Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan itu, murid harus berkembang secara optimal
dengan kemampuan untuk berkreasi, mandiri, bertanggung jawab, dan dapat memecahkan
masalah-masalah yang dihadapi. Pendidikan harus membantu bukan hanya mengembangkan
kemampuan intelektualnya, tetapi juga kemampuan mengatasi masalah yang ditemuinya
dalam interaksinya dengan lingkungan.
Sekolah tidak hanya berfungsi memberikan pengetahuan dalam kegiatan belajar
mengajar di kelas, tetapi juga dapat mengembangkan keseluruan kepribadian anak. Oleh
karena itu, guru harus mengetahui lebih dari sekedar masalah bagaimana mengajar yang
efektif. Untuk itu sebagai calon guru kita perlu mengetahui wawasan dan pemahaman tentang
layanan dan konseling di sekolah.
1.2 Tujuan
1. Menambah pemahaman tentang hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah
2. Menambah pemahaman tentang tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan
bimbingan kepada para siswa.
1.3 Rumusan Masalah
1. Bagaimana hakikat layanan bimbingan dan konseling di sekolah?
2. Bagaimana peranan guru dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di
sekolah.
3. Apa saja tugas dan peran serta guru dalam pemberian layanan bimbingan kepada para
siswa?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
Bimbingan dan konseling merupakan dua istilah yang sering dirangkaikan bagaikan
kata majemuk. Hal itu mengisyaratkan bahwa kegiatan bimbingan kadang- kadang
dilanjutkan dengan kegiatan konseling. Dengan demikian dalam istilah bimbingan sudah
termasuk di dalamnya kegiatan konseling.
Pendapat beberapa ahli tentang pengertian bimbingan:
a. Menurut Jones (1963)
Guidance is the help given by one person to another in making choice and adjustments and
in solving problems. Dalam pengertian tersebut terkandung maksud bahwa tugas
pembimbing hanyalah membantu agar individu yang dibimbing mampu membantu dirinya
sendiri, sedangkan keputusan terakhir tergantung kepada individu yang dibimbing (klien).
(Soetjipto & Raflis ,2007:61)
b. Rochman Natawidjaja (1978)
Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga
serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat
memberikan sumbangan yang berarti.
c.

Bimo Walgito (1982 : 11)

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau
sekumpulan individu- individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan- kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu- individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa bimbingan merupakan :
1. Suatu proses yang berkesinambungan
2. Suatu proses yang membantu individu
3. Bantuan yang diberikan dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat
mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan potensinya
4. Kegiatan yang bertujuan utama memberikan bantuan agar individu dapat memahami
keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya
2

(Soetjipto & Raflis ,2007:62)


Pendapat beberapa ahli tentang pengertian konseling :
a. James P. Adam
Konseling adalah suatu pertalian timbal balik antara dua orang individu dimana yang
seorang (konselor) membantu yang lain (konseli) supaya dia dapat lebih baik memahami
dirinya dalam hubungannya dalam masalah hidup yang dihadapinya pada waktu itu dan
pada waktu yang akan datang.
b. Bimo Walgito (1982;11)
Konseling adalah bantuan yang diberika kepada individu dalam memecahkan masalah
kehidupannya dengan wawancara, dengan cara-cara yang sesuai dengan keadaan individu
yang dihadapi untuk mencapai kesejahteraan hidupnya.
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh banyak ahli itu, dapat
dikemukakan bahwa konseling memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Pada umumnya dilakukan secara individual
2. Dilakukan dalam suatu perjumpaan tatap muka
3. Dibutuhkan orang yang ahli untuk melakukan konseling
4. Tujuan pembicaraan dalam proses konseling ini diarahkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi klien
5. Klien yang menerima pelayanan akhirnya mampu memecahkan masalahnya dengan
kemampuannya sendiri. (Soetjipto & Raflis ,2007:63)
2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Layanan BK sangat dibutuhkan agar siswa-siswa yang mempunyai masalah dapat
terbantu, sehingga mereka dapat belajar lebih baik. Tujuan pelaksanaan BK disekolah adalah
untuk membantu siswa:
1. Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang
tinggi.
2. Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada
saat proses belajar-mengajar berlangsung dan dalam hubungan sosial.
3. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
4. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
5. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan
jenis pekerjaan setelah mereka tamat.

6. Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional


disekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya
sendiri, terhadap lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
(Soetjipto & Raflis ,2007:65-66)
2.3.

Landasan Bimbingan dan Konseling


Pemberian layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya selalu didasarkan atas

landasan-landasan utama atau prinsip-prinsip dasar. Menurut Winkel (1991) landasanlandasan itu adalah sebagai berikut:
1. Bimbingan selalu memperhatikan pekerjaan siswa sebagai individu yang mandiri dan
mempunyai potensi untuk berkembang
2. Bimbingan berkisar pada dunia subjektif masing-masing individu
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara pembimbing dengan
yang dibimbing
4. Bimbingan berlandaskan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang
dibimbing sebagai manusia yang memiliki hak-hak asasi
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidangbidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis
6. Pelayanan ditunjukkan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang
bermasalah saja.
7. Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus,
berkesinambungan, berurutan, dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
Prinsip-prinsip dasar atau landasan tersebutmerupakan dasar filosofis dalam layanan
bimbingan dan konseling.Sebagai suatu kegiatan professional.(Soetjipto & Raflis ,2007:6970)
2.4.

Orientasi Layanan Bimbingan dan Konseling


Layanan bimbingan dan konseling menekankan pada orientasi-orientasi berikut :
a.

Orientasi Individual

Pada hakikatnya setiap individu itu memiliki perbedaan satu sama lainnya. Perbedaan itu
dapat bersumber dari latar belakang pengalamannya, pendidikan, sifat-sifat kepribadian yang
dimiliki dan sebagainya. Perbedaan latar belakang individu ini dapat mempengaruhinya
dalam cara berpikir, cara berperasaan, dan cara menganalisis masalah. Dalam layanan
bimbingan dan konseling hal ini harus menjadi perhatian besar.

b.

Orientasi Perkembangan

Masing-masing individu berbeda pada usia perkembangannya. Dalam setiap tahap


usia perkembangan, individu yang bersangkutan hendaknya mampu mewujudkan tugas-tugas
perkembangannya itu. Pencapaian tugas perkembangan disuatu tahap perkembangan akan
mempengaruhi perkembangan berikutnya (Ratna Asmara Pane, 1988).
Pencapaian atau perwujudan tugas-tugas perkembangan setiap tahap atau periode
merupakan salah satu tolak ukur dalam mendeteksi masalah-masalah yang dihadapi klen
siswa. Penyimpangan tingkah laku dan pola pikir dapat diketahui dari pencapaian tugas-tugas
perkembangannya.
Bertolak dari pemahaman tentang perkembangan klien ini, konselor dapat segera
mendiaknosis sumber timbulnya permasalahan klien. Dengan demikian pemberian layanan
dapat berlangsung efektif dan efisien.
c.

Orientasi Masalah

Layanan bimbingan dan konseling harus bertolak dari masalah yang sedang dihadapi
oleh klien. Konselor hendaknya tidak terperangkap dalam masalah-masalah lain yang tidak
dikeluhkan oleh klien. Hal ini disebut dengan asas kekinian (Prayitno, 1985).Artinya
pembahasan masalah difokuskan pada masalah yang saat ini (saat berkonsultasi) dirasakan
oleh klien. Oleh karena itu, konselor harus arif dan bijaksana dalam menanggapi
pembicaraan klien. Konselor harus selalu sadar akan arah sasaran yang akan dituju untuk
memecahkan masalah klien.
2.5.

Jenis Jenis Layanan Kegiatan Bimbingan dan Konseling


Menurut Sukardi (2008: 60), ada sejumlah layanan dalam bimbingan dan konseling di

sekolah diantaranya sebagai berikut:


a.

Layanan orientasi

Layanan orientasi yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik
dan pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh besar terhadap peserta didik
(terutama orang tua) memahami lingkungan (seperti sekolah) yang baru dimasuki peserta
didik untuk mempermudah dan memperlancar berperannya peserta didik di lingkungan yang
baru ini.
Materi kegiatan layanan orientasi menyangkut:
i. Pengenalan lingkungan dan fasilitas sekolah.
ii. Peraturan dan hak hak serta kewajiban siswa.

iii. Organisasi dan wadah wadah yang dapat membantu dan meningkatka hubungan
soaial siswa.
iv. Kurikulum dengan seluruh aspek aspeknya.
v. Peranan kegiatan bimbingan karier.
vi. Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam membantu segala jenis masalah
dan kesulitan siswa.
b.

Layanan Informasi

Layanan informasi yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik dan
pihak pihak lain yang dapat memberikan pengaruh yang besar kepada peserta didik
(terutama orang tua) dalam menerima dan memahami informasi (seperti informasi pendidikan
dan informasi jabatan) yang dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan
pengambilan keputusan sehari hari sebagai pelajar, anggota keluarga, dan masyarakat.
Materi layanan informasi menyagkut:
i. Tugas tugas perkembangan masa remaja akhir, yaitu tentang kemampuan dan
perkembangan pribadi.
ii. Usaha yang dapat dilakukan dalam mengenal bakat, minat, serta bentuk bentuk
penyaluran dan pengembangannya.
iii. Tata tertib sekolah, cara bertingkah laku, tata karma, dan sopan santun.
iv. Nilai nilai sosial, adat istiadat, dan upaya yang berlaku dan perkembangan di
masyarakat.
v. Mata pelajaran dan pembidangannya.
vi. System penjurusan, kenaikan kelas, dan syarat syarat mengikuti ujian akhir.
vii. Fasilitas penunjang/ sumber belajar.
viii. Cara mempersiapkan diri dan belajar di sekolah.
ix. Syarat syarat memasuki jabatan, kondisi jabatan/karier serta prospeknya.
x. Langkah langkah yang perlu ditempuh guna menentukan jabatan/karier.
xi. Memasuki perguruan tinggi yang sejalan dengan cita cita karier.
xii. Pelaksanaan pelayanan bantuan untuk masalah pribadi, sosial, belajar, dan karier.
c.

Layanan Penempatan dan Penyaluran

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan dan
penyaluran yang tepat (misalnya penempatan/penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar,
jurusan atau program studi, program pilihan, kegiatan ekstra kurikuler) sesuai dengan potensi,
bakat, dan minat serta kondisi pribadinya.
Materi kegiatan layanan penempatandan penyaluran meliputi;
6

i. Penempatan kelas siswa, program studi/jurusan dann pilihan ekstra kurikuler


yang dapat menunjang pengembangan sikap, kebiasaan, kemampuan, bakat, dan
minat.
ii. Penempatan dan penyaluran dalam kelompok sebaya, kelompok belajar, dan
organisasi kesiswaan serta kegiatan sosial sekolah.
iii. Membantu dalam kegiatan program khusus sesuai dengan kebutuha siswa.
iv. Menempatkan dan menyalurkan siswa pada kelompok yang membahas pilihan
khusus program studi sesuai dengan rencana karier, kelompok latihan
keterampilan dan kegiatan ekstrakurikuler atau magang yang diadakan sekolah
atau lembaga kerja/industri.
d.

Layanan Bimbingan Belajar

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mengembangkan
diri berkenaan dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, materi belajar yang cocok
dengan kecepatan dan kesulitan belajarnya, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar
lainnya, sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
Materi kegiatan layanan bimbingan belajar meliputi;
i. Mengembangkan pemahaman diri, terutama pemahaman sikap, sifat, kebiasaan,
bakat, minat, kekuatan kekuatan dan penyalurannya, kelemahan kelemahan dan
penanggulangannya, dan usaha usaha pencapaian cita cita/perencanaan masa
depan.
ii. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, bertingkah laku dalam hubungan sosial
dengan teman sebaya, guru, dan masyarakat luas.
iii. Mengembangkan sikap dan kebiasaan dalam disiplin belajar dan berlatih secara
efektif dan efisien.
iv. Teknik penguasaan materi pelajaran, baik ilmu pengetahuan teknologi, dan kesenian.
v. Membantu memantapkan pilihan karier yang hendak dikembangkan melalui orientasi
dan informasi dunia kerja dan perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang
hendak dikembangkan.
vi. Orientasi belajaar di perguruan tinggi
vii. Orientasi hidup berkeluarga.
e.

Layanan Bimbingan dan Konseling Perseorangan

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik mendaptkan
layanan langsung secara tatap muka dengan guru pembimbing/konselor dalam rangka
pembahasan dan pengentasan permasalahannya.
7

Materi layanan konseling perorangan meliputi;


i. Pemahaman sikap, kebiasaan, kekuatan diri dan kelemahan, bakat dan minat, serta
penyalurannya.
ii. Pengentasan kelemahan diri dan pengembangan kekuatan diri.
iii. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima dan menyampaikan
pendapat, bertingkah laku sosial, baik di rumah, sekolah, dan masyarakat.
iv. Mengembangkan sikap kebiasaan belajar yang baik, disiplin, dan berlatih
pengenalan belajar sesuai dengan kemampuan kebiasaan, dan potensi diri.
v. Pemantapan pilihan jurusan dan perguruan tinggi.
vi. Pengembangan dan pemantapan kecenderungan karier dan pendidikan lanjutan
yang sesuai dengan rencana karier.
vii. Informasi karier, dunia kerja, penghasilan, dan prospek masa depan karier.
Pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pribadi, keluarga, dan sosial.
f.

Layanan Bimbingan Kelompok

Yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu (terutama dari pembimbing/konselor)
yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari hari baik individu maupun sebagai
pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan
keputusan.
Materi layanan bimbingan kelompok:
i. Pengenalan sikap dan kebiasaan, bakat dan minat dan cita cita serta
penyalurannya.
ii. Pengenalan

kelemahan

diri dan penanggulangannya,

kekuatan

diri

dan

pengembangannya.
iii. Pengembangan kemampuan berkomunikasi, menerima/menyampaikan pendapat,
bertingkah laku dan hubungan sosila baik di rumah, sekolah, maupun di
masyarakat, teman sebaya di sekolah dan luar sekolah dan kondisi/peraturan
ssekolah.
iv. Pengembangan sikap dan kebiasaan belajar yang baik di sekolah dan luar sekolah
dan kondisi/peraturan sekolah.
v. Pengembangan teknik teknik penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi,dan
kesenian sesuai dengan kondisi fisik, sosial, dan budaya.
vi. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan upaya memperoleh penghasilan.

vii. Orientasi dan informasi perguruan tinggi sesuai dengan karier yang hendak
dikembangkan.
Pengambilan keputusan dan perencanaan masa depan.
g.

Layanan Konseling Kelompok

Yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik memperoleh
kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permaslahan yang dialaminya melalui
dinamika kelompok.Dinamika kelompok adalah suasana yang hidup, yang berdenyut, yang
bergerak, yang berkembang, yang ditandai dengan adanya interaksi antarsesama anggota
kelompok.Pelayanan

konseling

kelompok

merupakan

pelayanan

konseling

yang

diselenggarakan dalam suasana kelompok.


Materi layanan konseling kelompok mencakup:
i. Pemahaman dan pengembangan sikap, kebiasaan, bakat, minat, dan penyalurannya.
ii. Pemahaman kelemahan diri dan penanggulangannya, pengenalan kekuatan diri dan
pengembangannya.
iii. Perencanaan dan perwujudan diri.
iv. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi, menerima/menyampaikan pendapat,
bertingkah laku dan hubungan sosial, baik di rumah, di sekolah, dan di masyarakat.
v. Mengembangkan hubungan teman sebaya baik di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat sesuai dengan kondisi, peraturan materi pelajaran.
vi. Mengembangkan sikap dan kebiasaan belajar, disiplin belajar, dan berlatih, serta
teknik teknik penguasaan materi pelajaran.
vii. Pemahaman kondisi fisik, sosial, dan budaya dalam kaitannya dengan orientasi belajar
di perguruan tinggi.
Mengembangkan kecenderungan karier yang menjadi pilihan siswa.
viii. Orientasi dan informasi karier, dunia kerja, dan prospek masa depan.
ix. Informasi perguruan tinggi yang sesuai dengan karier yang akan dikembangkan.
x. Pemantapan dalam mengambil keputusan dalam rangka perwujudan diri.
2.6.

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan di Sekolah


Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka

proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial.
Bimbingan dan Konseling menangani masalah- masalah atau hal-hal diluar bidang garapan
pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan
pengajaran disekolah.
9

Bimbingan dan Konseling semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaannya disekolah.
Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti yang dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro (1982) sebagai berikut:
1. Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah, dimana anak dalam
waktu sekitar 6 jam hidupnya berada disekolah.
2. Para siswa yang usianya relatif muda sangat membutuhkan bimbingan baik dalam
memahami dirinya, mengarahkan dirinya, maupun dalam mengatasi berbagi macam
kesulitan.
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang
dikutip oleh Belkin,1981). Mereka menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu
guru dalam hal :
1. Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang
mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
2. Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi
proses belajar-mengajar.
3. Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
4. Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan dan konseling tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan sekolah.
(Soetjipto & Raflis ,2007:64-65)
2.7.

Peranan Bimbingan dan Konseling dalam Pembelajaran Siswa


Dalam proses pembelajaran, guru mempunyai keinginan agar semua siswanya dapat

memperoleh hasil belajar yang baik dan memuaskan. Harapan tersebut sering kali kandas dan
tidak bisa terwujud, sering mengalami berbagai macam kesulitan dalam belajar sehingga
mengakibatkan beberapa hal tidak baik seperti :
1. Hasil belajar yang rendah, dibawah rata-rata kelas
2. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan
3. Menunjukkan sikap yang tidak wajar seperti, tidak konsentrasi dalam belajar, malas
mengerjakan tugas-tugasnya, dan sebagainya
4. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka menggangu,
dan sebagainya.
10

Dengan gejala-gejala yang ditunjukkan diatas kemungkinan siswa sedang mengalami


suatu masalah/kesulitan, seperti masalah dalam belajar, masalah sosial maupun masalah
pribadi. Namun dalam hal ini tidak semua guru bisa tahu dan mengerti jika siswa nya sedang
mengalami suatu kesulitan, sedangkan siswa yang mempunyai masalah terkadang tidak tahu
harus bercerita kepada siapa dan bagaimana cara untuk mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya. Apabila masalah tersebut tidak segera diatasi maka akan berpengaruh pada
konsentrasi belajar siswa tersebut. Untuk itu diperlukannya guru BK yang bisa melakukan
kegiatan bimbingan dan konseling untuk siswa-siswa yang memiliki masalah dan membantu
mengatasinya.
(Soetjipto & Raflis ,2007:66-67)
2.8.

Peranan Guru dalam Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Peranan guru dalam pelaksanaan BK di sekolah dibedakan menjadi dua :


a.

Tugas Guru dalam Layanan Bimbingan di Kelas

Guru harus mempunyai gambaran yang jelas tentang tugas-tugas yang harus dilakukannya
dalam kegiatan bimbingan. Kejelasan tugas ini dapat memotivasi guru untuk berperan secara
aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas
terlaksananya kegiatan itu.
Perilaku guru juga dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat
otoriter akan menimbulkan suasana belajar yang tegang sehingga menyebabkan hubungan
guru dan siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan
sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas dan sebagainya. Oleh karena itu guru harus
dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belajar-mengajar.
Berikut beberapa hal yang harus diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai
dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
i.

Perlakuan terhadap siswa berlandaskan keyakinan bahwa sebagai individu, siswa


memiliki potensi untuk berkembang dan maju serta mampu mengarahkan dirinya
sendiri untuk mandiri.

ii. Bersikap positif dan wajar kepada siswa.


iii. Perlakukan siswa secara hangat, ramah, rendah hati, dan menyenangkan.
iv. Pemahaman siswa secara empatik.
v.

Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu.

vi. Tidak berpura-pura didepan siswa.


vii. Penyesuaian diri terhadap keadaan yang khusus.
11

Jika diatas telah diuraikan hal-hal yang harus diperhatikan maka berikut adalah peran guru
dalam melaksanakan proses belajar-mengajar :
i. Menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan setiap siswa merasa aman, dan
berkeyakinan bahwa kecakapan dan prestasi yang dicapainya mendapat penghargaan
dan perhatian. Suasana yang demikian dapat meningkatkan motivasi belajar siswa,
dan dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.
ii. Mengusahakan agar siswa-siswa dapat memahami dirinya, kemampuan-kemampuan,
sikap, minat dan pembawaannya.
iii. Mengembangkan sikap-sikap dasar bagi tingkah laku sosial yang baik.
iv. Menyediakan kondisi dan kesempatan bagi setiap siwa untuk memperoleh hasil yang
lebih baik.
v. Membantu memilih jurusan yang cocok yang sesuai dengan kemampuan dan
minatnya.
Disamping tugas-tugas tersebut, guru juga dapat melakukan tugas-tugas bimbingan dalam
proses pembelajaran seperti berikut :
i.

Melakukan kegiatan diagnostik kesulitan belajar. Dalam hal ini guru mencari tahu

sumber-sumber kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dengan cara :


1) Menandai siswa yang diperkirakan mengalami masalah, dengan jalan melihat
prestasi belajarnya yang paling rendah atau berada dibawah nilai rata-rata
kelasnya.
2) Mengidentifikasi mata pelajaran dimana siswa mendapat nilai rendah (dibawah
rata-rata kelas).
3) Menelusuri

bidang/bagian

dimana

siswa

mengalami

kesulitan

yang

menyebabkan nilainya rendah. Dengan demikian, dapat ditemukan salah satu


sumber penyebab timbulnya kesulitan belajar.
4) Melaksanakan tindak lanjut, apakah perlu pelajaran tambahan dengan
bimbingan dari guru secara khusus atau tindakan-tindakan lainnya.
ii.

Guru dapat memberikan bantuan sesuai dengan kemampuan dan kewenangannya

kepada murid dalam memecahkan masalah pribadi. Masalah-masalah yang belum


terpecahkan dan berada diluar batas kewenangan guru dapat dialihkan kepada guru yang
lebih ahli menangani masalah tersebut.

12

b.

Tugas Guru dalam Operasional Bimbingan di Luar Kelas

Tugas guru dalam layanan bimbingan tidak terbatas dalam kegiatan proses belajarmengajar atau dalam kelas saja, tetapi juga kegiatan-kegiatan bimbingan diluar kelas. Tugastugas bimbingan itu antara lain:
i.

Memberikan pengajaran perbaikan

ii.

Memberikan pengayaan dan pengembangan bakat siswa

iii.

Melakukan kunjungan rumah

iv.

Menyelenggarakan kelompok belajar. (Soetjipto & Raflis ,2007:107-110)


9.

Kerja Sama Guru dengan Konselor dalam Layanan Bimbingan

Dalam kegiatan-kegiatan belajar-mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru
dan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam
proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan
bimbingan disekolah perlu dukungan arau bantuan guru.
Layanan bimbingan di sekolah akan lebih efektif bila guru dapat bekerja sama dengan
konselor sekolah dalam proses pembelajaran. Adanya keterbatasan-keterbatasan dari kedua
belah pihak (guru dan konselor) menuntut adanya kerja sama tersebut.
Konselor mempunyai keterbatasan dalam hal yang berkaitan dengan:
1. Kurangnya waktu untuk bertatap muka dengan siswa
2. Keterbatasan konselor sehingga tidak mungkin dapat memberikan semua bentuk
layanan seperti memberikan pengajaran perbaikan untuk bidang studi tertentu, dan
sebagainya.
Dilain pihak guru juga mempunyai keterbatasan sebagai berikut:
1. Guru tidak mungkin lagi menangani masalah-masalah siswa yang bermacam-macam,
karena guru tidak terlatih melaksanakan semua tugas itu.
2. Guru sendiri sudah berat tugas mengajarnya, sehingga tidak mungkin lagi ditambah
tugas yang lebih banyak untuk memecahkan berbagai macam masalah yang dihadapi
siswa.
Didalam menangani kasus-kasus tertentu, konselor perlu menghadirkan guru atau pihakpihak terkait guna membicarakan pemecahan masalah yang dihadapi siswa.Kegiatan
semacam ini disebut dengan koferensi kasus.Bila guru menemui masalah yang berada diluar
batas kewenangannya, guru dapat mengalihtangankan masalah siswa tersebut kepada
konselor.

13

Kegiatan-kegiatan bimbingan dan konseling yang dilaksanakan disekolah, dikoordinasikan


oleh konselor, dengan demikian pelaksanaan kegiatan bimbingan oleh para guru tidak lepas
begitu saja, tetapi dipantau oleh konselor.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bimbingan dan konseling di sekolah sebagai layanan profesional yang bertujuan
untuk membantu proses perkembangan pribadi dan mengatasi masalah yang seringkali
dihadapi siswa. Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan bersama, semua personel
sekolah (guru, konselor, dan lain-lain) mempunyai peran masing-masing dalam pelaksanaan
program bimbingan dan konseling. Terlepas dari peranan personel pendidikan lain disekolah,
guru mempunyai peranan amat penting dalam pelaksanaan bimbingan di sekolah. Hal ini
disebabkan oleh posisi guru yang memungkinkannya bergaul lebih banyak dengan siswa
sehingga mempunyai kesempatan tatap muka lebih banyak dibandingkan dengan personel
sekolah lainnya.

15

DAFTAR PUSTAKA

Soetjipto; Raflis Kosasi.2007.Profesi Keguruan. Jakarta:Rineka Cipta

16

Anda mungkin juga menyukai