Anda di halaman 1dari 11

No.

1.

Aspek
Lokasi

Kondisi Seharusnya

Kondisi Di lapangan

Tidak bertentangan dengan Rencana Sesuai dengan Rencana Umum Tata


Umum Tata Ruang (RUTR) dan Rencana Ruang (RUTR) dan Rencana Detail
Detail Tata Ruang Daerah (RDTRD)
Tata Ruang Daerah (RDTRD) dengan
adanya izin pendirian bangunan
Mempunyai potensi sebagai sumber bibit Dibangun di wilayah Jawa yang
sapi potong serta dapat
ditetapkan berpotensi untuk pengembangan usaha
sebagai wilayah sumber bibit ternak
ternak sapi
Terkonsentrasi dalam satu kawasan atau Perusahaan ini melakukan
kegiatan
satu Village Breeding Center (VBC) atau usaha pembibitan, penggemukan, dan
satu unit pembibitan ternak
pemasaran ternak.
Tidak mengganggu ketertiban
kepentingan umum setempat

dan Jarak perusahaan dengan jalan raya


200 m

Memperhatikan lingkungan dan topografi Memiliki topografi yang landai dan datar
sehingga kotoran dan limbah yang dengan ketinggian 200 m dpl
dihasilkan tidak mencemari lingkungan
Jarak antara usaha pembibitan sapi Jarak antara usaha pembibitan sapi
potong dengan usaha pembibitan unggas potong dengan usaha pembibitan unggas
minimal 1.000 meter
yaitu 2.000 meter
2.

Lahan

Bebas dari jasad renik patogen yang


membahayakan ternak dan manusia

Bukan merupakan daerah endemic


penyakit antrax

Sesuai dengan peruntukannya menurut Izin pendirian bangunan dari pemerintah


Kabupaten
Serang
dengan
No.
Penerapan pembibitan sapi potong

Kesesuaian/koreksi

3.

Sumber Air

perundangundangan yang berlaku.

03.647/0423.07/2008

Air yang digunakan tersedia sepanjang


tahun dalam jumlah yang mencukupi

Air selalu tersedia

Sumber air mudah dicapai atau mudah


disediakan

Sumber air berasal dari sumur bor dan


sumur summermersible yang ada di
dalam wilayah peternakan

Penggunaan sumber air tanah tidak Selama ini tidak terdapat keluhan
mengganggu ketersediaan air bagi masyarakat mengenai penggunaan air,
masyarakat
kedalaman sumur summermersible
mencapai 100 m
4.

Bangunan dan Bangunan:


Peralatan
- kandang pemeliharaan;
- kandang isolasi;

Telah memiliki unit penanganan limbah,


namun limbah belum dikelola secara
maksimal dikarenakan hanya ditumpuk
pada areal terbuka dan dikarungkan

- gudang pakan dan peralatan;


- unit penampungan dan pengolahan
limbah.

Peralatan:
- tempat pakan dan tempat minum;

- alat pemotong dan pengangkut rumput;


- alat pembersih kandang dan pembuatan
kompos;

Tempat pakan dan minum terbuat


dari semen dan terdapat pada tiap
kandang
Alat pemotong rumput berupa
chooper, alat pengangkut rumput

Sebaiknya dibuat tempat


penampungan
limbah
yang berada di belakang
kandang,
agar
lebih
terlihat bersih dan tidak
tampak secara langsung
oleh pengunjung atau
dengan cara perbaikan
tempat
penampungan
limbah yang ada

- peralatan kesehatan hewan.


-

yaitu mobil bak terbuka dan truk


Tersedia alat pembersih kandang,
alas kandang menggunakan sistem
beding
Perlatan kesehan hewan tersedia di
unit kesehatan hewan

Persyaratan teknis kandang:


konstruksi harus kuat;
- terbuat dari bahan yang ekonomis dan
mudah diperoleh;
- sirkulasi udara dan sinar matahari
cukup;
- drainase dan saluran
pembuangan limbah baik, serta
mudah dibersihkan;
- lantai rata, tidak licin, tidak kasar,
mudah kering dan tahan injak;
- luas kandang memenuhi persyaratan
daya tampung;
kandang isolasi dibuat terpisah.

- Konstruksi kuat terbuat dari beton dan


besi
- Bahan yang digunakan ekonomis dan
mudah didapat
- Sirkulasi udara berjalan lancar, sinar
matahari tidak langsung mengenai ternak
- Alas kandang berupa serbuk gergaji
sehingga limbah yang dihasilkan berupa
limbah padat
- Lantai terbuat dari paving block dan
semen dengan kemiringan 5
- Daya tampung cukup, jumlah sapi tiap
pen 40 - 50 ekor dengan luasan sekitar 3
2
m /ekor
- kandang isolasi terletak lebih landai
dibandingkan kandang pemeliharaan

Letak kandang memenuhi persyaratan


sebagai berikut :
-

mudah diakses terhadap transportasi;

Kandang mudah diakses terutama

5.

Bibit

tempat kering dan tidak tergenang


saat hujan;
dekat sumber air;
cukup sinar matahari,
kandang
tunggal menghadap timur, kandang ganda membujur utara-selatan;
tidak mengganggu lingkungan hidup; memenuhi persyaratan higiene dan
sanitasi.

Bibit

sapi potong
diklasifikasikan menjadi 3 (tiga)
kelompok, yaitu:

alat transportasi pengangkut pakan


Areal kandang telah menggunakan
paping blok sehingga terhindar dari
genangan saat hujan
Setiap kandang memiliki tempat
penampungan air
Kandang membujur dari utara ke
selatan

Hanya terdapat bibit induk dan bibit


sebar

a. bibit dasar (elite/foundation stock)


b. bibit induk (breeding stock)
c. bibit sebar (commercial stock),
Persyaratan umum:

Sapi bibit memiliki catatan kesehatan


i. sapi bibit harus sehat dan bebas dari yang lengkap dan dijual dalam keadaan
segala cacat fisik seperti cacat mata sehat.
(kebutaan), tanduk patah, pincang,
lumpuh, kaki dan kuku abnormal, serta Diterapkan sistem afkir / culling bagi
tidak terdapat kelainan tulang punggung bibit betina yang memiliki kualitas
atau cacat tubuh lainnya;
reproduksi rendah
ii. semua sapi bibit betina harus bebas dari
cacat alat reproduksi, abnormal ambing
serta
tidak
menunjukkan
gejala
kemandulan;
iii.

sapi bibit
sebagai

jantan

harus

siap

alat kelaminnya.
6.

Pakan

Setiap usaha pembibitan sapi potong Pakan berupa hijauan dan konsentrat
harus menyediakan pakan yang cukup yang diproduksi sendiri oleh perusahaan
bagi ternaknya, baik yang berasal dari
pakan hijauan, maupun pakan konsentrat.
Pakan hijauan dapat berasal dari rumput, Pakan hijauan yaitu rumput Taiwan dan
leguminosa, sisa hasil pertanian dan jerami
dedaunan yang mempunyai kadar serat
yang relatif tinggi dan kadar energi
rendah.
Pakan konsentrat yaitu pakan dengan Pakan konsentrat diproduksi sendiri dan
kadar serat rendah dan kadar energi setiap status ternak berbeda-beda jenis
tinggi, tidak terkontaminasi mikroba, pakan konsentratnya.
penyakit, stimulan
pertumbuhan,
hormon, bahan kimia, obat-obatan,
mycotoxin melebihi tingkat yang dapat
diterima oleh negara pengimpor.
Air minum disediakan ad libitum.

7.

Obat hewan

Air minum disediakan ad libitum.

Obat hewan yang digunakan meliputi Obat hewan yang digunakan yaitu
sediaan biologik, farmasetik, premik dan sediaan biologik, farmasetik, premik dan
obat alami.
obat alami.
Obat hewan yang dipergunakan seperti Setiap obat memiliki nomor pendaftaran
bahan kimia dan bahan biologik harus tersendiri.
memiliki nomor pendaftaran.
Untuk sediaan
dipersyaratkan

obat alami tidak


memiliki
nomor

No.

Aspek

Kondisi Seharusnya
pendaftaran.
1. Pemeliharaan
Dalam
pembibitan
sapi
potong,
Penggunaan obat keras harus di bawah
pemeliharaan ternak dapat dilakukan
pengawasan dokter hewan sesuai
dengan sistem pastura (penggembalaan),
ketentuan peraturan perundang-udangan
sistem semi intensif, dan sistem intensif.
yang berlaku di bidang obat hewan.
2. Produksi
Berdasarkan
tujuan
produksinya,
8.
Tenaga Kerja
Sehat jasmani dan rohani
pembibitan sapi potong dikelompokkan
memiliki
luka terbuka
ke Tidak
dalam
pembibitan
sapi potong
bangsa/rumpun murni dan pembibitan
Jumlah tenaga kerja sesuai kebutuhan
sapi potong persilangan.
pada pembibitan sapi potong dengan
3. Seleksi Bibit
Sapi
Indukintensif, setiap satu orang/hari
sistem
kerja,
untukharus
5 satuan
ternak
(ST)
a. sapi
induk
dapat
menghasilkan
anak secara teratur;
Telah
mendapat pelatihan
b. anak jantanteknis
maupun
betina sapi
tidakpotong.
cacat
pembibitan
dan mempunyai rasio bobot sapih umur
205 hari (weaning weight ratio) di atas
rata-rata.
Calon Pejantan

Penggunaan obat keras di bawah


pengawasan tim kesehatan hewan
(Keswan) yaitu dokter hewan dan kepala
unit Keswan
Sehat jasmani dan rohani
Tidak memiliki luka terbuka
Satu orang mengawasi 100 ekor ternak
dikarenakan efisiensi tenaga kerja

Ada

sistem training khusus


para karyawan baru

Penerapan Aspek Proses Produksi Bibit Jantan

a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur


1-1,5induk
tahun didan
atas rata-rata;
205 hari umur
musim
kelahiran, di d.
atas
rata-rata;
bobot badan umur 2 tahun di atas ratarata; 365 hari di atas ratab. bobot badan umur
rata;
e. libido dan kualitas spermanya baik;
c. pertambahan
bobot badan
antara sesuai
umur dengan
f.penampilan
fenotipe
rumpunnya.

Calon induk
a. bobot sapih terkoreksi terhadap umur
205 hari umur induk dan
musim kelahiran, di atas rata-rata;
b. bobot badan umur 365 hari di atas ratarata;
c. penampilan fenotipe sesuai dengan
rumpunnya.
4.

Perkawinan

Dalam upaya memperoleh bibit yang


berkualitas melalui teknik perkawinan
dapat dilakukan dengan cara kawin alam
dan Inseminasi Buatan (IB).

5.

Ternak
Pengganti
(Replacement
Stock )

Calon bibit betina dipilih 25% terbaik


untuk
replacement,
10%
untuk
pengembangan populasi kawasan, 60%
dijual ke luar kawasan sebagai bibit dan
5% dijual sebagai ternak afkir (culling)
Calon bibit jantan dipilih 10% terbaik
pada umur sapih dan bersama calon bibit

betina 25% terbaik untuk dimasukkan


pada uji performan.

6.

Afkir (Culling)

Sapi betina yang tidak memenuhi


persyaratan
sebagai
bibit
(10%)
dikeluarkan sebagai ternak afkir (culling).
Sapi induk yang tidak produktif segera
dikeluarkan

7.

Pencatatan
(Recording)

Pencatatan (recording) tersebut meliputi:


1. Rumpun;
2. Silsilah;
3. Perkawinan (tanggal, pejantan, IB/
kawin alam);
4. Kelahiran (tanggal, bobot lahir);
5. Penyapihan (tanggal, bobot badan);
6. Beranak kembali (tanggal, paritas);
7. Pakan (jenis, konsumsi);
8. Vaksinasi, pengobatan (tanggal,
perlakuan / treatment);
9. Mutasi (pemasukan dan pengeluaran
ternak)

8.

Persilangan

Komposisi darah sapi persilangan


sebaiknya dijaga komposisi darah
sapi temperatenya tidak lebih dari 50%
Prinsip-prinsip seleksi dan culling sama

dengan pada rumpun murni.

9.

Sertifikasi

10. Kesehatan
Hewan

Sertifikat induk elite untuk sapi induk yang telah terseleksi dan memenuhi standar.

1. Situasi penyakit

Pembibitan sapi potong harus terletak di daerah yang tidak terdapat gejala klinis atau bukti lain tentang
mulut dan kuku (Foot and Mouth Disease), ingus jahat (Malignant Catarhal Fever), Bovine Ephemeral Fe
biru (Blue Tongue), radang limpa (nthrax), dan kluron menular (Brucellosis).

Pencegahan/Vaksinasi
b. pembibitan sapi potong harus melakukan vaksinasi dan pengujian/tes laboratorium ter- hadap
tertentu yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang

c. mencatat setiap pelaksanaan vaksinasi dan jenis vaksin yang dipakai dalam kartu kesehatan ternak

d. melaporkan kepada Dinas yang


membidangi fungsi peternakan
dan kesehatan hewan setempat

(instansi yang berwenang) setiap


timbulnya kasus
penyakit
terutama yang diduga/dianggap
penyakit menular;
e. penggunaan obat harus sesuai dengan ketentuan dan diper- hitungkan secara ekonomis;

e. pemotongan kuku dilakukan minimal 3 bulan sekali;

f. dilakukan

tindakan

Biosecurity terhadap keluar masuknya ternak.

1). Lokasi usaha tidak mudah dimasuki binatang liar serta bebas dari hewan peliharaan lainnya ya
menularkan penyakit

2). Melakukan desinfeksi kandang dan peralatan dengan menyemprotkan insektisida pembasmi serangga,
hama lainnya

3). Untuk mencegah terjadinya penularan penyakit dari satu kelompok ternak ke kelompok ternak
pekerja yang
melayani ternak yang sakit tidak

diperkenankan melayani ternak


yang sehat
4). Menjaga agar tidak setiap orang dapat
bebas keluar masuk kandang ternak yang
memungkinkan terjadinya penularan
penyakit
5). Membakar atau mengubur bangkai
kerbau yang mati karena penyakit
menular
6). Menyediakan fasilitas
desinfeksi
untuk staf/karyawan dan kendaraan tamu
di pintu masuk perusahaan;

7). Segera mengeluarkan ternak yang


mati dari kandang untuk dikubur atau
dimusnahkan oleh petugas yang
berwenang
8). Mengeluarkan ternak yang sakit dari
kandang untuk segera diobati atau
dipotong oleh petugas yang berwenang

Anda mungkin juga menyukai