PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, murid harus berkembang secara optimal
dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan
kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya
dalam interaksinya dengan lingkungan.
Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang
efektif. Untuk itu sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang
layanan dan konseling di sekolah.
1.2 Tujuan
1. Menambah pemahaman tentang hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah
2. Menambah pemahaman tentang tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan
bimbingan kepada para siswa.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Apa saja tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan bimbingan kepada para
siswa?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan
kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang- kadang
dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah
termasuk di dalamnya kegiatan konseling.
Pendapat beberapa ahli tentang pengertian bimbingan:
a. Menurut Jones (1963)
Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and
in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas
pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya
sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
(Soetjipto & Raflis ,2007:61)
b. Rochman Natawidjaja (1978)
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
memberikan sumbangan yang berarti.
c.
Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu- individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan- kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan :
1. Suatu proses yang berkesinambungan
2. Suatu proses yang membantu individu
3. Bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya
4. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya
2
landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Menurut Winkel (1991) landasanlandasan itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan selalu memperhatikan pekerjaan siswa sebagai individu yang mandiri dan
mempunyai potensi untuk berkembang
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan
yang dibimbing
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang memiliki hak-hak asasi
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidangbidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
6. Pelayanan ditunjukkan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Prinsip-prinsip dasar atau landasan tersebutmerupakan dasar filosofis dalam layanan
bimbingan dan konseling.Sebagai suatu kegiatan professional.(Soetjipto & Raflis ,2007:6970)
2.4.
Orientasi Individual
Pada hakikatnya setiap individu itu memiliki perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu
dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki dan sebagainya. Perbedaan latar belakang individu ini dapat mempengaruhinya
dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan
bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.
b.
Orientasi Perkembangan
Orientasi Masalah
Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi
oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak
dikeluhkan oleh klien. Hal ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985).Artinya
pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan
oleh klien. Oleh karena itu, konselor harus arif dan bijaksana dalam menanggapi
pembicaraan klien. Konselor harus selalu sadar akan arah sasaran yang akan dituju untuk
memecahkan masalah klien.
2.5.
Layanan orientasi
Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
dan pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik
(terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta
didik untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang
baru ini.
Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:
i. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
ii. Peraturan dan hak hak serta kewajiban siswa.
iii. Organisasi dan wadah wadah yang dapat membantu dan meningkatka hubungan
soaial siswa.
iv. Kurikulum dengan seluruh aspek aspeknya.
v. Peranan kegiatan bimbingan karier.
vi. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah
dan kesulitan siswa.
b.
Layanan Informasi
Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan
pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik
(terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan
dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan sehari hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Materi layanan informasi menyagkut:
i. Tugas tugas perkembangan masa remaja akhir, yaitu tentang kemampuan dan
perkembangan pribadi.
ii. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk bentuk
penyaluran dan pengembangannya.
iii. Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.
iv. Nilai nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan perkembangan di
masyarakat.
v. Mata pelajaran dan pembidangannya.
vi. System penjurusan, kenaikan kelas, dan syarat syarat mengikuti ujian akhir.
vii. Fasilitas penunjang/ sumber belajar.
viii. Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.
ix. Syarat syarat memasuki jabatan, kondisi jabatan/karier serta prospeknya.
x. Langkah langkah yang perlu ditempuh guna menentukan jabatan/karier.
xi. Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita cita karier.
xii. Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier.
c.
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan atau program studi, program pilihan, kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.
Materi kegiatan layanan penempatandan penyaluran meliputi;
6
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi;
i. Mengembangkan pemahaman diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan,
bakat, minat, kekuatan kekuatan dan penyalurannya, kelemahan kelemahan dan
penanggulangannya, dan usaha usaha pencapaian cita cita/perencanaan masa
depan.
ii. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial
dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
iii. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara
efektif dan efisien.
iv. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.
v. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi
dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang
hendak dikembangkan.
vi. Orientasi belajaar di perguruan tinggi
vii. Orientasi hidup berkeluarga.
e.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendaptkan
layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
7
Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor)
yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari hari baik individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Materi layanan bimbingan kelompok:
i. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita cita serta
penyalurannya.
ii. Pengenalan
kelemahan
kekuatan
diri
dan
pengembangannya.
iii. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima/menyampaikan pendapat,
bertingkah laku dan hubungan sosila baik di rumah, sekolah, maupun di
masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi/peraturan
ssekolah.
iv. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan luar sekolah
dan kondisi/peraturan sekolah.
v. Pengembangan teknik teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,dan
kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.
vi. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.
vii. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak
dikembangkan.
Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
g.
Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permaslahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok.Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antarsesama anggota
kelompok.Pelayanan
konseling
kelompok
merupakan
pelayanan
konseling
yang
proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial.
Bimbingan dan Konseling menangani masalah- masalah atau hal-hal diluar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran disekolah.
9
Bimbingan dan Konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disekolah.
Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro (1982) sebagai berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam
waktu sekitar 6 jam hidupnya berada disekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagi macam
kesulitan.
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang
dikutip oleh Belkin,1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu
guru dalam hal :
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi
proses belajar-mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan sekolah.
(Soetjipto & Raflis ,2007:64-65)
2.7.
memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan
tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar sehingga
mengakibatkan beberapa hal tidak baik seperti :
1. Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata kelas
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti, tidak konsentrasi dalam belajar, malas
mengerjakan tugas-tugasnya, dan sebagainya
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka menggangu,
dan sebagainya.
10
Guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya
dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara
aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan itu.
Perilaku guru juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat
otoriter akan menimbulkan suasana belajar yang tegang sehingga menyebabkan hubungan
guru dan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan
sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas dan sebagainya. Oleh karena itu guru harus
dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai
dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
i.
Jika diatas telah diuraikan hal-hal yang harus diperhatikan maka berikut adalah peran guru
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar :
i. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan
berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan
dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
ii. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kemampuan-kemampuan,
sikap, minat dan pembawaannya.
iii. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
iv. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siwa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
v. Membantu memilih jurusan yang cocok yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
Disamping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam
proses pembelajaran seperti berikut :
i.
Melakukan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari tahu
bidang/bagian
dimana
siswa
mengalami
kesulitan
yang
12
b.
Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajarmengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan diluar kelas. Tugastugas bimbingan itu antara lain:
i.
ii.
iii.
iv.
Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru
dan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam
proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan
bimbingan disekolah perlu dukungan arau bantuan guru.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan
konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua
belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:
1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa
2. Keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk
layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan
sebagainya.
Dilain pihak guru juga mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam,
karena guru tidak terlatih melaksanakan semua tugas itu.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapi
siswa.
Didalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihakpihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Kegiatan
semacam ini disebut dengan koferensi kasus.Bila guru menemui masalah yang berada diluar
batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada
konselor.
13
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai layanan profesional yang bertujuan
untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang seringkali
dihadapi siswa. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bersama, semua personel
sekolah (guru, konselor, dan lain-lain) mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan
program bimbingan dan konseling. Terlepas dari peranan personel pendidikan lain disekolah,
guru mempunyai peranan amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini
disebabkan oleh posisi guru yang memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa
sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personel
sekolah lainnya.
15
DAFTAR PUSTAKA
16