Anda di halaman 1dari 7

(1) Pemeriksaan laboratorium cairan vagina

Sebelum dilakukan pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan


pengambilan sampel.

Sampel didapat dari cairan vagina untuk

pemeriksaan air mani dan sekret uretra untuk pemeriksaan penyakit


kelamin.
Cairan vagina disedot dengan pipet Pasteur, atau diambil dengan ose.
Pada anak-anak, atau jika selaput dara utuh sebaiknya pengambilan
bahan dibatasi sampai vestibulum.
a.

Penentuan spermatozoa

Tanpa pewarnaan
Setetes cairan vagina diletakkan di atas kaca benda dan
diperiksa

dengan

pembesaran

500x

dengan

kondensor

diturunkan. Perhatikan apakah spermatozoa bergerak. Dapat


diambil sebagai patokan bahwa spermatozoa masih bergerak
kira-kira 4 jam postkoital.

Dengan pewarnaan
Buat sediaan apus dari cairan vagina pada kaca benda,
keringkan di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan
Malachite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit, cuci
dengan air, warnai dengan eosin-yellowish 1% dalam air,
tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan dan diperikasa di
bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan adalah bagian basis
kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung berwarna merah
muda.

b.

Penentuan cairan mani


Reaksi asam fosfatase
Cairan mani menunjukkan aktitifitas enzim fosfatase yang
tinggi, rata-rata 2500 unit K.A.

sedangkan dalam sekret

vagina, setelah 8 hari abstinensia seksualis, ditemukan 0-6 unit.


Sebagai reagen digunakan brentamin fast blue b yang
dilarutkan di dalam larutan buffer yang telah ditambah sodium
a-naphtyl fosfat.

Enzim asam fosfatase menghidrolisis a-

naphty fosfat; a-naphtol yang telah dibebaskan bereaksi dengan


brentamine di atas kertas saring, disemprot dengan reagen,
ditentukan dalam berapa detik warna violet timbul (reaction
time). Davis dan Wilson menyatakan bahwa bila waktu reaksi
kurang dari 30 detik dapat dianggap indikasi baik dan adanya
cairan mani, jika kurang dari 65 detik dapat dianggap sebagai
indikasi

cukup,

tetapi

masih

perlu

dikuatkan

dengan

pemeriksaan elektroforetik. Waktu reaksi yang lebih dari 65

detik belum dapat menyingkirkan sepenuhnya adanya cairan


mani, karena pernah ditemukan waktu reaksi yang lebih dari 65
detik, tetapi spermatozoa ditemukan.

Tes Florence
Cairan vagina ditetesi larutan yodium. Kristal yang terbentuk
diamati di bawah mikroskop. Hasil yang diharapkan tampak
kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk arum-jarum
yang berwarna coklat.

Tes Berberio
Cairan vagina ditetesi larutan asam pikrat, kemudian kristal
yang terbentuk diamati di bawah mikroskop.

Hasil yang

diharapkan adalah terbentuknya kristal-kristal spermin pikrat


berbentuk rhombik atau jarum kompas yang berwarna kuning
kehijauan.

Elektroimmunodifusi
Digunakan serum anti air mani manusia.

Selain spesifik

terhadap antigen manusia, serum ini juga mengandung zat anti


terhadap enzim fosfatase.

Apabila serum ini direaksikan

dengan air mani akan terbentuk enzim antibodi kompleks yang


ternyata masih memiliki sifat enzimatik dan dapat dinyatakan
dengan reagen asam phospatase. Sebagai medium digunakan
plat agar yang mengandung serum anti dalam konsentrasi kecil.

Elektroforetik
Digunakan plat akrilamide, dikembangkan dalam suatu larutan
buffer pH 3 dan dilihat di bawah sinar ultraviolet. Asam
fosfatese seminal bergerak sejauh 4 cm dan asam fosfatase
vaginal sejauh 3 cm.

(2)

Pemeriksaan air mani yang terdapat pada pakaian


a. Visual
Tampak sebagai bercak yang berbatas jelas dan lebih gelap
dari sekitarnya. Bercak yang sudah agak tua berwarna
sedikit kekuning-kuningan. Pada bahan sutera atau nilon
batasnya sering tidak jels, tetapi selalu lebih gelap dari
sekitarnya.
b. Sinar ultraviolet
Menunjukkan flouresensi putih. Apa yang menyebabkan
hal ini tidak diketahui.

Cara ini kurang memuaskan.

Bercak air mani pada sutera buatan, nilon, biasanya tidak

memberikan flourosensi.bahan makanan, urine, sekret


vagina juga sering menimbulkan flourosensi.
c. Taktil
Diraba dengan ari-ari tangan terasa kaku seperti cairan
kanji yang tidak menyerap. Bila diraba permukaan bercak
terasa kasar.
d. Penapisan dengan reagen asam fosfatase
Selembar kertas saring yang dibasahi dengan aqua destilata
dilekatkan di atas pakaian atau sprei yang diperiksa.
Setelah 5-10 menit kertas saring diangkat, didiamkan
sampai hampir kering dan disemprot dengan reagen. Jika
terbentuk bercak violet, kertas saring diletakkan kembali di
atas bahan sesuai dengan letaknya semula.

Dengan

demikian letak bercak mani pada bahan dapat dilokasi.


e. Pencairan spermatozoa
Konsentrasi spermatozoa yang terbesar terdapat di bagian
sentral dari bercak. Dari bagian itu diambil sebagian kecil,
dipulas dengan pewarnaan Baeechi. Bahan dipulas selama
2 menit, dicuci di dalam HCl 1&, dihidrasi dalam alkohol
70%, 80%, dan 95-100%, dan dijernihkan dengan xilol.
Kemudian dikeringkan dengan meletakkannya di atas
kertas saring.Dengan jarum preparir atau jarum suntik
diambil sehelai atau dua benang, diletakkan di atas kaca
mikroskopik dan diurai sampai menjadi serabut-serabut.
Ditutup dengan balsem Kanada dan diperiksa dengan
pembesaran 500x.
.5.3.

Pemeriksaan DNA
Pertama kali diperkenalkan oleh Jeffrey pada tahun 1985. Beliau
menemukan bahwa pita DNA dari setiap individu dapat dilacak secara
simultan pada banyak lokus sekaligus dengan pelacak DNA (DNA probe)
yang diciptakannya. Pola DNA ini dapat divisualisasikan berupa urutan
pita-pita yang berbaris membentuk susunan yang mirip dengan gambaran
barcode pada barang di supermarket. Uniknya ternyata pita-pita DNA ini
bersifat spesifik individu, sehingga tak ada orang yang memiliki pita yang
sama persis dengan orang lain.
Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari benda bukti atau
karban yang ternyata identik dengan pita-pita DNA tersangka
menunjukkan bahwa tersangkalah yang menjadi donor sperma. Adanya
kemungkinan percampuran antara sperma pelaku dan cairan vagina tidak

menjadi masalah, karena pada proses kedua jenis DNA ini dapat
dipisahkan satu sama lain. Satu-satunya kesalahan yang mungkin terjadi
adalah kalau pelakunya memiliki saudara kembar identik.
Perkembangan lebih lanjut pada bidang forensik adalah ditemukannya
pelacak DNA yang hanya melacak satu lokus saja (single locus probe).
Berbeda dengan tehnik Jeffreys yang menghasilkan banyak pita, disini
pita yang muncul hanya 2. Penggunaan metode ini pada kasus perkosaan
sangat menguntungkan karena ia dapat digunakan untuk membuat
perkiraan jumlah pelaku pada kasus perkosaan dengan pelaku lebih dari
satu.
Ditemukannya metode penggandaan DNA secara enzimatik (Polymerase
Chain Reaction atau PCR) membuka lebih banyak kemungkinan
pemeriksaan DNA. Dengan metode ini bahan sampel yang amat minim
jumlahnya tidak lagi menjadi masalah karena DNAnya dapat diperbanyak
jutaan sampai milyaran kali lipat di dalam mesin yang dinamakan mesin
PCR atau thermocycler. Dengan metode ini waktu pemeriksaan juga
banyak dipersingkat, lebih sensitif serta lebih spesifik pula. Pada metode
ini analisis DNA dapat dilakukan dengan sistim dotblot yang berbentuk
bulatan berwarna biru, sistim elektroforesis yang berbentuk pita DNA
atau dengan pelacakan urutan basa dengan metode sekuensing.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kekerasan seksual masih merupakan hal yang tabu dan memalukan di
lingkungan masyarakat. Karena tindak pemerkosaan dapat memberi dampak
psikologis yang besar bagi korbannya, kasus perkosaan seringkali gagal
terungkap dan terdapat banyak kesulitan dalam pembuktiannya, terutama di
Indonesia. Pembuktian secara kedokteran pada setiap kasus kejahatan kesusilaan,
seperti perkosaan, sebenarnya terbatas di dalam upaya pembuktian ada tidaknya
tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur, serta
pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk
dikawini atau tidak.
Pemerkosaan adalah suatu tindakan kriminal di mana si korban dipaksa
untuk melakukan aktivitas seksual, khususnya penetrasi dengan alat kelamin, di
luar kemauannya sendiri. Pemerkosaan sekarang dikenal sebagai sebuah tindak
kriminal perilaku penyerangan terhadap suatu anggota dari suatu kelompok
seksual oleh suatu anggota kelompok seksual lainnya. Dalam pengertian lain,
pemerkosaan adalah segala bentuk pemaksaan hubungan seksual. Dalam
perundang-undangan yang ada di Indonesia.
Suatu

kasus

yang

dapat

menunjukkan

bahwa

pihak

penyidik

membutuhkan keterangan ahli dalam tindakan penyidikan yang dilakukannya


yaitu pada pengungkapan kasus perkosaan. Kasus kejahatan kesusilaan
membutuhkan bantuan keterangan ahli dalam penyidikannya. Keterangan ahli
yang dimaksud ini yaitu keterangan dari dokter yang dapat membantu penyidik
dalam memberikan bukti berupa keterangan medis yang sah dan dapat
dipertanggungjawabkan mengenai keadaan korban.
Proses pemeriksaan tersebut harus dilakukan dengan teliti dan sewaspada
mungkin, pemeriksa juga harus yakin akan semua bukti yang ditemukannya
karena tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang
guna memperoleh lebih banyak bukti, karena semuanya berhubungan dengan
bukti-bukti yang akan menjadi dasar untuk membebaskan atau menuntut
tersangka pelaku pemerkosaan tersebut.
B. Saran
Pada saat ini akibat kelangkaan dokter forensik, maka kasus perkosaan dan
kejahatan seksual lainnya ditangani oleh dokter kebidanan atau bahkan dokter
umum. Sebagai dokter klinik yang tugasnya terutama mengobati orang sakit,
maka biasanya yang menjadi prioritas utama adalah mengobati korban.

Ketidaktahuan mengenai prinsip-prinsip pengumpulan benda bukti dan cara


pemeriksaannya membuat banyak bukti penting terlewatkan dan tak terdeteksi
selama pemeriksaan.
Selain itu, akan lebih baik apabila dalam kasus perkosaan dapat dilengkapi
dengan visum yang melibatkan psikiater dan psikolog yang dapat menelaah salah
satu gejala jangka panjang seperti post traumatic stress disorder atau post
traumatic rape syndrome. Keterlibatan psikiater atau relawan pendamping
(umumnya psikolog, sosiolog, atau sarjana keperawatan) sebagai "lingkaran
dalam" korban karena berkesempatan menangkap aktualitas penderitaan korban.
Adapun dokter forensik sering berkesempatan memeriksa lewat dari tiga hari
kejadian perkosaan.
Semoga kedepannya penanganan kasus perkosaan dapat semakin
ditingkatkan, karena perkosaan merupakan pelanggaran inti dasar sekaligus
keseluruhan dari trias HAM perempuan. Trias HAM perempuan tersebut yaitu
hak atas persamaan, hak atas otonomi, dan hak integritas pribadi.

DAFTAR PUSTAKA
Dahlan, Sofwan, 2005, Ilmu Kedokteran Forensik, Badan Penerbit, Universitas
Dipenogoro, Semarang.
Khumaini K, 2009, Lemahnya Sanksi Bagi Pelaku Pemerkosaan & Pelecehan
Seksual, [online], The Aceh Institute. Dari http://id.acehinstitute.org [17
febuari 2016

Kompas, 2003: Hukum Tak Berpihak pada Korban Perkosaan. [online] Dari:
URL:http://www.kompas.com/ [17 Febuari 2016]

Syamsudin K, 2004, Persetubuhan Melawan Hukum, Departemen Obstetri dan


Ginekologi Universitas Sriwijaya, Palembang.
Syaulia,et

al.2008.

Kejahatan Seksual, Romans Forensic Ed 20.

fromhttp://www.scribd.com/doc/54671022/48(Accessed: 17 Febuari 2016)

Available

Anda mungkin juga menyukai