cukup aman untuk menimbang anak balita.
Alat yang memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan
untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin.
Penggunaan dacin mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
1. Dacin sudah dikenal umum sampai di pelosok pedesaan.
2. Dibuat di Indonesia, bukan import, dan mudah didapat.
3. Ketelitian dan ketepatan cukup baik.
Jenis timbangan lain yang digunakan adalah detecto yang terdapat di
Puskesmas.
2.2.5.6 Langkah 6
Anak ditimbang, dan seimbangkan dacin.
2.2.5.7 Langkah 7
Tentukan berat badan anak, dengan membaca angka di ujung bandul
geser.
2.2.5.8 Langkah 8
Catat hasil penimbangan diatas dengan secarik kertas.
2.2.5.9 Langkah 9
Geserlah bandul ke angka 0 (nol), letakkan batang dacin dalam tali
pengaman, setelah itu bayi atau anak dapat diturunkan.
2.2.6 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penimbangan
Menurut supariasa (2012) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
penimbangan berat badan bayi/balita.
2.2.6.1 Pemeriksaan alat timbang
Sebelum digunakan, dacin harus diperiksa secara seksama, apakah
masih dalam kondisi baik atau tidak.
apabila bandul bergeser berada pada posisi 0,0 kg, jarum penunjuk
berada pada posisi seimbang. Disamping itu keadaan bandul geser
tidak longgar terhadap tangkai dacin, oleh karena itu perlu pula
dilakukan peneraan terhadap timbangan yang sudha dipakai agak
lama. Untuk penelitian, peneraan alat timbang ini sangat penting
untuk mendapatkan data dengan validitas tinggi.
2.2.6.2 Anak balita yang ditimbang
Pengalaman di lapangan cukup banyak anak balita yang takut
ditimbang, oleh karena itu dilakukan terlebih dahulu penimbangan
pada balita yang tidak merasa takut. Apabila anak yang ditimbang
pertama takut dan menangis, maka akan mempengaruhi anak yang
akan ditimbang berikutnya.
Hal
ini
sangat
penting
diketahui
untuk
dapat
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki laki
3 tahun
Perempuan
Laki-Laki
4 tahun
Perempuan
Laki-Laki
5 tahun
Perempuan
Laki-Laki
Sumber : Adzania (2004, 3)
Berat Badan
10,4 13,6 kg
10,9 15 kg
11,8 - 15,9 kg
12,7 - 17,2 kg
13,6 - 18,1 kg
13,8 - 19,1 kg
15 - 20,9 kg
15,9 - 21,8 kg
Tinggi Badan
81,387 cm
81,991 cm
88,9-99,1 cm
90,2-100,3 cm
95,3-106 cm
96,5108 cm
101,6-114,3 cm
102,9-114,9 cm
Berdasarkan tabel 2.1 dan kurva pada KMS, status gizi anak dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Status gizi normal, bila BB anak antara 90-100% dari BB standar atau
pada KMS posisi BB berada pada garis titik-titik.
2. Status gizi kurang, bila BB anak antara 80-90% dari BB standar atau
pada KMS posisi BB berada di bawah garis titik-titik.
Pengertian
3. Status gizi buruk,1.bila
BB anak Berat
kurang atau sama dengan 80% dari BB
Badan
standar atau pada2.KMS
posisi BB Berat
berada dibawah garis merah.
Penambahan
Badan
3.
Alasan Pemilihan
1. Pengertian
Berat Badan sebagai
Balita Teori
2.4 Kerangka
Pengukur
Laju
2. Klasifikasi
Gambar
2.4.1
Pertumbuhan
Kerangka
Teori Pengaruh Pemberian Susu Formula Terhadap Penambahan
Perkembang
4. Faktor yang
1. Pengertian Susu
an Balita
Berat Badan Balita Usia 0-5 Tahun
Mempengaruhi
Formula
3. Faktor yang
Berat
Badan
2. Jenis Susu Formula
Mempengar
Konsep
Berat
Konsep
Balita
5.
Alat
Ukur
Berat
3.Konsep
Kandungan
Susu
Susu Formula
uhi Tumbuh
Badan
Badan
Formula
Kembang
6. Cara Mengukur
4. Kelemahan Susu
Balita
Berat Badan
Formula
4. Tahapan
7. Hal-hal yang Perlu
5. Faktor yang
Perkembang
Diperhatikan dalam
Mempengaruhi
an Balita
Penimbangan
Pemberian Susu
5. Karakter
8. Interpretasi Hasil
Formula
Sifat Balita
Penimbangan