pada saat penekanan darah akan mengalir dari jantung keseluruh tubuh.
Sebaliknya pada saat pelepasan tekanan/relaksasi darah akan mengalir
ke dalam jantung akibat mekanisme pompa isap toraks.
Apabila hanya satu penolong, diberikan kompresi sebanyak 15 kali
dan diikuti pemberian 2 kali nafas dalam dengan cepat dan dalam. Dalam
satu menit harus ada 4 siklus kompresi dan ventilasi (yaitu: 60 kompresi
dan 8 nafas) (gambar 19).
Apabila ada 2 penolong, kompresi diberikan oleh salah satu
penolong dengan laju 60/menit dan nafas buatan oleh penolong kedua
yang dilakukan pada akhir hitungan ke limb, sehingga fre-kuensi nafas
menjadi 12 kali, sehingga perbandingannya menjadi 5: 1 (gambar 20).
Kompresi harus dilakukan secara halus dan berirama. Apabila
dilakukan dengan benar, kompresijantungluardapat menghasilkan tekanan
sistolik lebih dari 100 mm Hg dan tekanan rata-rata pada arteri karotis 40
mm Hg.
Teknik pada bayi dan anak-anak.
Pada prinsipnya bantuan hidup dasar pada bayi dan anak sama
dengan pada orang dewasa. Akan tetapi karena perbedaan ukuran,
diperlukan modifikasi teknik seperti yang disebutkan di atas.
Modifikasinya adalah:
1. Ekstensi kepala yang berlebihan dapat menyebabkan sumbatan jalan
nafas pada bayi dan anak kecil, oleh karena itu kepala hendaknya
dijaga dalam posisi netral selama diusahakan membuka jalan nafas.
2. Pada bayi dan anak kecil ventilasi mulut ke mulut dan hidung lebih
sesuai dari pada ventilasi mulut ke mulut atau mulut kehidung.
Pemberian nafas harus lebih kecil volumenya dan frekuensi ventilasi
harus ditingkatkan menjadi 1 nafas tiap 3 detik untuk bayi dan 1 nafas
tiap 4 detik untuk anak-anak.
3. Pukulan punggung dapat diberikan pada bayi dengan korban
(bayi)
atau
80x/menit
(anak-anak).
Per-bandingan
TAHAP II
BANTUAN HIDUP LANJUT
Bantuan Hidup Lanjut (BHL) ditujukan untuk segera dapat memulihkan
dan mempertahankan fungsi sirkulasi spontan, sehingga perfusi dan oksigenasi
jaringan dapat segera dipulihkan dan diper-tahankan. Tindakan ini segera dapat
dikerjakan secara simultan bersamaan dengan tindakan-tindakan pada tahap
pertama (Bantuan Hidup Dasar).
Tindakan pada tahap ke II ini rnemerlukan peralatan khusus dan obatobatan, agar segera dapat memulihkan dan mempertahankan sirkulasi spontan.
Alat-alat dan obat-obatan yang diperlukan pada tahap II.
Dalam rumah sakit, perlengkapan dan obat-obatan untuk bantuan hidup
lanjut biasanya disimpan pada kereta yang dapat ber-gerak dan diletakkan pada
daerah yang strategis. Kereta ini beserta isinya harus ada di ruang gawat darurat,
ruang terapi intensif, di kamar operasi dan di ruang pulih.
Perlengkapan pada kereta ini hendaknya mencakup tabung oksigen, alat
jalan nafas (pipa orofarings, nasofaring dan pipa endotrakea, sungkup muka, alat
isap, laringoskop, forsep Magil, dan perlengkapan untuk memasang infus, EKG
monitor dengan defibrilatornya dengan arus searah dan papan atau plastik yang
datar dan kuat untuk landasan resusitasi.
Obat-obatan
yang
diperlukan
adalah:
obat-obat
simpatomimetik
Obat-obatan.
Walaupun banyak jenis obat seperti yang telah disebutkan di atas
digunakan untuk tindakan pada langkah D ini, namun obat esensial yang harus
segera diberikan pada setiap henti jantung adalah:
1. Adrenalin.
Adrenalin adalah obat yang harus segera diberikan bila henti jantung yang
terjadi kurang dari 2 (dua) menit dan disaksikan. Dosisnya: 0,5 - 1,0 mg (dosis
untuk orang dewasa), diberikan langsung intravena atau dapat diencerkan
dengan akuades menjadi 10 ml. Pada anak-anak dosisnya adalah 10 mcg/kg.
Apabila jalurvena belum ada, dapat diberikan intratrakea lewat pipa
endotrakea (1 ml adrenalin 1: 1000 diencerkan dengan 9 ml akuades steril).
Apabila keadaan sangat mendesak, bisa diberikan intrakardiak. Tetapi
belakangan ini cara intrakardiak tidak dianjurkan lagi. Pemberiannya dapat
diulang setelah 3-5 menit pemberian pertama dengan dosis sama seperti dosis
pertama.
2. Natrium Bikarbonat.
Natrium bikarbonatdiberikan pertama kali bila henti jantungnya diperkirakan
lebih dari 2 (dua) menit, karena pada keadaan ini asidosis yang terjadi sangat
berat. Pada henti jantung yang kurang dari 2 (dua) menit tidak perlu diberikan
obat ini karena asidosis yang terjadi masih ringan dan hal ini dapat segera
dikoreksi dengan pemberian nafas buatan yang adekuat.
Dosis permulaan: 1 mEq/kg, kemudian dapat diuiang setiap 10 menit
dengan dosis 0,5 mEq /kg sampai jantung berdenyut spontan. Obat ini
dikemas dalam ampul berisi 50 ml dan 1 ml mengandung 1 mEq/L.
Pemberiannya hanya boleh dilakukan secara intravena.
Untuk mengoreksi asidosis secara tepat hams dilakukan pemeriksaan
analisis gas darah sehingga diketahui defisit basa yang terjadi. Perhitungan
natrium bikarbonat yang diperlukan adalah:
Dosis bikarbonat = defisit basa x 0,25 berat badan.
3. Glukosa 40%.
Pemberian gukosa 49% ditujukan untuk mencegah hipoglikemia karena pada
keadaan metabolisme anaerob, tubuh tidak mam-pu menyediakan glukosa siap
pakai, sedangkan organ-organ seperti otak, jantung, ginjal dan sel darah merah
sangat memerlukan glukosa. Dosisnya: 1 g/kgBB, diberikan secara intra-vena.
4. Kalsium.
Kation ini sangat diperlukan pada henti jantung oleh karena disosiasi
elektromekanis, setelah gagal memulihkan sirkulasi spontan dengan
pemberian adrenalin. Juga di perlukan bila henti jantung disebabkan oleh
karena obat-obatan yang mendipresi otot jantung. Bentuk garam yang disukai
adalah kalsium klorida 10 %, tetapi dapat juga diberikan kalsium glukosa 10
%. Dosisnya 5 ml untuk orang dewasa dengan berat badan 70 kg, diberikan
intravena.
Terapi cairan
Pada saat memulai langkah D, usaha kanulasi vena baik melalui vena
perifer maupun vena sentral segera harus dilakukan dengan tujuan untuk:
menyediakan jalur vena terbuka untuk memasukkan obat-obatan dan menambah
volume sirkulasi darah terutama pada penderita syok akibat perdarahan akut atau
dehidrasi.
Pilihan vena yang akan dikanulasi adalah vena yang mudah diraba pada
ekstremitas (gambar 21) atau melalui vena kubiti langsung ke vena sentral
(gambar 22) atau langsung pada vena sentral (gambar 23) misalnya melalui vena
jugularis interna atau vena subclavia. Apabila semua vena-vena tersebut susah
didapat, bisa dilakukan seksi vena pada vena di tungkai.
Jarum yang digunakan untuk kanulasi adalah jenis kateter atau kanul
intravena yang terbuat dari polivinil dengan ukuran yang paling besar yang bisa
masuk ke dalam vena yang dipilih. Apabila dilakukan kanulasi vena sentral,
panjang kanul yang dipilih disesuaikan dengan lokasi kanulasi.
Jenis cairan yang dipilih bisa cairan kristaloid (Ringer Laktat dan NaCI
0,9%) atau koloid, yang dapat diberikan secara tunggal atau kombinasi.
E. Electrocardiography.
Alat pantau EKG adalah alat pantau standar yang harus tersedia di Unitunit Gawat Daurat. Diagnostik henti jantung mutlak harus ditegakkan melalui
pemeriksaan EKG, sehingga dengan demikian bantuan hidup lanjut dapat
dila*kukan
secara
tepat
sesuai
dengan
gambaran
EKG.
Gambaran
adalah:
hypovolemia,
emboli
paru
masif,
efusi