Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN

KASUS

Post term

PENDAHULUA
N
Tinjauan pustaka

kasus
diskusi

PENDAHULUA
N

Kehamilan pada wanita berakhir rata-rata pada


hari ke 280. Kehamilan disebut aterm jika
kehamilan tersebut berlangsung antara 37-42
minggu, sedangkan kehamilan postterm adalah
kehamilan yang berakhir lebih dari 42 minggu
atau 294 hari dari hari pertama haid terakhir
(HPHT). Frekuensi terjadinya kehamilan
postterm berkisar antara 4-14% dengan 2-7%
mencapai usia kehamilan 43 minggu penuh.
Kemungkinan persalinan akan terjadi tepat
pada 280 hari setelah HPHT hanya 5%.

Bagi calon ibu, tidak melahirkan sesuai waktu yang ditentukan dapat
menimbulkan kecemasan, karena mereka berpikir setelah tanggal
perkiraan tersebut adalah sama dengan kehamilan lewat waktu/postterm
dan mereka juga sering mendengar bahwa kehamilan postterm tersebut
membawa resiko pada janin mereka. Namun, kecemasan tersebut dapat
diatasi jika pada perawatan antenatal/antenatal care (ANC) sebelumnya
atau saat pertama kali datang mereka telah dijelaskan bahwa mereka
akan melahirkan antara umur kehamilan 38-42 minggu, tidak harus selalu
pada waktu yang telah diperkirakan dan bahwa kehamilan postterm lebih
ditujukan pada usia kehamilan yang lebih dari 42 minggu.
Di beberapa klinik, kehamilan postterm disebut sebagai komplikasi
antepartum yang paling sering, sehingga pemeriksaan janin antepartum
merupakan indikasi paling umum sebelum dilakukannya induksi
persalinan.Oleh karena tingginya resiko bagi janin dan diikuti semakin
meningkatnya fasilitas medis yang tersedia, penting untuk
mengembangkan rencana manajemen yang akan mengoptimalkan hasil
akhir bagi ibu dan janinnya.

Manajemen kehamilan postterm penting karena berhubungan dengan


tingginya morbiditas dan mortalitas janin. Pada 1902, Ballantyne untuk
pertama kalinya dalam ilmu kebidanan modern mengemukakan masalah
pada kehamilan postterm. Meskipun bahasa yang digunakan pada awal
abad 20 di Skotlandia untuk menggambarkan secara keseluruhan berbeda
dengan bahasa yang digunakan sekarang, kata-kata Ballantyne secara
jelas menggambarkan pemikiran yang berlaku saat ini, yaitu: Bayi post
matur, telah berada sangat lama dilingkungan uterus, dia telah berada
lama sekali di uterus dan bahwa kesulitannya adalah untuk dilahirkan
dengan selamat baik bagi dirinya maupun ibunya. Masalah dari bayi post
matur adalah selama persalinan/intranatal.
Selama beberapa tahun ini, isu-isu mengenai kehamilan postterm, resiko
dan manajemennya telah menjadi kontroversi yang besar. Banyak data
lama maupun terbaru secara tegas menyatakan bahwa meskipun resiko
janin yang berhubungan dengan kehamilan postterm adalah kecil, tapi hal
tersebut tetap merupakan kenyataan. Akibatnya, kehamilan yang
berlanjut lebih dari 42 minggu membutuhkan pengawasan yang cermat.

Dari semua kehamilan, 80% persalinan adalah pada umur


kehamilan 38-42 minggu, sedangkan 10% merupakan
persalinan preterm serta 10% merupakan persalinan
postterm. Hal yang paling sering menyebabkan usia gestasi
menjadi lewat waktu adalah kesalahan dalam menentukan
saat terjadinya ovulasi dan konsepsi dengan menggunakan
HPHT. Metode yang paling akurat untuk menentukan usia
kehamilan pada trimester pertama atau kedua adalah USG.
Diagnostik rutin menggunakan USG merupakan salah satu
metode skrining rutin pada populasi dengan resiko rendah.
Jika sonografi dilakukan pada usia kehamilan pertengahan
trimester kedua, insiden kehamilan postterm adalah 3,1%,
yaitu lebih rendah jika dibandingkan dengan menggunakan
HPHT dengan rentang estimasi 3-12%.

Tinjauan pustaka

Prolong, postdate, postdatism


Federation of Gynecologist and Obstetricians (FIGO), postterm
adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu terhitung
dari HPHT dan siklus menstruasi 28 hari.
American College of Obstetricians and Gynecologist (1997),
postterm adalah kehamilan 42 minggu penuh (294 hari) atau lebih
dihitung dari HPHT, dengan asumsi ovulasi terjadi 2 minggu setelah
haid terakhir.
Istilah postmatur diartikan sebagai kehamilan lewat waktu yang
disertai penampakan klinis postmatur (postmaturity syndrome)
pada bayi yang dilahirkan, yaitu pewarnaan mekonium pada kulit,
kulit yang sangat kering dan keriput, kuku yang panjang, rambut
lebat, sedikit atau tidak ada lanugo maupun verniks, lemak
subkutan yang sedikit, tubuh kurus dan wajah tampak tua. 4

Insiden
bervariasi antara 4-14% atau lebih, berdasar anamnesa,
pemeriksaan fisik, ultrasound dini
Literatur menyebutkan 20-40% di populasi, wanita kebanyakan
tidak bisa mengingat HPHT-nya dan tidak yakin tanggal konsepsinya.
Salah satu masalah utama terjadinya kehamilan postterm berkaitan
erat dengan keakuratan penentuan HPHT sebagai dasar yang paling
akurat atau terpercaya dalam menentukan umur kehamilan
Data terakhir, teknologi biometri ultrasound yang lebih tepat tengah
diangkat sebagai salah satu cara untuk menentukan umur kehamilan
pada kehamilan postterm
HPHT adalah sebagai prediktor yang relatif buruk dalam menentukan
umur kehamilan yang benar

Diagnosis
Diagnosis kehamilan postterm ditegakkan apabila kehamilan sudah
berlangsung lebih dari 42minggu (294 hari)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menegakkan diagnosa
kehamilan postterm :
HPHT yang jelas,
dirasakan gerakan janin pada umur kehamilan 16-18 minggu
terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan
doppler dan 19-20 minggu dengan fetoskop)
umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur
kehamilan kurang dari atau sama dengan 20 minggu
tes kehamilan(urin) sudah positip dalam 6 minggu pertama telat
haid

Penatalaksanaan
Evaluasi dan manajemen
prinsip dasar : terminasi
Pra kehamilan

Drip oksitosin
PS >
5
Bila
kesejahtera
an janin
baik ( NST
baik)

Penilaian
pelvic score

Bila
kesejahtera
an janin
mencurigak
an

PS <
5

Pantau NST dan USG


hingga 44 minggu
atau PS > 5

PS >
5

Drip oksitosin
dengan pemantauan
KTG

Jika ada tanda


insufisiensi placenta
SC

Lakukan
pemeriksaan esok
hari
Jika mencurigakan,
lakukan OCT

OCT (+) SC
OCT (-)
pemeriksaan
serial hingga 44
minggu atau PS >
5
OCT meragukan
OCT ulangan

PS <
5
Bila kesejahteraan
janin jelek SC

Dengan PE, jantung, DM


gestational tidak boleh
melebihi 40 minggu

Induksi Persalinan, secara


farmakologis :
Oksitosin
Prostaglandin

Oksitosin
neurohormon yang asalnya dari hipotalamus
dan disekresi oleh lobus posterior kelenjar
pituitari
oksitosin punya efek stimulasi langsung pada
miometrium, yaitu terhadap stimulasi produksi
prostaglandin desidua.
respon terhadap oksitosin meliputi payudara,
otot polos pembuluh darah, ginjal
Oksitosin menstimulasi kontraksi mioepitel di
sekitar alveoli kelenjar mamma untuk refleks
ejeksi susu

Prostaglandin
2 kemampuan, yaitu untuk
pematangan serviks dan inisiasi
kontraktilitas uterin
Oleh karena itu, sebagai
konsekuensinya, induksi persalinan
dengan prostaglandin tampak seperti
sama dengan partus spontan.
misoprostol

KASUS

KASUS
Nama
: MNT
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur
: 25 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama
: Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat
: Jalan Gunung Sari No. 52
Banyuwangi
MRS
: 1 Juni 2013 / pk. 12.44 Wita

KASUS

Anamnesa

Keluhan utama : kehamilan lewat


waktu
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengeluhkan kehamilannya
telah lewat waktu dari tanggal
perkiraan persalinan yaitu pada
tanggal 6 Mei 2013. Pasien tidak
merasakan sakit perut hilang timbul,
tidak ada keluar air, tidak ada keluar
lendir bercampur darah, gerak anak

KASUS

Anamnesa

Riwayat Menstruasi
Menarche umur 14 tahun, siklus teratur 2830 hari, lamanya 5-7 hari tiap kali mentruasi.
Hari pertama haid terakhir : 29 Juli 2012
Taksiran persalinan
: 6 Mei 2013

Riwayat Perkawinan
Penderita menikah pertama kali pada
umur 16 tahun. Penderita menikah satu
kali dengan suami sekarang selama 9
tahun.

KASUS

Anamnesa

Riwayat Kehamilan
N
o

Umur

BBL
L

kehamil
an

Sex
P

Cara

Penolong

Persalina

Persalin

an

Ya

Abortus
Tidak

Komplika
si/
Keterang
an

Preter

Ya

Th 2005

m
Aterm

3400

Spontan

Nakes

Tidak

Th 2006

Aterm

3200

Spontan

Nakes

Tidak

Th 2011

Riwayat
4
ini
Antenatal Care (ANC)
Pasien memeriksaan kehamilannya di bidan secara teratur. Di
katakan terjadi peningkatan berat badan selama kehamilan 10 kg,
tekanan darah selama kehamilan normal (110-120/80 mmHg).
Imunisasi Tetanus Toxoid 2x dan tablet SF 1 kali setiap hari sejak
trimester kedua. Gerak anak mulai di rasakan sejak bulan agustus
2007. Penderita pernah melakukan USG 1 kali yaitu pada sehari 22
Januari 2008 dan dari hasil USG di dapatkan air ketubannya sedikit.

KASUS

Anamnesa

Riwayat Pemakaian KB
Pasien memakai metode KB suntik 3 bulan dan
berhenti sebelum kehamilan ke-2.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit
yang berhubungan dengan kehamilannya seperti
TORCH, HIV,asma, jantung, diabetes mellitus, dan
tekanan darah tinggi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Penderita menyangkal memiliki riwayat penyakit
keluarga yang berhubungan dengan kehamilannya.

KASUS

Pemeriksaan Fisik

STATUS PRESENT

Keadaan umum : Baik


GCS
: E4V5M6
Tekanan darah : 120/80
mmHg
Nadi
: 80 x/mnt
Respirasi
: 20 x/mnt
Suhu aksila : 36,5 C
Berat badan
: 53 kg
Tinggi badan
: 149 cm

STATUS GENERAL

Mata
: anemia -/-, ikt -/THT: kesan normal
Cor : S1S2 tunggal reguler
murmur (-)
Pulmo : ves +/+, Rh -/-, wh -/Mammae : hiperpigmentasi
areola
mammae, mammae
tampak
tegang
Abdomen: sesuai status obstetri.
Extremitas: edema -/- pada
tungkai
bawah

KASUS
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Tampak perut membesar dengan striae gravidarum ( striae livide)
Tidak tampak luka bekas operasi.
Palpasi
Pemeriksaan Leopold
Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah procesus Xiphoideus (32 cm)

Teraba bagian bulat dan lunak (kesan bokong)


Teraba tahanan keras di kanan (kesan punggung)
Teraba bagian bulat, keras (kesan kepala)
Bagian bawah sudah masuk 4/5 bagian dari pintu atas panggul

His (-)
Auskultasi
DJJ +, punctum maksimum pada abdomen bawah bagian kanan
DJJ 158x/menit

VT

KASUS
VT
Pemeriksaan dalam
Inspeksi : tampak luka bekas episiotomi,
bloodslym (-), livide (+)
VT
: Pembukaan servik 1 cm, eff 10%,
lunak, medial, ketuban (+), teraba kepala,
Kepala Sutura Sagitalis melintang H1. Ttb
bagian kecil/tali pusat. Evaluasi panggul
normal.

KASUS

Pemeriksaan Penunjang

Hematologi Rutin
WBC
RBC :
HGB:
HCT :
PLT :
AT

: 7,37 103/L
3,64. 106/
11,0 g/dL
33,0 L %
320. 103/L

BSL : 150-160 bpm


Var : 10-18 bpm
Fad : Akselerasi (+)
Deselerasi (-)
FM
: (+)
Kesimpulan : AT ~ Normal

KASUS

Diagnosa
G4 P2012 41-42 mg T/H letak kepala, PBB
3255, PS= 5.

KASUS

Penatalaksanaan

Pdx : AT, BT, CT


Tx : Exp. pervaginam
Induksi serial dengan oksitosin drip
sesuai protap
Amoxicilin 3x1gr
Mx : tanda-tanda impartu, vital sign, DJJ.
KIE : Pasien dan keluarga tentang
keadaan janin dan rencana tindakan

KASUS

Perjalanan Penyakit

2 Juni 2013
Di lakukan induksi dengan oksitosin drip seri I, berupa 5 IU oksitosin dalam 500 ml Dextrose 5% di mulai
8 tetes/mnt maksimal 40 tetes/mnt.

08.30
08.45
09.00
09.15
09.30
09.45
10.00
10.15
10.30
10.45
11.00
11.15
11.30
11.45
12.00
12.15
12.30

8 tetes/mnt,
12tetes/mnt
16tetes/mnt
20tetes/mnt
24tetes/mnt
28tetes/mnt
32tetes/mnt
36tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt,
40tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt
40tetes/mnt

DJJ (+) 138 x/menit HIS (-)


DJJ (+) 136 x/menit HIS (-)
DJJ (+) 134 x/menit HIS (-)
DJJ (+) 140 x/menit HIS (-)
DJJ (+) 136 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 20-30
DJJ (+) 140 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 30-35
DJJ (+) 142 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 30-40
DJJ (+) 149 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 40
DJJ (+) 145x/menit HIS (+) 4x/10 selama 40-45
DJJ (+) 142 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 40-45
DJJ (+) 140 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 132 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 140 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 140 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 132 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 136 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45
DJJ (+) 132 x/menit HIS (+) 4x/10 selama 45

KASUS

Perjalanan Penyakit

13.00
pasien mengatakan nyeri perut bertambah, keluar lendir
campur darah (+),Pasien ingin mengedan
His (+) 4x10~ 45,
DJJ (+) 150 x/menit
VT pembukaan 10 cm, eff 90%, ketuban (+) teraba
kepala, , pe H III (+) tak teraba bagian kecil atau tali
pusat
A : G4 P2012 42-43 mg T/H letak kepala PK II
Tx : Pimpin persalinan
Mx : Vital sign Ibu
KIE: cara meneran P : pimpin persalinan normal

KASUS

Perjalanan Penyakit

14.42
Lahir bayi perempuan segera menangis, BB= 3000gr, PB=49cm,
AS=8-9, anus +, kelainan tidak ada, tidak di dapat kan tanda-tanda
posmatur.
14.50 Manajemen aktif kala III
Lahir plasenta, kesan lengkap, dengan berat + 200gr, kalsifikasi -.
Ass : P3013 P spt B hari 0
Tx :

Amoxycilin 3x500mg
Asam mefenamat 3x500mg
Metil ergometin 3x1
Sulfas Ferrous 1x1

Mx :observasi 2jam PP
KIE: mobilisasi dini, ASI eksklusif, KB Postpartum

KASUS

Perjalanan Penyakit

Tabel evaluasi 2 jam PP


Pukul

TD

RR

Kontraksi

Kandung
kemih

Perdaraha
n

15.05

120/80

80

20

kosong

15.20

120/80

80

20

kosong

15.35

120/80

80

20

kosong

15.50

120/80

80

20

kosong

16.20

120/80

80

20

kosong

16.50

120/80

80

20

kosong

18.30 pasien pindah ruangan

KASUS

Follow Up

Tgl 3Juni 2013


S : keluhan nyeri luka jahit (+), ASI (+), BAK (+), BAB (+)
O : Status Present:
T : 120/80 mmHg
RR : 18 X/menit
Nadi : 76 x/menit
T : 36 0 C
Status general:
Mata : an-/Thorax: Cor : S1S2 tunggal, regular, murmur (-)
Pulmo : vesikuler (+)/(+), rhonki (-)/(-), wheezing (-)/(-)
Abdomen: tinggi fundus uteri 2 jari di bawah pusat,
kontraksi baik.
Vagina : lochia rubra (+)

KASUS

Perjalanan Penyakit

Ass : P3013 Pspt B pp hr 1


Terapi :
- Amoxycilin 3x500 mg
- Asam mefenamat 3x500mg
- Methyl ergometrin 3x0,125mg
- SF 1 x 1
Mx : keluhan, vital sign, perdarahan, tinggi fundus
uteri, kontraksi uterus
KIE :
Mobilisasi dini
ASI Eksklusif
KB Post partum

DISKUSI

Pasien didiagnosis saat masuk rumah sakit dengan


kehamilan postterm. Penegakkan diagnosa tersebut pada
pasien adalah berdasarkan syarat kehamilan portterm,
meliputi: HPHT yang jelas(penghitungan umur kehamilan
pasien saat MRS adalah 42-43 minggu), terdengar DJJ,
terasa gerakan janin dan tes kehamilan (urin) positif dalam
6 minggu pertama telat haid. Saat MRS, tidak teraba
adanya kontraksi uterus (His) yang signifikan pada perut
ibu. Pasien dalam situasi psikologis yang tenang dan tidak
gelisah. Pasien tidak sedang menderita anemia yang
menyertai kehamilannya. Keadaan gizi selama kehamilan
dinyatakan baik karena asupan nutrisi berupa daging, sayur
dan nasi setiap hari dikonsumsi pasien.

Induksi persalinan menggunakan drip oksitosin dikerjakan untuk


menatalaksanai diagnosa pasien tersebut. Induksi dengan oksitosin 5 IU
dalam 500 ml larutan Dextrose 5% dimulai dari 8 tetes per menit
hingga maksimal 40 tetes/menit. Peningkatan drip dikerjakan tiap 15
menit apabila belum teraba His. Keadaan His (-) berlangsung selama 45
menit pertama pada pasien tersebut sejak dimulainya drip oksitosin
pertama. His mulai teraba pada tetesan 24 x/menit dan dripping terus
ditingkatkan hingga tetesan maksimal. Keadaan His yang makin kuat
akan disertai dengan penurunan atau degradasi kolagen area serviks.
Akibatnya, pembukaan serviks semakin bertambah hingga lengkap dan
efficement semakin tinggi (90%). Keberhasilan drip oksitosin ini juga
dilihat dari situasi psokologis ibu yang tiba-tiba menjadi gelisah karena
perutnya terasa sakit dan akhirnya ada hasrat ingin mengedan.
Persalinan yang diharapkan normal pervaginam dilakukan dan ibu
dipimpin untuk mengedan hingga anaknya lahir. Keadaan postpartum
tidak memperlihatkan komplikasi yang berarti.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai