Issn 0215 - 8250 1
Issn 0215 - 8250 1
result of this research show that there is a positive effect of contextual approach to
mathematical reasoning and communication on 2 nd class of SLTP Negeri 6
Singaraja. There is a significant differences mathematical reasoning and
communication between the students learning by contextual and conventional
approach.
Key words : contextual approach, mathematical reasoning and communication
1. Pendahuluan
Masalah besar yang dihadapi oleh dunia pendidikan di Indonesia pada saat
ini adalah adanya krisis paradigma berupa kesenjangan dan ketidaksesuaian antara
tujuan yang ingin dicapai dan paradigma yang dipergunakan (Ardhana, 2000).
Sebagai contoh dari kesenjangan ini, siswa pada setiap jenjang pendidikan dijejali
dengan informasi-informasi yang harus dikuasai siswa, sehingga siswa hanya
memiliki pengetahuan jangka pendek, sementara kehidupan di masa depan
menuntut pemecahan baru secara inovatif dalam arti siswa dituntut memiliki
pengetahuan jangka panjang.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah dalam rangka
membangun pemahaman siswa yang nantinya diharapkan bermuara pada
peningkatan kualitas pendidikan. Upaya-upaya yang dimaksud di antaranya
melaksanakan program ASD, membentuk musyawarah guru bidang studi
(MGBS), Proyek Peningkatan Kualitas Guru dan Dosen serta merivisi kurikulum
secara berkesinambungan dan sebagainya. Namun demikian, semua usaha tersebut
tampaknya belum membuahkan hasil yang optimal. Hal ini tercermin dari Nilai
Ebtanas Murni (NEM) atau Nilai Ujian Akhir Nasional (NUAN) matematika
siswa yang masih rendah. Secara berturut-turut enam tahun terakhir ini, yakni
sejak tahun ajaran 1997/1998 sampai dengan 2002/2003 untuk tingkat Kabupaten
Buleleng, rerata NEM/NUAN Matematika yang diperoleh siswa SLTP belum
pernah melampui 6,0 (sumber data : Depdiknas Kab. Buleleng, 2003). NEM atau
NUAN
pada dasarnya merupakan gambaran kemampuan siswa secara
komprehensif selama mengikuti program pendidikan pada jenjangnya.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
membosankan oleh siswa, yang pada akhirnya bermuara pada rendahnya hasil
belajar yang diperoleh siswa dalam pelajaran matematika.
Selain faktor-faktor di atas, dari hasil penelitian pendahuluan yang
dilakukan di beberapa SLTP Negeri di kota Singaraja juga ditemukan bahwa faktor
lainnya yang mempunyai dampak yang sangat besar terhadap prestasi belajar
matematika siswa, adalah (1) materi ajar yang disampaikan kurang dikaitkan
dengan situasi nyata/pengalaman sehari-hari siswa, (2) alat bantu berupa LKS
yang digunakan tampaknya kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengonstruksi pengetahuannya, dan (3) penilaian yang dilakukan pada siswa
umumnya menggunakan tes objektif dengan memilih satu jawaban yang benar
yang telah tersedia maupun tes uraian, sehingga kurang mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif dari siswa.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kualitas pembelajaran
matematika, perlu dioptimalisasi, utamanya dalam upaya meningkatkan
kemampuan belajar siswa yang dalam hal ini meliputi kemampuan penalaran dan
kemampuan komunikasi.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan seperti yang diungkapkan di
atas, pemerintah, dalam hal ini Depdiknas, merencanakan menerapkan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK) pada tahun ajaran 2004/2005 secara nasional. Dalam
rangka menyongsong berlakunya KBK, guru perlu mengantisipasinya dengan
menerapkan model-model pembelajaran yang menunjang rencana tersebut.
Model pembelajaran yang sesuai dengan nafas KBK adalah model
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual. Penerapan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual diduga dapat memberikan alternatif pemecahan masalah
pembelajaran matematika di SLTP, khususnya dalam meningkatkan kemampuan
belajar matematika siswa. Pembelajaran kontekstual adalah suatu pendekatan yang
berupaya mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman siswa. Proses
pembelajaran kontekstual berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan
siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
individual.
7. Pembelajaran abstark, teoretis
dan kurang dikaitkan dengan
kehidupan nyata siswa.
mengoreksi.
7. Pembelajaran dikaitkan dengan
kehidupan nyata atau masalah yang
disimulasikan.
matematika adalah aktivitas manusia. Menurut pandangan yang terakhir ini, siswa
harus diberikan kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep yang
dipelajari. Baroody ( dalam Depdiknas, 2002) mengatakan bahwa, matematika
secara esensial suatu metode penemuan (inquiry): suatu cara berpikir tentang
dunia, pengorganisasian pengalaman, dan pemecahan masalah. Dalam pemecahan
masalah diperlukan penalaran dan pengomunikasian. Karena itu, pemecahan
masalah, penalaran dan komunikasi adalah alat-alat dasar untuk penemuan
matematik, sehingga dalam pengimplementasian kurikulum berbasis kompetensi
kemampuan-kemampuan ini mendapat penekanan (Puskur-Balitbang Depdiknas,
2001; 2002).
Dalam NCTM (2000) dikemukakan bahwa pengertian atau pemahaman
dapat dibangun melalui penalaran dan komunikasi. Dalam upaya mencapai tujuan
tersebut atau mengembangkan penalaran perlu dirancang suatu pembelajaran yang
sesuai.
Pembelajaran kontekstual
merupakan suatu pembelajaran yang
menggunakan atau mengaitkan masalah sehari-hari dengan konten sebagai
pangkal tolak pembelajaran. Karena itu, pembelajaran kontekstual merupakan
suatu pembelajaran yang mempunyai fokus pada pengembangan penalaran dan
komunikasi. Dengan kata lain, pembelajaran matematika dengan pembelajaran
kontekstual kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran dan
komunikasi akan berkembang.
Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi dikemukakan bahwa, indikator
pencapaian penalaran dan komunikasi untuk siswa kelas SLTP adalah sebagai
berikut.
Tabel 02. Indikator KemampuanPenalaran dan Komunikasi
Kompetensi Dasar
Indikator Hasil Belajar
Menggunakan notasi dan Siswa dapat:
simbol
1. menyajikan pernyataan matematika secara
lisan, tertulis dan diagram
2. menjelaskan
langkah-langkah
atau
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
10
memberikan alasan hasil penyelesaian soal
3. menerapkan konsep secara algoritma
11
Penelitian ini melibatkan variabel bebas dan terikat yang dapat dibedakan
sebagai berikut.
1) Variabel bebas : pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
2) Variabel tak bebas : kemampuan penalaran dan komunikasi matematika.
Populasi penelitian adalah siswa kelas II SLTP Negeri 6 Singaraja pada
tahun ajaran 2004/2005 yang terdistribusi ke dalam kelas-kelas homogen secara
akedemik. Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik purposive random
sampling. Kelas IIA1 merupakan kelompok eksperimen yakni kelompok yang
diberikan perlakuan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual sedangkan kelas
IIA2 menggunakan pembelajaran konvensional sebagai kontrol.
Pada dasarnya, penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh penerapan
pembelajaran kontekstual terhadap prestasi belajar matematika siswa, dengan
memanipulasi variabel bebas, sedangkan variabel lain tidak mungkin dikontrol
secara ketat sehingga desain penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen
semu. Dalam penelitian ini, unit eksperimennya berupa kelas, dan perlakuan
berupa penerapan pembelajaran kontekstual dengan berbagai strategi dan alat
bantu yang bervariasi.
Dalam penelitian ini desain eksperimen semu yang digunakan adalah
desain kelompok kontrol tidak sepadan (Sevilla dkk, 1993). Desain ini dapat
digambarkan sbb.
E
O1
X
O2
K
O1
O2
Keterangan :
E
: Kelompok eksperimen
K
: Kelompok kontrol
O1
: pre-test
O2
: post-test
X
: Penerapan pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
Eksperimen ini mengambil topik perbandingan, skala, geometri dan waktu
serta kecepatan.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
12
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan
penalaran dan komunikasi matematika siswa. Teknik yang digunakan untuk
mengumpulkan data adalah tes, dengan pretes dan postes. Tes-tes
ini
dikembangkan oleh peneliti dengan mengacu pada kisi-kisi soal. Angket
digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa.
Untuk mengetahui efek eksperimen, dilakukan uji beda mean ( dalam
proporsi) dengan menggunakan statistik sebagai berikut.
a. Bila data berdistribusi normal dan homogen, maka digunakan statistik
t-tes dengan menggunakan varians gabungan.
b. Bila data berdistribusi normal tetapi tidak homogen, maka digunakan
statistik t-tes, dengan varians berbeda (masing-masing kelompok).
c. Bila datanya tidak berdistribusi normal, data dianalisis menggunakan Uji
Mann- Whitney karena melibatkan dua subjek sampel yang sifatnya
independen.
Taraf signifikansi adalah 5 %. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat,
data dianalisis dengan menggunakan program microsoft excel.
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data tentang kemampuan penalaran dan komunikasi matematika siswa
yang diperoleh melalui post test untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol
ditunjukan pada tabel berikut.
Tabel. 03. Rangkuman Analisis Data Kemampuan Penalaran dan Komunikasi
Matematika Siswa
No
Variabel
1
2
3
X
SD
Post Test
Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
36
36
88,5
78,25
7,24
10,05
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
13
H 0 : 1
artinya
tidak
ada
pengaruh
positif
penerapan
Chi Square (X 2 ) dengan kriteria : data berdistribusi normal jika X 2hitung lebih
2
kecil daripada X tabel . Hasil uji normalitas terhadap data kemampuan penalaran
2
Berdasarkan tabel, untuk taraf signifikasi 5% dan dk= 3, X tabel = 7,81.
Karena
2
X2hitung < X tabel maka data kemampuan penalaran dan komunikasi
2
komunikasi matematika kelompok kontrol X 2hitung < X tabel sehingga data pada
14
1
1
2
t t
1
1
2
Dk
SD
Eksperimen
Kontrol
36
36
70
70
88,5
78,25
7,24
10,05
4,964
1
1
2
2,0
1
1
2
matematika siswa diperoleh t = 4,964 dan
= 2,0 untuk dk = 70 dan taraf
signifikasi 5%. Berdasarkan kriteria di atas maka H o ditolak, artinya ada pengaruh
positif penerapan pembelajaran kontekstual terhadap kemampuan penalaran dan
komunikasi matematika siswa.
Ada perbedaan kemampuan penalaran dan komunikasi secara signifikan
antara siswa yang belajar dengan pendekatan kontekstual dan yang konvensional,
sehingga pendekatan kontekstual dapat diimplementasikan dalam pembelajaran
matematika di kelas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Utari (1987) yang menyatakan bahwa proses pembelajaran dengan pendekatan
yang sesuai dapat meningkatkan kemampuan penalaran siswa. Di samping itu,
Nurhadi dan Senduk (2003) mengatakan bahwa pendekatan kontekstual dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa, dalam hal ini adalah kemampuan
penalaran dan komunikasi.
4. Penutup
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
15
DAFTAR PUSTAKA
Ardhana, Wayan. 2000. Reformasi Pembelajaran Menghadapi Abad Pengetahuan.
Makalah. Disajikan dalam Seminar dan Diskusi Panel Nasional Teknologi
Pembelajaran V, UM. Malang, 7 Oktober 2000.
Darhim. 2003. Pengaruh Pembelajaran Matematika Kontekstual Terhadap Hasil
Belajar dan Sikap Siswa SD Kelas Awal dalam Matematika. Disertasi.
Bandung : PPS UPI.
Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual ( Contextual Teaching and Learning).
Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Heruman. 2002. Pembelajaran Kontekstual Terhadap Hasil Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran matematika di Sekolah Dasar. Tesis. Bandung : PPS UPI
NCTM. 2000. Principles and Standards for School Mathematics. Reston, Va :
Nationals Council of Theachers of Mathematics.
Nurhadi dan Senduk, A.G. 2003. Pembelajaran Kontekstual dan penerapannya
dalam KBK. Malang : Universitas Negeri Malang.
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005
16
__________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 1 TH.
XXXVIII Januari 2005