Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Medik
1. Pengertian
Tifoid abdominalis (demam tifoid, enteric fever) ialah penyakit akut
yang biasanya mengenai saluran cerna dengan gejala demam lebih dari 7
hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran (Mansjoer,
2008).
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut
yang di sebabkan oleh Salmonella Typhi. Penyakit ini di tandai oleh panas
berkepanjangan, di topang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endotelial atau endokardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke
dalam sel fagosit mononuklear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan
peyers patch (Sumarmo S.dkk 2008).
Thypoid fever/demam tifoid atau thypus abdominalis merupakan
penyakit infeksi akut pada usus halus dengan gejala demam satu minggu
atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau
tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz, 1995).
Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi melalui makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Demam Typhoid merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi
terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah
penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia,
mulai
dari
usia
balita,
anak-anak
dan
dewasa
(Penyakit:
http://www.infopenyakit.com/2008/08/penyakit-demam-tifoid.html).
2. Anatomi dan Fisiologi
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidung. Usus halus memanjang dari lambung
sampai katup ileo-kolika, tempat bersambung dengan usus besar.
Usus halus terletak didaerah umbilikus dan dikelilingi oleh usus
besar. Duodenum adalah bagian pertama usus halus yang 25 cm
panjangnya, berbentuk sepatu kuda, dan kepalanya mengelilingi kepala
pankreas. Saluran empedu dan saluran pankreas masuk kedalam
kelenjar-kelenjar
ini
adalah
jenis
kelenjar
tendon
yang
Salmonella
Typhi
menyerang
halus
yang
kemudian
menyebabkan iritasi dan nekrosis pada usus halus. Jika terjadi penurunan
produk mucus yang disebabkan karena darah ke usus menurun sehingga
terjadi hipoksia lapisan mukrosa, cedera atau kematian sel-sel penghasil
mucus hal ini dapat menyebabkan ulkus atau tukak pada plaque peyeri.
Iritasi dan nekrosis pada usus halus oleh suatu pathogen mempengaruhi
lapisan
mukosa
sekrotorik,
usus
termasuk
menyebabkan
sehingga
mucus.
terjadi
peningkatan
Peningkatan
produksi
produk-produk
sekresi
dapat
mengakibatkan
diilleum
diare)
: Gejala lebih jelas (demam, bradikardia relatif, lidah kotor,
nafsu makan menurun, hepatomegali, ggn kesadaran).
7. Pemeriksaan Diagnostik
A. Pemeriksaan laboratorium
a. Jumlah leukosit normal / Leukopenia / Leukositisis
b. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan Fosfatase alkali
meningkat
c. Dalam minggu pertama biakan darah Salmonella typhi positif 75
85 %
d. Biakan darah positif terhadap S. Typhi pada minggu pertama
e. Biakan Tinja dalam minggu kedua dan ke tiga
f. Reaksi widal
Aglutinin O
Aglutinin H
Diagnosis
Aglutinin Vi
Makin tinggi titernya makin besar kemungkinan klien menderita
tyfoid. Pada infeksi aktif, titer reaksi widal akan meningkat pada
pemeriksaan ulang.
Faktor faktor Yang mempengaruhi reaksi widal:
Keadaan umum
Gizi buruk menghambat pembentukan antibodi
Pemeriksaan terlalu awal
Aglutinin baru di jumpai dalam darah setelah 1 minggu dan
mencapai puncaknya minggu ke 6.
Penyakit tertentu (leukimia, ca)
Obat obat immunosuppresif atau kortikosteroid
Vaksinasi dengan hotipa / tipa
Infeksi klinis atau sub klinis oleh sallmonela.
Reaksi widal positif dengan titer rendah.
g. Peningaktan titer uji widal 4x selama 2-3 minggu demam typhoid.
Reaksi widal dengan titer 0 1: 320, reaksi widal dengan titer H
1: 640.
10
didukung laborat
Lp : dbn
Elektrolit/metabolisme : dbn/sudah terkoreksi
Dosis dexametason
Inisial : 3mg/kg/1-2jam drip dalam 100 cc D5
Maintenance : 1mg/kg/1jam dalam drip 100 cc D5 dan diulang tiap 6
jam
Stop setelah 8x pemberian ( 48 jam ) indiasi harus tepat karena bisa
menyebabkan perdarahan usus/perforasi.
: An. S
Umur
: 12 tahun
Alamat
: jln. Anyar
11
Penanggung jawab
Nama
: Tn. A
Umur
: 30 tahun
Alamat
: jln. Anyar
Pekerjaan : swasta
2) Keluhan Utama
Pasien mengeluh panas badan sejak 7 hari yang lalu, panas naik
turun, panas tinggi pada saat malam hari.
3)
4)
5)
Riwayat Psikososial
Psiko sosial sangat berpengaruh sekali terhadap psikologis
pasien, dengan timbul gejala-gejala yang di alami, apakah pasien
dapat menerima pada apa yang dideritanya.
6)
penatalaksanaan
kesehatan
yang
dapat
12
e. Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi
karena panas yang meninggi, konsumsi cairan yang tidak
f.
gaya
hidup
akan
pasien
tidak
efektif
dalam
i.
j.
13
d. Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan
tidak terdapat cuping hidung.
e. Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan
darah yang meningkat akan tetapi bisa didapatkan tachiardi
saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f.
Sistem integumen
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak,
akral hangat.
g. Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi,
produk kemih pasien bisa mengalami penurunan (kurang dari
normal). N -1 cc/kg BB/jam.
h. Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau
tidak ada gangguan.
i.
Sistem endokrin
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar
toroid dan tonsil.
j.
Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma,
dalam penderita penyakit thypoid.
2. Patoflowdiagram
Saluran
cerna
3.
Sebagian dimusnahkan
Peningkatan asam lambung
Di ilieum (membentuk
plaque)
14
Kontipasi
Sebagian
menetap
4.
Intake nutrisi
Sebagian
tembus ke
lamina proria
Perdarahan
5.
Gangguan
6.
Pemenuhan
7.
Limfe
Perporasi
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
Peritonitis
Salmonella T masuk
ke aliran darah
Nyeri tekan
Hepatomegali &
Splenomegali
Menyebar ke
seluruh tubuh
Menghasilkan
endoksin
NYERI
Demam thypoid
Gangguan
Eliminasi
Demam
thypoid
Gangguan
Thermoregulasi
3. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi b.d proses infeksi
2) Nyeri akut b.d agen injuri biologis
3) Defisit perawatan diri b.d kelemahan, istirahat total
4) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake
makanan yang tidak adekuat
5) Kerusakan
mobilitas
fisik
b.d
pengobatan,
intoleransi
aktifitas/kelemahan.
6) PK : Perdarahan.
4.
Perencanaan Keperawatan
No Diagnosa
1
Hypertermi
proses infeksi
Tujuan
b/d Setelah
Intervensi
dilakukan Termoregulasi
tindakan
keperawatan
pola)
selama.x 24 jam
menggigil/diaforsis.
perhatikan
15
menujukan
temperatur
batas
normal
penggunaan akohol.
Berikan
minum
kebutuhan
Kolaborasi
antipiretik.
Anjurkan menggunakan pakaian
dari
kedinginan.
Suhu tubuh stabil
36-37 C
injuri fisik
lingkungan,
Bebas
suhu
dalan
dengan kriteria:
Pantau
sesuai
untuk
pemberian
Asuhan
keperawata...jam
tingkat kenyamanan
klien meningkat dg
KH:
Klien melaporkan
nyeri
berkurang
dg scala 2-3
Ekspresi wajah
tenang
klien
ketidak nyamanan.
Gunakan
teknik
komunikasi
terapeutik
mengetahui
untuk
pengalaman
dapat
mempengaruhi
v/s dbn
suhu
nyeri
ruangan,
seperti
pencahayaan,
kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri.
Pilih dan lakukan penanganan
nyeri
klien
sebelumnya.
Kontrol faktor lingkungan yang
nyeri
(farmakologis/non
farmakologis).
Ajarkan teknik non farmakologis
(relaksasi, distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri.
Berikan
analgetik
mengurangi nyeri.
untuk
16
Evaluasi
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila
tindakan
pengurang
Cek
program
analogetik;
jenis,
frekuensi.
Cek riwayat
pemberian
dosis,
dan
alergi; Tentukan
b.d askep
......
kelemahan,
ADLs terpenuhi dg
Bedrust
KH:
Klien
tidak bau
Kebutuhan
sehari-hari
terpenuhi
bersih,
klien
Pahami
bahasa-bahasa
atau
ADLnya
Libatkan orang yang berarti dan
layanan
pendukung
bila
dibutuhkan
Gunakan sumber-sumber atau
fasilitas
yang
ada
untuk
17
keberhasilan
dalam
dan dg KH:
tanda infeksi
AL normal
V/S dbn
Bersihkan
lingkungan
setelah
mencuci
tangan
saat
sesudah
tindakan
keperawatan.
Gunakan baju
selama
dan
sarung
pemasangan
alat.
Lakukan dresing infus dan dan
kateter
setiap
hari
Sesuai
indikasi.
Tingkatkan intake nutrisi dan
cairan
berikan
antibiotik
sesuai
program.
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi
18
Monitor
infeksi.
Pertahankan
teknik
aseptik
mebran
kerentanan
terhadap
Ketidakseimbangan Setelah
panas.
Ambil kultur, dan laporkan bila
dan latihan.
Instruksikan klien untuk minum
jam
klien
menunjukan
nutrisi
status
adekuat
BB stabil
Nilai laboratorium
terkait normal
tingkat
energi
adekuat
Masukan
adekuat
klien.
Kolaborasi
team
gizi
untuk
dengan KH:
nutrisi
untuk
mencegah konstipasi.
Monitor jumlah nutrisi
kandungan kalori.
Berikan
informasi
kebutuhan nutrisi.
Monitor Nutrisi
Monitor BB jika memungkinkan
Monitor respon klien terhadap
dan
tentang
19
makan.
Jadwalkan
pengobatan
dan
makanan
misalnya
PK: Perdarahan
dilakukan
Setelah
askep
jam
Pantau
tanda
dan
gejala
akan
atau
komplikasi daripada
perawat
menangani
mengurangi
perdarahan
terapinya
Pantau daerah yang dilakukan
operasi