Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan budidaya ikan terkait dengan pemeliharaan lingkungan dan daya
tahan organisme budidaya terhadap serangan bakteri patogen. Salah satu bakteri yang
umum dijumpai pada ekosistem perairan dan mempunyai peranan sebagai microbial flora
bagi organisme air pada kondisi lingkungan yang stabil yaitu bakteri Aeromonas
hydrophila. Dimana bakteri tersebut bersifat patogen pada ikan air tawar seperti ikan nila
pada kondisi kualitas air yang buruk. Selain itu bakteri Aeromonas hydrophila memiliki
kemampuan osmoregulasi yang tinggi dimana mampu bertahan hidup pada perairan
tawar, perairan payau dan laut yang memiliki kadar garam tinggi dengan penyebaran
melalui air, kotoran burung, saluran pencernaan hewan darat dan hewan amfibi serta
reptil (Mangunwardoyo et al., 2010).
Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya intensif adalah penyakit ikan.
Dimana menimbulkan kerugian ekonomi bagi para pembudidaya ikan. Salah satu jenis
penyakit yang sering dijumpai pada organisme budidaya adalah penyakit bakterial yang
disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla, dimana merupakan bakteri patogen
penyebab penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS), terutama untuk spesies ikan
air tawar di perairan tropis (Rahmaningsih, 2012).
Bakteri Aeromonas hydrophila merupakan salah satu bakteri penyebab penyakit
yang berbahaya pada budidaya ikan air tawar. Bakteri tersebut banyak menyerang ikan
mas yang merupakan salah satu komoditas unggulan air tawar dan dapat menginfeksi
ikan pada semua ukuran yang dapat menyebabkan kematian hingga mencapai 80%,
sehingga mengakibatkan kerugian yang sangat besar baik dalam usaha budidaya ikan air
tawar (Sanoesi, 2008).
1.2 Tujuan
Dalam makalah ini ada beberapa pokok tujuan yakni:
-

Mengenal dan mengetahui bakteri Aeromonas hydrophila secara jelas.

Mengetahui dan memahami cara penularan bakteri Aeromonas hydrophila.


1

Mengetahui dan memahami gejala klinis yang timbul akibat bakteri Aeromonas
hydrophila.

Dapat mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan ikan dan udang yang
terkena penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh
bakteri Aeromonas hydrophyla.

1.3 Manfaat
-

Dapat mengenali dan mengetahui bakteri Aeromonas hydrophila secara jelas.

Dapat mengetahui dan memahami cara penularan bakteri Aeromonas hydrophila.

Dapat mengetahui dan memahami gejala klinis yang timbul akibat bakteri
Aeromonas hydrophila.

Dapat mengetahui upaya pencegahan dan pengobatan ikan dan udang yang
terkena penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) yang disebabkan oleh
bakteri Aeromonas hydrophyla.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1

Epidemilogi
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri pada ikan khususnya yang

disebabkan oleh A. hydrophila mulai dikenal di Indonesia sekitar tahun 1980, dimana
bakteri ini menyebabkan wabah penyakit pada ikan karper di wilayah Jawa Barat dan
menyebabkan kematian sebanyak 125 ton. Di tahun yang sama kejadian serupa juga
terjadi dan menyerang spesies ikan mas, penyakit tersebut dikenal dengan penyakit
`Ulcerative disease` atau penyakit borok/penyakit merah yang mengakibatkan kematian
sekitar kurang lebih
173 ton jenis ikan mas termasuk didalamnya 30 % ikan-ikan kecil/benih mati disebabkan
oleh bakteri Aeromonas sp dan Pseudomonas sp, mengakibatkan kerugian sekitar Rp. 126
juta. Penyakit ini dapat menyebabkan sistemik yang menimbulkan kematian ikan yang
tinggi, menyerang ikan-ikan budidaya dan dalam waktu singkat menyebar kedaerah lain.
(Lukistyowati dan Kurniasih, 2011).
2.2

Gejala Klinis
Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk bakteri gram negatif, dimana

mempunyai karakteristik berbentuk batang pendek, bersifat aerob dan fakultatif anaerob,
tidak berspora, motil, mempunyai satu flagel, hidup pada kisaran suhu 25-300C. Jika
organisme terkena serangan bakteri maka akan mengakibatkan gejala penyakit hemorhagi
septicaemia yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : terdapat luka dipermukaan tubuh,
insang, ulser, abses, dan perut gembung. Tidak hanya menyerang organisme budidaya
seperti ikan, tetapi penyakit ini juga menyerang manusia dimana menyebabkan infeksi
pada gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia. Bakteri Aeromonas
hydrophyla sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar dan seringkali
menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian yang tinggi (80 100 %) dalam
kurun waktu yang singkat (1 2 minggu). Sehingga sangat merugikan petani ikan dalam
usaha budidaya ikan.
3

Bakteri Aeromonas hidrophyla termasuk patogen oportunistik yang hampir selalu


terdapat di air dan seringkali menimbulkan penyakit apabila ikan dalam kondisi yang
kurang baik. Penyakit yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophilla ditandai dengan
adanya bercak merah pada ikan dan menimbulkan kerusakan pada kulit, insang dan organ
dalam. Penyebaran penyakit bakterial pada ikan umumnya sangat cepat serta dapat
menyebabkan kematian yang sangat tinggi pada ikan-ikan yang diserangnya. Gejala
klinis yang timbul pada ikan yang terserang infeksi bakteri Aeromonas hidrophyla adalah
gerakan ikan menjadi lamban, ikan cenderung diam di dasar akuarium; luka/borok pada
daerah yang terinfeksi; perdarahan pada bagian pangkal sirip ekor dan sirip punggung,
dan pada perut bagian bawah terlihat buncit dan terjadi pembengkakan. Ikan sebelum
mati naik ke permukaan air dengan sikap berenang yang labil (Rahmaningsih, 2012).
Menurut (Tanjung et al., 2011), tanda-tanda sekunder serangan bakteri
Aeromonas hydrophila terlihat dengan tumbuhnya jamur berwarna putih pada bagian
ujung sirip ikan dan pada bagian tubuh yang mengalami luka memar. Sekresi lendir
tampak berlebihan menyeliputi tubuh ikan, dengan warna tubuh yang memucat. Nafsu
makan berkurang mulai pada hari ke dua. Indikasi ikan mendapat serangan bakteri dari
mata pucat umumnya tampak setelah hari ke lima, sedangkan kerusakan sisik dan
tumbuhnya jamur sudah muncul mulai dari hari pertama. Warna tubuh pucat umumnya
tampak setelah hari ke tiga. Adapun beberapa analisis yang digunakan untuk mengetahui
serangan dari bakteri Aeromonas hydrophila antara lain:
- Analisis morfologis
Indikasi-indikasi serangan bakteri terhadap berbagai strain ikan Nila cukup beragam, baik
ciri maupun waktunya. Serangan bakteri tersebut dicirikan oleh perubahan warna mata
menjadi abu-abu dan terjadi penonjolan bola mata atau exophthalmia, luka memar
yang bisa meliputi sekujur tubuh, warna tubuh menjadi pucat, dan sirip rusak, dengan
waktu (hari) serangan yang bervariasi. Tanda-tanda yang paling peka terhadap serangan
bakteri, ditandai waktu munculnya serangan umumnya sudah tampak pada hari pertama.
Jenis yang paling tahan adalah strain Padang dengan indikasi serangan umumnya setelah
dua hari. Hal ini sesuai dengan tingkat ketahanan hidupnya yang paling tinggi (8-10 hari).
Indikasi kerusakan pada sirip tidak selalu muncul, dalam hal ini ikan yang tidak
menunjukkan sisik atau sirip rusak (ta), boleh jadi ikan tersebut sudah terserang bakteri.

- Analisis histologis intestin dan hati


Pada ikan yang sehat irisan hati berwarna cerah serta sel-sel hepatosit
mengandung nukleus dan heterokromatin. Ikan yang terkena serangan A. hydrophila
menunjukkan kondisi sel hati yang rusak karena mengalami infeksi, tetapi tidak
mengeluarkan nanah (non purulent multifocal hepatitis). Kantung empedu dan sel hati
mengalami peradangan atau infeksi (cholangiohepatitis), yang pada kondisi parah infeksi
ini dapat mencapai jaringan parenkim hati. Ditemukan juga vakuola dan sel-sel darah
karena terjadi pendarahan dalam (internal haemoragy). Kematian sel-sel hati (focal
nekrosis)

merupakan manifestasi yang umum terjadi pada ikan yang terserang A.

hydrophila. Intestin ikan Gurami yang terpapar A. hydrophilamenunjukkan kondisi yang


mengalami deplesi pada sel lamina intestin tersebut sehingga terkikis habis. Mukosa
intestin juga mengalami kematian sel (nekrosis) yang disebabkan oleh degradasi
enzimatik yang dikeluarkan oleh A. hydrophila .
2.3 Cara Penularan
Tingkat virulensi dari bakteri A. hydrophila dapat menyebabkan kematian ikan
tergantung dari racun yang dihasilkan. Didalam tubuh bakteri Aeromonas hidrophyla
terdapat Gen Aero dan hlyA yang bertanggung jawab dalam memproduksi racun
aerolysin dan hemolysin dimana Aerolisin merupakan protein extraseluler yang
diproduksi oleh beberapa strain A. hydrophila yang bisa larut, bersifat hydrofilik dan
mempunyai sifat hemolitik serta sitolitik.

Mekanisme racun Aerolysin pada bakteri

Aeromonas hidrophyla dalam menyerang dan menginfeksi racun pada ikan yaitu dengan
mengikat reseptor glikoprotein spesifik pada permukaan sel eukariot sebelum masuk ke
dalam lapisan lemak dan membentuk lubang. Racun aerolysin yang membentuk lubang
melintas masuk ke dalam membran bakteri sebagai suatu preprotoksin yang mengandung
peptida. Racun tersebut dapat menyerang sel-sel epithelia dan

menyebabkan

gastroenteristis (Lukistyowati dan Kurniasih, 2012).


Proses invasi bakteri patogen Aeromonas hydrophila kedalam tubuh host adalah diawali
dengan melekatnya bakteri pada permukaan kulit dengan memanfaatkan pili, flagela dan
kait untuk bergerak dan melekat kuat pada lapisan terluar tubuh ikan yaitu sisik yang
dilindungi oleh zat kitin. Selama proses berlangsung bakteri Aeromonas hydrophila

memproduksi enzim kitinase yang berperan dalam mendegradasi lapisan kitin sehingga
bakteri dapat dengan mudah masuk kedalam host. Selain memanfaatkan kitinase bakteri
Aeromonas hydrophila juga mengeluarkan enzim lainnya seperti lesitinase dalam upaya
masuk kedalam aliran darah (Mangunwardoyo et al., 2010).
2.4

Habitat
Bakteri aeromonas hydrophila memiliki kemampuan osmoregulasi yang tinggi

dimana mampu bertahan hidup pada perairan tawar, perairan payau dan laut yang
memiliki kadar garam tingg dengan penyebaran melalui air, kotoran burung, saluran
pencernaan hewan darat dan hewan amfibi serta reptil (Mangunwardoyo et al., 2010).
Lingkungan dengan yang mempunyai konsentrasi kadar garam tertentu memiliki
kerapatan A. hydrophila yang jauh lebih tinggi dibandingkan lingkungan air tawar,
meskipun variasi dalam kepadatan antara habitat dengan kadar garam tertentu jauh lebih
besar daripada habitat air tawar, umumnya, A. hydrophila tidak dianggap sebagai bakteri
laut, namun, studi ini menunjukkan bahwa itu ditemukan secara alami bakteri Aeromonas
hydrophila hidup di lingkungan yang mempunyai kadar garam air laut, air payau sampai
dengan air tawar dan dapat ditemukan di semua salinitas, kecuali (paling ekstrim>
100%o). Baru-baru ini, bakteri A. hydrophila menyebabkan penyakit borok pada ikan cod
(Gadus morhua), dan ikan laut lainnya. A. hydrophila dapat diisolasi dari perairan yang
memiliki kekeruhan 0-395 unit turbidity Jackson. Suhu yang optimum untuk
pertumbuhan bakteri A. hydrophila adalah 35C, dan suhu maksimum yaitu mendekati
suhu 450C. Dalam studi ini, A. hydrophila diisolasi dari air yang memiliki suhu antara 40
dan 45.00C.
2.5

Isolasi
A. Hydrophila tidak dapat diisolasi pada suhu lebih besar dari 450C, kepadatan

tertinggi terjadi pada 350C, sepanjang gradien termal mulai dari 200 sampai 720 C. PH
air tampaknya tidak memainkan peran penting dalam distribusi A. hydrophila, karena
bakteri dapat diisolasi selama rentang pH seluruh sampel (5,2-9,8). Bakteri Aeromonas
hydrophila tidak mampu tumbuh pada pH lebih rendah dari 4 atau lebih tinggi dari 10
(Hazen et al., 2011).

Bakteri Aeromonas hydrophila, merupakan bakteri negatif, dianggap sebagai


salah satu bakteri patogen yang paling penting pada hewan air di daerah beriklim sedang,
seperti ikan yang sakit, belut, katak, dan kura-kura. Selain itu bakteri A.hydrophila
dilaporkan sebagai salah satu spesies Aeromonas paling umum yang terkait dengan
penyakit usus pada manusia
(Esteve et al., 2004).
2.6

Hewan yang diserang


Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan salah satu jenis ikan budidaya air

tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan telah dibudidayakan secara intensif.
Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya intensif ikan nila adalah penyakit ikan.
Salah satu jenis penyakit ikan yang sering dijumpai adalah penyakit bakterial yang
disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophilla, yang menyerang spesies ikan air tawar
di perairan tropis (Rahmaningsih, 2012).
Bakteri Aeromonas hidrophyla merupakan bakteri patogen yang menyerang ikan
lele, dimana menyebabkan penyakit MAS (Motile Aeromonas Septicemia). Bakteri ini
dapat menyebabkan kematian pada ikan lele mencapai 80% bahkan dapat mencapai
100% dalam kurun waktu 1 minggu
(Mulia, 2012).
Selain itu ikan gurami (Osphronemus gouramy) telah umum dibudidayakan dan
menjadi andalan sebagai salah satu sumber protein hewani. Kawasan pengembangan
budidaya ikan Gurami juga sudah terbentuk di beberapa daerah, seperti di Jawa Barat
(Bogor, Tasikmalaya, Ciamis, Garut), Jawa Tengah (Cilacap, Banyumas, Banjarnegara,
Purbalingga), Walaupun ikan Gurami sudah lama dibudidayakan secara komersial namun
masih menghadapi kendala dalam hal pertumbuhan yang lambat dan ketahanan hidup
yang rendah. Salah satu penyebabnya adalah serangan penyakit oleh bakteri Aeromonas
hydrophila. Selain ikan, berbagai spesies Aeromonas juga dapat menyerang amfibi dan
hewan reptil. Pada amfibi, bakteri ini dapat menyebabkan pendarahan dalam yang bisa
berakibat fatal.

Pada manusia, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi pada saluran

pencernaan, septisemia (keracunan darah), infeksi pada luka dan pembengkakan pada

lambung dan usus yang disertai muntah dan diare atau gastroenteritis (Tanjung et al.,
2011).
Bakteri Aeromonas hydrophila diketahui sebagai patogen pada amfibi, reptil, ikan,
siput, sapi dan, baru-baru ini, bakteri Aeromonas hydrophila

menyerang manusia.

Beberapa kasus penyakit septicemias yang menyerang manusia yang dapat berakibat fatal
yang disebabkan oleh bakteri A.hydrophila, tetapi penyakit tersebut menyerang pada
manusia yang mempunyai daya tahan tubuh yang lemah dan terpapar oleh penyakit
laiinya, misalnya leukemia. hanya A.hydrophila dilaporkan menyerang dan menjadi
patogen pada manusia ketika terdapat luka dan kontak langsung dengan air dimana air
tersebut mengandung strain bakteri A.hydrophila. Bakteri Aeromonas hydrophila
menyebabakan kerugian yang besar dibidang perikanan, misalnya, pada tahun 1973,
37.500 ekor ikan mati selama dalam kurun waktu 13 hari dalam satu periode di Danau
North Carolina (Hazen et al., 1978).
2.7

Cara pencegahan dan pengobatan

Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi baik pencegahan maupun pengobatan
penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila adalah dengan pemberian bahan-bahan
kimia maupun pemberian antibiotik sintetis seperti tetracycline. Pemberian bahan kimia
ini memang dapat mencegah maupun mengobati penyakit pada ikan bila digunakan
dengan dosis yang tepat, akan tetapi bila digunakan tidak terkontrol maka dapat
menimbulkan beberapa efek negatif. Residu antibiotik dapat mencemari lingkungan dan
juga dapat dijumpai di tubuh ikan, sehingga ikan tidak aman untuk dikonsumsi oleh
manusia (Lukistyowati dan Kurniasih, 2011).
Salah satu alternatif dalam mengobati penyakit bakterial pada ikan adalah
menggunakan bahan-bahan alami yang mempunyai kemampuan anti bakteri antara lain
ekstrak bawang putih untuk mengobati benih ikan lele yang terinfeksi A.hydrophilla;
ekstrak air kunyit untuk mengobatiPseudomonas aeruginosa pada ikan gurame
(Rahmaningsih, 2012).
Vaksinasi merupakan suatu metode alternatif yang efektid dan efisien untuk
mencegah penyakit yangn disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Vaksinasi
dilakukan dengan merangsang kekebalan spesifik ikan terhadap penyakit tersebut.

Metode vaksinasi tidak menimbulkan dampak negatif, baik pada ikan, lingkungan
maupun konsumen. Tingkat perlindungan dari metode

vaksinasi terhadap serangan

bakteri bakteriAeromonas hydrophila tergantung pada jenis dan kualitas vaksin, cara
vaksinasi, kondisi ikan dan lingkungan hiidupnya. Dari hasil penelitian pemberian vaksin
dari debris sel Aeromonas hydrophila pada ikan lele menunjukkan peningkatan produksi
titer antibodi dimana dapat meningkatkan produksi antibodi ikan lele dumbo. Perlakuan
vaksinasi, baik yang dibooster maupun yang tidak meningkatkan titer antibodi ikan lele
setelah ikan divaksinasi (Mulia, 2012).
Upaya penanganan pencegahan penyakit yang disebabkan oleh A. hydrophila
adalah dengan menggunakan ektraks tumbuhan alami seperti ekstrak daun pepaya.
Sebagai tanaman obat, pepaya (C. Papaya L) juga mengandung zat atau senyawa bioaktif
yang yang dapat meningkatkan ketahanan dan tanggap kebal ikan. Zat aktif yang
terdapat pada daun pepaya antara lain alkaloid, flavonoid, dan saponin, selain zat bioaktif
daun pepaya juga memiliki kemampuan antagonis dalam melawan bakteri patogen
sehingga mempunyai sifat imunostimulan. Semakin banyak kosentrasi ekstrak daun
pepaya yang diberikan pada ikan seraca oral jumlah sel macrofagh pada ikan mas
meningkat, dimana dosis pemberian ekstrak daun pepaya pada konsentrasi 65% (Sanoesi,
2008).

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu


- Bakteri Aeromonas hydrophila termasuk bakteri gram negatif, berbentuk batang pendek,
bersifat aerob dan fakultatif anaerob, tidak berspora, motil, mempunyai satu flagel, hidup
pada kisaran suhu 25-300C.
- Mengakibatkan penyakit hemorhagi septicaemia pada ikan dan menyebabkan infeksi
pada gastroenteristis, diare dan extra intestinal pada manusia.
- Bakteri Aeromonas hydrophyla sangat mempengaruhi usaha budidaya ikan air tawar
dengan tingkat kematian yang tinggi (80 100 %) dalam waktu yang singkat (1 2
minggu).
- Penyebaran bakteri Aeromonas hydrophila melalui air, kotoran burung, saluran
pencernaan hewan darat dan hewan amfibi serta reptil.
- Bakteri Aeromonas hydrophila banyak menyerang spesies ikan air tawar seperti, ikan
mas, ikan gurami, ikan lele dan juga menyerang ikan air laut seperti ikan cod serta amfibi
dan reptil. Selain ikan bakteri ini juga menyerang manusia.
- Usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi baik pencegahan maupun pengobatan
penyakit yang disebabkan bakteri A. hydrophila adalah dengan pemberian bahan-bahan
kimia maupun pemberian antibiotik sintetis seperti tetracycline), menggunakan bahanbahan alami yang mempunyai kemampuan anti bakteri antara lain ekstrak bawang putih;
ekstrak air kunyit, ekstrak daun pepaya dan juga dapat dilakukan dengan vaksinasi.

10

DAFTAR PUSTAKA
Esteve, C., E. Alcaide., R, Canals., S. Merino., D, Blasco., M.J Figueras., J.M Tomas.
2004. Pathogenic Aeromonas hydrophila iSerogroup ):14 and O:81 Strains with an S
Layer. Appl. Environ. Microbiol. 2004, 70(10): 5898.
Mulia, D.S. 2012. Penggunaan Vaksin Debris Sel Aeromonas hydrophila dengan Interval
Waktu Booster Berbeda terhadap Respons Imun Lele Dumbo (Clarias gariepinus
Burchell). Sains Aquatic 10 (2): 86-95.
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2011. Kelangsungan Hidup Ikan Mas (Cyprinus carpio L)
yang diberi Pakan Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) dan di Infeksi Aeromonas
hydrophila. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 16,1 (2011) : 144-160.
Lukistyowati, I dan Kurniasih. 2012. Pelacakan Gen Aerolysisn dari Aeromonas
hidrophyla pada Ikan Mas yang diberi Pakan Ekstrak Bawang Putih. Jurnal Veteriner,
Vol. 13 No. 1 : 43-50.
Mangunwardoyo, W., R. Ismayasari., E. Riani. 2010. Uji Patogenisitas dan Virulensi
Aeromonas hydrophila Stanier pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus Lin.) melalui
Postulat Koch. J. Ris. Akuakultur Vol. 5 Tahun 2010: 245-255.
Rahmaningsih, S. 2012. Penagruh Ekstrak Sidawayah dengan Konsentrasi yang Berbeda
untuk Mengatasi Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophyla pada Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Sanoesi, E. 2008. Penggunaan Ekstrak Daun Pepaya (Carica papaya Linn) terhadap
Jumlah Sel Makrofag pada Ikan Mas (Cyprinus carpio L) yang Terinfeksi Bakteri
Aeromonas hydrophila. Jurnal Penelitian Perikanan, Vol 11, No. 2, Desember 2008.
Tanjung, L. R., Triyanto., N. H. Sadi., G. D. Haryani., D. S. Said. 2011. Uji Ketahanan
Beberapa Strain Ikan terhadap Penyakit Aeromonas. Lomnotek (2011) 18(1) : 58-71

11

12

Anda mungkin juga menyukai