Kerajaan Demak
Kesultanan Demak
14751548
Ibu kota
Demak Bintara
Bahasa
Jawa
Agama
Islam
Bentuk Pemerintahan
Kerajaan
?
- 1475-1518
Raden Patah
- 1518-1521
Pati Unus
- 1521-1548
Trenggana
Sejarah
- Berdirinya kota
pelabuhan Demak
1475
- Wafatnya raja
Trenggana
1548
Sejarah Indonesia
Lihat pula:
Garis waktu sejarah Indonesia
Sejarah Nusantara
Prasejarah
Kerajaan Hindu-Buddha
Kutai (abad ke-4)
Tarumanagara (358669)
Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7)
Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13)
Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9)
Kerajaan Medang (7521006)
Kerajaan Kahuripan (10061045)
Kerajaan Sunda (9321579)
Kediri (10451221)
Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14)
Singhasari (12221292)
Majapahit (12931500)
Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15)
Kerajaan Islam
Kerajaan Kristen
Kerajaan Larantuka (1600-1904)
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional (1899-1942)
Pendudukan Jepang (19421945)
Revolusi nasional (19451950)
Indonesia Merdeka
Orde Lama (19501959)
Kesultanan Demak atau Kerajaan Demak adalah kerajaan Islam pertama dan terbesar di pantai
utara Jawa ("Pasisir"). Menurut tradisi Jawa, Demak sebelumnya merupakan kadipaten dari
kerajaan Majapahit, kemudian muncul sebagai kekuatan baru mewarisi legitimasi dari kebesaran
Majapahit.[1]
Kerajaan ini tercatat menjadi pelopor penyebaran agama Islam di pulau Jawa dan Indonesia pada
umumnya. Walau tidak berumur panjang dan segera mengalami kemunduran karena terjadi
perebutan kekuasaan di antara kerabat kerajaan. Pada tahun 1568, kekuasaan Demak beralih
ke Kerajaan Pajang yang didirikan oleh Jaka Tingkir. Salah satu peninggalan bersejarah Kerajaan
Demak ialah Mesjid Agung Demak, yang menurut tradisi didirikan oleh Walisongo.
Lokasi keraton Demak, yang pada masa itu berada di tepi laut, berada di kampung Bintara (dibaca
"Bintoro" dalam bahasa Jawa), saat ini telah menjadi kota Demak di Jawa Tengah. Sebutan kerajaan
pada periode ketika beribukota di sana dikenal sebagai Demak Bintara. Pada masa raja ke-4
ibukota dipindahkan ke Prawata (dibaca "Prawoto") dan untuk periode ini kerajaan disebut Demak
Prawata.
Daftar isi
[sembunyikan]
1Masa awal
2Pelabuhan
3Masa keemasan
o
4Kemunduran
5Catatan
6Lihat pula
7Pranala luar
Menjelang akhir abad ke-15, seiring dengan kemuduran Majapahit, secara praktis beberapa wilayah
kekuasaannya mulai memisahkan diri. Bahkan wilayah-wilayah yang tersebar atas kadipatenkadipaten saling serang, saling mengklaim sebagai pewaris tahta Majapahit.
Sementara Demak yang berada di wilayah utara pantai Jawa muncul sebagai kawasan yang
mandiri. Dalam tradisi Jawa digambarkan bahwa Demak merupakan penganti langsung dari
Majapahit, sementara Raja Demak (Raden Patah) dianggap sebagai putra Majapahit terakhir.
Kerajaan Demak didirikan oleh kemungkinan besar seorang Tionghoa Muslim bernama Cek Ko-po.
[2]
Kemungkinan besar puteranya adalah orang yang oleh Tom Pires dalam Suma Oriental-nya
dijuluki "Pate Rodim", mungkin dimaksudkan "Badruddin" atau "Kamaruddin" dan meninggal sekitar
tahun 1504. Putera atau adik Rodim, yang bernama Trenggana bertahta dari
tahun 1505 sampai 1518, kemudian dari tahun 1521 sampai 1546. Di antara kedua masa ini yang
bertahta adalah iparnya, Raja Yunus (Pati Unus) dari Jepara. Sementara pada
masa Trenggana sekitar tahun 1527 ekspansi militer Kerajaan Demak berhasil menundukan
Majapahit.[1]
Pada awal abad ke-16, Kerajaan Demak telah menjadi kerajaan yang kuat di Pulau Jawa, tidak satu
pun kerajaan lain di Jawa yang mampu menandingi usaha kerajaan ini dalam memperluas
kekuasaannya dengan menundukan beberapa kawasan pelabuhan dan pedalaman di nusantara.
Kerajaan Islam di Indonesia: Sejarah Kerajaan Demak | Demak pada awalnya merupakan sebuah
kadipaten yang ada di bawah kekuasaan dari Kerajaan majapahit. Disaat Majapahit itu runtuh, maka
Demak kemudian mulai memisahkan diri dari Ibu Kota di Bintoro. Kerajaan Demak adalah kerajaan islam
yang pertama ada di Jawa. Kerajaan Demak mulai didirikan oleh Raden Patah. Letak kerajaan demak ini
sangatlah strategis karena terletak antara Bergota sebagai pelabuhan dari kerajaan Mataram Kuno dan
Jepara, keduanya ini yang telah menempatkan Demak menjadi sebagai kerajaan yang sangat besar
pengaruhnya di Nusantara. Pendiri kerajaan demak ialah raden Patah seorang putra dari Brawijaya V
yang berasal dari Majapahit dengan putri yang berasal dari Campa. Daerah kekuasaan demak ini
mencakup Palembang, Banjar dan Maluku serta bagian utara pada pantai Pulau Jawa.
Kehidupan
Politik
Raja pertama yang bertahta di Kerajaan Demak ialah Raden Patah yang memiliki gelar yaitu Senapati
Jumbung Ngabdurrahman Panembahan Palembang Sayidin Panatagama. Di tahun 1507, Raden Patah
akhirnya digantikan oleh seorang putranya yang bernama Pati Unus. Sebelum dia menjadi Raja, Pati
Unus sudah pernah dalam memimpin armada laut kerajaan Demak untuk menyerang Portugis yang ada
di Malaka. Namun, usaha Pati Unus tersebut masih mengalami kegagalan. Berkat keberaniannya dalam
menyerang Portugis yang ada di Malaka tersebut, akhirnya Pati unus dijuluki sebagai Pangeran Sabrang
Lor. Di tahun 1521, Pati Unus wafat dan tahtanya digantikan oleh adiknya memiliki nama Trenggana. Di
masa kekuasaan dari Sultan Trenggan, kerajaan Demak mulai mencapai puncak kejayaannya.
Kerajaan Islam di Indonesia: Sejarah Kerajaan Demak
Sesudah berkuasa, kemudian Sultan Trenggana mulai meneruskan upaya dalam menahan pengaruh dari
Portugis yang tengah berusaha untuk menjalin kerjasama bersama kerajaan Sunda atau Pajajaran.
Ketika itu, Raja Samiam yang berasal dari kerajaan Sunda telah memberikan izin untuk membangun
kantor dagangnya di Sunda Kelapa. Oleh nya itu, Sultan Trenggana akhirnya mengeluarkan utusan yaitu
Fatahillah atau Faletehan untuk bisa mencegah supaya Portugis tak menguasai wilayah Sunda Kelapa
dan Banten. Sunda Kelapa adalah wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Pada saat itu, Portugis
mendirikan benteng yang ada di Sunda Kelapa. Namun, kerajaan Demak tak senang dengan adanya
kehadiran orang-orang Portugis tersebut. Akhirnya, Fatahillah kemudian sukses dalam mengalahkan
Portugis. Banten dan Cirebon akhirnya dapat dikuasai oleh Fatahillah bersama pasukannya. Berkat
jasanya ini, untuk mengenang kemenangan tersebut maka Sunda Kelapa mulai diganti menjadi Jayakarta
di tanggal 22 Juni 1527. Dan itu membuat Sultan Trenggana menjadi Raja terbesar yang ada di Demak.
Pasukan Demak mulai terus bergerak mengarah ke pedalaman dan berhasil dalam menundukkan
beberapa wilayah yang berada di Timur. Daerah-daerah yang masih memiliki corak Hindu dan Buddha
yang ada di Jawa Timur kemudian satu persatu dikalahkan yakni Wirosari dan Tuban pada tahun 1528,
Madiun pada tahun 1529, Lamongan, Blitar, Pasuruan dan Wirosobo pada tahun 1541 sampai dengan
1542. Mataram, Madura dan Pajang pun jatuh didalam kekuasaan kerajaan Demak. Untuk dapat
memperkuat kedudukannya maka Sultan Trenggana menikahkan putrinya bersama dengan Pangeran
Langgar yang menjadi Bupati Madura. Selanjutnya, Putra Bupati Pengging yaitu Tingkir juga diambil
sebagai menantu Sultan Trenggana dan diangkatlah dia menjadi Bupati di Pajang.
Di tahun 1546, Sultan Trenggana akhirnya wafat di medan pertempuran ketika melakukan penyerangan
di Pasuruan. Sejak wafatnya Sultan Trenggana, maka Kerajaan Demak dilanda persengketaan dalam
memperebutkan kekuasaan yang ada di kalangan keluarga kerajaan. Pengganti Sultan Trenggana ialah
Pangeran Mukmin atau Pangeran Prawoto sebagai putra tertua dari Sultan Trenggana akan tetapi
Pangeran Prawoto kemudian dibunuh oleh Arya Penangsang yaitu Bupati Jipang. Selanjutnya, tahta
kerajaan Demak akhirnya diduduki oleh Arya Penangsang. Akan tetapi keluarga kerajaan tidak
menyetujui atas naik tahtanya Arya Penangsang menjadi Raja. Berkat bantuan dari pangeran Hadiwijaya
atau Jaka Tingkir maka keluarga kerajaan berhasil dalam mengalahkan Arya Penangsang. Sejak saat
itulah, kerajaan demak akhrinya dipindahkan ke wilayah Pajang.
Kehidupan
Ekonomi
Kerajaan
Demak
Kerajaan Demak sudah menjadi salah satu bandar pelabuhan yang ada di Nusantara, Demak memiliki
peran yang sangat begitu penting didalam kehidupan perekonomian antarpulau. Demak mempunyai
peran yang penting sebab memiliki daerah pertanian yang lumayaan luas dan menjadi penghasil bahan
makanan seperti beras. Selain itu, perdagangannya juga semakin meningkat. Komoditas yang banyak
diekspor yaitu Lilin, Madu dan Beras. Barang-barang tersebut kemudian diekspor ke Malaka melewati
Pelabuhan Jepara. Kegiatan perdagangan Maritim tersebut telah menyebabkan kerajaan demak
memperoleh keuntungan sangat begitu besar. Banyak kapal yang berlalu lalang pada kawasan laut jawa
dalam memasarkan komoditasnya tersebut.
Kehidupan
Sosial
dan
Budaya
Pada kehidupan sosial dan budaya di masyarakat kerajaan Demak sudah berjalan dengan teratur.
Kehidupan budaya dan sosial masyarakat yang ada di Demak sudah teratur sesuai dengan hukum Islam
sebab pada dasarnya Demak ialah tempat berkumpulnya para Wali Sanga. Adapun hasil kebudayaan
dari kerajaan Demak yang berhubungan dengan Islam dan hingga saat ini masih berdiri kokoh ialah
Masjid Agung Demak. Masjid tersebut adalah lambang kebesaran kerajaan Demak yang menjadi
kerajaan Islam di Indonesia.
Masjid Agung Demak, selain memiliki banyak ukir-ukiran yang menunjukkan ciri-ciri Islam juga
mempunyai keistimewaan yakni terdapat salah satu tiangnya terbuat dari kumpulan sisa-sisa kayu bekas
pada pembangunan masjid yang akhirnya disatukan. Selain Masjid Agung Demak, Sunan Kali juga
menjadi peletak atas dasar-dasar perayaan Sekaten yang ada dimasa Kerajaan Demak. Perayaan
tersebut diadakan oleh Sunan Kalijaga dalam menarik minat masyarakat agar bersedia untuk masuk
Islam. Sekaten tersebut kemudian menjadi sebuah tradisi atau kebudayaan yang secara terus menerus
dipelihara hingga saat ini, terutama yang ada didaerah Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta.