Anda di halaman 1dari 3

epigonisme

Banyak fenomena-fenomena yang sebenarnya dapat dikatakan buruk karena


berdampak negatif tetapi telah biasa terjadi di setiap diri seseorang,karena
manusia ingin berada dalam kemudahan atau dengan kata lain ingin menjadi
lebih baik tetapi tidak ingin berusaha mandiri dalam berpikir ataupun dalam hal
lainnya.salah satu fenomenanya adalah meniru hasil karya orang lain atau
mengikuti jejak-jejak pemikiran yang sudah ada dengan penampilan yang
baru.fenomena ini disebut epigonisme yang berasal dari kata epigon.
Epigonisme dapat saja mengunci akal pikiran seseorang untuk menjadi kreatif.
epigonisme berbeda dengan plagiarisme atau sering disebut plagiat yaitu meniru
secara total hasil karya atau pemikiran orang lain walaupun sama-sama
berdampak buruk yaitu mengunci kreatifitas pemikiran seseorang, solusional
dari fenomena ini adalah merubah mindset dengan cara menanamkan pola pikir
atau mental berani beda dengan yang lain.

Tangis goresan tinta


Buku adalah bentuk goresan huruf-huruf mungil yang disusun menjadi katakata,kata-kata itu jika disusun akan menjadi sebuah kalimat,jika kalimat itu
disusun akan menjadi sebuah paragraf dan jika dilanjutkan terus menerus akan
menjadi sebuah tulisan yang memiliki arti dan makna mendalam yang disajikan
dalam bentuk lembaran-lembaran kertas tebal yang biasa disebut buku tetapi
saya menyebutnya goresan-goresan tinta.
Beberapa orang menilai buku adalah goresan-goresan tinta yang butuh waktu
lama untuk memahami maksud dari goresan-goresan tinta
tersebut(buku).karena buku disajikan dalam bentuk huruf-huruf mungil yang
begitu banyaknya sehingga membuat orang enggan untuk membaca apalagi
memahami maksud dari goresan-goresan tinta tersebut. Dan goresan-goresan
tinta yang disebut buku itu sendiri kurang aplikatif secara langsung dalam
kehidupan nyata. Sehingga orang lebih memilih pengalaman yang dilewati dari
pada membaca goresan-goresan tinta yang tidak memunculkan hasrat untuk
membacanya. Tetapi itu adalah pemahaman dari orang yang tidak ingin
mencoba berulang-ulang kali untuk memiliki ilmu dan wawasan yang berasal
dari goresan-goresan tinta padahal goresan tinta tersebut adalah media terbaik
untuk mendapatkannya. sepertihalnya kata pepatah dari lao tse yang berbunyi
buku adalah gudang ilmu tetapi sayangnya kata pepatah itu sudah biasa
dibaca atau didengar yang berakibat orang tetap tidak berminat untuk membaca
goresan-goresan tinta,ada baiknya kata pepatah itu diubah menjadi buku
adalah sumbernya orang-orang intelektual(wkwkwk). Tetapi goresan-goresan
tinta bagi orang-orang yang mengerti dan memahami fungsi dari buku mereka
tidak akan pernah berkata bahwa tidak ada manfaatnya membaca buku.buku
adalah media paling baik untuk mendapatkan ilmu dan wawasan serta pengalam
sekalipun kita tidak terjun kedalamnya atau mengalaminya. Hampir seluruh
orang-orang hebat dalam keilmuan ataupun wawasan mengatakan bahwa buku
adalah sumber yang dengan masa kekinian tidak terlalu sukar untuk didapatkan.
Terkhusus dengan mahasiswa yang sedang berhasrat atau bermotivasi tinggi
untuk melakukan suatu perubahan terutama bagi dirinya sendiri. Mahasiswa
dianggap telah memiliki tujuan dari keberlanjutan hidupnya atau orang yang

sudah memiliki tujuan. Tetapi dibalik motivasi mereka yang tinggi mereka tidak
memiliki hasrat untuk membaca buku padahal mereka mengerti dan memahami
bahwa buku adalah sumber keintelektualan mereka. Dengan fenomena ini
membuat mahasiswa tidak maksimal dalam menyandang statusnya sebagai
mahasiswa. Karena mahasiswa yang sebenarnya adalah mahasiswa yang dapat
membawa perubahan di masyarakat kearah yang lebih baik karena perubahan
dari dirinya sendiri. Mahasiswa adalah harapan masyarakat karena mahasiswa
dianggap mampu dalam segi keintelektualan dan mempunyai kekuatan lebih
dibanding dengan orang yang tidak atau tidak pernah menyandang status
mahasiswa, tidak seluruh orang dapat menempuh pendidikan yang sama seperti
mahasiswa. Tetapi dengan fenomena mahasiswa saat ini yang dominan dengan
mahasiswa yang hedonisme,mahasiswa yang hobi hura-hura,mahasiswa yang
tidak benar-benar bertanggung jawab dengan statusnya sebagai
mahasiswa,mahasiswa yang memanfaatkan masanya untuk berleha-leha dalam
kehidupannya sehari-hari. Mahasiswa yang seperti ini adalah mahasiswa yang
tidak menyadari bahwa mahasiswa akan menghadapi dunia nyata,mahasiswa
akan menjalankan kehidupannya dengan apa yang mereka miliki.dan saya
berani mengatakan bahwa buku adalah salah satu modal untuk kesiapan
mahasiswa menghadapi dunia nyata.karena buku adalah sumber keitelektualan
mahasiswa. Saya dapat mengatakan begitu karena buku dapat menambah
keilmuan wawasan dan dapat mengasah penalaran. Dan yang menjadi
keberanian saya mengatakan seperti ini karena saya sudah melihat bahwa
orang-orang yang memiliki hasrat tinggi dengan buku mereka adalah orangorang yang memiliki kapasitas lebih dibanding mahasiswa yang kehidupanya
dipenuhi dengan hedonis.
Revisi

Tangis goresan tinta


Goresan keintelektualan yang lahir berwujud Buku
kehilangan eksistensinya yang tereksekusi oleh
kecanggihan teknologi sebagai dampak moderenisasi
yang membuat degradasi kemandirian dengan
keterlenaan yang menghantarkan dunia nyata menuju
dunia maya.buku adalah goresan-goresan mungil dari
keintelektualan manusia sebagai mediasi terbaik yang
kehilangan fitrahnya sebagai kamus keilmuan dan
wawasan yang tak lepas fungsinya. Hal itu berhubugan
dengan maha-siswa sebagai harapan masyarakat untuk
menyongsong jalannya rotasi kehidupan dan dianggap
mempuni dalam segi intelektualitas yang berguna
menghadirkan perubahan. Tetapi mahasiswa saat ini
dengan motivasi tinggi yang dimiliki untuk melakukan

perubahan tidak memiliki hasrat untuk membaca buku.


dominan mahasiswa saat ini tampil dengan wajah
kekinian bergaya hedonis yang dikelilingi godaan
kenikmatan duniawi dalam bentuk teknologi canggih
memandang goresan tinta yang lahir dari
keintelektualan manusia adalah huruf-huruf mungil
yang tidak menimbulkan hasrat keindahan untuk
memahami isi dari kumpulan goresan tinta yang
disebut buku. Maha-siswa di timang-timang oleh
kecanggihan teknologi produk-produk barat seperti
gadjed yang diisi dengan foto-foto selfie dan games
yang secara tidak sadar dapat mengganggu psikologi
dan mindset manusia,ini merupakan bentuk disfungsi
dari teknologi canggih. Hal ini mnyebabkan kesedihan
yang berujung tangisan dari huruf-huruf mungil
melihat ketidaksadaran maha-siswa yang memalukan
sebagai penyandang status seorang siswa tertinggi
yang artinya telah siap membawa guncangan
perubahan tetapi tidak dapat mengoptimalkan
kesempatan yang dimiliki dengan baik. Apakah dengan
tangisan benda mati ini adalah sindiran untuk
mahasiswa yang hidupnya diisi dengan hedonis atau
hura-hura,ke-apatis-an dan ketidak sadaran diri mahasiswa sebagai kaum inteletual?apakah cukup rutinitas
diisi dengan chatingan alay?apakah sebagai seorang
maha-siswa tidak ingin disebut sebagai seorang yang
intelek?apa yang sebenarnya harus anda lakukan?
cukup menjadi renungan.
Kutipan sebagai motivasi sederhana
buku adalah sumbernya kaum intelektual
Penulis adalah mahasiswa yang berkader di HMI.(MB)

Anda mungkin juga menyukai