MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas Matakuliah
FARMAKOGNOSI
yang dibimbing oleh Dr. Endang Kartini A. M., M. S. Apt.
Oleh
Erma Yunita
100342404638 / HB
100342404647 / HB
100342404661 / HB
A. KARBOHIDRAT
Karbohidrat adalah senyawa organik yang mengandung atom karbon,
hidrogen, dan oksigen dengan komposisi umum 1:2:1. Formulasi karbohidrat
adalah (CH2O)n, dimana n 3 (Hopkins et al, 2009). Molekul karbohidrat yang
lebih kecil berperan utama dalam metabolisme energi pada sel dan sumber utama
kerangka karbon pada hampir semua molekul organik. Karbohidrat yang paling
sederhana adalah aldehida atau keton mempunyai dua atau lebih gugus hidroksi.
Berdasarkan jumlah sakarida penyusunnya, karbohidrat dibedakan menjadi 3
golongan, yaitu:
1.Monosakarida
Monosakarida ialah karbohidrat yang sederhana, yang berarti molekulnya
hanya tersusun dari beberapa atom karbon saja dan tidak dapat diuraikan dengan
cara hidrolisis. Umumnya monosakarida disusun oleh 3 samapai 7 atom karbon,
dan jumlah atom penyusunnya tersebut mempengaruhi penamaan masing-masing
monosakarida, yaitu :
a. Gula tiga karbon (Triosa). Senyawa ini merupakan zat antara yang penting
dalam lintasan metabolik fotosintesis dan respirasi sel. Yang termasuk ke
dalam golongan ini adalah gliseraldehid dan dihidroksiaseton.
b. Gula empat karbon (Tetrosa). Gula ini tidak banyak ditemui, walaupun
beberapa bentuk berperan dalam proses fotosintesis dan respirasi.
c. Gula lima karbon (Pentosa). Senyawa ini sangat penting dalam fotosintesis dan
respirasi. Dua jenis pentose (ribose dan deoksiribosa) juga membentuk unsur
pembangun utama untuk asam nukleat, yang penting bagi semua kehidupan.
4. Gula enam karbon (heksosa). Gula ini sering ikut serta dalam tahap respirasi
dan fotosintesis dan menjadi bangun utama dari banyak macam karohidrat lain
termasuk pati dan selualosa.Kunci dari heksosa adalah glukosa dan fruktosa.
5. Gula tujuh-karbon (heptosa). Salah satu jenis heptosa adalah zat antara dalam
fotosintesis dan respirasi. Jika tidak dalam bentuk itu, gula ini jarang didapati.
Berikut rumus struktur dari monosakarida :
Gambar 1. Struktur umum monosakarida dengan 4-, 5-, 6-, dan 7- atom C.
Karbohidrat yang paling sederhana adalah aldehida atau keton dengan dua
atau lebih gugus hidroksi. Monosakarida yang paling kecil adalah gliseraldehida
dan
dihidroksiaseton
senyawa-senyawa
ini
adalah
triosa. Gliseraldehida
Karakter monosakarida
- Monosakarida bersifat aktif-optika, artinya mampu memutar bidang sinar
terpolarisasi yaitu ke kiri atau ke kanan jika sinar ini menembus/melalui
monosakarida. Dengan demikian monosakarida memiliki lagi isomer lain yaitu
isomer aktif-optika. Satu isomer memutar bidang sinar terpolarisasi ke kanan
(kanan=dekstro) dan yang lain memutar ke kiri (kiri=levo). Dalam hal ini,
gliseraldehida memiliki dua isomer aktif-optika yaitu isomer -d (D) dan isomer
-l (L).
- Semua monsakarida bersifat gula pereduksi. Sifat gula pereduksi ini
disebabkan adanya gugus aldehida dan keton yang bebas, sehingga dapat
mereduksi ion-ion logam,seperti tembaga (Cu) dan Perak (Ag).
Jenis-jenis monosakarida:
1. D-gliseraldehid (karbohidrat paling sederhana)
Gambar 4. D-gliseraldehid
2. Dihidroksiaseton
Dihidroksiaseton adalah monosakarida sederhana yang mengandung gugus
ketosa.
Gambar 5.
3. D-glukosa
Glukosa merupakan aldoheksosa, yang sering kita sebut sebagai dekstrosa,
gula anggur ataupun gula darah.Gula ini terbanyak ditemukan di alam.
5. D-galaktosa
Gula ini tidak ditemukan tersendiri pada sistem biologis, namun
merupakan bagian dari disakarida laktosa.
Gambar 8. D-galaktosa
6. D-ribosa
D-ribosa digunakan dalam pembentukan RNA. Ribosa penting bagi
genetika dan bukan merupakan sumber energi. Jika atom C nomor 2 dari ribosa
kehilangan atom O, maka akan menjadi deoksiribosa yang merupakan penyusuna
kerangka DNA.
2. Disakarida
Disakarida merupakan komponen yang banyak terdapat di alam dari
Oligosakarida. Oligosakarida biasanya mengandung paling sedikit dua unit
monosakarida dan tidak melebihi delapan unit monosakarida. Jika hanya
adalah karbohidrat
yang
Polisakarida
dibedakan
menjadi
homopolisakarida
dan
unit glukosil. Dalam dinding sel tanaman, sejumlah besar selulosa terkumpul
menjadi rantai silang serabut paralel dan bundel-bundel yang merupakan rantai
tersendiri.
2. Chitin
Kitin mempunyai rumus empiris (C 6H9O4.NHCOCH3)n, kitin merupakan
polisakarida struktural yang diidentifikasi sebagai penyusun dinding sel fungi.
Kitin mempunyai persamaan dengan selulosa, dimana ikatan yang terjadi antar
monomernya terangkai dengan ikatan glukosida pada posisi -1,4. Sedangkan
perbedaannya pada selulosa adalah gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon
nomor 2, pada kitin digantikan oleh gugus asetamida (NHCOCH3) sehingga kitin
menjadi sebuah polimer berunit N-asetil-glukosamin.
Sifat kitin diantaranya:
- Merupakan zat padat yang tidak larut dalam air, pelarut organik, alkali pekat,
asam mineral lemah tetapi larut dalam asam-asam mineral yang pekat.
- Mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan polimer berantai lurus dengan
nama lain -(1,4)-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin)
(Suryanto et al., 2005).
4. Pati
Pati merupakan polisakarida yang berfungsi sebagai cadangan energi bagi
tumbuhan. Pati merupakan polimer -D-glukosa dengan ikatan (1-4).
Kandungan glukosa pada pati bisa mencapai 4000 unit. Ada 2 macam amilum
yaitu amilosa (pati berpolimer lurus) dan amilopektin (pati berpolimer bercabangcabang).Sebagian besar pati merupakan amilopektin. Pati adalah nutrien
polisakarida yang ditemukan dalam sel tumbuhan dan beberapa mikroorganisme.
Pati di dalam tanaman dapat merupakan energi cadangan, di dalam biji-bijian pati
terdapat dalam bentuk granula
Sifat pati diantaranya:
-
2. ALKALOID
Alkaloid mempunyai tiga karakter pokok, yaitu larut dalam air, paling
sedikit terdiri dari satu atom Nitrogen dan memperlihatkan aktivitas biologis yang
tinggi. Alkaloid sebagian besar merupakan heterosiklik, meskipun ada beberapa
senyawa nitrogen alifatik (nonsiklik), seperti meskalin dan kolkisin. Alkaloid
secara umum diklasifikasikan berdasarkan sistem cincin utama pada molekul.
Meskipun beberapa alkaloid ditemukan pada beberapa genus dan famili, sebagian
besar spesies menunjukkan keunikannya, yang berhubungan dalam menentukan
jenisnya (Hopkin dan Hiiner, 2008)..
Alkaloid sebagai metabolit sekunder terbatas pada suatu organ utama,
seperti akar, daun, atau buah muda. Pemberian nama atau klasifikasi alkaloid juga
dapat berdasarkan pada tumbuhan penghasil alkaloid, misalnya quinolizidin
seperti lupinin yang dihasilkan oleh genus Lupinus. Tabel 1 di bawah ini
menunjukkan klasifikasi alkaloid.
Tabel 1. Klasifikasi alkaloid (Hopkin dan Hiiner, 2008).
Kelompok Alkaloid dan
Struktur
Contoh
Morfin
Codein
Barberin
Vinblastine
Reserpine
Strychnine
Retrorsin
Cytisine
Scopolamine
Cocaine
Coniine
- Glikosida steroid atau glikosida jantung. Glikosida steroid adalah glikosida yang
aglikonnya berupa steroid. Glikosida steroid disebut juga glikosida jantung
karena memiliki daya kerja kuat dan spesifik terhadap otot jantung. Struktur
kimianya sebagi berikut.
- Glikosida antrakuinon
Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar mengandung
turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Senyawa yang pertama
ditemukan adalah sena dari tipe antrakuinon, baik dalam keadaan bebas maupun
sebagai glikosida. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa produk alam juga
mengandung turunan antrakuinon yang tereduksi, misalnya oksantron, antranol,
dan antron. Termasuk juga produk lain seperti senyawa yang terbentuk dari dua
molekul antron, yaitu diantron. Senyawa-senyawa ini dapat dalam keadaan bebas
(tidak terikat dengan senyawa gula dalam bentuk glikosida) dapat pula dalam
bentuk glikosida dimana turunan antrakinon tersebut berfungsi sebagai aglikon.
Sama halnya dengan sifat glikosida lainnya, glikosida antrakuinon juga
mudah terhidrolisis. Bentuk uraiannya adalah aglikon dihidroksi antrakuinon,
trihidroksi antrakuinon, atau tetrahidroksi antrakuinon. Berikut strukturnya.
- Glikosida Isotiosianat.
Aglikon ini merupakan turunan alifatik atau aromatik. Senyawa-senyawa
yang penting secara farmasi dari glikosida ini adalah sinigrin (Brassica nigra =
black mustard), sinalbin (Sinapis alba = white mustard) dan glukonapin (rape
seed).
- Glikosida Flavonol
Glikosida flavonol dan aglikon biasanya dinamakan flavonoid. Glikosida
ini merupakan senyawa yang sangat luas penyebarannya di dalam tanaman. Di
alam dikenal adanya bejumlah besar flavonoid yang berbeda-beda dan merupakan
pigmen kuning yang tersebar luas diseluruh tanaman tingkat tinggi. Rutin,
kuersitrin,ataupun sitrus bioflavonoid (termasuk hesperidin, hesperetin,diosmin
dan naringenin) merupakan kandungan flavonoid yang paling dikenal.
- Glikosida Alkohol
Glikosida alkohol ditunjukkan oleh aglikonnya yang selalu memiliki
gugus hidroksi. Senyawa yang termasuk glikosida alcohol adalah salisin. Salisin
adalah glikosida yang diperoleh daribeberapa spesies Salix dan Populus.
- Glikosida Fenol
Glikosida fenol dihidrolisis menghasilkan aglikon yang mempunyai ciriciri sebagai fenol dan menghasilkan glikon. Arbutin adalah salah satu contoh dari
aglikon yang mempunyai ciri-ciri sebagai fenol dan menghasilkan glikon.
- Glikosida Aldehid
Glikosida aldehid
merupakan
glikosida
yang
jika
dihidrolisis
dihasilkan dari Salix discolor. Salinigrin terdiri atas glukosa yang berikatan
dengan m-hidroksibenzaldehid. Saliningrin merupakan isomer dari helicin (Ohidroksibenzaldehid dan glukosa) yang dapat juga diperoleh dari oksidasi lemah
suatu karena menghasilkan benzaldehid pada hasil hidrolisisnya.
Vanilin
- Glikosida Lakton
Lakton merupakan ester yang siklik. Glikosida lakton mengandung suatu
lakton yang mengikat glikon.
4. TANIN
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada beberapa
tanaman. Tanin mampu mengikat protein, sehingga protein pada tanaman dapat
resisten terhadap degradasi oleh enzim protease di dalam silo ataupun rumen
(Kondo et al., 2004 dalam Dewi, 2010).
Tanin yang tergolong tanin terkondensasi, banyak terdapat pada buahbuahan, biji-bijian dan tanaman pangan, sementara yang tergolong tanin
terhidrolisis terdapat pada bahan non-pangan (Makkar, 1993 dalam Sujarnoko,
2012), untuk lebih jelas struktur tanin dapat dilihat pada Gambar 17. Susanti
(2000) dalam Sujarnoko (2012) berpendapat bahwa sifat utama tanin pada
tanaman tergantung pada gugus fenolik-OH yang terkandung dalam tanin. Secara
garis besar sifat tanin dapat dijabarkan sebagai berikut :
Gambar 17.
DAFTAR PUSTAKA