ABSTRAK
Dalam beberapa tahun terakhir banyak perhatian ditujukan pada masalah hubungan antara penyakit
periodontal dengan penyakit kardiovaskuler khususnya penyakit jantung koroner (PJK). Beberapa studi
mendukung konsep hubungan yang menyatakan bahwa individu dengan infeksi periodontal mempunyai
risiko yang lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan dengan mereka yang tidak menderita infeksi
periodontal. Penyakit periodontal dapat menjadi predisposisi individu untuk PJK dengan meningkatkan
kadar C-reactive protein dan aktivitas pro-inflamatori serta proses terjadinya PJK. Menurut Buhlin dkk,
individu dengan penyakit periodontal menunjukkan kadar yang tinggi dari monosit yang beredar dan Creactive protein, tetapi HDL-kolesterolnya rendah dibandingkan dengan kontrol. Studi ini menyimpulkan
bahwa penyakit periodontal yang pada mulanya dianggap sebagai penyakit lokal murni, ternyata dapat
menyebabkan reaksi inflamasi sistemik dan perubahan-perubahan lemak sehingga meningkatkan risiko
PJK. Namun, beberapa peneliti lain tidak sependapat dengan konsep hubungan tersebut. Lavelle menyatakan
bukti-bukti untuk mendukung konsep bahwa infeksi periodontal merupakan faktor risiko independen pada
PJK tidaklah cukup dan kurang kuat. Oleh karena dampaknya yang besar terhadap kesehatan akibat hubungan
yang secara potensial ada antara kedua penyakit itu, maka penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk
mengkaji kembali efek penyakit periodontal terhadap PJK.
Kata kunci : Periodontal, kardiovaskuler, risiko
136
Universa Medicina
PENDAHULUAN
Suatu hipotesis yang akhir-akhir ini
berkembang adalah bahwa infeksi periodontal
yang dialami seseorang dengan prakondisi (preexisting) penyakit jantung meningkatkan faktor
risiko yang potensial untuk terjadinya penyakit
jantung koroner (PJK) di kemudian hari.
Beberapa penelitian awal yang meliputi
penelitian-penelitian kasus-kelola dan studi
potong-silang menunjukkan adanya hubungan
antara penyakit periodontal kronik dan
p e n y a k i t k a r d i o v a s k u l e r. ( 1 - 3 ) P e n e l i t i a n penelitian ini kemudian dengan cepat diikuti
oleh banyak analisis terhadap data sekunder
yang diperoleh dari studi longitudinal yang ada,
dan hasilnya mengindikasikan adanya
k e t e r k a i t a n k e d u a p e n y a k i t t e r s e b u t . (1)
Meskipun prosesnya masih terlalu dini untuk
menyimpulkan secara pasti, namun hasil-hasil
penelitian mengimplikasikan adanya suatu
peranan sistemik dari mikroorganisme oral
sebagai proses biologis kunci yang mungkin
melandasi hubungan antara penyakit jantung
kardiovaskuler dan penyakit periodontal.
Selama lebih dari 15 tahun, beberapa
penelitian telah dilakukan, dan dilaporkan
tentang adanya hubungan epidemiologis di
antara penyakit-penyakit infeksi, termasuk
infeksi dental seperti periodontitis, dengan
berbagai manifestasi klinik dari penyakit
arteriosklerotik
pembuluh
d a r a h . (2-5)
Dilaporkan bahwa petanda peradangan
(inflammatory markers) seperti C-reactive
protein (CRP), fibrinogen, dan hitung leukosit,
ditemukan dalam kadar yang lebih tinggi secara
bermakna pada penderita-penderita gingivitis
atau periodontitis yang berat. (2,3)
Penyakit kardiovaskuler menduduki
peringkat cukup tinggi sebagai penyakit
sistemik yang berhubungan dengan penderita
penyakit periodontal. (1-5) Perhitungan statistik
terakhir menyimpulkan bahwa penyakit
Vol.24 No.3
DAN
Wangsarahardja
Universa Medicina
Vol.24 No.3
Wangsarahardja
Universa Medicina
Vol.24 No.3
Wangsarahardja
Universa Medicina
tersebut cukup melakukan kontrol atas faktorfaktor confounding seperti kebiasaan merokok
dan gaya hidup. Mereka menegaskan bahwa
kedua faktor itu berpengaruh signifikan terhadap
terjadinya PJK maupun periodontitis kronik.
Dosis rokok yang dikonsumsi subyek penelitian
amat bervariasi misalnya dalam intensitas, usia
saat mulai merokok, dan usia saat berhenti
merokok. Kontrol atas perilaku hidup sehat jauh
lebih sulit karena tidak dapat dikuantifikasikan.
Subyek yang tidak menderita periodontitis atau
gingivitis mungkin merupakan kelompok yang
perduli untuk menjaga kesehatannya termasuk
menjaga kesehatan terhadap penyakit jantung,
bila dibandingkan dengan mereka yang
menderita penyakit tersebut. Mungkin saja
penderita-penderita penyakit jantung yang juga
menderita periodontitis atau gingivitis itu kurang
mempunyai keperdulian terhadap upaya-upaya
pencegahan penyakit jantung.
Selain itu, Hujoel dkk(8) juga menyimpulkan
bahwa besar atau jumlah sampel pada banyak
penelitian-penelitian yang dilaporkan kurang
memadai sehingga memberikan kesimpulan yang
tidak benar. Konklusi adanya hubungan positif
yang dilaporkan itu diperoleh dari sampel yang
kecil sehingga besar kemungkinan itu adalah
positif palsu.
Genco dkk ( 2 1 ) juga mengakui bahwa
perbedaan dalam cara penelitian yang dilakukan
akan berpengaruh terhadap kesimpulan yang
dihasilkan. Beberapa kemungkinan penyebab
dari inkonsistensi pada hasil-hasil yang
dilaporkan menurut mereka antara lain karena
perbedaan umur subyek yang diteliti (terdapat
indikasi adanya kaitan antara penyakit jantung
dengan penyakit periodontal justeru lebih
banyak pada orang muda), status merokok yang
bervariasi, kurangnya atau terlalu ketatnya
melakukan kontrol terhadap faktor-faktor
confounding lain, masih terdapatnya faktor
confounding yang tidak diperhitungkan, dan
perbedaan kriteria inklusi untuk PJK maupun
Vol.24 No.3
Wangsarahardja
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
144
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.