Jtptiain GDL s1 2005 Aksantudon 19 Bab 2 PDF
Jtptiain GDL s1 2005 Aksantudon 19 Bab 2 PDF
18
19
ekstern
dan
ketegangan-ketegangan;
sehingga
muncul
gangguan fungsional atau struktural dari satu bagian, satu orang, atau
sistem kejiwaan/mental (Kartono, 2000:80). Pendapat yang sejalan
juga dikemukakan Chaplin (1981) (dalam Kartono, 2000:80), yaitu:
Gangguan mental (mental disorder) ialah sebarang bentuk
ketidakmampuan menyesuaikan diri yang serius sifatnya terhadap
tuntutan dan kondisi lingkungan yang mengakibatkan
ketidakmampuan tertentu. Sumber gangguan/kekacauannya bisa
bersifat psikogenis atau organis, mencakup kasus-kasus reaksi
psikopatis dan reaksi-reaksi neurotis yang gawat.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gangguan mental
(mental disorder) adalah ketidakmampuan seseorang atau tidak
berfungsinya segala potensi baik secara fisik maupun phsikis yang
menyebabkan terjadinya gangguan dalam jiwanya.
1.2. Macam-Macam Gangguan Mental (Mental Disorder).
Dalam menjelaskan macam-macam gangguan mental (mental
disorder), penulis merujuk pada PPDGJ III (dalam Rusdi Maslim,
tth:10), yang digolongkan sebagai berikut:
20
21
dengan
pemaparan
di
atas,
Sutardjo
A.
22
Yang
Mempengaruhi
Timbulnya
Gangguan
23
ketidakseimbangan
mental
dan
desintegrasi
utama
pencegahan
gangguan
mental
adalah
24
menjaga mental yang sehat agar tetap sehat. Namun sebelumnya akan
penulis paparkan terlebih dahulu tentang pengertian pencegahan
gangguan mental.
1. Pengertian Pencegahan Gangguan Mental
Dalam dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan
sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan
bijaksana dari lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau
kerugian. (Prayitno, 1994:205).
Sementara AF. Jaelani (2000:87), berpendapat bahwa
pencegahan
mempunyai
pengertian
sebagai
metode
yang
25
diri
dapat
berarti
sebagai
kemampuan
26
upaya
pencegahannya
manusia
sedapat
sebagai
kemungkinan
alat
gangguan
pencegah
mental
dan
(preventif)
terhadap
merupakan
faktor
27
serta
bersedia
meninggalkan
kelezatan-
lain
dari
pengawasan
diri
adalah
28
29
30
31
32
lingkungannya,
bersifat
terbuka
dalam
menerima
memiliki
kemampuan
dan
kemauan
untuk
sosialnya,
mampu
menemukan
dan
33
34
perkembangan
fitrah
beragama,
dengan
35
36
37
hidup bagi umat Islam. Lebih dari itu, munculnya gagasan, tujuan dan
konsep-konsep bimbingan konseling Islam yaitu bersumber dari alQuran dan as-Sunnah. Pendapat yang sama juga dikemukan Rachman
(1996:3), landasan utama bimbingan dan konseling Islam adalah alQuran dan as-Sunnah, sebab keduanya merupakan sumber pedoman
atau otoritas puncak umat Islam.
Proses bimbingan konseling Islam yang berlandaskan pada
al-Quran dan as-Sunnah juga berkaitan dengan upaya melakukan
pengembangan terhadap individu sebagai usaha terencana untuk
meningkatkan wawasan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang
mencerminkan kedewasaan pribadi guna meraih kondisi yang lebih
baik lagi dalam mewujudkan citra diri yang diidam-idamkan. Usaha ini
dilandasi oleh kesadaran bahwa manusia sebagai the self determining
being. Yakni memiliki kemampuan untuk menentukan apa yang paling
baik untuk dirinya dalam rangka mengubah nasibnya menjadi lebih
baik lagi. (Bastaman,1995:127).
Prinsip ini tampaknya sesuai dengan prinsip mengubah nasib
yang terungkap dalam Al-Quran:
!" #$
Artinya, Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri. (Q.S. Ar-Rad:11) (Yayasan Penterjemah
Al-Quran, 1421: 370).
Dengan memperhatikan arti pada ayat di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa bimbingan konseling Islam yang berlandaskan
38
Thohari
39
40
diharuskan
memiliki
komitmen
yang
tinggi
untuk
41
42